Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM 3

FISIOLOGI TANAMAN

"PERKECAMBAHAN DAN DORMANSI BIJI"

Disusun Oleh :
Nalendra Bayu Aji Wibowo (205001516036)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkecambahan merupakan suatu rangkaian proses yang kompleks yang


menyangkut perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia dari biji. Proses
yang terjadi selama perkecambahan dibagi dalam 4 tahap yaitu : 1) Hidrasi
atau imbibisi yakni masuknya air ke dalam embrio dan membasahi
protein/koloid lain, 2). Pembentukan atau pengaktifan enzim yang
menyebabkan peningkatan aktifitas metabolik, 3) pemanjangan radikula
diikuti munculnya radikel dari kulit biji 4). Pertumbuhan kecambah melalui
pembelahan pembesaran dan diferensiasi sel-sel pada meristem.

Biji yang hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
yang secara normal memenuhi persyaratan untuk perkecambahannya yaitu
persediaan air cukup, suhu yang sesuai dan kondisi udara sekitar yang normal,
maka dikatakan bahwa biji dalam keadaan dorman. Dormansi adalah keadaan
biji yang tidak berkecambah atau tunas yang tidak dapat tumbuh (terhambat
pertumbuhannya) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor
intern dalam biji atau tunas. Istilah dormansi hanya digunakan untuk
menyatakan keadaan biji yang gagal untuk berkecambah sebagai akibat
keadaan intern biji dan bukan karena keadaan lingkungan yang tidak cocok.
Biji yang kuisen ("quiescence") adalah biji yang dapat segera berkecambah
jika diletakkan pada lingkungan yang cocok (air, oksigen dan suhu).

Pada biji dikenal beberapa tipe dormansi antara lain : Karena kulit biji yang
keras atau tidak permeabel terhadap air atau udara (contoh pada beberapa
leguminosa). Adanya penghambat kimiawi terhadap perkecambahan di dalam
daging buah atau cairan sekitar biji (tomat, jeruk, bit gula) perlu mendapat
perlakuan cahaya dengan panjang gelombang tertentu (selada, mentimun)
perlu mendapat perlakuan suhu rendah ( 5 - 10 0 C) selama periode tertentu
atau yang dikenal dengan perlakuan vernalisasi (gandum musim dingin). 11
Memperhatikan tipe dormansi pada biji yang akan dikecambahkan, suatu
perlakuan yang cocok dapat kita berikan pada biji yang akan disebarkan di
lapangan sehingga biji tersebut dapat segera berkecambah dan kegagalan atau
terhambatnya perkecambahan dapat dihindari. Dalam percobaan ini akan
ditunjukkan tipe-tipe dormansi yang biasa dijumpai pada biji-bijian serta
caracara mengatasi.

B. Tujuan praktikum

1) Mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji.


2) Mengetahui pengaruh perlakuan fisik (penipisan kulit) terhadap
perkecambahan biji
II. METODE PELAKSANAAN

A. Bahan dan alat :

 Biji Phaseolus vulgaris,


 biji flamboyant,
 biji saga,
 aquades,
 kertas merang \ kapas,
 tisu,
 Erlenmeyer,
 amplas,
 kikir,
 Petridis,
 pinset,
 polibaq diameter 5 cm,
 media campuran arang sekam tanah,
 penggaris,
 plastik tidak tembus cahaya,
 timbangan analitik

B. Cara kerja :

 Perkecambahan dalam gelap dan terang :

1) Ambil 10 biji kering Phaseolus vulgaris dan ditimbang.


2) Tanam biji-biji tersebut dalam pot yang telah ditentukan kemudian
letakkan satu pot yang terkena sinar matahari dan yang lain di t'empat
tertutup.
3) Setiap dua hari sekali diambil kecambahnya kemudian ditimbang dan
diukur panjang organnya yang meliputi panjang kecambah dari ujung
akar hingga ujung tajuk (pengamatan dilakukan hingga 2 minggu)
4) Bandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan di tempat gelap
dengan perlakuan di tempat terang.
5) Jelaskan peranan cahaya terhadap perkecambahan biji

 Pengaruh perlakuan fisik (pengikisan) kulit benih terhadap


perkecambahan biji flamboyant

1) Gosok biji flamboyant dan saga pada bagian tengah atau ujung biji
sebanyak 5 biji.
2) Siapkan cawan petri yang diberi media tumbuh kertas merang 3 lapis.
3) Biji yang telah digosok masing-masing diletakkan dalam cawan petri,
untuk satu cawan petri dapat diisi 5 biji untuk bijit saga dan satu cawan
petri untuk biji flamboyant.
4) Simpan cawan petri pada tempat yang terang dan aman dan siram
dengan air setiap hari agar tidak sampai kering.
5) Lakukan pengamatan hingga 2 minggu dan catat perlakuan mana yang
cepat berkecambah dan dan berapa yang berkecambah.
III. PEMBAHASAN

A. Tahapan proses perkecambahan biji

Perkecambahan diawali dengan penyerapan cairan dari sekeliling yang terkait


sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media pautannya. Perubahan yang teramati
yaitu membesarnya ukuran biji yang dinamakan tahap imbibisi (berarti "minum").
Biji menyerap cairan dari sekeliling yang terkait sekelilingnya, baik dari tanah
maupun udara (dalam struktur embun atau uap cairan. Efek yang terjadi yaitu
membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak.
Proses ini murni fisik.

Kehadiran cairan di dalam sel mengaktifkan sebanyak enzim perkecambahan


awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin
meningkat. Berlandaskan kajian ekspresi gen pada tumbuhan model Arabidopsis
thaliana dikenal bahwa pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur
pemasakan embrio, seperti ABSCISIC ACID INSENSITIVE 3 (ABI3), FUSCA
3 (FUS3), dan LEAFY COTYLEDON 1 (LEC1) menurun perannya
(downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang mendorong perkecambahan
meningkat perannya (upregulated), seperti GIBBERELIC ACID
1 (GA1), GA2, GA3, GAI, ERA1, PKL, SPY, dan SLY. Dikenal pula bahwa dalam
proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang
mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh miRNA.

Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif


memainkan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Hasilnya ukuran radikula
makin akbar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada
kemudiannya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa
cangkang biji cukup lunak untuk embrio sebagai dipecah.

Perkecambahan terdiri atas 2 proses:


1) Proses fisika (diawali penyerapan air oleh biji hingga setiap selnya terisi
cukup air)
2) Proses kimia (setelah pasokan air cukup, biji akan mengembang dan
menyebabkan kulit biji pecah)

sedangkan tahapan perkecambahan ada 4 yaitu :

1) Imbibisi (biji menyerap air dari lingkungan sekitarnya)


2) Pembentukan enzim (menyebabkan peningkatan aktivitas metabolik)
3) Pemanjangan sel radikula (diikuti munculnya radikula dari biji kulit)
4) Pertumbuhan kecambah (kemudian mengalami pertumbuhan primer)
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan biji

FAKTOR LUAR :
1. Air
air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses
perkecambahan benih. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih
adalah: sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air
yang tersedia pada medium di sekitarnya.

Pada umumnya kebutuhan benih akan air yaitu tidak melampaui dua atau tiga
kali dari berat keringnya. Benih tanaman mempunyai kemampuan
berkecambah pada kisaran air tanah tersedia mulai dari kapasitas lapangan
sampai titik layu permanen. Kapasitas lapangan dari tanah yaitu jumlah air
maksimum yang tertinggal air permukaan dikuras dan setelah air yang keluar
dari tanah karena gaya berat habis. Sedangkan titik layu permanen adalah
suatu keadaan dari kandungan air tanah di mana terjadi kelayuan pada
tanaman yang tidak dapat balik.

Untuk kebanyakan benih tanaman yang kondisinya kelewat basah sangat


merugikan, karena menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit.
Untuk kacang-kacangan, benih akan berkecambah pada kandungan air tanah
sedang sampai di atas kapasitas lapang.

2. Temperatur
temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih.
Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi
berlangsungnya perkecambahan benih. Temperatur optimum bagi
kebanyakan benih tanaman adalah di antar 80-950 f (00-50c). Untuk tanaman
musim dingin (cool-season) temperatur minimumnya adalah 400f (4,50c) atau
kurang, misalnya selada. Sedangkan untuk tanaman musim panas (warm-
season) temperatur minimumnya berkisar antara 50-600f (10-150c).

3. Oksigen
proses respirasi ini akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat
perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat pula dengan
meningkatnya pengambilanoksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan
enersi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. Pada sintesa
lemak menjadi gula diperlukan oksigen karena molekul asam lemak
mengandung lebih sedikit pada molekul gula. Enersi yang digunakan untuk
kegiatan mekanisme sel-sel dan mengubahbahan baku bagi proses
pertumbuhan dihasilkan melalui proses oksidasi dari cadangan makanan di
dalam benih.
Walau pun demikian ada beberapa jenis tanaman yang mempunyai
kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen,
misalnya padi.

4. Cahaya
kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya berbeda-beda
tergatung jenis tanamannya.  Benih dapat diklasifikasikan berdasarkan
kebutuhan akan cahaya menjadi 4 golongan, yaitu:

1) Golongan yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk


perkecambahannya, misalnya viscum album
2) Golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat
perkecambahannya, misalnya lactuca sativa
3) Golongan di mana cahaya dapat menghambat perkecambahannya,
misalnya allium sp.
4) Golongan di mana benih dapat berkecambah sama baik di tempat
gelap atau ada cahaya, misalnya leguminosae 

Kondisi yang menguntungkan akan menghasilkan perkecambahan yang baik,


maka perlu mengetahui jenis tanaman yang cocok digunakan dengan kondisi
lingkungan yang ada.

FAKTOR DALAM :

1. Tingkat kemasakan benih


benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi. Benih belum memiliki cadangan makanan
yang cukup dan juga pembentukan embrio sebelum sempurna.
Cadangan makanan yang terdapat pada endosperm yang belum masak masih
belum cukup tersedia bagi pertumbuhan embrio  selengkap yang tersedia
pada endosperm masak.

Dan tampaknya terjadi perubahan-perubahan pada embrio dan endosperm


selama proses pemasakan biji berlangsung, yang akan memungkinkan embrio
berkecambah lebih cepat.
Dengan benih yang masak, maka pertumbuhan benih akan secara optimal
dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang optimum.

2. Ukuran benih
di dalam jaringan penyimpanannya  benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak, dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku
dan enersi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang
berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak
dibandingkan dengan benih kecil, mungkin pula embrionya lebih besar.
Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan petumbuhan, karena berat benih
menentukan besarnya kecambah (sutopo, 2002: 30).
Benih yang mempunyai cadangan makanan yang lengkap dan banyak
memungkinkan benih dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal pada
kondisi yang optimum, karena cadangan makanan yang ada dalam benih
digunakan sebagai enersi dalam menjalani kehidupan tanamam sebelum
organ daun dapat berfungsi, maka persediaan makanannya terdapat pada
kotiledon tersebut.

3. Dormansi
suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak
mau berkecambahwalaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang
memenuhi syarat bagi perkecambahan.

Dormansi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain impermeabilitas


kulit biji terhadap air atau gas maupun karena resistensi kulit biji terhadap
pengaruh mekani, embrio yang rudimenter, ataupun bahan-bahan
penghambat perkecambahan. Dengan perlakuan khusus masa dorman bisa
dipatahkan sehingga dapat dirangsang untuk berkecambah, misalnya dengan
perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain.

4. Penghambat perkecambahan
banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih,
yang dikenal antara lain:

a) Larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan mannitol, larutan


nacl.
b) Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, umumnya
menghambat
c) respirasi seperti sianida, dinitrofenol, azide, fluorida, hydroxilamine
d) Herbisida
e) Coumarin
f) Auxin
C. Proses dormansi biji

Biji merupakan alat perkembangan tumbuhan secara generatif. Sebagai alat


perkembangbiakan, biji dari beberapa jenis tumbuhan memiliki karakteristik yang
berbeda-beda. Pertumbuhan suatu tanaman dimulai dari perkecambahan.
Perkecambahan ini dipengaruhi oleh kondisi biji dan lingkungan sekitar.
Terkadang suatu biji tidak dapat berkembang, padahal kondisi lingkungan yang
mempengaruhinya sudah sesuai. Kondisi seperti ini dinamakan biji mengalami
masa dormansi. Dormansi merupakan suatu keadaan berhenti tumbuh yang
dialami oleh organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu
keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dormansi timbul akibat dari
suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat
bersifat mekanis, fisik dan kimiawi.

Menurut Sutopo (2004), benih dikatakan dorman apabila benih tersebut


sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan
yang secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu
perkecambahan. Dormansi pada benih berlangsung selama beberapa hari,
semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe
dari dormansinya.

Penyebab terjadinya dormansi adalah rendahnya atau tidak ada proses imbibisi air,
Proses respirasi tertekan atau terhambat, rendahnya proses mobilisasi cadangan
makanan, serta rendahnya proses metabolisme cadangan makanan. Untuk
mengatasi hal tersebut, sebelum dikecambahkan biji atau benih perlu dipatahkan
dormansinya terlebih dahulu. Untuk mematahkan dormansi benih, diperlukan
perlakuan pendahuluan benih sebelum dikecambahkan. Perlakuan pendahuluan
adalah semua macam perlakuan, baik yang ditujukan pada kulit benih, embrio
atau kombinasi antara keduanya, yang dimaksudkan untuk mengaktifkan kembali
sel-sel benih dorman. Perlakuan pendahuluan yang tepat guna mematahkan
dormansi benih, maka harus diketahui macam dormansi dan penyebabnya pada
benih suatu jenis pohon. Menurut Sutopo (1993) dalam Yuniarti (2015) ada
beberapa perlakuan yang dapat mematahkan dormansi, yaitu perlakuan mekanis,
perlakuan kimia, perlakuan perendaman air, perlakuan pemberian temperatur
tertentu, dan pemberian perlakuan dengan menggunakan cahaya.

Pada prinsipnya terdapat dua metode pematahan dormansi berdasarkan sifat


dormansinya, yaitu sifat dormansi eksogenus dan dormansi endogenus. Dormansi
eksogenus terjadi karena kurang tersedianya komponen penting dalam
perkecambahan, biasanya dilakukan dengan skarifikasi mekanik seperti
pengamplasan, pengikiran, pemotongan, peretakkan, penusukan bagian tertentu
pada benih agar memudahkan difusi air, perendaman dengan air dan skarifikasi
kimiawi untuk melunakkan kulit benih. Dormansi endogenus yang disebabkan
oleh sifat-sifat tertentu pada benih, dilakukan dengan pemberian penggunaan
hormon seperti GA3, KNO3, dan beberapa jenis hormon lainnya sebagai
perangsang perkecambahan (Muharni 2002). Jadi dengan adanya teknik
pematahan dormansi tersebut dapat mempercepat laju pertumbuhan dan
perkembangan suatu pohon.
D. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya dormansi

Faktor - faktor yang menyebabkan dormansi pada biji adalah :


1) Tidak sempurnanya embrio (rudimentary embryo).
2) Embrio yang belum matang secara fisiologis (physiological immature
embryo).
3) Kulit biji yang tebal (tahan terhadap pergerakkan mekanis).
4) Kulit biji impermeable (impermeable seed coat).
5) Adanya zat penghambat (inhibitor) untuk perkecambahan.

Dari yang ada diatas maka Penyebab terjadinya dormansi dipengaruhi oleh 2
faktor diantaranya : faktor fisik (dormansi fisik), misal dari kulit bijinya dan faktor
fisiologis (dormansi fisiologis).

a) Dormansi Fisik (dormansi primer)

Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas struktural terhadap


perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap air sehingga menjadi
penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada berbagai jenis
tanaman. Dormansi primer merupakan bentuk dormansi yang paling umum
dan terdiri atas dua macam yaitu dormansi eksogen dan dormansi endogen.
Dormansi eksogen adalah kondisi dimana persyaratan penting untuk
perkecambahan (air, cahaya, suhu) tidak tersedia bagi benih sehingga gagal
berkecambah. Tipe dormansi ini biasanya berkaitan dengan sifat fisik kulit
benih (seed coat). Tetapi kondisi cahaya ideal dan stimulus lingkungan
lainnya untuk perkecambahan mungkin tidak tersedia. Faktor-faktor
penyebab dormansi eksogen adalah air, gas, dan hambatan mekanis.
Dormansi endogen dapat dipatahkan dengan perubahan fisiologis seperti
pemasakan embrio rudimenter, respon terhadap zat pengatur tumbuh,
perubahan suhu, ekspos ke cahaya. Yang termasuk dormansi fisik adalah:

 Impermeabilitas kulit biji terhadap air

Benih-benih yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih


keras          contohnya seperti pada famili Leguminoceae, disini
pengambilan air            terhalang kulit biji yang mempunyai struktur
terdiri dari lapisan sel- sel berupa palisade yang berdinding tebal,
terutama dipermukaan paling           luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain      pergantian suhu tinggi dan
rendah dapat menyebabkan benih retak akibat             pengembangan dan
pengkerutan, juga kegiatan dari bakteri dan cendawan dapat   membantu
memperpendek masa dormansi benih.

 Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio

Pada tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan
dorman disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi
pertumbuhan embrio. Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan
tumbuh dengan segera. Tipe dormansi ini juga umumnya dijumpai pada
beberapa genera tropis seperti Pterocarpus, Terminalia, Eucalyptus,
dll ( Doran, 1997). Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji
yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio
terhalang oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut. Hambatan
mekanis terhadap pertumbuhan embrio dapat diatasi dengan dua cara
mengekstrasi benih dari pericarp atau kulit biji.

 Adanya zat penghambat

Sejumlah jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau


benih      yang    mencegah perkecambahan. Zat penghambat yang paling
sering    dijumpai ditemukan dalam daging buah. Untuk itu benih tersebut
harus             diekstrasi dan dicuci untuk menghilangkan    zat-zat
penghambat. Mekanisme dormansi dapat dibedakan pada dua lokasi
berbeda       yaitu    penutup embrio (embryo coverings) dan embrio

Kebanyakan jenis dari famili leguminosae menunjukkan dormansi fisik,


yang disebabkan oleh struktur morfologis dari kulit biji yang rumit.
Kondisi kedap air kulit biji legum relative dalam arti bahwa bermacam-
macam jenis, bermacam-macam tingkatan kemasakan dan bermacam-
macam individu menunjukkan tingkat ketahanan terhadap penyerapan air
(imbibisi) yang berbeda.

Bebagai macam metode telah dikembangkan untuk mengatasi tipe


dormansi ini, semua metode menggunakan prinsip yang sama yakni
bagaimana caranya agar air dapat masuk dan penyerapan dapat
berlangsung pada benih. Teknik skarifikasi pada berbagai jenis benih
harus disesuaikan dengan tingkat dormansi fisik. Berbagai teknik untuk
mematahkan dormansi fisik antara lain sebagai berikut :

 Mekanisme perlakuan (skarifikasi)

Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji, dilakukan dengan cara


penusukan, pengoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran,
dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok, atau lainnya adalah
cara yang paling efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena
setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan
individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih
dibuat permeabel dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah
radikel tidak rusak (Schmidt, 2002).

Seluruh permukaan kulit biji dapat dijadikan titik penyerapan air.


Pada benih legum, lapisan sel palisade dari kulit biji menyerap air dan
proses pelunakan menyebar dari titik ini keseluruh permukan kulit biji
dalam beberapa jam. Pada saat yang sama embrio menyerap air.
Skarifikasi manual efektif pada seluruh permukaan kulit
biji, tetapi           daerah microphylar dimana terdapat radicle, harus
dihindari. Kerusakan pada daerah ini dapat merusak benih, sedangkan
kerusakan pada kotiledon tidak akan mempengaruhi perkecambahan.
 Air panas

air panas mematahkan dormansi fisik pada leguminosae melalui


tegangan yang menyebabkan pecahnya lapisan macrosclereids.
Metode ini paling efektif bila benih direndam dengan air panas.
Pencelupan sesaat juga lebih baik untuk mencegah kerusakan pada
embrio karena bila perendaman paling lama, panas yang diteruskan
kedalam embrio sehingga dapat menyebabkan kerusakan. Suhu tinggi
dapat merusak benih dengan kulit tipis, jadi kepekaan terhadap suhu
berfariasi tiap jenis. Umumnya benih kering yang masak atau kulit
bijinya relatif tebal toleran terhadap perendaman sesaat dalam air
mendidih.

 perlakuan kimia

Perlakuan kimia dengan bahan-bahan kimia sering dilakukan untuk


memecahkan dormansi pada benih. Tujuan utamanya adalah
menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki oleh air pada waktu
proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan
konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lunak sehingga dapat
dilalui air dengan mudah.

Larutan asam untuk perlakuan ini adalah asam sulfat pekat (H2SO4)
asam ini menyebabkan kerusakan pada kulit biji dan dapat diterapkan
pada legum maupun non legume (Coppeland, 1980). Tetapi metode
ini tidak sesuai untuk benih yang mudah sekali menjadi permeable,
karena asam akan merusak embrio. Lamanya perlakuan larutan asam
harus memperhatikan 2 hal, yaitu:
1) kulit biji atau pericarp yang dapat diretakkan untuk
memungkinkan imbibisi
2) larutan asam tidak mengenai embrio.

 Perlakuan temperature

Rendah (stratifikasi).
Pemberian suhu rendah selama waktu tertentu (berbeda untuk setiap
jenis tanaman) dapat menghilangkan penghambatan pertumbuhan.

Rendah dan tinggi.


Temperatur tinggi hanya radikelnya, diikuti temperature rendah untuk
epikotilnya. Perbedaan tidak boleh lebih dari 10-20oC.

 Perlakuan cahaya
Jumlah cahaya, intensitas, panjang hari juga dapat memepengaruhi
laju perkecambahan. Selain meningkatkan % perkecambahan, juga
dapat meningkatkan laju perkecambahan.
b) Dormansi Fisiologis (dormansi sekunder)

Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna pertumbuhannya atau


belum     matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu tertentu
agar dapat       berkecambah   (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun
tergantung jenis benih. Benih-benih ini biasanya ditempatkan pada kondisi
temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai
embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah (Schmidt, 2002).

Benih non dorman dapat mengalami kondisi yang menyebabkannya menjadi


dorman. Penyebabnya kemungkinan benih terekspos kondisi yang ideal untuk
terjadinya perkecambahan kecuali satu yang tidak terpenuhi. Dormansi
sekunder dapat diinduksi oleh :
1) thermo- (suhu), dikenal sebagai thermodormancy
2) photo- (cahaya), dikenal sebagai photodormancy
3) skoto- (kegelapan), dikenal sebagai skotodormancy

meskipun penyebab lain seperti kelebihan air, bahan kimia, dan gas bisa juga
terlibat. Mekanisme dormansi sekunder diduga karena:
1) terkena hambatan pada titik-titik krusial dalam sekuens metabolik
menuju perkecambahan
2) ketidak-seimbangan zat pemacu pertumbuhan versus zat penghambat
pertumbuhan. Dormansi karena hambatan metabolisme pada embrio,
terjadi karena adanya zat-zat penghambat perkecambahan dalam
embrio. Misal : ammonia, asam    benzoate, ethylene, alkaloid,
coumarin (yang menghambat kerja enzim alfa dan beta amylase).

Contoh : selada,dapat berkecambah langsung bila diberi suhu <20oC. Tetapi


setelah disimpan, dapat berkecambah walau suhunya 30oC.
IV. PENUTUP

KESIMPULAN

Jadi pada laporan praktikum kali ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh cahaya
terhadap perkecambahan biji. Dan untuk Mengetahui pengaruh perlakuan fisik
(penipisan kulit) terhadap perkecambahan biji. Perkecambahan merupakan suatu
rangkaian proses yang kompleks yang menyangkut perubahan morfologi, fisiologi
dan biokimia dari biji.

Biji yang hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang
secara normal memenuhi persyaratan untuk perkecambahannya yaitu persediaan air
cukup, suhu yang sesuai dan kondisi udara sekitar yang normal, maka dikatakan
bahwa biji dalam keadaan dorman. Dormansi adalah keadaan biji yang tidak
berkecambah atau tunas yang tidak dapat tumbuh (terhambat pertumbuhannya)
selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau
tunas. Istilah dormansi hanya digunakan untuk menyatakan keadaan biji yang gagal
untuk berkecambah sebagai akibat keadaan intern biji dan bukan karena keadaan
lingkungan yang tidak cocok.

Dalam praktikum kali ini kita dapat mengetahui dari tahapan proses perkecambahan
biji hingga faktor yang menyebabkan terjadinya dormansi, yang ternyata Dormansi
pada benih dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai
beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya. Namun
pada praktikum kali ini kita juga dapat mengetahui cara pematahan dormansi tersebut
hingga faktor faktor apa saja yang dapat menimbulkan dormansi pada tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Rawiniwati, Wayan. 2019. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Pertanian


Universitas Nasional. Jakarta.
Sutopo L. 2004. Teknologi Benih. Penerbit Rajawali. Jakarta
Yuniarti M, Djaman DF. 2015. Teknik pematahan dormansi untuk mempercepat
perkecambahan benih kourbaril (Hymenaea courbaril). Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. Vol. 1 ( 6)  : 1433-1437.
Muharni S. 2002. Pengaruh metode pengeringan dan perlakuan pematahan dormansi
terhadap viabilitas benih kayu afrika (Maesopsis emenii Engl.), Skripsi. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
Abidin,Z. 1987. Dasar-dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa,
Bandung.
Gardner, F. R., Pearce, F. B dan Mitchell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI
Press, Jakarta.
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai