Askep Ppok
Askep Ppok
Askep Ppok
A. DEFINISI PENYAKIT
Penyakit Paru Obstruktif Kronis adalah gangguan progresif lambat kronis ditandai oleh
obstruksi saluran pernafasan yang menetap atau sedikit reversibel, tidak seperti obstruksi saluran
pernafasan reversibel pada asma (Davey, 2003)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah kelainan dengan klasifikasi yang luas, termasuk
bronkitis, brokiektasis, emfisema, dan asma. Ini merupakan kondisi yang tidak dapat pulih yang
berkaitan dengan dispnea pada aktivitas fisik dan mengurangi aliran udara (Suzanne C. Smeltzer,
2001)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan sekumpulan penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaraan
patofisiologi utamanya.Bronkitis kronis, emfisema paru, dan asma bronkial membentuk satu kesatuan
yang disebut Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).(Sylvia Anderson Price, 2005)
Penyakit Paru Obstruksi Kronik adalah sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan
udara dari dan ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkitis obstruktif, efisema, dan asma
bronkial. (Muttaqin, 2008).
B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah :
1. Kebiasaan merokok
2. Polusi udara
3. Paparan debu,asap,dan gas-gas kimiawi akibat kerja
4. Riwayat infeksi saluran nafas
5. Bersifat genetik yaitu difisiensi α-1 antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya
Penyakit Paru Obstruksi Kronik dini. (mansjoer, 2001).
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK adalah sebagai
berikut:
Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap hari seiring waktu
sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau mukupurulent sesak sampai
menggunakan otot-otot pernafasan tambahan untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana
cenderung meningkat dan maksimal pada pagi hari.
Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya penyakit pada
keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat
akibat semakin memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan penurunan
suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi, dan hiperresonansi pada perkusi :
•Anoreksia
•Penurunan berat badan dan kelemahan
•Takikardia, berkeringat
•Hipoksia
Semua penyakit pernapasan dikaraktaristikan oleh obstruksi koronis pada aliran udara. Penyebab
utama obstruksi bermacam-macam, misalnya:
•Inflamasi jalan napas
•Pelengketan mukosa
•Penyempitan lumen jalan napas
•Kerusakan jalan napas
•Takipnea
•Ortopnea (Doenges, 1999:152
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi PPOK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Asma bronkial: suatu penyakit yang ditandai dengan tanggapan reaksi yang meningkat dari trakea
dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernafas
yang disebabkan penyempitan menyeluruh dari saluran pernafasan.
2. Bronkitis kronik: gangguan klinis yang ditandai dengan pembentukan mukus yang berlebihan
dalam bronkus dan dimanifestasikan dalam bentuk batuk kronis serta membentuk sputum selama
3 bulan dalam setahun, minimal 2 tahun berturut-turut.
3. Emfisema: perubahan anatomi parenkim paru ditandai dengan pelebaran dinding alveolus, duktus
alveolar, dan destruksi dinding alveolar (Muttaqin, 2008).
E. PATHWAY
Bronkitis kronis emfisema asma bronkial
Penumpukan lendir dan sekresi obstruksi pada pertukaran oksigen jalan nafas bronchial
yang sangat banyak menyumbat dan karbon dioksida terjadi akibat menyempit dan
jalan nafas kerusakan dinding alveoli membatasi jumlah
udara yang mengalir ke
dalam paru-paru
gangguan pergerakan udara dari
dan keluar paru
Peningkatan kerja pernafasan, hipoksemia secara reversibel keluhan sistemis, mual, intake nutrisi
tidak adekuat, malaise, kelemahan
da keletihan fisik
Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah di berikan intervensi jalan napas kembali di tandai
dengan berkurangnya kuantitas dan viskositas sputum untuk memperbaiki ventilasi paru dan
pertukaran gas. Kriteria evaluasi : dapat menyatakan dan mendemostrasikan batuk efektif,
tidak ada suara napas tambahan , wheezing (-) dan pernafasan klien normal (16-20x/menit)
tanpa ada penggunaan otot bantu nafas.
Rencana intervensi Rasional
Kaji warna, kekentalan, dan jumlah sputum Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat
karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringanya obstruksi
ringanya obstruksi
Atur posisi semifowler Meningkatkan ekspansi dada
Ajarkan cara batuk efektif Batuk yang terkontrol dan efektif dapat
memudahkan penegluaran dari secret ke dalam jaln
nafas besar untuk di keluarkan
Bantu klien latihan nafas dalam Ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan nafas
besar untuk di keluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/ Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan
Hari kecuali tidak di indikasikan secret dan mengekfetifkan pembersihan jalan nafas.
Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural Postural dreinase dengan perkusi dan vibrasi
drainase, perkusi, dan fibrasi dada menggunakan bantuan gaya gravitasi untuk
membantu menaikkan sekresi sehingga dapat di
keluarkan atau di hisap dengan mudah
b. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2 , peningkatan sekresi,
peningkatan pernafasan dan proses penyakit.
Tujuan : dalam waktu 3x 24 jam setelah di berikan intervensi pertukaran gas membaik.
kriteria evaluasi : frekuensi nafas 16-20x/menit, frekuensi nadi 70-90x/menit dan warna kulit normal
tidak ada dipsnea dan GDA dalam batas normal.
Rencana intervensi Rasional
Kaji keefektifan jalan nafas Bronkhospasme di deteksi ketika terdengar mengi
saat di auskultasi dengan stetoskop.
Kolaborasi untuk pemberian bronkodilator secara Terapi aerosol membantu mengencerkan sekresi
aerosol sehingga dapat di buang. Bronkodilator yang di
hirup sering di tambahkan ke dalam nebulizer
untuk memberikan aksi bronchodilator langsung
pada jalan napas, dengan demikian memperbaiki
pertukaran gas.
Lakukan fisioterapi dada Setelah inhalasi bronkodilator nebulizer klien di
sarankan untuk meminum air putih untuk lebih
mengencerkan sekresi . kemudian membatukkan
dengan eksplusif atau postural drainase akan
membantu dalam pengeluaran sekresi.
Kolaborasi untuk pemantauan analisis gas arteri Sebagai bahan evaluasi setelah melakakukan
intervensi
Kolaborasi pemberian oksigen via nasal Oksigen di berikan ketika terjadi hipoksemia.
Perawat harus membantu kemanjuran terapi
oksigen dan memastikan bahwa klien harus patuh
dalam penggunaan alat.
c. Resiko tinggi infeksi pernafasan (pneumonia) yang berhubungan dengan akumulasi secret jalan
napas dan menurunya kemampuan batuk efektif.
Tujuan : infeksi bronkhopulmonal dapat di kendalikan untuk menghilangkan edema inflamasi dan untuk
memungkinkan penyembuhan aksi siliaris normal.
Criteria evaluasi : frekuensi nafas 16-20x/ menit. Frekuensi nadi 70-90x/menit dan kemampuan batuk
efektif dapat optimal, tidak ada tanda peningkatan suhu tubuh.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan batuk klien Batuk yang berkaitan dengan infeksi bronkhiaal
memulai siklus yang ganas. Dengan trauma dan
kerusakan pada paru lebih lanjut, kemajuan gejala,
peningkatan bronkoplasme, dan peningkatan lebih lanjut
terhadap kerentanan infeksi bronchial. Infeksi
mengganggu paru dan merupakan penyebab umum
gagal nafas.
Monitor adanya perubahan yang mengarah pada Klien di instruksikan untuk melaporkan dengan segera
tanda-tanda infeksi pernafasan jika sputum mengalami perubahan warna, karena
pengeluaran sputum purulen atau perubahan karakter,
warna atau jumlah adalah tanda dari infeksi.
Ajarkan latihan bernafas dan training Latihan bernafas, jenis benafas dengan dada atas ini
pernafasan dapat di ubah menjadi benafas diafragmatik mengurangi
frekuensi pernafasan, meningkatkan ventilasi alveolar,
dan kadang membantu mengeluarkan udara sebanyak
mungkin selama ekspirasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN PPOK DI RUANG PARU
RSUD Dr. R. SOSODORO DJATIKOESOEMO
PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Tn “S”
Umur :75 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : sudah menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Simorejo
Tanggal Masuk : 30 Januari 2018
Tanggal Pengkajian : 30 Januari 2018
Diagnosa medis : PPOK
2. Status Sosial
a. Pasien berperan sebagai seorang suami dan kepala rumah tangga.
b. Hubungan antar dan inter keluarga pasien baik.
3. Status Spiritual
a. Pasien beragama islam.
b. Selama dirawat pasien menjalankan ibadah sholat
D. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
Minum
Jenis Air putih Air putih
Minuman 7-8 gelas/hari 5-6 gelas/hari
Frekuensi
2. Eliminasi
BAK 2-3 x sehari 2-3 x sehari
Frekuensi Kuning Kuning
Warna
BAB 1-2 x sehari 1 x sehari
Frekuensi Kuning Kuning
Warna lunak Lunak
Konsistensi
a. Kepala
Rambut
Warna : putih (uban)
Distribusi : tipis
Keluhan : tidak ada
Wajah
Bentuk wajah : bulat
Kesimetrisan : simetris
Oedema : tidak ada
Mata
Kebersihan : cukup
Fungsi penglihatan : baik
Konjungtiva : keadaan nya baik
Sklera : tidak ikterik
Telinga
Kebersihan : cukup
Kesimetrisan : simetris
Hidung
kebersihan : cukup
Polip : tidak ada
Mulut
Bibir : lembab
Caries : tidak ada
Jumlah gigi : cukup
Kebersihan : cukup
b. Leher
Pegerakan : normal
tekanan vena jugularis : tidak ada
benjolan : Tidak ada
c. Dada
Tipe pernafasan
suara nafas : ronkhi
retraksi dinding dada : abnormal
keluhan : sesak nafas
d. abdomen
kesimetrisan : simetris
Keluha : tidak ada
e. genetalia
kebersihan : cukup
keluhan : tidak ada
f. anus
kebersihan : cukup
keluhan : tidak ada
g. ekstremitas supeior dan interior
kesimetrisan : simetris
kekuatan otot : baik
keluhan : tidak ada
h. punggung
kebersihan : cukup
nyeri tekan : tidak ada
F. THERAPY
N JENIS PEMBERIAN DOSIS
O
1 O² 3 – 5 L/Menit
2 D 5 %+ Aminophilin IVFD Drip amino 1 Amp gtt 20
x/mnt
RL + Ondan Drip RL 2 amp gtt 20x/mnt
3 Ceftriaxon IV 2 x 1 gr
4 Ondansentron IV 2 x1 amp
5 Ranitidin IV 2 x 1 amp
6 Panloc IV 2X1 amp
7 OBH syr Oral 3x1 sdm
8 Amlodiphin IV 1x10 mg
a. Laboratorium
Tanggal
Pemeriksaan hasil Nilai normal
pemeriksaan
30 Januari 2018 Hemoglobin 12,7 g/dl L : 12-14 G/dl
P : 12 -13 g/dl
Reduksi (-)
Protein (-)
Billirubin (-)
Gol.darah B
Hbs Ag (-)
Nafas pendek
Ketidaknyamanan
3 Ds: klien mengatakan PPOK Kurang pengetahuan
cemas dengan
penyakitnya
Do:
Klien tampak cemas Hipertropi kelenjar mukosa
Klien sering bertanya bronkus
tentang penyakitnya
Kurang informasi
Ancietas
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan
c. Kurang pengetahuan berhubungan kurang informasi
J. PERENCANAAN
Nama : Tn. S
Diagnosa medis : PPOK
Perencanaan
No Diagnose Tujuan Intervensi Rasionalisasi Implementasi
keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah Berika O2 sesuai Dapat membantu
memberikan
efektif berhubungan dilakukan order pernafasan pasien therapy oksigen 3-5
dengan nafas pendek tindakan l/menit
Ds: klien keperawatan
mengatakan sesak selama Anjurkan
± pasien diharapkan dapat menganjurkan
Do: 2x24jam untuk keseimbangan mengurangi rasa pasien untuk
Klien tampak sesak diharapkan aktivitas dan sesak yang keseimbangan
RR: 28x/menit perbaikan pola istirahat dirasakan pasien. aktivitas dan
TD: 150/110 mmHg nafas klien, istirahat
ditandai
dengan : kolaborasi dengan
Sesak klien dokter dalam
Dapat mengurangi Berkolaborasi
tampak pemberian therapy sesak dan dengan dokter
berkurang obat membantu dalam pemberian
RR : 20x/menit pernafasan therapy obat:
3-5 L/menit
IVFD D5%
+Aminophilin
1amp
IVFD RL +
Ondan 2amp
Ceftriaxon 2x1
Panloc 3x1 amp
Amlodiphin 1x10
mg
OBH syr 3x1 sdm
P : intervensi di lanjutkan