Anda di halaman 1dari 7

1

TUGAS BESAR 1
KELAS PRODUK DAN MEREK
“Pakaian muslim wanita Your Nuansa”

Disusun oleh:
Mushlikhah
NIM :43119110019
Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Robert E MM.,MT

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2

2021

Strategi Pengembangan Produk Baru


Menurut Reinertsen (2005) proses pengembangan produk baru menjadi lebih
terspesialisasi dan dinamik serta perlu berubah ke arah yang lebih baik lagi (Hariandja,
2004). Produk yang dihasilkan oleh perusahaan akan mengarah kepada kepuasan konsumen
maka dari itu pengembangan produk baru harus memiliki 3 persyaratan yaitu marketable,
manufacturable, dan maintenanceable. Marketable artinya produk baru tersebut dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan serta terjangkau oleh daya beli calon konsumen.
Manufacturable artinya teknologi dan sumber daya manusia mampu untuk memproduksi
produk baru tersebut, untuk meminimlisir ketergantungan perusahaan kepada pihak kedua
dalam menghasilkan produk baru. Maintenanceable artinya produk baru mudah dipelihara
dari mulai gudang sampai kepada distributor hingga saat produk tersebut sampai ke tangan
konsumen, baik dari segi penyimpanan dan penggunaannya. Inovasi dan desain merupakan
kunci dalan memenangkan persaingan di era ekonomi kreatif sepeeti sekarang (Business
Week, 2006). Inovasi dalam pengembangan produk dan jasa baru menjadi kunci bagaimana
perusahaan besar dapat tetap bertahan dengan diimbangi porses yang terus menerus
meningkatkan kemampuan dan kompetensi. Pengembangan produk baru memerlukan strategi
yang tepat, juga adanya aspek pendukung seperti manusia, insfrastruktur, budaya, dan inovasi
yang berkelanjutan.
Berikut ini faktor yang mendukung keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan produk
baru yaitu:
1. Komitmen perusahaan untuk mendukung inovasi dan pengembangan produk baru
sebagai strategi utama perusahaan. Kepemimpinan yang kuat dapat memberikan visi,
misi, dan arah yang jelas dalam pengembangan produk baru.
2. Prioritas modal dialokasikan untuk mencapai dan mempertahankan keunggulan bersaing.
3. Membangun lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan spesifik terhadap produk
baru serta tujuan perusahaan.
Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan oleh Evo S. Hariandja dan Arief W.
Kautsar dari Binus University dengan sampel 85 perusahaan manufaktur yaitu otomotif,
elektronik, makanan/minuman, pertambangan, komunikasi, teknologi informasi (IT),
farmasi, tekstil, barang konsumsi, engineering, dan lainnya. Penelitian tersebut menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan antara lain:
3

1. Untuk bisa bersaing di pasar yang kompetitif perusahaan dituntut untuk memberikan
diferensiasi produk terhadap produk sebelumnya.
2. Tidak semua produk baru dengan diferensiasi memerlukan proses dan mesin yang
berbeda dari sebelumnya. Hal tersebtu dipengaruhi oleh faktor aset, efisiensi, infrastuktur
dan biaya yang dibutuhkan, serta bergantung pada skala perusahaan dan cakupan
operasinya.
3. Pengembangan produk baru membutuhkan keterampilan baru untuk dapat menghasilkan
produk yang berkualitas, berbeda, dan diterima pasar.
Pengembangan produk yang efektif tidak dicapai dengan meningkatkan biaya R&D,
bertumpu pada teknologi radikal, atau memperkenalkan alat dan teknik baru tetapi
merupakan pola konsistensi menyeluruh dari sistem pengembangan total mencakup struktur
organisasi, keterampilan teknis, proses penyelesaian masalah, kultur dan strategi (Clark dan
Fujimoto, 1991). Konsistensi itu bukan hanya bekerja dalam arsitektur sistem yang luas tetapi
juga dalam tingkatan kerja yang rinci.

Tahapan pengembangan produk baru “Tunik-Btari Ruffle”


1. Tahap konsep (Consept)
Yaitu proses pengumpulan ide/gagasan baik ide dari dalam maupun luar perusahaan,
selanjutnya ide tersebut diambil satu ide yang secara rasional dapat direalisasi. Setelah
itu melakukan studi kelayakan produk gagasan di pasaran. Apabila produk gagasan
memenuhi kriteria pasar, selanjutnya NPD Proses membuat proposal produk gagasan
yang berisi tentang bagaimana cara memproses produk gagasan tersebut dengan
mempertimbangkan beberapa faktor antara lain faktor modal, sumber daya manusia,
serta kapasitas dan teknologi perusahaan.
Pada tahap konsep pengembangan produk pakaian muslim kita menetapkan segmentasi
produk dan target market. Target market yang menjadi sasaran adalah wanita dengan
rentang usia 18-24 tahun. Setelah itu melakukan pengamatan trend apa yang sedang
berlaku. Untuk mendapatkan ide-ide yang fresh namun juga sesuai dengan apa yang
sedang trend di luaran sana, kita dapat melakukan pengamatan pada brand-brand pakaian
muslim lain. Hasil dari pengamatan tersebut kemudian di olah kembali lalu diberi
sentuhan konsep murni dari brand kita sendiri.
Konsep dari kita sendiri ini yang akan menjadi diferensiasi dari produk bran lainnya.
Sebagai perempuan saya menyertakan campaign self-love. Hal ini berawal dari
banyaknya perempuan di luar sana yang sering merasa insecure dengan penampilan
4

mereka. rasa rendah diri ini sangat berdapk pada kesehatan mental seseorang. Maka dari
itu dalam kampanye ini saya ingin mengajak perempuan untuk menyayangi diri sendiri
bagaimanapun keadaan fisik mereka. Diharapkan hadirnya brand kami ini akan
membantu mereka menumbuhkan kembali rasa percaya diri mereka juga menjaganya
agar tidak hilang. Tagline yang kita angkat yaitu “Less insecure, get more confidence”.
2. Tahap Fisibilitas (Feasibility)
Di tahap ini Departemen R&D menganalisa dan mempertimbangkan kembali
kemungkinan-kemungkinan reabilitas ide/gagasan. Komponen yang menjadi
pertimbangan terhadap ide tersebut antara lain:
a. Pertimbangan kualitas
pertimbangan kualitas antara kita sebagai brand juga pertimbangan kualitas yang
diharapkan oleh konsumen. Untuk mengambil keputusan tersebut dapat dibantu
dengan melihat riview dari pelanggan kompetitor. Misalnya ternyata konsumen lebih
menyukai menggunakan pakaian dengan bahan katun daripada pakaian dengan bahan
kain wolfis.
b. Pertimbangan waktu
Produk yang telah ditetapkan sebagai produk baru akan diperkenalkan kepasar
apabila produk lama masuk pada phase akhir kedewasaaan menunggu fase penurunan.
Pertimbangan waktu ini juga penting mengingat akhir-akhir ini industri fast fashion
sedang naik daun. Konsep fast fashion yang diadopsi oleh brand ZARA terbukti
menaikkan omset penjualan. Konsumen cenderung enggan menunggu lama hanya
untuk sebuah pakaian. Untuk itu sistem pre order tidak begitu efektif untuk diterapkan
saat ini meskipun dapat membantu dari sisi keuangan.
c. Pertimbangan keuangan
Apakah dana yang dimiliki perusahaan mencukupi untuk memproduksi produk baru
tersebut?
Kita menghitung biaya operasional termasuk produksi yang mencakup biaya untuk
membeli kain dan kelengkapan tambahannya seperti kancing dan resleting.
Pertimbangan ini berhubungan dengan pertimbangan kualitas sebelumnya.
Dari segi harga kain, katun lebih mahal daripada kain wolfis, namun dari penelitian
yang sudah dilakukan konsumen lebih menyukai pakaian dengan bahan katun.
Alternatif yang dapat menjadi pilihan yaitu pemilihan jenis katun. Kita memilih jenis
kain katun yang harganya realistis untuk perusahaan namun juga memenuhi harapan
konsumen.
5

d. Pertimbangan sumber daya manusia dan teknologi


Membangun brand pakaian muslim membutuhkan sumber daya manusia yang
mumpuni juga. Dari perusahaan yaitu kebutuhan sumber daya sebagai bagian dari
manajemen, karena produksi kita bekerja sama dengan perusahaan konveksi. Untuk
memilih konveksi yang akan diajak bekerja sama kita juga harus mempertimbangkan
beberapa hal seperti spesifikasi konveksi, mereka harus mampu memproduksi pakaian
muslim wanita. Konveksi yang sudah biasa memproduksi pakaian wanita akan lebih
baik. Kapasitas produksi mereka berapa, dan waktunya berapa lama, juga
pertimbangan harga jasa jaitnya.
Memiliki brand pakaian tidak harus seorang desainer. Tidak harus bisa menggambar
setsa pakaian yang bagus, mahir membuat pola dan juga bisa menjahit. Yang
terpenting adalah kita dapat mengkomunikasikan ide kita kepada pembuat pola dan
juga penjahit mengenai model pakaian yang akan dibuat.
e. Pertimbangan efisiensi
Yang perlu dihindari adalah terjadinya pemborosan dalam proses produksi.

3. Tahap Perencanaan (Planning)


Setelah produk gagasan lulus uji feasibility, selanjutnya kita membuat perencanaan
produk gagasan dengan menetapkan tujuan dan gagasannya. Dari hasil ide dan
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan kita akan menghasilkan suatu ide yang akan
melalui tahapan selanjutnya. Ide yang kita dapatkan yaitu kita akan memproduksi tunik.
4. Tahap Desain (design)
Dalam tahap ini produk gagasan diuji dari sisi eksternal yang terfokus pada pasar
berbeda dengan tahap perencanaan. Dari segi kualitas, produk diupayakan dapat
menjamin keandalan produk dengan orientasi kepuasan konsumen. Kita mengharapkan
dapat menghasilkan produk tunik yang memberikan kenyamanan dari segi bahan, model
cuttingan, juga jahitan yang berkualitas.
6

Gambar : Mushlikhah
5. Tahap uji coba (prototype)
Perusahaan memproduksi produk baru dengan dalam jumlah sedikit dahulu sebagai
bahan uji coba. Tahap ini penting karena menguji tentang standar mutu yang merupakan
jembatan antara perusahaan dangan konsumen.
6. Tahap tes pasar
Pada tahap uji coba kami melakukan promosi pada akun media sosial instagram dan
TikTok. Kitsa juga memanfaatkan fitur iklan yang ada pada platform instagram agar
perkenalan produk baru ini menjangkau banyak konsumen.
7. Tahap validasi
Monitoring hasil produk tunik dapat dipantau dari unit hasil penjualan. Apakah penjualan
dari tunik memilik kecencerungan penjualan yang terus meningkat atau sebaliknya. Jika
memiliki kecenderungan meningkat maka kita dapat melanjutkan ke tahap produksi.
8. Tahap produksi
Setelah melalui 7 tahap sebelumnya dan produk memliki kecenderungan penjualan
meningkat maka produk dapat diproduksi secara masal.
7

DAFTAR PUSTAKA

Balachandra, R. and Friar, J.H. (1997), “Factors for success in R&D projects and new
product innovation: a contextual framework”, IEEE Transactions on Engineering
Management, Vol. 44 No. 3, pp. 276-87.
Clark, K. B. and T. Fujimoto. 1991. Product Development Performance: Strategy,
Organization, and Management in the World Auto Industry. Harvard Business
School-Press.
Edward Robert. 2021. “Modul New Product Development Strategy”. Universitas Mercu
Buana. Jakarta

Hariandja, Evo. 2006. “Membangun Brand Image yang Powerful: Perspektif Dinamik.”
BranDNA, Vol. 1 No.5 pp.50-51.

Anda mungkin juga menyukai