Askep Ppok

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 24

 

LAPORAN PENDAHULUAN PPOK


(PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS)

A. DEFINISI PENYAKIT
Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah gangguan progresif lambat kronis ditandai oleh
obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran
pernafasan reversibel pada asma (Davey, 2003)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk
bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang tidak dapat pulih yang
berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaraan
patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan
yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).(Sylvia Anderson Price, 2005)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan
udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma
bronkial. (Muttaqin, 2008).

Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernafasan


1. Anatomi sistem pernafasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang
berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan,
terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan berhubungan
dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke
depan lubang laring dan ke belakang lubang esofagus).
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea
di bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan yang biasanya
disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan
makanan menutupi laring.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai
20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah
dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah
luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi
oleh jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-
paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin,
mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus 11 bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli).Pada bronkioli tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung bronkioli terdapat
gelembung paru atau gelembung hawa atau alveoli. Bronkus pulmonaris,trakea terbelah menjadi dua
bronkus utama : bronkus ini bercabang lagi sebelum masuk paru-paru.
Dalam perjalanannya menjelajahi paru-paru,bronkus-bronkus pulmonaris bercabang dan
beranting lagi banyak sekali. Saluran besar yang mempertahankan struktur serupa dengan yang dari
trakea mempunyai diinding fibrosa berotot yang mengandung bahan tulang rawan dan dilapisi
epitelium bersilia. Makin kecil salurannya, makin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal
dinding fibrosa berotot dan lapisan silia. Bronkus terminalis masuk kedalam saluran yang agak lain
yang disebut vestibula, dan disini membran pelapisnya mulai berubah sifatnya : lapisan epitelium
bersilia diganti dengan sel epithelium yang pipih. Dari vestibula berjalan beberapa infundibula dan
didalam dindingnya dijumpai kantong-kantong udara itu . kantong udara atau alveoli itu terdiri atas
satu lapis tunggal sel epitelium pipih, dan disinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara
suatu jaringan pembuluh darah kapiler mengitari alveoli dan pertukaran gas pun terjadi.Pembuluh
darah dalam paru-paru.
Arteri pulmonaris membawa darah yang sudah tidak mengandung oksigen dari ventikel kanan
jantung ke paru-paru; cabang-cabangnya menyentuh saluran-saluran bronkial, bercabang-cabang lagi
sampai menjadi arteriol halus; arteriol itu membelah belah dan membentuk jaringan kapiler dan kapiler
itu menyentuh dinding alveoli atau gelembung udara. Kapiler halus itu hanya dapat memuat sedikit ,
maka praktis dapat dikatakan sel-sel darah merah membuat garis tungggal.
Daya muat udara oleh paru-paru,besar daya muat udara oleh paru-paru ialah 4.500 ml sampai
5000 ml atau 4½ sampai 5 liter udara. Hanya sebagian kecil dari udara ini, kira-kira 1/10 nya atau 500
ml adalah udara pasang surut (tidal air ), yaitu yang dihirup masuk dan diembuskan keluar pada
pernafasan biasa dengan tenang.Kapasitas vital,volume udara yang dapat dicapai masuk dan keluar
paru-paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas paruparu. Diukurnya dengan alat
spirometer. Pada seorang laki-laki, normal 4-5 liter dan pada seorang perempuan ,3-4 liter. Kapasitas
itu berkurang pada penyakit paru-paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru-paru), dan
kelemahan otot pernafasan..

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetik yaitu difisiensi α-1 antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya
Penyakit Paru Obstruksi Kronik dini. (mansjoer, 2001).
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah sebagai
berikut:
Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu
sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukupurulent sesak sampai
menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana
cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari.
Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit pada
keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat
akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan
suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi, dan hiperresonansi pada perkusi :
•Anoreksia
•Penurunan berat badan dan kelemahan
•Takikardia, berkeringat
•Hipoksia
Semua penyakit pernapasan dikaraktaristikan oleh obstruksi koronis pada aliran udara. Penyebab
utama obstruksi bermacam-macam, misalnya:
•Inflamasi jalan napas
•Pelengketan mukosa
•Penyempitan lumen jalan napas
•Kerusakan jalan napas
•Takipnea
•Ortopnea (Doenges, 1999:152
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi PPOK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Asma bronkial: suatu penyakit yang ditandai dengan tanggapan reaksi yang meningkat dari trakea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas
yang disebabkan penyempitan menyeluruh dari saluran pernafasan.
2. Bronkitis kronik: gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang berlebihan
dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta membentuk sputum selama
3 bulan dalam setahun, minimal 2 tahun berturut-turut.
3. Emfisema: perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolar, dan destruksi dinding alveolar (Muttaqin, 2008).
E. PATHWAY
Bronkitis kronis emfisema asma bronkial

Penumpukan lendir dan sekresi obstruksi pada pertukaran oksigen jalan nafas bronchial
yang sangat banyak menyumbat dan karbon dioksida terjadi akibat menyempit dan
jalan nafas kerusakan dinding alveoli membatasi jumlah
udara yang mengalir ke
dalam paru-paru
gangguan pergerakan udara dari
dan keluar paru

Penurunan kemampuan batuk efektif peningkatan suhu dan frekuensi


pernapasan, penggunaan otot bantu
pernafasan

Ketidakefektifan jalan nafas resiko tinggi respons sistemis dan psikologis


Infeksi pernafasan

Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia secara reversibel keluhan sistemis, mual, intake nutrisi
tidak adekuat, malaise, kelemahan
da keletihan fisik

Gangguan pertukaran gas Perubahan pemenuhan nutrisi


kurang dari kebutuhan

Resiko tinggi gagal nafas kematian


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PENGUKURAN FUNGSI PARU
1. Kapasitas inspirasi menurun
2. Volume residu : meningkat pada emfisema, bronchitis dan asma
3. FEV 1 selalu menurun = derajat obstruksi progresif penyakit paru obstruktif kronis
4. FVC awal normal → menurun pada bronchitis dan asma
5. TLC normal sampai meningkat sedang (predominan pada emfisema)
ANALISA GAS DARAH
PaO2 menurun, PCO, meningkat , sering menurun pada asma. Nilai pH normal, asidosis,
alkoalasis, respiratorik ringan sekunder.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) meningkat pada polistemia sekunder
2. Jumlah darah merah meningkat
3. Eosinofil dan total IgE serum meningkat
4. Pulse oksimetri → SaO2 oksigenasi menurun
5. Elektrolit menurun karena pemakaian karena pemakaian obat deuretik
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pemeriksaan gram kuman/ kultur adanya infeksi campuran. Kuman potogen yang biasa di temukan
adalah Streptococcus pneumoniac, hemophylus influenza.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI THORAKS FOTO (AP dan LATERAL)
Menunjukkan adanya hiperinfalasi paru, pembesaran jantung dan bendungan area paru. Pada
emfisema paru di dapatkan diafragma dengan letak yang rendah dan mendatar. Jantung tampak
bergantung dan memanjang dan menyempit.
PEMERIKSAAN BRONKHOGRAM
Menunjukkan dilatasi bronkus kollab bronchial pada ekspirasi kuat
EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapat
kondisi pulmonal terdapat deviasi absis ke kanan dan P-pulmonal pada hantaran II. III dan aVf
voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6,V1 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBB inkomplet.
G. KOMPLIKASI
Komplikasi dari Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah:
1. Bronkhitis akut
2. Pneumonia
3. Emboli pulmo
4. Kegagalan ventrikel kiri yang bersamaan bisa memperburuk PPOK stabil
(Lawrence M. Tierney, 2002)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
Intervensi medis bertujuan untuk :
1. Memelihara kepatenan jalan nafas dengan menurunkan spasme bronkus dan membersihkan
secret yang berlebihan
2. Memelihara keefektifan pertukaran gas
3. Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernafasan
4. Meningkatkan toleransi latihan
I. PERENCANAAN DAN RASIONALISASI
a. Ketidakefektifan jalan nafasyang berhubungan dengan bronkhohontriksi , akumulasi
jalan secret jalan nafas dan menurunya kemampuan batuk efektif

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah di berikan intervensi jalan napas kembali di tandai
dengan berkurangnya kuantitas dan viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru dan
pertukaran gas. Kriteria evaluasi : dapat menyatakan dan mendemostrasikan batuk efektif,
tidak ada suara napas tambahan , wheezing (-) dan pernafasan klien normal (16-20x/menit)
tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Rencana intervensi Rasional
Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat
karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringanya obstruksi
ringanya obstruksi
Atur posisi semifowler Meningkatkan ekspansi dada
Ajarkan cara batuk efektif Batuk yang terkontrol dan efektif dapat
memudahkan penegluaran dari secret ke dalam jaln
nafas besar untuk di keluarkan
Bantu klien latihan nafas dalam Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan nafas
besar untuk di keluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/ Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
Hari kecuali tidak di indikasikan secret dan mengekfetifkan pembersihan jalan nafas.

Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural Postural dreinase dengan perkusi dan vibrasi
drainase, perkusi, dan fibrasi dada menggunakan bantuan gaya gravitasi untuk
membantu menaikkan sekresi sehingga dapat di
keluarkan atau di hisap dengan mudah

b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2 , peningkatan sekresi,
peningkatan pernafasan dan proses penyakit.
Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam setelah di berikan intervensi pertukaran gas membaik.
kriteria evaluasi : frekuensi nafas 16-20x/menit, frekuensi nadi 70-90x/menit dan warna kulit normal
tidak ada dipsnea dan GDA dalam batas normal.
Rencana intervensi Rasional
Kaji keefektifan jalan nafas Bronkhospasme di deteksi ketika terdengar mengi
saat di auskultasi dengan stetoskop.
Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator secara Terapi aerosol membantu mengencerkan sekresi
aerosol sehingga dapat di buang. Bronkodilator yang di
hirup sering di tambahkan ke dalam nebulizer
untuk memberikan aksi bronchodilator langsung
pada jalan napas, dengan demikian memperbaiki
pertukaran gas.
Lakukan fisioterapi dada Setelah inhalasi bronkodilator nebulizer klien di
sarankan untuk meminum air putih untuk lebih
mengencerkan sekresi . kemudian membatukkan
dengan eksplusif atau postural drainase akan
membantu dalam pengeluaran sekresi.
Kolaborasi untuk pemantauan analisis gas arteri Sebagai bahan evaluasi setelah melakakukan
intervensi
Kolaborasi pemberian oksigen via nasal Oksigen di berikan ketika terjadi hipoksemia.
Perawat harus membantu kemanjuran terapi
oksigen dan memastikan bahwa klien harus patuh
dalam penggunaan alat.

c. Resiko tinggi infeksi pernafasan (pneumonia) yang berhubungan dengan akumulasi secret jalan
napas dan menurunya kemampuan batuk efektif.
Tujuan : infeksi bronkhopulmonal dapat di kendalikan untuk menghilangkan edema inflamasi dan untuk
memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal.
Criteria evaluasi : frekuensi nafas 16-20x/ menit. Frekuensi nadi 70-90x/menit dan kemampuan batuk
efektif dapat optimal, tidak ada tanda peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan batuk klien Batuk yang berkaitan dengan infeksi bronkhiaal
memulai siklus yang ganas. Dengan trauma dan
kerusakan pada paru lebih lanjut, kemajuan gejala,
peningkatan bronkoplasme, dan peningkatan lebih lanjut
terhadap kerentanan infeksi bronchial. Infeksi
mengganggu paru dan merupakan penyebab umum
gagal nafas.

Monitor adanya perubahan yang mengarah pada Klien di instruksikan untuk melaporkan dengan segera
tanda-tanda infeksi pernafasan jika sputum mengalami perubahan warna, karena
pengeluaran sputum purulen atau perubahan karakter,
warna atau jumlah adalah tanda dari infeksi.
Ajarkan latihan bernafas dan training Latihan bernafas, jenis benafas dengan dada atas ini
pernafasan dapat di ubah menjadi benafas diafragmatik mengurangi
frekuensi pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar,
dan kadang membantu mengeluarkan udara sebanyak
mungkin selama ekspirasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RUANG PARU
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO

PENGKAJIAN

A. IDENTITAS
1.   Identitas klien 
Nama : Tn “S”
Umur :75 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : sudah menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat  : Simorejo
Tanggal Masuk  : 30 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2018
Diagnosa medis : PPOK

2.   Identitas penanggung jawab


Nama                                        : Tn “R”
Umur                                        : 60 tahun
Pendidikan                                : SMA
Pekerjaan                                  : Swasta
Hubungan dengan klien              : Adik 
Alamat                                      : Simorejo  

B.    STATUS KESEHATAN


1.    Riwayat Perjalanan Penyakit
Klien mengatakan sudah mengalami penyakit yang dideritanya saat ini sejak 11 tahun lalu.Tapi pasien
tidak pernah memeriksakannya dan mengobatkannya karena pasien menganggap batuknya hanya
batuk biasa. Sejak ± 2 bulan lalu pasien sering mengalami sesak dan  batuk kering. Karena takut
penyakitnya bertambah parah keluarga membawa pasien ke RSUD Dr. SOSODORO
DJATIKOESOEMO pada tanggal 30 Januari 2018.
2.     Keluhan Utama
Batuk kering dan gatal disertai pusing.
3.     Riwayat penyakit sekarang  
Klien mengatakan batuk kering dan gatal disertai pusing.Batuk yang dirasakannya sangat mengganggu
setiap aktivitas klien.Kadang nyeri yang dirasakan klien karena batuknya menyebar hingga ke tulang
belakang.Skala nyeri yang dirasakan klien 3 dan sering mendadak dirasakan apabila klien batuk pada
waktu tidur.
4.     Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dideritanya saat ini maupun penyakit
lainnya.  
5.     Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit seperti yang dialami oleh
pasien maupun penyakit lainnya. 

C.    ASPEK PSIKO – SOSIAL DAN SPIRITUAL


1.     Status Psikologis
a.     Klien merasa cemas karena penyakit yang dideritanya akan tetapi pasien menganggap penyakitnya
ini adalah cobaan dari Allah SWT. 
b.    Hubungan pasien dengan keluarga baik.
c.    Keluarga tidak merasa terbebani dengan penyakit yang diderita oleh pasien karena keluarga juga
menganggap ini adalah cobaan dari Allah SWT.     

2.   Status Sosial
a.     Pasien berperan sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga.
b.    Hubungan antar dan inter keluarga pasien baik.   
3.     Status Spiritual           
a.     Pasien beragama islam.
b.    Selama dirawat pasien menjalankan ibadah sholat
D.    POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI

NO POLA AKTIVITAS SEBELUM DI RS SETELAH DI RS


1. Nutrisi
Makan
Frekuensi 3 x sehari
Porsi 1 piring 3 x sehari
Diet NB 5-6 sendok
BB

Minum
Jenis  Air putih Air putih
Minuman 7-8 gelas/hari 5-6 gelas/hari
Frekuensi

2. Eliminasi
BAK 2-3 x sehari 2-3 x sehari
Frekuensi Kuning Kuning
Warna
BAB 1-2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi Kuning Kuning
Warna lunak Lunak
Konsistensi

3. Pola aktivitas Aktivitas pasien di lakukan Semua aktivitas yang di


Klien dibantu keluarga sendiri lakukan di bantu perawat
Klien dibantu perawat oleh keluarga

4. Istirahat tidur 6-7 jam


   Tidur malam
Lamanya
Insomnia
Tidur siang
Lamanya

E.    PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

1.     KEADAAN UMUM

a.     Kesadaran : compos mentis (15) E : 4 M: 6 V: 5


b.    Tanda-tanda vital           :
Tekanan darah   : 150/100 mmHg
Pulse                : 86x/menit
RR                    : 28x/menit
Temp                : 36,5ºC
2.     KEADAAN KHUSUS

a.     Kepala
        Rambut
       Warna : putih (uban)
       Distribusi  : tipis
       Keluhan  : tidak ada
        Wajah       
       Bentuk wajah : bulat 
       Kesimetrisan : simetris
       Oedema : tidak ada
         Mata         
       Kebersihan : cukup
        Fungsi penglihatan : baik
       Konjungtiva : keadaan nya baik
       Sklera : tidak ikterik                             
         Telinga
       Kebersihan : cukup
        Kesimetrisan : simetris
       Hidung
        kebersihan : cukup 
       Polip : tidak ada
       Mulut
        Bibir : lembab
       Caries : tidak ada
       Jumlah gigi : cukup
       Kebersihan : cukup
b.    Leher
       Pegerakan : normal
       tekanan vena jugularis : tidak ada
       benjolan : Tidak ada 
c.     Dada
      Tipe pernafasan                
       suara nafas : ronkhi
       retraksi dinding dada : abnormal
       keluhan : sesak nafas
d.    abdomen
       kesimetrisan : simetris
       Keluha : tidak ada
e.     genetalia
       kebersihan                     : cukup
       keluhan                         : tidak ada
f.     anus
       kebersihan                     : cukup
       keluhan                         : tidak ada
g.    ekstremitas supeior dan interior
       kesimetrisan                  : simetris
       kekuatan otot                 : baik
       keluhan                         : tidak ada

h.     punggung
       kebersihan                     : cukup
       nyeri tekan                     : tidak ada
F. THERAPY
N JENIS PEMBERIAN DOSIS
O
1 O² 3 – 5 L/Menit
2      D 5 %+ Aminophilin IVFD      Drip amino 1 Amp gtt 20
x/mnt
     RL + Ondan       Drip RL 2 amp gtt 20x/mnt  
3 Ceftriaxon IV 2 x 1 gr
4 Ondansentron IV 2 x1 amp
5 Ranitidin IV 2 x 1 amp
6 Panloc IV 2X1 amp
7 OBH syr Oral 3x1 sdm
8 Amlodiphin IV 1x10 mg

G.    DATA PENUNJANG

a.     Laboratorium
Tanggal
Pemeriksaan hasil Nilai normal
pemeriksaan
30 Januari 2018 Hemoglobin 12,7 g/dl L : 12-14 G/dl
P : 12 -13 g/dl

Reduksi (-)
Protein (-)
Billirubin (-)
Gol.darah B
Hbs Ag (-)

H.    ANALISA DATA

No KELOMPOK DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : klien mengatakan Perokok aktif Pola nafas tidak efektif
sesak  
Do:
- klien tampak sesak  
- RR : 28x/menit Hipertropi kelenjar mukosa
- TD : 150/110 mmHg bronkus

Hambatan aliran udara dalam


paru
 

Nafas pendek

2 Ds :klien mengatakan Hipertropi kelenjar mukosa Gangguan pola tidur


tidak nyaman bronkus
Do :  
     Klien tampak tidak
nyaman  
    TD: 150/110 mmHg Penyempitan saluran nafas
 

Ketidaknyamanan  
3 Ds: klien mengatakan PPOK Kurang pengetahuan
cemas dengan  
penyakitnya
Do:
     Klien tampak cemas Hipertropi kelenjar mukosa
     Klien sering bertanya bronkus
tentang penyakitnya
 

Kurang informasi

Ancietas
I.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.     Pola nafas tidak efektif  berhubungan dengan nafas pendek
b.    Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
c.     Kurang pengetahuan berhubungan kurang informasi
J. PERENCANAAN
Nama : Tn. S
Diagnosa medis : PPOK
Perencanaan
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasionalisasi Implementasi
keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah Berika O2 sesuai    Dapat membantu
   memberikan
efektif berhubungan dilakukan order pernafasan pasien therapy oksigen 3-5
dengan nafas pendek tindakan     l/menit
Ds: klien keperawatan
mengatakan sesak selama    Anjurkan
± pasien diharapkan dapat menganjurkan
Do: 2x24jam untuk keseimbangan mengurangi rasa pasien untuk
     Klien tampak sesak diharapkan aktivitas dan sesak yang keseimbangan
     RR: 28x/menit perbaikan pola istirahat dirasakan pasien. aktivitas dan
    TD: 150/110 mmHg nafas klien, istirahat  
ditandai    
dengan :    kolaborasi dengan
     Sesak klien dokter dalam
Dapat mengurangi Berkolaborasi
tampak pemberian therapy sesak dan dengan dokter
berkurang obat  membantu dalam pemberian
    RR : 20x/menit  pernafasan  therapy obat:
    3-5 L/menit
    IVFD D5%
+Aminophilin
1amp
    IVFD RL +
Ondan 2amp
   Ceftriaxon  2x1
   Panloc 3x1 amp
   Amlodiphin 1x10
mg
     OBH syr 3x1 sdm  

2 Gangguan pola tidur Setelah   Bantu klien latihan Dapat membantu


   Membantu klien
berhubungan dengan dilakukan relaksasi ditempat menenangkan latihan relaksasi
ketidaknyamanan tindakan tidur. pasien asaat tidur ditempat tidur
Ds: klien keperawatan        
mengatakan tidak selama 2x24
nyaman jam diharapkan anjurkan keluarga Menganjurkan
Do: kebutuhan tidur klien untuk keluarga klien
          Klien tampak terpenuhi, melakukan untuk melakukan
tidak nyaman   dengan kriteria: pengusapan pengusapan
          TD: 150/110          Klien punggung saat klien punggung saat klien
mmHg tampak tenang hendak tidur hendak tidur
          TD: 130/90
mmHg Atur posisi yang   Mengatur posisi
nyaman menjelang yang nyaman
tidur menjelang tidur  

3 Kurang pengetahuan Setelah   Bantu pasien Dapat   Membantu pasien


berhubungan dengan dilakukan mengerti tentang meningkatkan  mengerti tentang
kurang informasi tindakan penyakitnya dan pengetahuan klien penyakitnya dan
Ds : klien keperawatan ± perawatannya perawatannya
mengatakan cemas 2x24jam             
dengan penyakitnya diharapkan
Do : pengetahuan Aj arkan dan anj Mengajarkan dan
          Klien tampak klien urkan pada klien menganjurkan pada
cemas meningkat, perlunya untuk berhenti klien perlunya
          Klien tampak dengan kriteria merokok
: untuk berhenti
sering bertanya    Pasien tampak merokok
tentang penyakitnya tenang
    Pasien tidak
sering bertanya
tentang
penyakitnya lagi
J. CATATAN PERKEMBANGAN
NO S : klien mengatakan sesaknya sudah berkurang 
. O : klien tampak terlihat tenang
1          RR:22x/menit

2 A : masalah teratasi sebagian


3          Sesak

P : intervensi di lanjutkan

S :klien mengatakan kebutuhan tidurnya terpenuhi


O: klien tampak tenang
A : masalah teratasi sebagian
         kebutuhan tidur
P : intervensi dilanjutkan

S : klien mengatakan sudah mengerti tentang penyakitnya


O : Klien tampak tenang
         Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya lagi
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai