TUGAS AKHIR
Oleh:
SUTRIANI
152203021
1
i
ii
RINGKASAN
iii
KATA PENGANTAR
pada ikan layang Segar (Decapterus Sp)” yang dilaksanakan mulai bulan
Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat terakhir dalam
Negeri Pangkep. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang
secara materi, semangat, moril, dan doa selama penulis memulai pendidikan
hingga selesai. Terima kasih pula untuk Ir. Tasir, M. si selaku pembimbing I dan
iv
4. Seluruh rekan-rekan di UPT. PMP2KP banyuwangi yang telah membantu
dan membimbing saya selama praktek di UPT. PMP2KP Banyuwangi.
5. Rekan – rekan seperjuangan Jurusan Teknologi Pengolahan Hasil
Perikanan Angkatan XXVII yang telah banyak memeberikan motivasi dan
saran dalam penyelesaian tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini mungkin masih ada
kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna melengkapi tugas akhir. Semoga tugas
akhir ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan terutama bagi penulis
sendiri.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan dan Kegunaan ...................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3
2.1 Komoditi Ikan Layang (Decapterus sp.) ......................................... 3
2.2 Proses Penurunan Mutu Ikan ........................................................... 5
2.3 Kriteria dan Penilaian Organoleptik pada Ikan Segar ..................... 8
2.4 staphylococcus Aureus .................................................................... 9
2.5 Sumber dan Bahaya Staphylococcus aureus ................................... 12
2.6 Cara Penyebab Pada Pangan............................................................ 15
2.7 Pencegahan ...................................................................................... 15
2.8 Prinsip Pengujian (Staphylococcus aureus) .................................... 16
III. METODOLOGI ...................................................................................... 17
3.1 Waktu dan Tempat........................................................................... 17
3.2 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 17
vi
3.3 Alat dan Bahan ................................................................................ 18
3.4 Prosedur Kerja ................................................................................. 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 21
4.1 Hasil ................................................................................................. 21
4.2 Pembahasan ..................................................................................... 22
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 26
5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 26
5.2 Saran .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27
LAMPIRAN .................................................................................................... 29
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ 37
vii
DAFTAR TABEL
Hal
1.1.Komposisi Kimia Daging Ikan Layang................................................ 4
1.2.Hasil Pengujian Staphylococcus aureus............................................... 21
viii
DAFTAR GAMBAR
Hal
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
x
I. PENDAHULUAN
Ikan layang (decapterus Sp.) merupakan salah satu jenis ikan pelagis
yang cukup banyak ditangkap. Disamping memiliki nilai ekonomis penting
juga banyak disukai oleh masyarakat. Jenis ikan ini biasanya dipasarkan dalam
bentuk segar dan olahan (Prihartini, 2006). Potensi ikan layang di provinsi
sulawesi selatan tengah cukup besar. Pada tahun 2014 tercatat produksi ikan
layang di sulawesi tengah sebesar 25.480,9 ton/tahun (Dinas Kelautan dan
Perikanan, 2014).Oleh karena itu produksi ikan layang (decaperus Sp.) yang
cukup tinggi di sulawesi tengah, maka pengujian terhadap ikan layang tersebut
perlu dilakukan. Pengawasan mutu bertujuan untuk mengetahui bahwa ikan
layang beredar dipasaran layak komsumsi dan bebas dari cemaran mikroba
khususnya bakteri Staphylococcus aureus.
1
Staphylococcus aureus salah satu bakteri penyebab kerusakan pada ikan
layang. Keracunan makanan dapat disebabkan kontaminasi enterotoksin dari
Staphylococcus aureus. Gejala keracunan ditandai oleh rasa mual, muntah-
muntah, dan diare yang hebat tanpa disertai demam (Ryan,1994 dan jawetz
,1995). Tuntutan konsumen terhadap jaminan dan keamanan pangan pada
produk perikanan semakin meningkat. Untuk memberikan jaminan dan
keamanan mutu salah satu persyaratan yang harus dipenuhi adalah melakukan
pengujian mikrobiologi salah satunya melakukan pengujian Staphylococcus
aureus.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : pisces
Oeder : Percomorphi
Family : carangidae
Genius : Decapterus
Nama Decapterus terdiri dari dua suku kata yaitu deca artinya sepuluh
dan pteron bermakna sayap. Jadi Decapterus mempunyai sepuluh sayap. Nama
ikan ini berkaitan erat dengan ikan layang yang berarti ikan yang mampu
bergerak cepat di dalam air laut. Kecepatan tinggi ini memang dapat dicapai
karena bentuknya seperti cerutu dan sisiknya sangat halus (Prihartini, 2007).
3
Ikan layang (Decapterus sp.) termasuk ikan pelagis, berdasarkan
ukurannya dikelompokkan sebagai ikan pelagis kecil. Ikan ini tergolong suku
carangidae ini bisa hidup bergerombol. Warna tubuh ikan layang (Decapterus
sp.) pada bagian punggungnya biru kehijauan dan putih perak pada bagian
perutnya. Bentuk tubuh ukurannya mencapai 30 cm, rata-rata panjang badan
ikan layang pada umumnya adalah 20-25 cm dan warna sirip-siripnya kuning
kemerahan. Ikan layang memilki dua sirip punggung, ciri khas yang sering
dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) dibelakang sirip
punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute)
pada bagian garis sisi (lateral line) (Nontji, 2002).
Ikan layang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Pada umumnya,
komposisi kimia daging ikan terdiri dari air 66-84%, protein 15-24%, lemak
0,1-22%, karbohidrat 1-3%, dan bahan organik 0,8-2%. (suban, 2004).
Komposisi kimia daging ikan layang (Decapterus sp.) dapat dilihat pada Tabel
berikut ;
Tabel 1.1. Komposisi Kimia Daging Ikan Layang (Decapterus Sp.) dalam 100g
Parameter Nilai
PH 5.98
4
2.2. Proses Penurunan Mutu Ikan
5
Menurut Riyanto dkk,(2009) bahwa fase penurunan mutu yang terjadi
pada ikan setelah mati meliputi fase prerigor mortis (Hyperaemia), rigor
mortis, aktivitas enzim (Autolisis), dan pembusukan oleh bakteri.
Lama waktu berlangsungnya proses ini adalah kurang dari 1 jam. Pada
fase ini sifat dari ikan masih menyerupai ikan hidup/masih bersifat segar. Ciri
dari ikan segar yakni bola mata yang menonjol, warna bola mata cerah dan
bening, insang berwarna merah cemerlang, terkstur daging elastis, sedikit
berlendir pada tubuh ikan, serta baunya spesifik jenis.
b. Rigor Mortis
6
Perubahan warna insang menjadi kecoklatan disebabkan oleh terhentinya
peredaran darah dan suplay dari insang.
7
mengalami berbagai perubahan yaitu lendir menjadi pekat, bergetah, amis,
mata terbenam dan pudar, serta bau membusuk.
a. Mata : Cerah, bola mata menonjol, kornea mata jernih untuk nilai 9. Cerah,
bola mata rata, kornea jernih untuk nilai 8. Agak cerah, bola mata rata,
pupil agak keabu-abuan, kornea agak keruh untuk nilai 7.
b. Insang : Warna merah cemerlang, tanpa lendir untuk nilai 9. Warna merah
kurang cemerlang, tanpa lendir untuk nilai 8. Warna merah agak kusam,
tanpa lendir untuk nilai 7.
c. Lendir permukaan Badan : Lapisan Lendir jernih, transparan, mengkilat
cerah untuk nilai 9. Lapisan lendir jernih, transparan, cerah, belum ada
perubahan warna untuk nilai 8. Lapisa lendir mulai agak keruh, warna
agak putih, kurang transparan untuk nilai 7.
d. Daging (warna dan Kenampakan) : Sayatan daging cemerlang, spesifik
jenis, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut
daging utuh untuk nilai 9. Sayatan daging cemerlang, spesifik jenis, tidak
ada pemerahan sepanjang tulang belakang, daging perut utuh untuk nilai 8.
Sayatan daging sedikit kurang cemerlang, spesifik jenis, tidak ada
pemerahan sepanjang tulang belakang, dinding perut daging utuh untuk
nilai 7.
e. Bau : Bau sangat segar, spesifik jenis untuk nilai 9. Segar, spesifik jenis
untuk nilai 8. Netral Untuk nilai 7.
8
f. Tekstur : Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging
dari tulang belakang untuk nilai 9. Agak padat, elastis bila ditekan dengan
jari, sulit menyobek dari tulang belakang untuk nilai 8. Agak padat, agak
elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek dari tulang belakang untuk
nilai 7.
a. Berdasarkan Morfologi
Bentuknya bulat (cocus) atau lonjong (0,8 smapai 0,9), jenis yang
tidak bergerak, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok
seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel
terjadi dalam tiga bidang dan sel anaknya cenderung dekat dengan sel
induknya. Bersifat aerob dan tumbuh baik pada pembenihan yang sederhana
pada temperatur optimum 37°C dan pH 7,4.
9
b. Berdasarkan Filogenik (garis keturunan) menurut Syahrurahman (2010).
Domain : Bacteria
Kingdom : Eubacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacilli
Oeder : Bacillales
Family : Staphilococcaceae
Genius : Staphilococcus
Species : S.aureus
10
bersaing dengan lainnya dan akibatnya bakteri ini tidak mempunyai peran yang
berarti pada bahan-bahan pangan yang dimasak. Akan tetapi, dalam makanan
yang dimasak atau diasin, dimana organisme-organisme yang telah rusak oleh
pemanasan atau pertumbuhannya terhambat oleh bakteri konsentrasi garam sel-
sel Staphylococcus aureus dapat berkembang mencapai tingkat yang
membahayakan. Batas suhu untuk pertumbuhan S. aureus adalah antara 15°C
hingga 45°C dan bakteri ini dapat tumbuh pada lempeng agar yang
mengandung NaCl sehingga konsentrasi 15% (Todar, 2012).
11
Hemolisa : Staphylococcus aureus dapat dibedakan menjadi 3 hemolisa
yang disebut alfa, beda dan gama. Semua hemolisa ini antigennya berbeda.
Hemolisa alfa dapat menyebabkan hemolisa sel darah merah kelinci dan domba
dengan cepat, hemolisa alfa disbabkan oleh jenis koagulase positif dan penting
pada patogenesis infeksi pada manusia.
12
dapat terjadi ketika aktivitas pengolahan bahan pangan dilakukan langsung
dengan tangan, tanpa penggunaan alat sanitasi seperti sarung tangan atau
larutan antibakteri, selain itu kontaminasi juga dapat terjadi melalui respirasi
atau pernapasan manusia.
13
Enterotoksin Staphylococcus adalah suatu toksin bakteri yang sangat tahan
panas.
14
2.6. Cara Penyebab Pada Pangan
2.7. Pencegahan
15
Menurut F.G. Winarno, (2004) (GMP) Good Manufacturing Practice
secara luas berfokus dan berakibat pada banyak aspek, baik aspek operasional
pelaksanaan tugas yang terjadi didalam pengolahan, sedangkan (SSOP)
Standar Sanitation Operational Procedure adalah prosedur atau tata cara yang
digunakan oleh industri untuk membantu mencapai tujuan yang diharapkan.
16
III. METODOLOGI
1. Data Primer :
a. Partisipasif
Yaitu mengikuti dan melaksanakan pengujian Staphylococcus
aureus pada ikan layang.
b. Observasi
Metode yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat
langsung objek-abjek yang berhubunga dengan pengujian
Staphylococcus aureus.
c. Wawancara
Pengumpulan data yang bersumber dari hasil wawancara dengan
analis yang memiliki kompetensi dalam bidang pengujian
Staphylococcus aureus.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari orang lain atau
sumber sekunder dan telah tersusun dalam bentuk dokumren. Data ini
diperoleh dari materi kuliah, studi literature, dan instansi yang terkait
sebagai bahan perbandingan.
17
3.3 . Alat dan Bahan
18
3.4.3. Perhitungan koloni
- Setelah diinkubasi cawan petri yang mempunyai koloni yang
mempunyai ciri S. Aureus dihitung dan dicatat. Ciri-ciri koloni S.
Aureus adalah koloni bundar, licin/halus, cembung, warna abu-abu
hingga kehitaman, sekeliling tepi koloni bening (terbentuk halo).
- Diambil 2 atau lebih koloni yang positif untuk uji selanjutnya,
19
- Setelah diinkubasi diambil 1 ose inokulum tersebut dan letakkan
diatas gelas preparat, tetesi dengan H2O2 untuk melihat
pembentukan gelembung – gelembung gas
2. Fermentasi secara anaerob
a. Uji glukosa anaerob
- Diambil 1 ose inokulum dari BHI Broth inokulasikan ke tabung
reaksi yang berisi media karbohidrat mengandung 0,5 % glukosa,
tutup lapisan atas dengan paraffin oil steril setebal 25 mm.
- Diinkubasi selama 5 hari pada suhu (35 ± 1)°C. Kondisi asam
dihasilkan secara anaerob jika terjadi perubahan warna media dari
ungu menjadi kuning, ini menunjukkan adanya Staphylococcus
aureus
b. Uji manitol secara anaerob
Dilakukan seperti uji glukosa, gunakan manitol sebagai karbohidrat
dalam media Staphylococcus aureus biasanya memberikan hasil
positif yang ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna dari
ungu menjadi kuning, tetapi beberapa strain memberikan hasil
negatif.
20