Anda di halaman 1dari 6

Ketidakadilan Hukum di Indonesia

Hukum merupakan salah satu unsur yang mampu menciptakan keadilan di tengah masyarakat.
Namun, fenomena yang kerap terjadi saat ini adalah Ketidakadilan hukum masyarakat. Hukum
dianggap pilih kasih karena memberikan hukuman yang berat bagi rakyat kecil, sementara tokoh
yang dianggap berkuasa atau berduit diberikan kemudahan dalam 'memilih' vonis yang dijatuhkan
kepadanya.

Ketidakadilan hukum semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai hal. Namun, satu hal krusial yang
mendorong terjadinya fenomena ini adalah rendahnya komitmen para penegak hukum, termasuk di
dalamnya para hakim, jaksa penuntut umum, pengacara, lembaga peradilan, para petugas di
lembaga pemasyarakatan, hingga oknum-oknum tertentu yang memanfaatkan fenomena ini untuk
kepentingan dirinya sendiri, Hukum tidak lagi berfungsi sebagai alat penegak keadilan, tetapi sebatas
alat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Tidak ada lagi ketegasan hukum, yang ada hanyalah
kekuatan uang dan kekuasaan. Hukum tidak lagi tajam ke segala arah, tapi tumpul sejauh ada uang
dan kuasa.

Jika hal semacam ini dibiarkan, maka negara kita tidak layak disebut negara hukum. Tindakan
oknum-oknum yang melakukan hal tersebut haruslah dibayar dengan hukuman yang seberat-
beratnya karena tindakan mereka turut merusak kepercayaan masyarakat terhadap hukum dan nilai
hukum itu sendiri
Penetapan Standar Caleg dalam Meminimalisir Tindakan Korupsi

Dalam pemilihan umum, Seharusnya setiap partai politik memiliki standar yang ketat dan tegas
dalam perekrutan calon anggota legislatif. Standar kriteria setiap calon wakil rakyat haruslah bisa
menjadi kualifikasi tegas bagi para calon anggota wakil rakyat yang bermasalah, khususnya korupsi.

Seperti contoh, Para calon legislatif yang pernah tercantum dalam permasalahan pelanggaran HAM
atau permasalahan korupsi, tidak diperkenankan untuk menjadi dan diterima sebagai anggota
legislatif. Hal tersebut perlu diperhatikan dengan tegas, karena anggota dewan diharapkan adalah
benar – benar orang yang bermasalah dan memiliki integritas tinggi terhadap negeri. Penetapan
standar dalam pemilihan calon anggota legislatif adalah salah satu tindakan yang sangat penting
untuk di galakkan.

Berdasarkan fakta dan hasil survei, menunjukkan bahwa lembaga parlemen dalam sistem
pemerintahan parlementer, baik itu lembaga tingkat pusat maupun lembaga yang ada ditingkat
daerah, dianggap sebagai lembaga-lembaga dengan tingkat pelanggaran korupsi tertinggi. Hal
tersebut di jelaskan oleh Jojo Rohi yang menjabat sebagai sekretaris jendral komite independen
pemantau pemilu (KIPP).

Penetapan standar caleg merupakan tindakan yang perlu dan penting untuk digalakkan. Hal tersebut
dikarenakan anti korupsi menjadi hal prinsip yang harus di cantumkan dalam kriteria pencalonan
anggota legislatif. Setiap caleg yang memiliki track record yang buruk seperti pelanggaran HAM
(poligami, selingkuh, dsb) dan korupsi, seharusnya tidak diperkenankan menjadi anggota dewan
legislatif. harapan dari tindakan tersebut adalah berkurangnya angka korupsi di tingkat lembaga
legislatif
Jokowi Tambah Wakil Menteri untuk Redam Gejolak Koalisi Jokowi

Ada yang berbeda dari pelantikan menteri di Kabinet Indonesia Maju yang berada di bawah
pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini. Kabar yang beredar menyatakan bahwa Presiden
Jokowi bakal menambah enam nama lagi untuk posisi wakil menteri. Langkah Jokowi ini dinilai
sebagai siasat untuk meredam gejolak koalisi antar partai politik.

Sebelumnya Presiden Jokowi telah melantik 34 menteri dan 12 wakil menteri untuk Kabinet
Indonesia Maju di pemerintahan 2019 – 2024. Moeldoko yang menjabat sebagai Kepala Kantor Staf
Kepresidenan (KSP) menyatakan bahwa Jokowi memang sedang menyiapkan enam kursi pejabat
setingkat wakil menteri baru. Hingga sekarang Moeldoko masih enggan memberikan rincian siapa
keenam nama baru untuk mengisi jabatan tersebut. Sedangkan kabar lain beredar dari juru bicara
Presiden, Fadjroel Rahman. Beliau menyebutkan bahwa dua dari enam posisi tersebut adalah wakil
Mendikbud dan wakil Panglima TNI.

Penambahan posisi wakil menteri tersebut sejalan dengan Perpres No. 72 tahun 2019 yang
mengatur Mendikbud akan dibantu wakil menteri dalam melaksanakan tugas. Sedangkan
penambahan wakil Panglima TNI sesuai dengan yang tertuang dalam Perpres Nomor 66 tahun 2019
yang mengatur tentang Susunan Organisasi TNI.

Wacana penambahan wakil menteri tersebut semakin bergulir dan beriringan dengan kabar kasak-
kusuk koalisi Jokowi. Beberapa partai sempat mengancam akan keluar dari koalisi. Sehingga wajar
jika keputusan Jokowi menambah wakil menteri sebagai siasat untuk mengatasi gejolak koalisi
Jokowi.
Realita Hukum di Indonesia

Hukum di Indonesia sebenarnya telah mengatur bagaimana para pelaku tindak kriminal dihukum
berdasarkan undang-undang Republik Indonesia . Tapi kenyataannya sering terjadi Ketidakadilan
hukum yang sangat merugikan berbagai pihak. Bisa dikatakan hukum tajam ke bawah tapi tumpul di
hadapan para koruptor.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pelaku korupsi mendapatkan hukuman yang lebih rendah
dibandingkan para pelaku kejahatan lainnya. Bahkan ada beberapa koruptor yang menerima fasilitas
sekelas hotel mewah di penjara. Tentunya kita sering sekali mendengar berita maling yang dihajar
massa sampai tewas. Namun rasanya kita belum pernah dengar ada koruptor yang dihajar sampai
mati. Di layar-layar televisi mereka malah bisa berbangga diri dengan menunjukkan senyumnya.
Hukum di Indonesia hanya tegas ketika berhadapan dengan rakyat kecil saja. Sebagai contoh kita
bisa mengingat kasus nenek Asyani. Hanya karena dugaan pencurian kayu, beliau terancam
hukuman penjara sampai 5 tahun. Jelas-jelas tidak adil apabila dibandingkan dengan hukuman yang
diterima para koruptor.

Hukum yang ada di Indonesia ibarat sebuah pisau, di mana tajam ke bawah, namun tumpul
ke atas. Pencuri sandal diancam hukuman penjara 5 tahun. Sebaliknya, koruptor yang telah
merugikan uang negara hanya dihukum 1 tahun penjara.
Sistem Pemerintahan di Indonesia

Setiap negara memiliki Sistem untuk menjalankan kehidupan pemerintahannya. Sistem


tersebut adalah sistem pemerintahan. pemerintahan Indonesia sekarang mengalami
berbagai jenis perubahan dari masa ke masa.

Pada masa orde lama Indonesia dipimpin dengan sistem demokrasi liberal. Negara
Indonesia pun pernah bersifat federasi dengan membentuk negara bagian di bawah
pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS).Pada masa orde baru, mekanisme
pemerintahan lebih condong pada sistem demokrasi. Rakyat menjadi pemeran utama dalam
jalannya pemerintahan. Rakyat mempunyai menentukan siapa yang pantas menjadi
pimpinan mereka. Era reformasi tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelumnya dalam
sistem pemerintahan. Indonesia masih dipimpin oleh Presiden sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan.

Sistem demokrasi di Indonesia masih terdapat kritik kritik kepada sistem pemerintahan yang
belum sempurna dalam pelaksanaannya. Namun bisa dibilang sistem demokrasi di
Indonesia mengalami kemajuan. Bisa dilihat dari bebasnya berkeyakinan, berpendapat atau
kebebasan untuk berkumpul dengan siapa pun tanpa ada yang membatasi

Meskipun sistem demokrasi di Indonesia masih terdapat banyak kritikan dalam


pelaksanaannya, namun sistem demokrasi di Indonesia juga perlu dibanggakan karena ada
beberapa negara yang ingin menerapkan sistem demokrasi, tapi tidak berhasil dan gagal.

Anda mungkin juga menyukai