Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH : ORGANISASI

KODE MATKUL : EKMA4157


KELAS : III I / S1 MAJAMENEN
TUGAS TUTORIAL : I / 28 OKTOBER 2021
TUTOR : DIAN SUSANTINI, S.H.,M.Kn

Tugas Tutorial 1 Organisasi


1. Berbicara Ketidakpastian Lingkungan yang sangat mempengaruhi
keberlangsungan suatu Organisasi, jika Ketidakpastian Lingkungan tersebut
maka akan terjadi benturan terus menerus dalam Organisasi itu. Seperti yang
disampaikan tokoh Duncan dengan teori-teorinya salah satunya, yaitu, yang
menganggap bahwa stabilitas lebih besar pengaruhnya dibanding
kompleksitas terhadap ketidakpastian lingkungan.
a. Setujukah anda dengan pendapat Duncan tersebut ? Mengapa ?
Jawab :
• Iya, saya setuju. Karena organisasi lebih mudah menghadapi
lingkungan yang stabil dan tidak berubah daripada lingkungan
yang kompleks dan selalu berubah. Sehingga membuat pengaruh
stabilitas lebih besar daripada kompleksitas.
b. Berikan jawaban secara komprehensif perihal stabilitas lebih besar
pengaruhnya dibanding kompleksitas terhadap ketidakpastian.
Jawab :
• Pada lingkungan yang sederhana dan stabil terdapat ketidakpastian
yang rendah dan hanya ada sedikit elemen lingkungan yang harus
diperhatikan dan elemen-elemen ini tidak ataupun jarang sekali
mengalami perubahan.
• Dibandingkan dengan lingkungan yang kompleks dan tidak stabil
yang merupakan segmen lingkungan dengan tingkat ketidakpastian
yang paling tinggi. Terdapat sejumlah elemen lingkungan yang
selalu berubah secara tidak terduga dan tanpa dapat dimengerti
sehingga menjadi sulit untuk dianalisis dan menimbulkan
ketidakpastian yang tinggi bagi organisasi.
• Sehingga membuat pengaruh stabilitas lebih besar daripada
kompleksitas. Karena organisasi lebih mudah menghadapi
lingkungan yang stabil dan tidak berubah daripada lingkungan
yang kompleks dan selalu berubah.
2. Perkembangan Organisasi muncul secara bertahap yang di mulai dari
pendekatan klasik, neo klasik dan modern. Dari pernyataan tersebut diatas,
muncul beberapa pertanyaan :
a. Apa yang dimaksud dengan masing-masing pendekatan tersebut. Masing-
masing sertakan contoh kasusnya.
Jawab :
• Pendekatan klasik merupakan pendekatan yang memperkenalkan
cara membagi kegiatan kepada anggota organisasi sehingga setiap
orang mendapat beban kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya.
Contoh kasus pendekatan klasik adalah pada restauran siap saji.
Adanya “one best way” untuk menyiapkan burger atau ayam
goreng, menjadi panutan. Atau pada manajemen proyek dalam
sebuah pengerjaan proyek konstruksi menggunakan job design
seperti halnya yang ada pada era klasik. Tidak lagi menggunakan
sistem alokasi banyak orang mengerjakan banyak hal, tetapi sedikit
orang (dengan rasionalisasi tertentu) mengerjakan banyak hal.
Melalui manajemen proyek kita dapat mengatur siapa dapat
memaksimalkan pekerjaan dengan bahan yang ada, hingga kita
dapat melihat apakah ia sudah cukup dialokasikan atau bahkan
over allocated.
• Pendekatan Neoklasik merupakan pendekatan yang menemukan
bahwa iklim organisasi juga perlu dijaga agar selain ditugasi beban
kerja yang merata dan sesuai kapasitasnya, anggota organisasi juga
bisa bekerja dengan nyaman karena dalam organiasi terdapat
suasana kerja yang baik.
Contohnya pada organisasi yang menekankan perhatian pada
psikologi staff dan juga kelompok kerja. Memberikan fokus kerja
secara bersama dalam pencapaian tujuan.
• Pendekatan modern merupakan pendekatan yang menemukan
bahwa setelah beban kerja juga nyaman, organisasi juga perlu
disesuaikan dengan kondisi luar lingkungannya agar bisa hidup
dan berkembang dengan baik.
Contohnya pada Organisasi yang efektif dan struktur organisasinya
mampu menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.
Organisasi yang lebih menekankan untuk memiliki tingkat
adaptabilitas yang tinggi. Sehingga kerjasama merupakan
kebutuhan utama.
b. Menurut anda pendekat apa yang paling sesuai untuk kondisi sekarang ?
Mengapa ? Jelaskan.
Jawab :
• Menurut saya, semua pendekatan bisa sesuai kondisi sekarang.
Karena ketiga pendekatan memiliki perannya masing-masing
sehingga harus digunakan secara bersamaan. Pendekatan Klasik
yang mengatur cara membagi pekerjaan, Pendekatan Neoklasik
yang mengatur iklim kerja sehingga menyenangkan bagi anggota
organisasi, dan Pendekatan Modern yang menyesuaikan organisasi
dengan lingkungannya. Dengan demikian, organisasi perlu
memanfaatkan ketiga pendekaatan itu secara simultan dan
menyesuaikannya satu sama lain.
c. Sertakan contoh kasus atas jawaban anda pada nomor 2.c.
Jawab :
• Kasus
Disini saya akan mengangkat sebuah kasus yang sebenarnya
sudah lama kita ketahui beberapa tahun belakangan , yaitu Bencana
lumpur Lapindo di daerah kota Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur .
Dampak Bencana Lumpur Lapindo, Kehidupan Sosial Ekonomi.
Lumpur Lapindo adalah suatu peristiwa bocornya pengeboran gas
bumi yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo, salah satu Kabupaten di
Jawa Timur. Kebocoran pengeboran gas bumi tersebut dilakukan atas
kelalaian PT. Lapindo Brantas. Dengan adanya kebocoran gas
tersebut, maka mengakibatkan dampak bagi masyarakat terhadap
kehidupan sosial ekonomi. Dampak lumpur Lapindo ini
sangat dirasakan oleh masyarakat di 3 (tiga) Kecamatan yakni
Kecamatan Porong, Kecamatan Jabon, dan Kecamatan Tanggulangin.
Hal ini terbukti sebagian wilayah yang dekat dengan semburan
lumpur Lapindo seperti: Rumah, pabrik, sawah, tempat ibadah,
sekolah dan lainnya yang tergolong bagian dari kehidupan sosial
ekonomi menjadi lautan lumpur Lapindo.
Bencana nasional yang terjadi di Sidoarjo sejak tahun 2006
hingga saat ini masih terjadi merupakan salah satu permasalahan yang
kerap membayang-bayangi Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum
Partai Golongan Karya (Golkar) yang diprediksi akan maju sebagai
calon presiden pada pemilihan umum tahun 2014 mendatang. Peranan
Aburizal Bakrie dalam bencana nasional yang dikenal luas dengan
nama ‘Lumpur Lapindo’ atau ‘Lumpur Sidoarjo’ ini menjadi penting
ketika Aburizal Bakrie sebagai salah satu pengusaha terkaya di
Indonesia merupakan pemegang saham terbesar PT. Lapindo
Brantas yang merupakan perusahaan yang bertanggung jawab
atas bencana tersebut. Meskipun kepemilikan saham masih terbagi
lagi dengan investor lain yang juga sudah seharusnya bertanggung
jawab dalam bencana ini, seperti Medco dan Santos, namun sorotan
publik terkait kasus ini lebih diarahkan kepada keluarga Bakrie yang
secara ekonomi dan politik memiliki pengaruh cukup signifikan di
Indonesia, setidaknya sejak masa pasca-Orde Baru. Dengan melihat
pada beberapa kerugian yang dialami warga tersebut, sangat jelas jika
PT. Lapindo memiliki tanggung jawab yang besar terhadap
persoalan tersebut. Baik dalam hal ganti rugi maupun perbaikan
masalah sosial sebagai akibat masalah yang berkepanjangan dari
mulai tahun 2006 ini. Warga di wilayah sekitar pengeboran pada
dasarnya tidak diberikan informasi yang jelas tentang rencana
pembangunan dan dampak dari pengeboran gas. Informasi warga
terhadap aktivitas dan dampak dari usaha eksplorasi tersebut pada
dasarnya masih sangat terbatas.
Selain itu, pasca-kejadian semburan lumpur pertama kali pada
tahun 2006, warga Sidoarjo pada umumnya juga masih memiliki
pemahamam yang relatif sedikit terkait pemberitaan peristiwa
tersebut, misalnya mengenai data korban dan kerugian yang harus
ditanggung. Didalam kasus bencana yang menyandang sebagai
bencana nasionalkan yang berarti segala sesuatu mengenai dampak
hingga penanggulangan bencana ini di atur dan di ambil alih oleh
pemerintah pusat maupun daerah , segala tanggung jawab mengenai
pembentukan badan non hukum dari pemerintah pusat yang
berkerjasama dengan pemerintah daerah Jawa Timur kususnya telah
di bentuk dan di upayakan dapat membantu dan menjadi solusi
menanggulangi bencana ini yang sangat berdampak sosial dan
ekonomi yang sangat besar dan hampir merata .
Upaya/kebijakan penanggulangan bencana yang dilakukan
oleh pemerintah yakni membentuk 6 produk hukum non-UU yaitu:
SK Menteri ESDM No. 2231 K/73/MEM/2006, SK Menteri PU No.
312/KPTS/M/2006, Keppres No. 13/2006, Keppres No. 5/2007,
Perpres No.14/2007, Keputusan Dewan Pengarah BPLS
No.01/KPTS/DP-BPLS/2007. Dampak dari upaya/kebijakan
penanggulangan bencana lumpur Lapindo Masyarakat semakin
memahami keberadaan BPLS; Masyarakat semakin memahami tujuan
BPLS; Bagi masyarakat Desa Renokenongo upaya/kebijakan tersebut
dapat mewakili dalam memperoleh haknya atas pertanggung jawaban
yang dilakukan PT. Lapindo Brantas; Upaya/kebijakan yang
dilakukan BPLS dapat membantu memperoleh ganti rugi cash and
carry.

• Contoh kasus
Di dalam kasus ini saya akan memadukan, membandingkan dan
mencari saran di dalam teori-teori organisasi dan administrasi, ada
sebuah organisasi didalam masyarakat yang dibentuk pemerintah
pusat maupun daerah yang bukan badan hukum yaitu tentang
pengendalian bencana lumpur lapindo yaitu BPLS (badan
penanggulangan lumpur sidoarjo), dalam tugasnya badan tersebut
sangat dibutuhkan dan sangat vital, namun di dalam kenyataan di
lapangan sampe dengan saat ini sudah hampir 5 tahun berlalu
organisasi bentukan pemerintah ini tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya sesuai peraturan presiden dan kebijakan yang ada. Banyak
hal yang sangat miris kalo kita dapat menilik lebih jauh , sejak tahun
2008 badan non hukum tersebut telah terbentuk dan sedikit
mengalami perubahan-perubahan di dalam pengurusanya , hal ini
sangat kuat konotasinya terhadap ketidakmampuan para jajaran dan
para ahli yang mempunyai disiplin ilmu tentang geologi untuk dapat
sekiranya mengatasi lumpur yang semakin hari semakin meluap ke
sejumlah desa disekitarmya dan mengancam kota Sidoarjo itu sendiri
terutama keadaan sosial dan ekonomi .
Di dalam organisasi ini BPLS seharusnya dapat berkerjasama
secara intens dan berkelanjutan dengan penduduk sekitar, karena
sepenuhnya penanggulangan tersebut merupakan tanggung-jawab
secara penuh (seharusnya) pemilik dari tambang gas / pengeboran gas
yang melakukan human erorr, sebut saja disini pengusaha Aburizal
bakri yang juga tokoh di negara dan merupakan ketum sebuah partai
besar di Indonesia, tetapi menurut pengamatan selama ini saya
berpendapat bahwa seakan-akan perusahan angkat tangan dan tidak
mau mengurusi bencana yang sangat sangat merusak lingkungan
maupun keadaan sosial sekitar semburan itu, pemerintah seakan
membentengi sebuah perusahaan besar tersebut, dengan gampangnya
presiden membuat kebijakan bahwa ini adalah bencana nasional sudah
sangat jelas otomatis hal-hal ini sangat erat keterkaitan Politik di
dalamnya mari kita bahas dengan teori-teori pendekatan yang ada ,
nah ... dari sini kita dapat menyandingkan teori yang menggambarkan
tentang kasus ini.
• Perbandingan Teori :
1. Pendekatan klasik
Bahwa melihat dari struktur dan kenyataan organisasi sebagai
suatu sistem tertutup, disini diartikan bahwa organisasi bentukan
pemerintah ini terkesan sangat tertutup dalam melaksanankan
tugasnya di tinjau dari cara kerja dan pendapat dari masyarakat
sekitar, organisasi ini hanya melihat keadaan di dalam saja namun
tidak sepenuhnya melihat dan berupaya berkerjasama dengan
masyarakat sekitar, hal ini juga terbukti dengan tidak kunjung
rampungnya semburan lumpur itu.
2. Pendekatan neolasik
Menyebutkan bahwa seharusnya dan sangatlah pantas sebuah
organisasi mengutamakan motivasi dalam bentuk penghargaan
atau reward, nah disini dalam kasus yang sudah sangat meresahkan
bahkan menghambat perekonomian di daerah Jawa Timur, pada
umumnya seorang pegawai atau karyawan dari sebuah organisasi
dan proyek setidaknya diberikan reward atau penghargaan
sehingga dapat bekerja dengan baik dan bertanggung jawab, jika
itu terealisasi maka kejadian seperti ini sangat lah minim bakal
terjadi atau bahkan terulang di daerah lainya yang memiliki lahan
tambang yang dapat mengancam kehidupan masyarakat sekitar.
3. Pendekatan modern
Kasus ini juga sangat pas bila kita memasukanya kedalam
pendekatan modern. Disini lebih memperhatikan faktor lingkungan
dan situasi yang terbuka dan tidak tertutup kepada masyarakat
sekitar dan saling adanya ketergantungan kepada setiap lingkungan
sekitar , maka dapat di katakan bahwasanya didalam teori ini asas
keterbukaan dan transparant kepada masyarakat sekitar sangatlah
dijunjung tinggi dalam penanggulangan bencana lumpur lapindo.
dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi yang mempunyai
tanggung jawab penuh atas kejadian yang telah terjadi tersebut,
seharusnya tidak ada campur tangan dari kalangan politik dan tidak
serta merta dipolitisasi oleh aktor aktor birokrat yang mempunyai
kekuasaan didalamnya sehingga dapat segera terselesaikan dan
dapat mengganti rugi kerugian warga sekitar.

Berikut jawaban saya untuk Tugas Tutorial 1 Mata kuliah Organisai.


Salam Dahsyatt
Audilla Hanifa.

Anda mungkin juga menyukai