Anda di halaman 1dari 6

DEFINISI DAN KLASIFIKASI

Menurut American Psychiactric Association, gangguan mood didefinisikan sebagai


disregulasi pervasif dari suasana perasaan dan aktivitas psikomotor yang berhubungan
dengan gangguan terkait bioritmik dan kognitif. Gangguan mood pada umumnya dibagi
menjadi dua, yaitu gangguan unipolar dan gangguan bipolar. Pasien diklasifikasikan sebagai
gangguan Unipolar dan gangguan Bipolar.

Gangguan unipolar atau gangguan depresi adalah gangguan fungsional kesehatan


mental yang berhubungan dengan beban penyakit yang berat sehingga berdampak pada
pasien, keluarga, komunitas dan juga ekonomi (Weise, 2011; Gellis & McCracken, 2010).
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dimana pasien memiliki baik periode
gangguan depresi maupun gangguan manik (Aziz et al., 2006).

PENDEKATAN DIAGNOSIS GANGGUAN UNIPOLAR (Gangguan Depresi)

Gangguan unipolar (gangguan depresi) memiliki gejala penurunan mood, kehilangan


ketertarikan beraktivitas, tenaga dan konsentrasi, gangguan tidur dan nafsu makan serta
peningkatan masalah kesehatan (Weise, 2011).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-
V), kriteria diagnostik depresi meliputi adanya kesedihan atau Anhedonia dengan total lima
atau lebih gejala selama 2 minggu (Taylor, 2015).

Geriatric Depression Scale (GDS) dipakai untuk mendiagnosis depresi pada orang
usia lanjut (Cong et Al., 2015). Alat ukur ini mempunyai sensitivitas 92% dan spesifisitas
89%. Apabila hasil skor 0-4 dikategorikan normal, hasil skor 5-8 dikategorikan depresi
ringan, hasil skor 9-10 dikategorikan depresi sedang dan hasil skor 12-15 dikategorikan
depresi berat (Greenberg, 2012).

Alat ukur lainnya yang secara luas digunakan adalah Hamilton Depression Rating
Scale (HDRS). HDRS dikembangkan untuk pasien rawat jalan, di mana dibutuhkan waktu
15-20 menit untuk menyelesaikan wawancara menggunakan alat ukur ini.

Menurut Kroenke dan Spitzer, untuk mendiagnosis depresi pada orang usia lanjut
dapat juga menggunakan The Patient Health Questionnaire 9 (PHQ-9) sebagai alat ukur
tervalidasi dengan sensitivitas 88% dan spesifisitas 88% (Taylor, 2015).
 PENGOBATAN GANGGUAN DEPRESI (UNIPOLAR)
1. Farmakoterapi
Obat utama yang diberikan pada pasien dengan gangguan depresi adalah obat-obat
anti depresan. Obat-obat anti-depresan umumnya diberikan selama 6-12 minggu,
dimulai dari dosis awal yang direkomendasikan (Tabel 1). Faktor terpenting
dalam memilih antidepresan adalah efektifitas dan toleransi pasien terhadap obat
tersebut. Antidepresan yang sering digunakan adalah:
a. Penghambat selektif serotonin/selective serotonin reuptake
inhibitor (SSRI)
SSRI adalah antidepresan generasi kedua. Obat ini merupakan obat pilihan
utama untuk gangguan depresi karena efek samping minimal dan
rendahnya resiko untuk overdosis. SSRI yang sering kali digunakan
adalah:
 Fluoksetin
 Sertralin
 Paroksetin
 Fluvoksamin
 Citalopram
 Esitalopram
b. Penghambat serotonin dan norpeinefrin/serotonin norepinephrine reuptake
inhibitor (SNRI)
SNRI merupakan antidepresan generasi kedua dan umumnya digunakan
pada pasien yang tidak menunjukkan respon terapi atau tidak dapat
mentoleransi SSRI. SNRI yang umum digunakan adalah:
 Duloksetin
 Venlafaksin
 Desvenlafaksin
 Milnasipran
c. Antidepresan trisiklik/tricyclic antidepressants (TCA)
Merupakan antidepresan generasi satu. TCA umumnya digunakan pada
pasien dengan depresi yang lebih berat atau yang tidak menunjukkan
respon dengan terapi SSRI. Meskipun lebih efektif dibandingkan dengan
anti depresan generasi kedua, TCA tidak rutin digunakan sebagai terapi
lini utama karena banyaknya efek samping yang disebabkan karena
aktifitas antikolinergik, seperti mulut kering, visus menurun, konstipasi,
retensi urin, takikardia, delirium, halusinasi, overdosis, kejang,
teratogenik, dan lainnya. Obat TCA yang paling umum digunakan adalah:
 Amitriptilin
 Imipramin
 Nortriptilin
d. Penghambat oksidase monoamin/monoamine oxidase inhibitor (MAOI)
MAOI merupakan obat antidepresan generasi pertama dan sudah sangat
jarang digunakan karena dapat memicu aktivitas simpatis, hipertensi, dan
reaksi dengan banyak bahan makanan. MAOI sebaiknya dihindari
pemberiannya pada depresi dan tidak digunakan untuk pengobatan lini
pertama. Pemberian MAOI sebaiknya dibawah pengawasan spesialis.
e. Anti-depresan lainnya
Anti-depresan golongan lain merupakan obat yang lebih baru. Beberapa
contoh obat golongan ini adalah:
 Bupoprion: memiliki efek terapetik yang hampir sama dengan
SSRI dengan efek samping yang lebih minimal
 Mitrazapin
 Nefazodon: tidak direkomendasikan karena efek hepatotoksisitas.
Selain anti depresan, obat-obat seperti anti-psikotik, anti-ansietas, atau
mood stabilizer dapat diberikan apabila diperlukan.
2. Psikoterapi
Psikoterapi dapat dilakukan sebagai upaya pengobatan lini utama ataupun
kombinasi dengan antidepresan. Psikoterapi dilakukan pada pasien dengan gejala
depresi ringan hingga sedang. Pasien yang tidak mengalami perbaikan gejala
setelah 12 minggu menjalani psikoterapi harus diberikan anti-depresan. Metode
psikoterapi yang umum dilakukan adalah:
a. Terapi kognitif dan perilaku/cognitive-behavioral therapy (CBT)
Terapi CBT untuk depresi meliputi strategi untuk mengubah cara
pikir/kognitif pasien yang teridiri dari pendangan negatif terhadap diri
sendiri, dunia, dan masa depan dan mengatur ulang perilaku, misalnya
dengan penerapan jadwal aktivitas, dan sebagainya. CBT dapat dilakukan
pada pasien dari seluruh kelompok usia. Pasien dengan CBT umumnya
lebih jarang mengalami rekurensi.
b. Terapi interpersonal/Interpersonal therapy (IPT)
Psikoterapi dengan IPT umumnya berlangsung selama 16 sesi dan lebih
mengutamakan hubungan interpersonal dan masalah personal yang
meliputi: kedukaan/bereavement, konflik dengan pasangan, konflik dengan
rekan kerja, konflik dengan teman terdekat, konflik dengan anggota
keluarga, perubahan fase hidup (perceraian atau pensiun), dan kekurangan
keterampilan sosial. IPT merupakan modalitas terapi yang efektif dan
spesifik untuk gangguan depresif mayor pada pasien dewasa.
c. Psikoterapi lainnya
Metode psikoterapi lain yang dapat digunakan antara lain:
 Terapi psikodinamik
 Terapi integratif
 Terapi sistemik
Selain terapi farmakologi dan psikoterapi, dapat dilakukan perubahan gaya
hidup dengan olah fisik, yoga, tai chi, akunputur, diet tinggi omega tiga.

PENDEKATAN DIAGNOSIS GANGGUAN BIPOLAR

Pada gangguan bipolar terdapat perubahan suasana hati yang dramatis tinggi, atau
marah menjadi sedih dan putus asa. Periode tertinggi dan terendah disebut periode mania akut
dan periode bipolar depresi. Gejala dan diagnosis periode bipolar depresi sama dengan
gangguan unipolar (gangguan depresi).

Sedangkan periode manik akut dikarakteristikkan adanya fluktuasi perilaku yang


menyimpang (misalnya banyak bicara, bicara keras, egomanik, paranoid dan tidak taat
aturan), sekurangnya selama 1 minggu (Diniz, 2011).

Diagnosis gangguan manik akut dapat menggunakan Young Mania Rating Scale
(YMRS) yang terdiri dari 11 skala penilaian klinis yang dirancang untuk menilai keparahan
dan respon terhadap pengobatan gejala manik. Alat ukur ini digunakan sebagai gold standar
secara luas baik untuk kepentingan klinis maupun penelitian. Informasi untuk skor diperoleh
dari gejala subjektif pasien dilaporkan selama 48 jam sebelumnya dan dari observasi klinis
selama wawancara.

Namun, YMRS tidak menilai gejala depresi bersamaan dan harus dinilai dengan skala
penilaian depresi lainnya seperti dijelaskan sebelumnya. Bila hasil skor sama dengan atau di
atas 14, maka pasien dinyatakan mengalami gangguan manik (Sajatovic & Chen, 2011).

 PENGOBATAN GANGGUAN BIPOLAR


1. Pemberian Obat
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk meredakan gejala gangguan bipolar
meliputi:
a. Moodstabilizer, seperti lithium, lamotrigine, dan carbamazepine.
b. Antikonvulsan, seperti asam valproat.
c. Antipsikotik, seperti aripiprazole, quetiapine, olanzapine, dan risperidone.
d. Antidepresan, seperti escitalopram, fluoxetine, dan sertraline
2. Psikoterapi
Berikut metode psikoterapi yang biasa digunakan untuk menangani gejala
gangguan bipolar:
a. Interpersonal and social rhythm therapy (IPSRT). IPSRT merupakan
metode yang terfokus pada kestabilan ritme aktivitas sehari-hari, seperti
waktu untuk tidur, bangun, hingga makan. Teraturnya ritme dalam
beraktivitas mampu membantu pasien untuk mengendalikan gejala
gangguan bipolar.
b. Cognitive behavioral therapy (CBT). Dengan CBT atau terapi perilaku
kognitif ini, dokter akan membantu pasien dalam mendeteksi hal yang
dapat memicu munculnya gejala gangguan bipolar, sehingga hal tersebut
dapat diganti dengan sesuatu yang positif.
c. Psychoeducation. Dokter akan mengedukasi pasien dengan hal-hal yang
perlu diketahui terkait kondisi yang tengah diderita. Dengan begitu, pasien
dapat dengan sendirinya mengidentifikasi penyebab munculnya gejala,
menghindarinya, dan membuat strategi penanganan ketika gejala gangguan
bipolar muncul.
3. Perubahan Gaya Hidup
Untuk mengurangi risiko gejala gangguan bipolar semakin buruk, penerapan pola
hidup sehat dapat membantu. Beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan
adalah:
a. Berhenti mengonsumsi alkohol atau NAPZA.
b. Jalin hubungan yang sehat dan positif.
c. Atur rutinitas yang sehat, seperti tidur yang cukup dan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang.
d. Penuhi kebutuhan cairan tubuh.

Anda mungkin juga menyukai