Anda di halaman 1dari 8

IJGC 3 (3) (2014)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling:


Theory and Application
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk

FAKTOR-FAKTOR HAMBATAN PROFESIONALISASI GURU BK


DI SMA NEGERI SE- KOTA PURWOKERTO

Cahya Dewi Rizkiwati , Ninik Setyowani, Heru Mugiarso

Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan tentang faktor-faktor hambatan yang terjadi
Diterima Juni 2014 dalam profesionalisasi guru BK. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survey. Penelitian ini
Disetujui Agustus 2014 dilaksanakan di SMA Negeri se-Kota Purwokerto. Penelitian ini adalah penelitian populasi atau
Dipublikasikan sensus karena populasi guru BK berjumlah 25 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
September 2014 adalah inventori dalam bentuk daftar cek masalah. Instrumen tersebut telah diuji validitasnya
________________ menggunakan rumus point biserial, sedangkan reliabilitas instrumen digunakan rumus KR-20. Data
Keywords: yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif prosentase. Hasil dari
guidance and counceling penelitian ini menunjukkan hambatan yang berasal dari faktor internal mendapat prosentase lebih
teacher; problems; tinggi daripada faktor eksternal. Faktor internal yang paling mempengaruhi profesionalisasi guru
professionalization. BK antara lain latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, motivasi kerja, kompetensi guru BK.
____________________ Sedangkan faktor eksternal yang paling mempengaruhi profesionalisasi guru BK adalah sarana dan
prasarana.

Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research is to describe problems occur in the professionalization of guidance and counseling
teachers. The type of the research is survey research . This research was conducted in all of Senior High School
in Purwokerto. Population research or census were used as sampling method, since the population of guidance
and counseling teachers were 25 people. Data collection technique was using inventory with list of issues. The
instrument validity has been tested using point biserial formula, whilst its reliability was tested using KR-20
formula. The data was analyzed using descriptive percentage techniques. The results of this research indicate that
internal factors get higher percentage than external factors. Internal factors that have the most influence in the
professionalization of guidance and counseling teachers include educational background, working experience ,
motivation, teacher’s competence. While external factors that have the most influence in the professionalization
of guidance and counseling teachers is infrastructure.
© 2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6374


Gedung A2 Lantai 2 FIP Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: dewirizkiya@gmail.com

17
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

PENDAHULUAN peluang yang amat terbuka dan amat urgen


dilakukan, terutama dilihat: (1) dengan semakin
Pendidik merupakan profesi yang harus kompleksnya tuntutan tugas guru pembimbing,
menjalankan tugas dan perannya dengan yang menghendaki dukungan kinerja yang
tanggung jawab dan profesional. Untuk semakin efektif dan efisien, (2) perkembangan
menjalankan tugas dan perannya dengan ilmu pengetahuan teknologi, seni dan budaya
tanggung jawab dan profesional perlu diadakan yang diterapkan dalam bimbingan dan konseling
sebuah upaya untuk meningkatkan kompetensi di sekolah juga cenderung bergerak maju semakin
dan kemampuan pendidik. Upaya tersebut lebih pesat, sehingga menuntut penguasaannya secara
dikenal dengan istilah profesionalisasi. akademik-profesional, (3) setiap guru
Profesionalisasi oleh Prayitno (2004) dijelaskan dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan
sebagai proses peningkatan kualifikasi maupun pengembangan pendidikan secara terarah,
kemampuan para anggota suatu profesi dalam berencana untuk meningkatkan kualitas
mencapai kriteria yang standar dalam pendidikan secara keseluruhan dan
penampilannya sebagai anggota suatu profesi. berkesinambungan.
Konselor merupakan salah satu dari Profesionalisasi dilaksanakan sebagai
pendidik menurut undang-undang nomor 20 upaya dalam meningkatkan kompetensi dan
tahun 2003. Konselor di sekolah saat ini disebut kemampuan dari suatu anggota profesi. Upaya-
dengan guru BK, sesuai dengan peraturan upaya yang dapat dilakukan dalam rangka
perundang-undangan yang ada. Jumail (2013) profesionalisasi antara lain (Saondi & Suherman,
menjelaskan bahwa guru BK merupakan 2012): (1) program peningkatan kualifikasi
penyelenggara kegiatan konseling di sekolah. pendidikan guru, (2) program penyetaraan dan
Tugas guru BK adalah mengenal siswa dengan sertifikasi, (3) program pelatihan terintegrasi
berbagai karakteristiknya, melaksanakan berbasis kompetensi, (4) program supervisi
konseling perorangan, bimbingan dan konseling pendidikan, (5) program pemberdayaan
kelompok, melaksanakan layanan bimbingan MGMP/MGBK, (6) simposiom guru, (7)
termasuk informasi, penguasan konten, melakukan penelitian. Upaya-upaya tersebut
penempatan dan penyaluran, konsultasi, dan dapat dilakukan antara lain oleh pemerintah
mediasi. Untuk mengoptimalkan pemberian melalui program peningkatan kualifikasi guru,
layanan bimbingan dan konseling, maka program penyetaraan dan sertifikasi, program
diperlukan kinerja yang profesional dari seorang pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi, dan
konselor. Guru BK professional merupakan guru program supervise pendidikan. Sedangkan
BK yang memenuhi standar kualifikasi dan organisasi profesi ataupunkelompok musyawah
kompetensi seperti yang disebutkan dalam guru dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008. bertujuan untuk meningkatkan dan
Kompetensi itu terdiri dari 4 kompetensi, yaitu: mengembangkan pengetahuan serta
(1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi keterampilan dari guru BK. Sedangkan guru BK
kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) dapat memprofesionalisasikan dirinya dengan
kompetensi professional. Sedangkan standar senantiasa terbuka terhadap informasi baru
kualifikasi yang harus dipenuhi oleh konselor seputar bimbingan dan konseling dan
atau guru BK adalah sudah menempuh meningkatkan kemampuan serta dedikasi
pendidikan S-1 Bimbingan dan Konseling atau terhadap profesinya sebagau guru BK.
pendidikan profesi. Upaya profesionalisasi di atas menjadi
Pranoto (2013) dalam artikel berjudul kurang maksimal ketika guru BK menemui
“Jabatan Profesional dan Tantangan Guru dalam hambatan-hambatan yang menghambat
Pembelajaran” dengan memperhatikan profesionalisasi tersebut. Hambatan itu bisa
fenomena guru BK di sekolah, maka berupa faktor yang berasal dari dalam diri guru
pengembangan profesionalitas guru menjadi BK (internal) maupun dari luar (eksternal).

18
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

Fenomena yang peneliti temukan di SMA Negeri yang berlatar belakang pendidikan S1 bimbingan
se-Kota Purwokerto menunjukkan bahwa dan konseling berjumlah 15 orang. Sedangkan
kualifikasi pendidikan yang dimiliki guru BK sisanya yang berjumlah 10 orang terdiri dari Non
disana tergolong rendah. Kualifikasi pendidikan S1/D2 dan S1 Non bimbingan dan konseling.
guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto Datanya disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Kualifikasi pendidikan guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto


No Nama Sekolah Non-S1/D2 S1 BK S1 Non-BK
1 SMA Negeri 1 Purwokerto 1 orang 5 orang -
2 SMA Negeri 2 Purwokerto - 1 orang 4 orang
3 SMA Negeri 3 Purwokerto - 4 orang -
4 SMA Negeri 4 Purwokerto - 3 orang 1 orang
5 SMA Negeri 5 Purwokerto - 2 orang 4 orang
Total 1 15 9

Selain kualifikasi pendidikan, keberadaan ruang kerja dan ruang tamu saja, sehingga
jam BK di sekolah juga penting adanya dalam seringkali kesulitan jika akan mengadakan
menunjang profesionalisasi seorang guru BK. konseling individual maupun kelompok.
Tetapi di beberapa sekolah, tidak diberikan Rambu-Rambu Penyelenggaraan
kebijakan berupa jam BK, sehingga beberapa Bimbingan dan Konseling menyebutkan, selain
guru BK di sekolah tersebut merasa kesulitan peningkatan kompetensi yang dituangkan dalam
ketika hendak mengadakan layanan bimbingan kinerja seorang guru BK, profesionalisasi juga
dan konseling terutama layanan yang ebrformat menuntut adanya kegiatan riset dan
klasikal. Pengalaman kerja juga mempengaruhi pengembangan. Kegiatan riset dan
profesionalisasi guru BK di sekolah karena ikut pengembangan untuk guru BK dapat
menentukan kinerja yang dilaksanakan oleh guru dilaksanakan dengan penyusunan Penelitian
BK. Pengalaman kerja dapat dipengaruhi oleh Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK).
masa kerja dan penguasaan keterampilan dalam Hal ini masih minim dilakukan oleh guru BK di
pekerjaan. Beberapa guru BK yang ada di SMA SMA Negeri se-Kota Purwokerto karena
Negeri memiliki masa kerja yang kurang dari 2 kurangnya dukungan dari luar maupun dari diri
tahun, sedangkan beberapa diantara akan sendiri. Selain itu fasilitas yang ada kurang
memasuki masa pensiun sedangkan sisanya digunakan oleh guru BK, karena keterbatasan
memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun. Masa dalam penguasaan teknologi.
kerja yang kurang dari 2 tahun tersebut membuat Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
beberapa guru BK merasa canggung dengan guru untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui
BK lainnya yang memiliki masa kerja lebih dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam
10 tahun, hal itu membuat suasana kerja di profesionalisasi guru BK di sekolah. Penelitian
sekolah menjadi kurang kondusif. Kemudian ini bertujuan antara lain yaitu: (1) untuk
motivasi kerja guru BK di SMA Negeri se-Kota mengetahui profil hambatan profesionalisasi
Purwokerto tergolong rendah dalam guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto, (2)
meningkatkan kompetensi dan kemampuannya, untuk mengetahui faktor-faktor internal yang
beberapa disebabkan karena faktor usia yang menjadi hambatan pelaksanaan profesionalisasi
akan memasuki masa pensiun dan kurangnya guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto, (3)
kertertarikan terhadap perkembangan terbaru untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang
seputar bimbingan dan konseling. Fasilitas yang menjadi hambatan pelaksanaan profesionalisasi
kurang kondusif juga mempengaruhi guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto.
profesionalisasi guru BK terutam dalam
kinerjanya. Beberapa sekolah hanya memiliki METODE PENELITIAN

19
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

dihitung dengan taraf signifikansi 5%


Jenis penelitian ini adalah penelitian (rtabel=0,553). Sedangkan reliabilitas instrumen
survey. Penelitian ini memiliki variable tunggal diukur menggunakan rumus KR-20 dan
yaitu hambatan profesionalisasi guru BK menunjukkan angka 1 dengan demikian
berdasarkan faktor internal dan eksternal. instrumen dikatakan reliabel. Teknik analisis
Populasi penelitian ini adalah guru BK yang ada data menggunakan analisis deskriptif persentase.
di SMA Negeri Se-Kota Purwokerto dengan
menggunakan studi populasi atau sensus karena HASIL DAN PEMBAHASAN
jumlah populasi yang digunakan hanya 25 orang.
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah Berikut adalah hasil dari analisis daftar cek
daftar cek masalah. Validitas instrumen diukur masalah hambatan profesionalisasi guru BK di
dengan menggunakan rumus Point Biserial SMA Negeri se-Kota Purwokerto.

30,0%
24,2%
25,0%
20,0% 18,1%

15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
HAMBATAN PROFESIONALISASI GURU BK

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL

Gambar 1. Hasil Analisis Hambatan Profesionalisasi Guru BK Berdasarkan Faktor Internal dan
Eksternal
Berdasarkan gambar 1, diperoleh data mempengaruhi profesionalisasi guru BK. Hasil
bahwa faktor internal memiliki prosentase lebih per sub topik masalah dapat dilihat pada tabel 2.
tinggi daripada faktor eksternal dalam

Tabel 2. Hasil analisis hambatan profesionalisasi guru BK per sub topik masalah
Derajat
No Topik Nm N NxM (Nm:NxM)x100%
Permalasahan
A FAKTOR INTERNAL 410 69 1725 24.2 % C
1 Kepribadian dan Dedikasi 83 16 400 20.8% C
2 Latar Belakang Pendidikan 32 4 100 32.0% D
3 Pengalaman 71 10 250 28.4% D
4 Keadaan Kesehatan 33 7 175 18,9% C
5 Motivasi Kerja 66 9 225 29.3% D
6 Kompetensi Guru BK 97 15 375 25.9% D
7 Kedisiplinan Kerja di Sekolah 28 8 200 14.0% C
B FAKTOR EKSTERNAL 149 33 825 18.2% C
1 Sarana dan Prasarana 79 12 300 26.3% D
2 Kepala Sekolah 29 7 175 16.6% C

20
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

3 Sertifikasi 16 4 100 16.0% C


4 Kesejahteraan Ekonomi 3 5 125 2.4% B
5 Organisasi Profesi 22 5 125 17.6% C

Berdasarkan pada tabel 2, diketahui bahwa kemampuan dalam mengolah dan


faktor internal latar belakang pendidikan, memanfaatkan informasi dalam bidang
pengalaman kerja, motivasi kerja, kompetensi bimbingan dan konseling. Selain itu, disana juga
guru BK dalam kategori kurang. Sedangkan masih terdapat guru BK yang kurang menguasai
faktor eksternal sarana dan prasarana menjadi pekerjaannya terutama dalam pengolahan need
faktor dominan yang menjadi penghambat assessment dan melaksanakan pelayanan
profesionalisasi guru BK. bimbingan dan konseling terutama dan
Latar belakang pendidikan berada kategori penggunaan teknologi dan fasilitas yang ada di
kurang yang disebabkan karena 10 orang dari sekolah. Penyebab hal ini antara lain: (1)
populasi guru BK di SMA Negeri se-Kota terbatasnya keterampilan mengoperasikan
Purwokerto belum menempuh pendidikan S-1 komputer; (2) terbatasnya waktu untuk
Bimbingan dan Konseling. Hal ini disebabkan melakukan pengolahan data; (3) terbatasnya
antara laib: (1) masa kerja yang mendekati masa fasilitas komputer di sekolah; (4) kurang
pensiun; (2) keterbatasan biaya dan jarak menguasi software need assessment yang ada.
perguruan tinggi. Selain itu juga, rendahnya Faktor internal yang memiliki kategori
minat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang kurang berikutnya adalah motivasi kerja.
yang lebih tinggi menjadi salah satu hambatan Anoraga (2005) menjelaskan bahwa motivasi
dalam faktor ini. Salah satu syarat minimal untuk kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
menjadi guru BK atau konselor menurut semangat atau dorongan kerja Kuat dan
Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 adalah lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja itu
menempuh pendidikan S-1 Bimbingan dan menentukan besar kecilnya prestasinya. Motivasi
Konseling. Selain itu, salah satu bentuk dari sebagai energi untuk membangkitkan dorongan
pengembangan profesi keberlanjutan dalam dari dalam diri konselor yang berpengaruh,
rangka perwujudan profesionalisasi adalah membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara
dengan menempuh pendidikan ke jenjang yang perilaku yang berkaitan dengan lingkungan kerja.
lebih tinggi untuk dapat menambah dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian
mengembangkan wawasan dan ilmu dari guru BK yang ada di SMA Negeri se-Kota
pengetahuan tentang bimbingan dan kosneling Purwokerto kurang memiliki ketekunan dalam
yang sudah dimiliki serta dalam rangka menghadapi tugas. Penyebab hal ini antara lain:
memantapkan diri dengan profesi yang dijalani (1) rasio siswa dan guru pembimbing tidak
saat ini yaitu sebagai guru BK. sebanding sehingga data administrasi yang harus
Faktor internal selanjutnya adalah diselesaikan cukup banyak; (2) guru BK
pengalaman kerja guru BK yang ada di SMA diberikan tugas atau jabatan lain sehingga tidak
Negeri se-Kota Purwokerto yang memiliki mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan
kategori kurang. Masih ada beberapa guru BK administrasi data. Hal yang paling menentukan
yang bekerja kurang dari 2 tahun dan hal tersebut motivasi adalah individu itu sendiri. Karakter
berakibat pada kurang mengenalnya karakteristik individu yang mendukung menurunnya motivasi
personil BK di sekolah dan kurang berani adalah sikap tidak mau meraih prestasi baru, rasa
mengemukakan pendapat pada guru BK yang cepat puas dan lemah fisik. Seperti yang telah
lebih senior. Padahal hubungan kerja yang baik diungkap dalam hasil penelitian bahwa butir
antara personil BK sangat dibutuhkan guna yang mendapat prosentase paling tinggi adalah
kelancaran pelaksanaan bimbingan dan sering menunda menyelesaikan
konseling di sekolah. Selain masa kerja yang baru pengadministrasian dan juga sering mengeluh
sebentar, guru BK yang lain juga kurang memiliki karena banyaknya administrasi bimbingan dan

21
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

konseling yang harus dikerjakan. Kondisi psikis memiliki masa kerja yang mendekati masa
yang demikian yang cenderung mudah menyerah pensiun dan hal ini menyebabkan mereka enggan
dan kurang bekerja keras dengan keadaan untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang
yangsulit membuat motivasi kerja seseorang bimbingan dan konseling dalam hal tersebut.
menurun. Sedangkan sebagian guru BK di SMA Negeri se-
Faktor internal lainnya yang memperoleh Kota Purwokerto memiliki daya tahan tubuh
kategori kurang adalah kompetensi guru BK Hal yang lemah. Hal tersebut berpengaruh dalam
ini menggambarkan bahwa kompetensi konselor pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling,
di SMA Negeri se-Kota Purwokerto masih perlu Guru BK menjadi kurang optimal dalam
adanya peningkatan. Dalam pelaksanaan melaksanakan bimbingan maupun proses
layanan bimbingan dan konseling sangalah konseling individu, kelompok maupun klasikal.
penting melihat kompetensi yang dimiliki guru Terganggunya kesehatan guru akan
BK itu sendiri. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi akan mempengaruhi kegiatan
menunjang keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan
layanan bimbingan dan konsleing. Apabila salah konseling, terutama dalam upaya
satu aspek dalam kompetensi konselor belum profesionalisasinya.
memadai maka dapat menjadi suatu hambatan Faktor internal terakhir adalah
yang dapat menyebabkan kurang maksimalnya kedisiplinan kerja termasuk dalam kriteria cukup
penyelenggaraan layanan bimbingan dan atau sedang. Masih terdapat beberapa guru BK
konseling. Salah satu penyebabnya adalah karena yang kurang dalam pemeliharaan fasilitas
masih adanya guru BK yang tidak memiliki latar bimbingan dan konseling maupun tanggung
belakang pendidikan bimbingan dan konseling. jawab dalam menyelesaikan tugas yang
Padahal pendidikan bimbingan dan konseling dibebankan kepada guru BK. Hal ini disebabkan
sangat dibutuhkan seorang guru BK sebagai salah antara lain oleh: (1) kurang tersedianya fasilitas
satu landasan dalam melaksanakan pekerjaannya penyimpanan yang memadai; (2) memiliki
sebagai guru BK. keterbatasan waktu untuk menginventarisasi
Faktor internal kepribadian dan dedikasi seluruh peralatan bimbingan dan konseling.
memiliki kategori sedang atau cukup. Beberapa Arikunto dalam Saondi dan Suherman (2012)
guru BK kurang menampilkan tindakan yang menjelaskan bahwa disiplin diperlukan agar
didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah dan kegiatan sekolah teruatama layanan bimbingan
masyarakat, kurang memiliki etos kerja, kurang dan konseling dapat berlangsung secara efektif
kemandirian dalam bekerja. Kepribadian guru dan yang termasuk personil bimbingan dan
BK akan tercermin dalam sikap dan konseling dalam organisasi bimbingan dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing konseling di sekolah merasa puas karena
peserta didik. Guru yang memiliki kepribadian terpenuhi kebutuhannya.
yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk Faktor eksternal pertama yang paling
giat memajukan profesinya dan meningkatkan dominan menghambat profesionalisasi guru BK
dedikasi dalam melakukan pekerjaannya. adalah sarana dan prasarana. Sarana dan
Kesehatan merupakan faktor penting prasarana merupakan salah satu faktor dominan
lainnya dalam menunjang optimalnya dalam menunjang tercapainya tujuan layanan
pelaksanaan pekerjaan seseorang. Kondisi bimbingan dan konseling. Dari hasil penelitian,
kesehatan dan jasmani yang baik akan faktor sarana dan prasarana memiliki kategori
menghasilkan proses bimbingan dan konsleing kurang. Faktor ini menjadi hambatan terutama
sesuai yang diharapkan. Guru BK akan dapat dalam kurangnya kenyamanan ruangan
mengerjakan tugas dan perannya dengan baik, bimbingan dan konseling yang digunakan karena
karena hal tersebut menuntut energy yang cukup dapat berpengaruh terhadap kelancaran proses
banyak. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa konseling maupun layanan bimbingan yang
beberapa guru BK di masing-masing sekolah dilaksanakan. Penyebab hal ini antara lain: (1)

22
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

ukuran ruangan BK yang terbatas; (2) kurangnya Kebijakan kepala sekolah dengan tidak
fasilitas ruangan untuk bimbingan dan konseling memberikan jam bimbingan dan konseling
kelompok, ada pun belum digunakan membuat guru BK mengalami kesulitan dalam
sebagaimana mestinya; (3) meja kerja guru yang mengadakan pertemuan klasikal. Padahal dalam
tidak disekat karena ukuran ruangan BK yang pelaksanaannya layanan konseling tidak hanya
terbatas. Selain itu, guru BK juga kerap diadakan secara individual maupun kelompok,
kebingungan ketika akan melaksanakan kegiatan tetapi juga dalam format klasikal. Tetapi hal ini
bimbingan dan konseling kelompok karena dapat diatasi oleh guru BK dengan beberapa cara,
ketiadaan fasilitas tersebut. Guru BK yang antara lain dengan memberikan angket pada
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang siswa untuk need assessment atau menggunakan
memadai akan menunjukkan kinerja yang lebih waktu seusai jam pelajaran untuk mengadakan
baik daripada guru yang tidak dilengkapi sarana pertemuan dengan siswa.
dan prasarana yang memadai. Faktor eksternal lainnya yang
Faktor eskternal berikutnya adalah adalah mempengaruhi profesionalisasi guru BK adalah
organisasi profesi. Berdasarkan hasil analisis data sertifikasi. Para lulusan pendidikan konselor
yang peneliti lakukan diketahui bahwa faktor yang akan bekerja di lembaga-lembaga
eksternal organisasi profesi berada dalam pemerintah, diharuskan menempuh program
kategori cukup atau sedang. Organisasi profesi sertifikasi yang diselenggarakan pemerintah.
merupakan organisasi kemasyarakatan yang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
mewadahi seluruh spesifikasi yang ada dalam menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari
profesi dimaksud. Organisasi profesi yang peningkatan mutu guru dan peningkatan
menaungi profesi bimbingan dan konseling kesejahteraannya. Selain itu guru berhak
adalah ABKIN. Keaktifan guru BK di SMA mendapatkan imbalan atas profesinya itu berupa
Negeri se-Kota Purwokerto masih dapat tujangan profesi dari pemerintah. Berdasarkan
dikatakan kurang. Guru BK kurang tertarik hasil analisis data yang peneliti lakukan,
untuk menjadi pengurus maupun mengikuti diperoleh prosentase sebesar 16 % dari persepsi
kegiatan yang diadakan oleh organisasi profesi guru BK yang menganggap bahwa sertifikasi
maupun MGBK. Hal disebabkan antara lain hanya merupakan tambahan penghasilan dan
oleh: 1) kurangnya informasi tentang kegiatan tidak ada perbedaan dalam pekerjaan, baik
seminar atau diklat bimbingan dan konseling; (2) sebelum maupun sesudah sertifikasi. Hal tersebut
keterbatasan biaya untuk mengikuti kegiatan tidak sesuai dengan tujuan dari program
tersebut dan juga transportasi apabila diadakan di sertifikasi dari pemerintah yang mengharapkan
tempat yang cukup jauh dari tempat bekerja; (3) adanya peningkatan mutu dan kinerja guru
di lingkungan wilayah tempat bekerja jarang dengan diberikannya reward tersebut. Penyebab
diadakan kegiatan seminar atau pelatihan hal ini karena guru BK kurang memahami antara
tentang bimbingan dan konseling. hak dan kewajiban guru dalam program
Faktor eksternal hambatan profesionalisasi sertifikasi dan upayanya untuk mempertahankan
selanjutnya adalah kepala sekolah. Kepala profesionalisasi pasca sertifikasi.
sekolah merupakan pemimpin sekolah yang Hambatan profesionalisasi guru BK yang
memiliki tanggung jawab terhadap koordinasi berasal dari faktor eksternal terakhir adalah
seluruh kegiatan di sekolah salah satunya adalah keadaan ekonomi. Berdasarkan hasil analisis
kegiatan bimbingan dan konseling. Selain sebagai data yang peneliti lakukan diketahui bahwa dari
koordinator, kepala sekolah juga bertanggung keseluruhan guru BK yang ada di SMA Negeri
jawab untuk memfasilitasi kegiatan yang ada di se-Kota Purwokerto ada 4 % guru BK yang
sekolah dan melakukan pengawasan merasa kurang puas dengan penghasilan yang
terhadapnya. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan. Faktor kesejahteraan menjadi salah
yang peneliti lakukan diketahui bahwa kepala satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru di
sekolah memiliki kategori cukup atau sedang. dalam meningkatkan kualitasnya sebab makin

23
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)

sejahtera seseorang makin tinggi kemungkinan Hambatan profesionalisasi guru BK yang


untuk meningkatkan kinerjanya. berasal dari faktor eksternal yang paling dominan
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk adalah faktor sarana dan prasarana yang
meminimalkan hambatan yang terjadi dalam memiliki kategori kurang. Faktor eksternal
profesionalisasi guru BK. Upaya-upaya itu dapat lainnya yang menghambat profesionalisasi guru
dilakukan oleh berbagai pihak, antara lain guru BK meliputi: kepala sekolah, sertifikasi,
BK itu sendiri, kepala sekolah, maupun organisasi profesi, ketiganya memiliki kategori
organisasi profesi. Upaya yang dapat dilakukan cukup atau sedang. kesejahteraan ekonomi
guru BK antara lain; (1) melaksanakan menjadi hambatan eksternal yang mendapat
pengembangan diri, (2) mengadakan diskusi kategori baik. saran yang dapat diberikan yaitu
dengan teman sejawat, (3) mengadakan sharing untuk meningkatkan motivasi dan kompetensi
ilmu dan keterampilan dengan rekan kerja, (4) guru BK. Selain itu perlu ditingkatkan hubungan
mengikuti pelatihan, diklat atau seminar tentang kerja dan komunikasi dengan kepala sekolah.
BK, (5) melakukan penelitan tindakan BK. Organisasi profesi juga perlu menyediakan atau
Sedangkan upaya yang dapat dilakukan kepala menyelenggarakan kegiatan yang bertujuan
sekolah antara lain: (1) memberikan kebijakan untuk mengembangkan ketrampilan dan
jam untuk BK, (2) mendukung peningkatan pengetahuan bagi guru BK.
kompetensi dan kualitas guru BK, (3)
menyediakan fasilitas BK yang lebih memadai, DAFTAR PUSTAKA
(4) memotivasi guru BK dengan strategi khusus.
Organisasi Profesi juga dapat memberikan upaya Anoraga, Pandji. 2005. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka
berupa: (1) lebih kreatif dalam mengadakan Cipta
kegiatan-kegiatan agar guru BK lebih tertarik Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Rambu-
untuk mengikuti; (2) membagi informasi terbaru Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:
seputar BK agar seluruh guru BK tidak merasa
Depdiknas
ketinggalan infomasi; (3) memberikan wadah
Jumail. 2013. Kompetensi Profesional dalam
untuk pengembangan pribadi bagi guru BK. Perspektif Konselor Sekolah dan Peranannya
terhadap Pelayanan Bimbingan dan Konseling
SIMPULAN di SMA Negeri Se-Kota Padang. Konselor
Jurnal Ilmiah Konseling, 2 (1): 250-255
Berdasarkan hasil penelitian dan Pranoto, Hadi. 2013. Jabatan Profesional dan Tantangan
pembahasan tentang hambatan profesionalisasi Guru dalam Pembelajaran. Diambil dari
guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto http://hadipranoto.guru-
dapat disimpulkan bahwa Hambatan indonesia.net/artikel_detail_42405.html
profesionalisasi guru BK di SMA Negeri se-Kota tanggal 14 Oktober 2013
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar
Purwokerto diperoleh 21,9 % yang meliputi
Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Rineka
faktor internal dan faktor eksternal. Hasil
Cipta
penelitian menunjukkan bahwa hamabatan yang Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang
paling besar berasal dari faktor internal daripada Standar KUalifikasi Akademik dan
faktor eksternal. Faktor internal hambatan Kompetensi Konselor Nomor 27 Tahun 2008
profesionalisasi guru BK yang mendapat kategori Saondi, Ondi dan Aris Suherman. 2012. Etika Profesi
kurang antara lain: (1) latar belakang pendidikan, Keguruan. Bandung: PT Refika Aditama
(2) pengalaman kerja, (3) motivasi kerja,(4) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
kompetensi guru BK. Sedangkan faktor lainnya 20 Tahun 2003
Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun
seperti: kepribadian dan dedikasi, keadaan
2005
kesehatan, dan kedisiplinan kerja di sekolah
memiliki kategori cukup atau sedang.

24

Anda mungkin juga menyukai