Anda di halaman 1dari 20

Nama: Gunawan Mahbub

NPM: 202122056

Matkul: Anatomi Fisiologi

SISTEM PENGINDERAAN.

Pengertian Pistem Pengindraan

Sistem pengindraan adalah organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan
tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa
(sensory infersion) dari organ indra menuju ke otak dimana perasaan ini di tafsirkan.

Serabut saraf dilengapai dengan ujung akhir yang khusus mengumpulkan rangsangan yang khas dimana
setiap orang berhubungan. Sistem indra memerlukan bantuan sistem saraf yang menghubungkan badan
indra dengan sistem saraf pusat. Organ indra merupakan sel-sel tertentu yang dapat menerima stimulus
dari lingkungan maupun dari dalam badan sendiri, untuk diteruskan sebagai impuls saraf melalui serabut
saraf ke pusat susunan saraf.

Setiap organ indra menerima stimulus tertentu hanya kesan yang sesuai dengan organ indra yang
mampu menerima stimulus, menghasilkan, dan mengirim impuls saraf. Interprestasi dari semua organ
indra dapat diklasifikasikan menjadi organ indra umum seperti reseptor peraba yang tersebar diseluruh
tubuh dan organ indra khusus seperti putting pengecap yang terbatas pada lidah.

Reseptor sensorik merupakan bagian dari neuron atau sel yang membentuk potensial aksi dalam
neuron. Reseptor ini sering disertai dengan sel bukan saraf yang mengelilinginya dan membentuk organ
indra. Bentuk tenaga diubah oleh reseptor mencakup tenaga mekanik (raba atau tekan), suhu (derajat
kehangatan), elektromagnetik (cahaya), dan kimiawi (bau dan pengecapan).

Reseptor dalam tiap organ indra beradaptasi untuk berespon terhadap suatu bentuk khusus, tenaga
pada ambang jauh lebih rendah dibandingkan reseptor lain yang berespon terhadap bentuk tenaga lain.

2.2. Macam-Macam Indra yang Dimiliki Manusia


2.2.1 INDRA PENGLIHATAN

Pertimbangan anatomik

Mata adalah organ indera yang kompleks yang berkembang dari bercak-bercak primitif yang peka
cahaya pada permukaan invertebrata. Dalam wadah pelindungnya, tiap mata mempunyai suatu lapisan
reseptor, suatu sistem lensa untuk memusatkan cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk
menghantarkan impuls dari reseptor ke otak.

a. Sklera

Lapisan pelindung luar bola mata disebut sklera, yang disebelah depan berubah menjadi kornea yang
transparan, fungsinya untuk membiarkan berkas cahaya untuk masuk ke dalam mata.

b. Badan koroid

Di sebelah dalam sklera adalah badan koroid, yaitu suatu lapisan berpigmen yang mengandung banyak
dari pembuluh-pembuluh darah yang memberi makan bentukan-bentukan dalam bola mata.Dua pertiga
posterior dari badan koroid dilapisi oleh retina, di sini terdapat jaringan syaraf yang mengandung
reseptor.

c. Lensa

Lensa kristalina adalah struktur transparan yang dipertahankan tempatnya oleh ligamentum ciliaris atau
biasa disebut zonula ziini.Zonula ini melekat pada bagian anterior badan koroid yang menebal.

Corpus cliare mengandung serabut-serabut otot sirkuler dan serabut-serabut membujur yang melekat
dekat perbatasan kornea dan sklera.

Fungsi lensa ialah untuk memfokuskan cahaya yang berasal dari benda agar jatug tepat di retina mata.

d. Iris

Di depan lensa terdapat iris yang memberi warna pada mata. Iris mengandung serabut-serabut otot
siruler yang berfungsi untuk menyempitkan dan serabut-serabut radial yang berfungsi melebarkan
pupil.Perubahan-perubahan pada diameter pupil dapat menimbulkan sampai 5 kali perubahan pada
jumlah cahaya yang mencapai retina.

Fungsi utama iris adalah untuk meningkatkan jumlah cahaya masuk kedalam mata pada waktu gelap dan
untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk kedalam mata pada waktu terang.

e. Retina
Tersusun dalam 10 lapisan dan mengandung sel-sel batang dan sel-sel kerucut

Yang berfungsi sebagai reseptor bagi indera penglihatan, ditambah dengan 4 jenis neuron:

1. Sel bipolar

2. Sel ganglion

3. Sel horisontal

4. Sel amakrin

Sel kerucut yang dekat dengan badan koroid bersinaps dengan sel ganglion.Akson sel ganglion
berkumpul dan meninggalkan bola mata sebagai nervus opticus.Sel horisontal menghubungkan sel
reseptor satu dengan sel reseptor lainnya. Dan sel amakrin menghubungkan sel ganglion satu sama
lainnya di dalam lapisan pleksiform luar.

Karena lapisan reseptor retina merapat dengan badan koroid, sehingga berkas cahaya harus melalui
lapisan sel ganglion dan sel bipolar agar bisa mencapai sel batang dan sel kerucut.Lapisan pigmen koroid
disebelah luar retina menyerap berkas cahaya, dan mencegah pantulan kembali melalui retina. Pantulan
seperti ini akan menimbulkan kekaburan pada bayangan penglihatan.

Unsur-unsur saraf retina terikat bersama-sama oleh sel-sel glia yang disebut sel-sel muller.Nervus
opticus meninggalkan bola mata dan pembuluh darah retina masuk ke dalam bola mata pada sebuah
tempat 3 mm medial dan sedikit ke atas dari katup belakang dari bola mata. Daerah ini telihat melalui
oftalmoskop sebagai papila nervi optici. Disini tidak terdapat reseptor penglihatan dan akibatnyabercak
ini buta atau biasa disebut bercak buta.

Pada katup belakang bola mata terdapat bercak yang berwarna kuning yang merupakan tempat dari
fovea centralis yaitu bagian retina yang menipis dan tidak mengadung sel-sel batang diman kerucut
berdesak-desakkan sangat padat dan dimana sangat sedikit sel dan tidak ada pembuluh darah yang
menutupi reseptor. Fovea adalah dimana titik penglihatan paling besar. Apabila perhatian orang
ditujukan pada sebuah benda, mata normal akan bergerak sehingga berkas cahaya yang datang dari
benda itu jatuh pada fovea.

Suplai darah bernutrisi pada lapisan dalam retina berasal dari arteria retina sentralis yang memasuki
bola mata melalui pusat saraf optik dan selanjutnya mempercabangkan diri untuk menyuplai seluruh
permukaan dalam retina.

Lapisan terluar retina yang melekat pada badan koroid yang juga merupakan jaringan kaya pembuluh
darah di antara retina dan sklera.

1. Lintasan saraf

Akson sel-sel ganglion berjalan ke caudal dalam nervus poticus dan tractus opticus dan berakhir pada
corpus genicalatum laterale (suau bagian dari talamus)
Serabut serabut dari masing-masing hemiretina nasal mengadakan persilangan (decussatio) pada
chiasma opticum.

Cabang-cabang akson sel ganglion melintas dari tractus opticus ke daerah prakektal dari otak tengah dan
colliculus superior inilah dimana terbentuk hubungan yang mengawali refleks penglihatan.

2. Reseptor

Tiap-tiap sel batang dan sel kerucut dibagi dalam segmen dalam dan luar, daerah inti dan daerah
sinaps.Segmen luar berubah menjadi cilia dan terdiri dari tumpukan yang teratur berupa kantong-
kantong gepeng yang terbentuk dari membran.Kantong-kantong inilah yang mengandung pigmen yang
peka cahaya.

Segmen luar sel batang secara terus menerus diperbaharui dengan pembentukan kantong-kantong yang
baru pada ujung dalam segmen dan fagositosis kantong-kantong-kantong yang lama dari ujung luar oleh
sel epitel pigmen.

Fovea tidak mengandung batang, dan tiap-tiap sel kerucut fovea dihubungkan oleh satu hipoler kerdil
dengan satu sel ganglion, sehingga tiap-tiap sel kerucut fovea dihubungkan dengan satu serabut dalam
nervus opticus.

Dalam mata Manusia memiliki kira-kira 6 juta sel kerucut dan 120 juta sel batang. Akan tetapi hanya 1,2
juta serabut saraf dalam tiap nervus opticus.

Sel batang sangat peka terhadap cahaya dan merupakan reseptor untuk penglihatan malam
(penglihatan skotopik). Indra penglihatan skotopik ini tidak mampu mengurai detail dan batas-batas
benda atau menentukan warna.

Sel kerucut mempunyai ketajaman lebih besar dan merupakan sistem untuk penglihatan pada cahaya
yang terang (penglihatan fotofik) dan untuk penglihatan warna. Jadi ada 2 jenis input ini, masing-masing
berfungsi secara maksimum pada keadaan penerangan yang berbeda yang dinamakan “teori
penglihatan rangkap”.

3. Mekanisme fotoreseptor

Perubahan potensial yang menimbulkan potensial aksi pada retina dibangkitkan oleh kerja cahaya pada
senyawa peka cahaya pada sel batang dan sel kerucut. Apabila cahaya diserap oleh zat ini, bangunnya
akan berubah dan perubahan ini bertanggung jawab untuk pembentukan aktivitas saraf.

Senyawa peka cahaya (fotosensitif) pada mata manusia dan kebanyakan mamalia lainnya tersusun dari
protein yang dinamakan opsin, dan retinen1, aldehida dari vitamin A1.Istilah retinen1 dipakai untuk
membedakan senyawa ini dengan retinen2 yang ditemukan pada mata beberapa jenis binatang. Karena
retinen adalah aldehiada maka biasa disebut juga dengan retinal. Vitamin A sendiri adalah alkohol dan
karena itu dinamakan sebagai Retinol.
Rodopsin adalah pigmen peka cahaya pada sel batang.Biasanya disebut sebagai ungu penglihatan (visual
purple).Opsinnya disebut scotopsin.

Jumlah rodopsin dalam reseptor berbanding terbalik dengan cahaya yang masuk ke mata.

Rodopsin dan Iodopsin disintesis oleh vitamin A, sehingga ketika terjadi Avitaminosis vitamin A akan
menimbulkan gangguan penglihatan. Diantara gangguan ini yang paling dini adalah buta malam atau
niktalopia. Keadaan ini pertama kali menarik perhatian terhadap peran vitamin A dalam fungsi sel
batang, defisiansi vitamin A berkembang apabila pendapatan sehari-hari akan vitamin iniyang larut
dalam lemak berkuran atau penyerapan vitamin A oleh usus terganggu. Defisiensi yang bertahan
mempunyai hubungan dengan perubahan anatomik pada sel batang dan sel kerucut yang diikuti dengan
degenerasi lapisan saraf retina.

4. Mekanisme pembentukan bayangan

Mata mengubah energi dalam spektrum cahaya yang terlihat menjadi potensial aksi dalam nervus
opticus.Panjang gelombang cahaya terlihat adalah kira-kira 397-723 nm. Bayangan dari benda
disekitarnya akan difokuskan pada retina. Berkas cahaya yang mengenai retina akan menimbulkan
potensial pada sel batang dan sel kerucut. Impuls yang dibentuk dalam retina akan dihatarkan ke
korteks serebri, dimana akan di timbulkan kesan penglihatan.

5. Akomodasi

Proses dimana kecembungan lensa diperbesar dinamakan Akomodasi. Pada saat diam, lensa
dipertahankan tegang oleh keregangan ligamentum ciliaris. Karena bahan lensa liat dan kapsula lensa
sangat kenyal, lensa akan ditarik menjadi bentuk yang gepeng. Bila pandangan diarahkan pada benda
yang dekat M. ciliaris akan berkontraksi. Ini akan menurunkan jarak antara tepi-tepi corpus ciliare dan
melemaskan ligamentum ciliaris, sehingga lensa melentur dan menjadi lebih konveks. Perubahan dalam
bentuk ini dapat menambah sebanayak 12 Dioptri pada daya bias mata.

6. Gerakan mata

Pergerakan mata di pengaruhi enam otot yang berdempet ke sklera yang mengendalikan pergerakan
mata dalam orbit.Enam otot ini diatur oleh saraf kranial III (okulomotor), IV (trochlear) dan VI
(abducens).

Terdapat 4 jenis gerakan mata.Masing-masing dikendalikan oleh sistem saraf yang berlainan tetapi
menggunakan lintasan akhir yang bersam-sama.

Adapun ke empat gerakan mata tersebut yaitu:

1. Saccades, yaitu gerakan tersendat-sendat yang tiba-tiba terjadi bila pandangan bergeser dari satu
benda ke benda lainnya.
2. Gerakan vestibuler, yaitu gerakan penyesuaian yang terjadi sebagai respons terhadap rangsangan
yang timbul dalam canalis semisircularis, dan mempertahankan fiksasi penglihatan apabila kepala
bergerak.

3. Gerakan konvergen, yaitu ketika aksis penglihatan saling mendekati apabila perhatian diarahkan
pada benda yang dekat dengan pengamat.

4. Gerakan pemburu yang lain, yaitu gerakan mata yang mengikuti benda yang bergerak.

7. Sistem cairan mata – Cairan intraokular

Mata diisi dengan ciran intraokular yang mempertahankan tekanan yang cukup pada bola matauntuk
menjaga distensinya.

Cairan intraokular dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Humor aquosus, yang berada di antara permukaan posterior lensa dan retina.

2. Humor aquosus adalah cairan yang mengalir bebas.Humor aquosus secara terus menerus dibentuk
dan direabsorbsi. Keseimbangan antara pembentukan dan reabsorpsi mengatur volume total dan
tekanan cairan intraokular.

3. Humor viterus atau badan viterus, adalah sebuah massa dari gelatin yang diletakkan oleh sebuah
jaringan fibriler halus yang terutama tersusun dari molekul proteoglikan yang sangat panjang.

8. Kelainan pada indra penglihatan

a. Presbiopia, yaitu keadaan dimana lensa hampir sama sekali tidak dapat berakomodasi. Biasanya
terjadi pada penglihatan orang yang sudah lanjut usia.

b. Emetropia, yaitu mata akan dianggap norma atau “emetrop” biala cahaya sejajar dari objek jauh
difokuskan di retina pada keadaan otot siliaris relaksasi total.Ini berarti bahwa mata emetrop dapat
melihat semua objek jauh secara jelas dengan otot siliaris yang relaksasi.Namun untuk melihat objek
dekat, otot siliaris harus berkontraksi agar mata dapat berakomodasi dngan baik.

c. Hiperopia (penglihatan jauh)

Biasanya terjadi akibat bola mata terlalu pendek atau kadang-kadang karena lensa terlalu lemah.Pada
keadaan ini cahaya sejajar kurang dibelokkan oleh sistem lensa sehingga tidak terfokus di retina.

Pasien hiperopia sering tidak dapat berakomodasi cukup kuat untuk memfokuskan objek jeuh sekalipun,
apalagi untuk memfokuskan objek dekat.

d. Miopia (penglihatan dekat)

Keadaan ini biasanya disebabkan karena bola mata yang terlalu panjang atau kadang-kadang karena
daya bias sistem lensa terlalu kuat.
Pada miopia sewaktu otot siliaris relaksasi total, cahaya dari objek jauh difokuskan didepan retina.

e. Astigmatisma

Merupakan kelainan refraksi mata yang menyebabkan bayangan penglihatan pada satu bidang
difokuskan pada jarak yang berbeda dari bidang yang tegak lurus terhadap bidang tersebut.

Hal ini paling sering disebabkan oleh terlalu besarnya lengkung kornea pada salah satu bidang di mata.

f. Katarak

Katarak adalah kelainan mata yang terjadi pada orang tua.Katarak adalah suatu daerah berkabut atau
keruh didalam lensa.Pada stadium dini pembentukan katarak, protein dalam serabut-serabut lensa di
bawah kapsul mengalami denaturasi.

g. Strabismus (mata juling)

INDRA PENDENGARAN.

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks.Indera pendengaran
berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting
untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

1. Anatomi Telinga

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan
dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang
telinga).Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi
kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada
lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis
auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular.
Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika
membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter.
Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga
medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada
membrana timpani.Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang
mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga
mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat
antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.
2. Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik
di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran
kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis
normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara
merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring
berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.Osikuli
dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.Ada
dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah
dengan telinga dalam.Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga
tengah.Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat
tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.anulus jendela
bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat
mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke
nasofaring.Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum
ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.Tuba berfungsi sebagai drainase untuk
sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

3. Anatiomi telinga dalam

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea)
dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea
vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi.Koklea dan kanalis semisirkularis
bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak
membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan
keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan
seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran
spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin,
namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan
perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus
koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus
koklearis, dan organan Corti.Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan
endolimfe.Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga
dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular
menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut
labirin membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular
nervus kranialis VIII ke otak.Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut
utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis
VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung
dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi
nervus koklearis (nervus kranialis VIII).Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius
internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).Kanalis auditorius internus membawa nervus
tersebut dan asupan darah ke batang otak.

4. Keseimbangan dan Pusing

Kelainan sistem keseimbangan dan vestibuler mengenai lebih dari 30juta orang Amerika yang
berusia 17 tahun ke atas dan mengakibatkan lebih dari 100.000 patah tulang panggul pada populasi
lansia setiap tahun.

Keseimbangan badan dipertahankan oleh kerja sama otot dan sendi tubuh (sistem proprioseptif), mata
(sistem visual), dan labirin (sistem vestibuler). Ketiganya membawa informasi mengenai keseimbangan,
ke otak (sistem serebelar) untuk koordinasi dan persepsi korteks serebelar.Otak, tentu saja,
mendapatkan asupan darah dari jantung dan sistem arteri.Satu gangguan pada salah satu dari daerah ini
seperti arteriosklerosis atau gangguan penglihatan, dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan.

Aparatus vestibularis telinga tengah memberi unipan balik mengenai gerakan dan posisi kepala,
mengkoordinasikan semua otot tubuh, dan posisi mata selama gerakan cepat gerakan kepala.

5. Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat

Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi olehj anulare fieksibel dari stapes dan
membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi,
getaran stapes menerima impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan
duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang utuh, jadi memungkinkan
gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal,
suara merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal stimulasi mencapai jendela
bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang
memungkinkan gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini
mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas cairan telinga dalam dan
rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti.Akibatnya terjadi penurunan kemampuan
pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius telinga tengah yang akan
dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang
penting, stapes, yang menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam
telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan mem¬brana
basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut organ Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.
Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Sel
rambut akan memulai impuls saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius
dalam otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan melalui telinga luar dan tengah yang
terisi udara berjalan melalui konduksi udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung
ke telinga dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan jalur yang lebih
efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau terputusnya rantai osikulus akan
memutuskan konduksi udara normal dan mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan
pendengaran konduktif.

6. Gangguan pendengaran

a. Kehilangan Pendengaran

Ada dua jenis kehilangan pendengaran.

1. Kehilangan konduktif

biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen, atau kelainan telinga tengah,
seperti otitis media atau otosklerosis. Pada keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui
udara ke telinga dalam terputus.

2. kehilangan sensoris

melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain kehilangan konduktsi dan sensori
neural, dapat juga terjadi kehilangan pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran
fungsional.Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik konduktif maupun
sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun konduksi tulang.Kehilangan suara fung¬sional
(atau psikogenik) bersifat inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme
pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan emosional.

b. Gangguan Telinga Luar

1. Otalgia

Otalgia adalah rasa nyeri pada telinga. Karena telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V,
VII, IX, dan X selain cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat
sensitif.

Otalgia adalah gejala yang dapat timbul dari iritasi lokal karena banyak kondisi dan dapat juga
disebabkan oleh nyeri pindahan dari laring dan faring.Banyak keluhan nyeri telinga sebenarnya akibat
nyeri di dekat ser ndi temporomandibularis.Diperkirakan bahwa lebih c 50% pasien yang mengeluh
otalgia tidak ditemukan pnyakit telinganya.

2. Impaksi Serumen
Secara normal serumen dapat tertimbun dalam ka eksternus dan dalam jumlah dan warna yang bervaria
Meskipun biasanya tidak perlu dikeluarkan, kadang kadang dapat mengalami infaeksi, menyebabkan
rasa penuh dalam telinga, dan/atau kehilangan perdengaran. Penumpukan serumen terutama
bermakna populasi geriatrik sebagai penyebab defisit pendengar Usaha membersihkan kanalis
auditorius dengan bata korek api, jepit rambut, atau alat lain bisa berbahay karena trauma terhadap
kulit dapat mengakibatkan infek atau kerusakan gendang telinga.

INDRA PENCIUMAN.

Penciuman dan pengecapan umumnya digolongkan sebagai perasaan viseral karena hubungannya
yang erat dengan fungsi pencernaan. Secara fisiologis fungsi ini berhubungan satu sama lainnya. Cita
rasa dari berbagai makanan sebagian besar merupakan gabungan dari rasa kecap dan baunya. Akibatnya
cita rasa makanan dapat terasa berbeda apabila seseorang menderita pilek yang menekan indra
penciumannya.

Reseptor pencium dan pengecap keduanya adalah kemoreseptor yang dirangsang oleh molekul-molekul
dalam larutan dalam cairan hidung dan mulut. Akan tetapi, kedua indra ini secara anatomis sangat
berbeda reseptor pencium adalah reseptor jauh (teleseptor) lintasan penciuman tidak mempunyai
sambungan dalam talamus dan tidak terdapat daerah proyeksi dalam neokorteks untuk penciuman.

1. Membran Mukosa Penciuman

Reseptor pencium terletak pada bagian khusus dari mukosa hidung, membran mukosa pencium
berpigmen kekuning-kuningan.

Sel-sel penyangga mensekresi lapisan mukus yang terus menerus melapisi epitel dan mengirimkan
banyak mikrofili rambut halus ke dalam mukus ini.Tersebar diantara sel-sel penyangga membran
mukosa ini terdapat 10-20 juta reseptor.Tiap-tiap reseptor pencium adalah satu neuron.

Membran mukosa penciuman dikatakan merupakan tempat dimana sistem saraf paling dekat dengan
dunia luar.Neuronnya mempunyai dendrit yang pendek dan tebal dengan ujung-ujung yang melebar dan
dinamakan batang pencium atau (olfactory rods).Dari batang ini cilia diulurkan ke permukaan mukus.

Akson dari neuron reseptor pencium menembus laminal cribosa dari os ethmoidale dan masuk ke dalam
bulbus olfactorius.

2. Bulbus olfactorius

Di dalam bulbus olfactorius akson reseptor berakhir diantara dendrit-dendrit dari sel-sel mitral dan sel-
sel berjambul (tufted) untuk membentuk kompleks sinaps bulat yang dinamakan glomeruli olfactori.
Rata-rata 26.000 akson sel reseptor berkonvergensi pada tiap-tiap glomerulus.Akson dari sel mitral dan
berjambul melintas ke posterior melalui stria olfactori media unutk berakhir pada substantia perforata
anterior dan trigonom olfactorium.Implus yang berhubungan dengan refleks penciuman melintas dari
daerah ini ke sisi sistem limbik dan hipotalamus. Sebagian besar akson dari sel-sel mitral, melintas dari
glomeruli melalui stria olfactori lateral ke korteks dan bagian medial dari nukleus amigdalae ipsilateral
dan ke korteks prepiriform dan periamigdalae. Disamping input dari luar berasal dari membran mukosa
penciuman melalui nervus olfactorius, terdapat pula tiga input dari lain-lain bagian otak masuk ke dalam
bulbus olfactorius. Satu dari input sentral berasal dari nukleus cabang horisontal jalur diagonal (serabut
sentrifugal). Input lain berasal dari nukleus olfactorius anterior sisi yang sama, sedangkan input yang
ketiga berasal dari nukleus olfactorius anterior kontralateral dan mencapai bulbus olfactorius
melaluicommissuraanterior.

3. Fisologi Penghidung

a. Perangsang reseptor

Reseptor-reseptor penciuman hanya memberi respon terhadap zat yang bersentuhan


dengan epitel penciuman dan larut dalam lapisan mukus yang tipis.Ambang penciuman untuk berbagai
zat representatif melukiskan kepekaan yang menyolok dari reseptor penciuman terhadap beberapa
zat.Misalnya, metil merkaptan, yaitu zat yang memberi bau yang khas pada bawang, dapat dicium pada
konsentrasi yang kurang dari sepersatu juta miligram perliter udara.Apabila molekul berbau merangsang
reseptor maka timbulah potensial reseptor.

Satu teori mengemukakan bahwa molekul berbau menekan aktivitas sistem enzim epitel dan
menyebabkan perubahan pada reaksi-reaksi kimia. Teori lain mengemukakan bahwa molekul berbau
mengubah permukaan sel-sel reseptor yang menyebabkan total listriknya. Teori yang ketiga
mengemukakan bahwa molekul hanya mengubah permeabilitas Na dari membran reseptor.

b. Mendengus

Bagian rongga hidung yang mengandung reptor pencium mendapat fentilasi yang sangat
sedikit.Sebagian besar udara biasanya bergerak dengan tenang melalui bagian bawah rongga hidung
pada setiap siklus pernapasan.Jumlah udara yang mencapai bagian ini sangat meningkat dengan
mendengus yaitu suatu gerakan yang menyertakan kontraksi bagian bawah lubang.Hidung pada septum
untuk membantu membiasakan arus udara ke atas.

Mendengus adalah respon semirefleks yang biasanya terjadi apabila bau yang baru
menarik perhatian.

c. Peranan serabut-serabut nyeri dalam hidung

Ujung-ujung telanjang dari banyak serabut nyeri N. trigeminus ditemukan dalam membrana mukosa
penciuman. Serabut-serabut ini terangsang oleh zat-zat yang menyangat, dan perasaan menyengat
komponen yang timbul dari trigeminus merupakan komponen dari”bau” yang khas dari zat seperti
minyak permen, menthol, dan klor. Ujung-ujung ini jugsa yang bertanggung jawab untuk menimbulkan
refleks bersin, mengeluarkan air mata, sesak nafas, dan respon refleks lainnya terhadap iritan terhadap
hidung

d. Adaptasi
Telah diketahui umumnya bahwa bila seseorang secara terus menerus terkena bau yang paling tidak
enakpun, persepsi dari bau itu menurun dan akhirnya berhenti.Fenomena yang kadang-kadang berguna
ini disebabkan karena adaptasi yang agak cepat yang terjadi pada sistem penciuman.Adaptasi ini adalah
spesifik untuk bau tertentu yang dicium, ambang untuk bau-bau lainnya tidak berubah.Adaptasi
penciuman sebagian adalah peristiwa sentral, tetapi juga karena perubahan pada reseptor.

INDRA PENGECAP

Lidah merupakan bagian tubuh yang penting untuk indra pengecap yang di dalamnya terdapat
kemoreseptor untuk merasakan respon rasa asin, asam, pahit, dan rasa manis.

1. Muskulus-muskulus pada Lidah :

A. Muskulus Ekstrinsik

§ M. Genioglossus : mrpkn otot lidah terkuat

§ M. Hyoglossus : berupa lembaran 4 sisi yang tipis

§ M. Styloglossus : menggerakkan lidah ke depan dan ke belakang

B. Muskulus Intrinsik

§ M. Longitudinalis Superior-inferior Linguae

§ M. Tranversus Linguae

§ M. Verticalis Linguae

2. Pembagian Lidah Berdasarkan Lokasi :

• Lidah terletak pada dasar mulut

• Pemblh darah & urat saraf keluar-masuk pada akarnya

• Ujung serta pinggir lidah bersentuhan dgn gigi bwh

• Permukaan melengkung pada bagn atas lidah dsbt Dorsum

• Permukaan bwh lidah dsbt Frenulum Linguae


3. Bagian-bagian pada Lidah :

• Radiks Linguae ( pangkal lidah )

• Dorsum Linguae ( punggung lidah )

• Apeks Linguae ( ujung lidah )

4. Papila-papila pada Lidah :

a. Papillae sirkumvalata : ada 8 hingga 12 buah dari jenis ini yang terletak pada bagian dasar lidah.

b. Papillae fungiformis : menyebar pada permukaan ujung dan sisi lidah, dan berbentuk jamur.

c. Papillae filiformis: adalah yang terbanyak menyebar pada seluruh permukaan lidah. Papillae
filiform lebih berfungsi untuk menerima rasa sentuh.

5. Proses Taste Buds pada Lidah :

• Setiap kuncup pengecap (taste buds) disarafi beberapa serabut saraf, Yi : nervus kranialis V, VII, IX,
X.

• Nervus Lingualis memasuki regio submandibularis, langsung menempel ke mandibula dan


melengkung ke depan pada mandibula hyoglossus untuk memasuki lidah.

• Nervus tsb akan diteruskan oleh masing2 nervus kranialis dan ketiganya berhenti di Medula
Oblongata & mmbntuk Traktus Solitarius

6. Kelainan-kelainan pada Lidah :

·Glositis , atau peradangan lidah. dengan gejala-gejala berupa adanya ulkus dan lendir yang menutupi
lidah.

• Leukoplakia , ditandai oleh adanya bercak-bercak putih yang tebal pada permukaan lidah (juga pada
selaput lendir pipi dan gusi).

• Lidah terbelah (bifid /clef tongue) : akibat gangguan perpaduan bagian kanan dan kiri.

·Microglossia dan macroglossia : akibat kekurangan hormon kelenjar gondok pada ibunya.

· Linggual thyroid : penonjolan pada pangkal lidah sekitar toramen coecum.

· Radang Khronik :

1. Yang tidak khas :

a. Geographic tongue
b. Hairy tongue

2. Yang khas :

a.Tuberkulosis

b. Syphilis

INDRA PERABA

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup. Kulit
menyokong penampilan dan kepribadian sesorang dan menjadi ciri berbagai tanda kehidupan yaitu ras,
genetik, estetik, budaya, bangsa dan agama.

Kulit juga dapat menjadi indikator kesehatan, kemakmuran, kemiskinan, dan kebiasaan, di samping
sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan lainnya.

Kulit juga dapat menjadi sarana kontak seksual, cinta, persahabatan, atau kebencian.Kerusakan lebih
dari 30% luas kulit, misalnya akibat luka bakar, dapat segera menyebabkan kematian, karena kulit
mempunyai faal yang vital bagi tubuh manusia.

1. Bagian-bagian kulit

a. Epidermis

Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang
menjadikan kulit kedap air.Sel superfisial dari stratum ini secara kostan dilepaskan dan diganti. Sel lain
mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu
merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit.Lapisan keempat mengandung
sel yang memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap pengaruh
sinar UV.Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam ruang
interselular.

b. Dermis

Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial dibandingkan bagian
dalamnya. Dapat diidentifikasi 2 lapisan : yang pertama mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh
darah dan limfatika ; yang kedua mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula
sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.

c. Hipodermis

Ini merupakan zona transisional diantara kulit dan jaringan adiposa di bawahnya.Mengandung sel lemak
demikian juga jaringan ikat putih dan kuning, kumparan dari sejumlah glandula sebasea dan radiks dari
sejumlah rambut.

Pemberian zat makanan dermis atau porium tergantung pada vena dan limfatika.Baik saraf bermielin
maupun tidak bermielin ditemukan dalam kulit yang berisi organ akhir dan banyak serat saraf.Organ ini
memberikan respon sensasi panas, dingin, nyeri, gatal, dan raba ringan.

d. Kelenjar Keringat

Kelenjar keringat terdiri dari glomerolus atau bagian sekresi dan duktus. Secara relatif terdapat catu
darah yang kaya dan menskresi keringat yang agak keruh, hampir tidak berbau, hampir mengandung
99% air, dan sejumlah kecil khlorida, urea, amonium, asam urat dan kreatinin. Berbagai tipe kelenjar
keringat ditemukan pada area seperti genetalia, anus, aksila dan puting susu dan masing-masing juga
mempunyai bau yang khas.

e. Appendises

Appendises termasuk rambut dan kuku.Rambut berasal epitel dan terbentuk dari sel tanduk yang
mengalami modifikasi yang timbul dalam struktur yang kompleks, yaitu folikel yang terletak dalam
lapisan dermis yang lebih dalam.Pada saat rambut melintasi lapisan permukaan dari dermis maka
rambut dilapisi oleh sebum yang merupakan eksresi dari glandula kecil yang terletak berdekatan dengan
batang rambut.Fungsinya adalah melumasi kulit dan menjaga kulit tetap lentur, bertindak sebagai
penolak air dan melindungi kulit dari udara yang kering.

Kuku terdiri dari sel tanduk yang mengalami modifikasi yang bersatu dengan kuat.Pada bagian proksimal
kuku terbentuk dalam matriks kulit. Dasar kuku terdiri dari sel prickle yang mengalami modifikasi pada
mana kuku melekat dengan kuat.

Kuku sebagian memperoleh warna dari darah dan sebagian dari pigmen dalam epidermis terutama
melanin. Sebagai penitup bagian luar maka kulit mempunyai banyak fungsi yang tidak saja besifat
protektif, tetepi juga termasuk yang berikut :

1. Bertindak sebagai barier terhadap infeksi asal berada dalam keadaan utuh, tetapi dapat juda dirusak
oleh mikroorganisme dengan aksi dari asam lemak rantai panjang yang ditemukan dalam kulit. Invasi
bakteri dapat juga terhalang oleh keasaman kulit.

2.Ketahanan jaringan yang kuat melindungi jaringan di bawahnya.


3.Kulit bertindak sebagai insulator (hipoderm) dan membantu mengatur suhu tubuh. Pengendalian suhu
tubuh juga merupakan fungsi dari glandula sudorifera dan pembuluh darah. Ketika hari panas, glandula
menskresi keringat, dan penguapannya menyebabkan pendinginan ; pembuluh darah berdilatasi untuk
memungkinkan keluarnya panas tubuh dengan meningkatkan aliran darah dekat dengan permukaan
tubuh. Ketika hari dingin, pembuluh darah berkonstriksi, menurunkan aliran darah dan dengan demikian
menurunkan kehilangan panas.

4. Karena mengandung akhiran saraf sensorik, sensasi dari kulit memainkan peranan penting dalam
mempertahankan kesehatan.

5.Sampai tingkat tertentu, kulit bertindak sebagai organ ekskresi untuk mengeluarkan produk sampah
tubuh. Karena itu memainkan peranan dalam mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

6. Dalam kondisi yang sesuai, kulit mencatu vitamin D tubuh. Vitamin ini terbentuk dengan aksi
fotokimia dari sinar UV pada sterol yang diduga diekskresikan dalam sebum.

2. Fisiologi kulit

a. Fungsi Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik maupun mekanik, misalnya
tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa
kuat lainnya), gangguan panas atau dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman,
jamur, bakteri atau virus.

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan
kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh.Gangguan sinar UV
diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi
dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 –
6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam
kulit.

Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan diri secara teratur
dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau
masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh.Fungsi sawar kulit
terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat
kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut.Skrotum adalah
kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan
punggung tangan.Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik
sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
b. Fungsi Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.tetapi cairan yang mudah
menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit
terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara,
metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit.Penyerapan dapat melalui celah antar sel,
saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.

c. Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam
tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas
pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap
cairan amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit
melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit
tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit
pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel
epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis
(transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.

d. Fungsi Pengindra (Sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.Badan Ruffini yang terletak di
dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krausse.Badan
taktil Meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-
Renvier yang terletak di epidermis.Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah
erotik.

e. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh
darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke
permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh.
Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas
pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme
termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding
pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi
belum berjalan dengan baik.

f. Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)


Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf,
jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk
menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase,
ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar
matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat.
Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi
pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit
dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.

g. Fungsi Keratinisasi

Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit, melanosit dan sel
Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih
poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel
granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang
menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya
mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari
permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal
sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna
untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa
macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.

h. Fungsi Produksi Vitamin D

Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan
sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga
diperlukan tambahan vitamin D dari luar melaui makanan.

i. Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk
mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka
yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air
matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah
kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit
yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua
fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Guyton & Hall.2007.Buku ajar fisiologi kedokteran. Alih bahasa: Irawati. Jakarta: EGC

Ganong.W.F. 1980.Fisiologi kedokteran (review of medical phisiology). Jakarta: EGC

Syaifuddin .2009.anatomi tubuh manusia. Jakarta: salemba medika

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai