Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The purpose of this research is to describe problems occur in the professionalization of guidance and counseling
teachers. The type of the research is survey research . This research was conducted in all of Senior High School
in Purwokerto. Population research or census were used as sampling method, since the population of guidance
and counseling teachers were 25 people. Data collection technique was using inventory with list of issues. The
instrument validity has been tested using point biserial formula, whilst its reliability was tested using KR-20
formula. The data was analyzed using descriptive percentage techniques. The results of this research indicate that
internal factors get higher percentage than external factors. Internal factors that have the most influence in the
professionalization of guidance and counseling teachers include educational background, working experience ,
motivation, teacher’s competence. While external factors that have the most influence in the professionalization
of guidance and counseling teachers is infrastructure.
© 2014 Universitas Negeri Semarang
17
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
18
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
Fenomena yang peneliti temukan di SMA Negeri yang berlatar belakang pendidikan S1 bimbingan
se-Kota Purwokerto menunjukkan bahwa dan konseling berjumlah 15 orang. Sedangkan
kualifikasi pendidikan yang dimiliki guru BK sisanya yang berjumlah 10 orang terdiri dari Non
disana tergolong rendah. Kualifikasi pendidikan S1/D2 dan S1 Non bimbingan dan konseling.
guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto Datanya disajikan pada tabel 1 sebagai berikut:
Selain kualifikasi pendidikan, keberadaan ruang kerja dan ruang tamu saja, sehingga
jam BK di sekolah juga penting adanya dalam seringkali kesulitan jika akan mengadakan
menunjang profesionalisasi seorang guru BK. konseling individual maupun kelompok.
Tetapi di beberapa sekolah, tidak diberikan Rambu-Rambu Penyelenggaraan
kebijakan berupa jam BK, sehingga beberapa Bimbingan dan Konseling menyebutkan, selain
guru BK di sekolah tersebut merasa kesulitan peningkatan kompetensi yang dituangkan dalam
ketika hendak mengadakan layanan bimbingan kinerja seorang guru BK, profesionalisasi juga
dan konseling terutama layanan yang ebrformat menuntut adanya kegiatan riset dan
klasikal. Pengalaman kerja juga mempengaruhi pengembangan. Kegiatan riset dan
profesionalisasi guru BK di sekolah karena ikut pengembangan untuk guru BK dapat
menentukan kinerja yang dilaksanakan oleh guru dilaksanakan dengan penyusunan Penelitian
BK. Pengalaman kerja dapat dipengaruhi oleh Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK).
masa kerja dan penguasaan keterampilan dalam Hal ini masih minim dilakukan oleh guru BK di
pekerjaan. Beberapa guru BK yang ada di SMA SMA Negeri se-Kota Purwokerto karena
Negeri memiliki masa kerja yang kurang dari 2 kurangnya dukungan dari luar maupun dari diri
tahun, sedangkan beberapa diantara akan sendiri. Selain itu fasilitas yang ada kurang
memasuki masa pensiun sedangkan sisanya digunakan oleh guru BK, karena keterbatasan
memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun. Masa dalam penguasaan teknologi.
kerja yang kurang dari 2 tahun tersebut membuat Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik
beberapa guru BK merasa canggung dengan guru untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui
BK lainnya yang memiliki masa kerja lebih dari faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam
10 tahun, hal itu membuat suasana kerja di profesionalisasi guru BK di sekolah. Penelitian
sekolah menjadi kurang kondusif. Kemudian ini bertujuan antara lain yaitu: (1) untuk
motivasi kerja guru BK di SMA Negeri se-Kota mengetahui profil hambatan profesionalisasi
Purwokerto tergolong rendah dalam guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto, (2)
meningkatkan kompetensi dan kemampuannya, untuk mengetahui faktor-faktor internal yang
beberapa disebabkan karena faktor usia yang menjadi hambatan pelaksanaan profesionalisasi
akan memasuki masa pensiun dan kurangnya guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto, (3)
kertertarikan terhadap perkembangan terbaru untuk mengetahui faktor-faktor eksternal yang
seputar bimbingan dan konseling. Fasilitas yang menjadi hambatan pelaksanaan profesionalisasi
kurang kondusif juga mempengaruhi guru BK di SMA Negeri se-Kota Purwokerto.
profesionalisasi guru BK terutam dalam
kinerjanya. Beberapa sekolah hanya memiliki METODE PENELITIAN
19
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
30,0%
24,2%
25,0%
20,0% 18,1%
15,0%
10,0%
5,0%
0,0%
HAMBATAN PROFESIONALISASI GURU BK
Gambar 1. Hasil Analisis Hambatan Profesionalisasi Guru BK Berdasarkan Faktor Internal dan
Eksternal
Berdasarkan gambar 1, diperoleh data mempengaruhi profesionalisasi guru BK. Hasil
bahwa faktor internal memiliki prosentase lebih per sub topik masalah dapat dilihat pada tabel 2.
tinggi daripada faktor eksternal dalam
Tabel 2. Hasil analisis hambatan profesionalisasi guru BK per sub topik masalah
Derajat
No Topik Nm N NxM (Nm:NxM)x100%
Permalasahan
A FAKTOR INTERNAL 410 69 1725 24.2 % C
1 Kepribadian dan Dedikasi 83 16 400 20.8% C
2 Latar Belakang Pendidikan 32 4 100 32.0% D
3 Pengalaman 71 10 250 28.4% D
4 Keadaan Kesehatan 33 7 175 18,9% C
5 Motivasi Kerja 66 9 225 29.3% D
6 Kompetensi Guru BK 97 15 375 25.9% D
7 Kedisiplinan Kerja di Sekolah 28 8 200 14.0% C
B FAKTOR EKSTERNAL 149 33 825 18.2% C
1 Sarana dan Prasarana 79 12 300 26.3% D
2 Kepala Sekolah 29 7 175 16.6% C
20
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
21
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
konseling yang harus dikerjakan. Kondisi psikis memiliki masa kerja yang mendekati masa
yang demikian yang cenderung mudah menyerah pensiun dan hal ini menyebabkan mereka enggan
dan kurang bekerja keras dengan keadaan untuk meningkatkan kompetensi dalam bidang
yangsulit membuat motivasi kerja seseorang bimbingan dan konseling dalam hal tersebut.
menurun. Sedangkan sebagian guru BK di SMA Negeri se-
Faktor internal lainnya yang memperoleh Kota Purwokerto memiliki daya tahan tubuh
kategori kurang adalah kompetensi guru BK Hal yang lemah. Hal tersebut berpengaruh dalam
ini menggambarkan bahwa kompetensi konselor pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling,
di SMA Negeri se-Kota Purwokerto masih perlu Guru BK menjadi kurang optimal dalam
adanya peningkatan. Dalam pelaksanaan melaksanakan bimbingan maupun proses
layanan bimbingan dan konseling sangalah konseling individu, kelompok maupun klasikal.
penting melihat kompetensi yang dimiliki guru Terganggunya kesehatan guru akan
BK itu sendiri. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi akan mempengaruhi kegiatan
menunjang keberhasilan penyelenggaraan dan pelaksanaan layanan bimbingan dan
layanan bimbingan dan konsleing. Apabila salah konseling, terutama dalam upaya
satu aspek dalam kompetensi konselor belum profesionalisasinya.
memadai maka dapat menjadi suatu hambatan Faktor internal terakhir adalah
yang dapat menyebabkan kurang maksimalnya kedisiplinan kerja termasuk dalam kriteria cukup
penyelenggaraan layanan bimbingan dan atau sedang. Masih terdapat beberapa guru BK
konseling. Salah satu penyebabnya adalah karena yang kurang dalam pemeliharaan fasilitas
masih adanya guru BK yang tidak memiliki latar bimbingan dan konseling maupun tanggung
belakang pendidikan bimbingan dan konseling. jawab dalam menyelesaikan tugas yang
Padahal pendidikan bimbingan dan konseling dibebankan kepada guru BK. Hal ini disebabkan
sangat dibutuhkan seorang guru BK sebagai salah antara lain oleh: (1) kurang tersedianya fasilitas
satu landasan dalam melaksanakan pekerjaannya penyimpanan yang memadai; (2) memiliki
sebagai guru BK. keterbatasan waktu untuk menginventarisasi
Faktor internal kepribadian dan dedikasi seluruh peralatan bimbingan dan konseling.
memiliki kategori sedang atau cukup. Beberapa Arikunto dalam Saondi dan Suherman (2012)
guru BK kurang menampilkan tindakan yang menjelaskan bahwa disiplin diperlukan agar
didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah dan kegiatan sekolah teruatama layanan bimbingan
masyarakat, kurang memiliki etos kerja, kurang dan konseling dapat berlangsung secara efektif
kemandirian dalam bekerja. Kepribadian guru dan yang termasuk personil bimbingan dan
BK akan tercermin dalam sikap dan konseling dalam organisasi bimbingan dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing konseling di sekolah merasa puas karena
peserta didik. Guru yang memiliki kepribadian terpenuhi kebutuhannya.
yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk Faktor eksternal pertama yang paling
giat memajukan profesinya dan meningkatkan dominan menghambat profesionalisasi guru BK
dedikasi dalam melakukan pekerjaannya. adalah sarana dan prasarana. Sarana dan
Kesehatan merupakan faktor penting prasarana merupakan salah satu faktor dominan
lainnya dalam menunjang optimalnya dalam menunjang tercapainya tujuan layanan
pelaksanaan pekerjaan seseorang. Kondisi bimbingan dan konseling. Dari hasil penelitian,
kesehatan dan jasmani yang baik akan faktor sarana dan prasarana memiliki kategori
menghasilkan proses bimbingan dan konsleing kurang. Faktor ini menjadi hambatan terutama
sesuai yang diharapkan. Guru BK akan dapat dalam kurangnya kenyamanan ruangan
mengerjakan tugas dan perannya dengan baik, bimbingan dan konseling yang digunakan karena
karena hal tersebut menuntut energy yang cukup dapat berpengaruh terhadap kelancaran proses
banyak. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa konseling maupun layanan bimbingan yang
beberapa guru BK di masing-masing sekolah dilaksanakan. Penyebab hal ini antara lain: (1)
22
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
ukuran ruangan BK yang terbatas; (2) kurangnya Kebijakan kepala sekolah dengan tidak
fasilitas ruangan untuk bimbingan dan konseling memberikan jam bimbingan dan konseling
kelompok, ada pun belum digunakan membuat guru BK mengalami kesulitan dalam
sebagaimana mestinya; (3) meja kerja guru yang mengadakan pertemuan klasikal. Padahal dalam
tidak disekat karena ukuran ruangan BK yang pelaksanaannya layanan konseling tidak hanya
terbatas. Selain itu, guru BK juga kerap diadakan secara individual maupun kelompok,
kebingungan ketika akan melaksanakan kegiatan tetapi juga dalam format klasikal. Tetapi hal ini
bimbingan dan konseling kelompok karena dapat diatasi oleh guru BK dengan beberapa cara,
ketiadaan fasilitas tersebut. Guru BK yang antara lain dengan memberikan angket pada
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang siswa untuk need assessment atau menggunakan
memadai akan menunjukkan kinerja yang lebih waktu seusai jam pelajaran untuk mengadakan
baik daripada guru yang tidak dilengkapi sarana pertemuan dengan siswa.
dan prasarana yang memadai. Faktor eksternal lainnya yang
Faktor eskternal berikutnya adalah adalah mempengaruhi profesionalisasi guru BK adalah
organisasi profesi. Berdasarkan hasil analisis data sertifikasi. Para lulusan pendidikan konselor
yang peneliti lakukan diketahui bahwa faktor yang akan bekerja di lembaga-lembaga
eksternal organisasi profesi berada dalam pemerintah, diharuskan menempuh program
kategori cukup atau sedang. Organisasi profesi sertifikasi yang diselenggarakan pemerintah.
merupakan organisasi kemasyarakatan yang Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
mewadahi seluruh spesifikasi yang ada dalam menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian dari
profesi dimaksud. Organisasi profesi yang peningkatan mutu guru dan peningkatan
menaungi profesi bimbingan dan konseling kesejahteraannya. Selain itu guru berhak
adalah ABKIN. Keaktifan guru BK di SMA mendapatkan imbalan atas profesinya itu berupa
Negeri se-Kota Purwokerto masih dapat tujangan profesi dari pemerintah. Berdasarkan
dikatakan kurang. Guru BK kurang tertarik hasil analisis data yang peneliti lakukan,
untuk menjadi pengurus maupun mengikuti diperoleh prosentase sebesar 16 % dari persepsi
kegiatan yang diadakan oleh organisasi profesi guru BK yang menganggap bahwa sertifikasi
maupun MGBK. Hal disebabkan antara lain hanya merupakan tambahan penghasilan dan
oleh: 1) kurangnya informasi tentang kegiatan tidak ada perbedaan dalam pekerjaan, baik
seminar atau diklat bimbingan dan konseling; (2) sebelum maupun sesudah sertifikasi. Hal tersebut
keterbatasan biaya untuk mengikuti kegiatan tidak sesuai dengan tujuan dari program
tersebut dan juga transportasi apabila diadakan di sertifikasi dari pemerintah yang mengharapkan
tempat yang cukup jauh dari tempat bekerja; (3) adanya peningkatan mutu dan kinerja guru
di lingkungan wilayah tempat bekerja jarang dengan diberikannya reward tersebut. Penyebab
diadakan kegiatan seminar atau pelatihan hal ini karena guru BK kurang memahami antara
tentang bimbingan dan konseling. hak dan kewajiban guru dalam program
Faktor eksternal hambatan profesionalisasi sertifikasi dan upayanya untuk mempertahankan
selanjutnya adalah kepala sekolah. Kepala profesionalisasi pasca sertifikasi.
sekolah merupakan pemimpin sekolah yang Hambatan profesionalisasi guru BK yang
memiliki tanggung jawab terhadap koordinasi berasal dari faktor eksternal terakhir adalah
seluruh kegiatan di sekolah salah satunya adalah keadaan ekonomi. Berdasarkan hasil analisis
kegiatan bimbingan dan konseling. Selain sebagai data yang peneliti lakukan diketahui bahwa dari
koordinator, kepala sekolah juga bertanggung keseluruhan guru BK yang ada di SMA Negeri
jawab untuk memfasilitasi kegiatan yang ada di se-Kota Purwokerto ada 4 % guru BK yang
sekolah dan melakukan pengawasan merasa kurang puas dengan penghasilan yang
terhadapnya. Berdasarkan hasil analisis data didapatkan. Faktor kesejahteraan menjadi salah
yang peneliti lakukan diketahui bahwa kepala satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru di
sekolah memiliki kategori cukup atau sedang. dalam meningkatkan kualitasnya sebab makin
23
Cahya Dewi Rizkiwati,dkk/Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (3) (2014)
24