Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu yang diampu
oleh dosen:
Disusun oleh :
Anggis Wahyu Saepulloh (2012947)
2. Augustinus
Ajaran Augustinus dapat dikatakan berpusat pada dua pusat, yaitu
Tuhan dan manusia. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa seluruh ajaran
Augustinus berpusat pada Tuhan. Kesimpulan ini diambil karena ia
mengatakan bahwa ia hanya ingin mengenal Tuhan dan Roh, tidak lebih
dari itu. Ia sangat yakin bahwa pemikiran (akal) dapat mengenal kebenaran,
karena itu ia menolak skeptisisme. Ia mengatakan bahwa setiap pengertian
tentang kemungkinan pasti mengandung kesungguhan (hati). Augustinus
sependapat dengan Plotinus yang mengatakan bahwa Tuhan itu diatas
segalanya. Augustinus mempercayai dengan akal bahwa Tuhan tidak terbatas,
maha tahu, maha sempurna dan tidak dapat diubah. Dia lebih jauh
mengatakan bahwa Tuhan itu kuno tetapi selalu baru, Tuhan adalah suatu
kebenaran yang abadi.
3. Anselmus
Anselmus ( 1033-1109) merupakan salah satu tokoh filsafat di abad
pertengahan. Anselmus lahir di Aosta, Burgundi, yang sekarang ini dikenal
dengan nama daerah Italia Utara. Nama aslinya adalah Anselmo d’Aosta.
Ayahnya bernama Gundulf de Candia, sedangkan ibunya bernama Ermenbega
of Geneva. Di masa kecilnya, Anselmus adalah anak yang taat beragama.
Ketika ia menginjak usia 15 tahun, ia menyatakan keinginannya untuk
menjalani hidupnya di biara. Tetapi keinginanya tersebut ditentang oleh
ayahnya sendiri. Setelah ibunya meninggal, ia pergi mengembara ke Abbey,
Bec, dan di sana ia belajar di bawah bimbingan Prior Lanfranc. Pada tahun
1060, Anselmus diangkat menjadi biarawan, seperti yang ia cita-citakan. Tiga
tahun kemudian, ketika Lanfranc dilantik menjadi Abbot, Anselmus
menggantikan posisi Lanfranc menjadi prior, mengalahkan para seniornya.
Selama 30 tahun kemudian, Anselmus menulis filsafat dan teologi dan
ditetapkan sebagai Abbot di Bec.
Anselmus dikenal sebagai Bapak Tradisi Skolastik dan uskup besar
(Archbishop) di Canterbury dari tahun 1093 hingga meninggal.
Ketertarikannya pada bidang filsafat adalah argumentasi logis yang
menyangkut Monologion dan Proslogion. Monologion merupakan solilokui
atau berbicara pada diri sendiri, sedangkan proslogion adalah discourse atau
berwacana. Keduanya memberikan argumentasi yang bertujuan untuk
membuktikan keberadaan Tuhan. (Astuti, n.d.) Anselmus mengundang untuk
berwacana. Anselmus berwacana tentang keberadaan Tuhan secara ontologis.
Ketika kita bertemu dengan istilah Tuhan, yang ada di benak kita adalah Yang
Maha Besar, tidak ada lagi yang lebih dari-Nya yang dapat kita pikirkan. Di
dalam benak Anselmus, sudah ada konsep tentang “definisi” Tuhan. Anselmus
meyakini bahwa Tuhan itu memang benar-benar ada dan tidak ada yang lebih
besar dai-Nya. Anselmus menjuluki orang yang tidak percaya akan keberadaan
Tuhan dengan sebutan” Si Bodoh”.
Argumen ontologis Anselmus ini terlihat jenius karena
kesederhanaannya. Argumen Anselmus ini kemudian mendapat kritikan.
Kritikan terhadap arguman. Anselmus ini pertama datang dari seorang
biarawan Benedictine yang bernama Gaunilo dari Marmoutiers. Gaunilo
mengemukakan pendapatnya yang menyatakan bahwa jika argumen Anselmus
benar, maka orang dapat berpikir tentang adanya pulau yang hilang, pulau itu
yang paling sempurna keindahannya. Karena secara definisi pulau hilang itu
adalah yang paling sempurna,maka harus ada eksistensi ulau itu juga. Karena
kalua kurang sempurna, maka pulau itu tidak ada seperti yang dipikirkan. Pada
intinya, Gaunilo mengajukan keberatan pendapat Anselmus yang memberi
lisensi pada keberadaan barang-barang imajinatif dan menganggapnya ada, dan
itu tidak benar. Untuk menjawab kritikan ini, Anselmus mengajukan syarat
bahwa kualitas kesempurnaan hanya dapat ditujukan pada Tuhan dan tidak
dapat diaplikasikan pada objek di luar Tuhan. Jadi, argumen ontolog miliknya
hanya boleh digunakan untuk membuktikan keberadaan Tuhan Yang Maha
Sempurna dan tidak boleh digunakan untuk membuktikan eksistensi pulau
sempurna karena secara ontologis tidak ada hal yang sempurna di luar
Tuhan.(Astuti, n.d.)(Hasbi, 2010)
4. Thomas Aquinas
Berdasarkan pemikirannya pada kepastian adanya Tuhan. Aquinas
meneatahui banyak ahli teolog yang percaya pada keberadaan Tuhan yang
hanya didasari pendapat publik. Menurut Aquinas, keberadaan Tuhan dapat
kita ketahui dengan akal dan pikiran. Untuk membuktikannya, Ia mengajukan
lima argumen untuk membuktikan bahwa eksistensi Tuhan dapat diketahui
dengan akal tanpa perlu melibatkan hati. Ke lima argument tersebut adalah:
Argumen gerak, sebab yang mencukupi, kemungkinan dan keharusan,
memperhatikan tingkatan yang terdapat pada alam, keteraturan alam, dan
tentang jiwa.
Karakteristik pemikiran masa abad pertengahan dikenal dengan aliran
filsafat patristik dan skolastik jika dilihat berdasarkan Theos. Agustinus (354-
43 SM) dan Thomas Aquinas (1225-1275) yang memunculkan ajaran Tomisme
merupakan dua filsuf yang terkenal di zamannya (Herman, 2007). Lebih jauh
lagi Herman memaparkan bahwa di masa abad pertengahan terdapat
beberapa tokoh/filosof yang memiliki beberapa pendapat mengenai agama,
tuhan,akal, serta hati antara lain : Plotinus, Augustinus, Anselmus, Bhoetius,
dan Thomas Aquinas.
Referensi