Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAILURE
Kelompok E:
1. Minda Putri Suyafri (1711313018)
2. Anisa Yured (1711313024)
3. Rahtu Suzi Amelia (1711313028)
4. Silvia Zuela (1711313030)
5. Faizana Harjis (1711313034)
6. Fildzatil Arifa (1711313036)
7. Choriati Nuormanisa (1711313038)
8. Miftahurrahmi (1711313040)
9. Nofantri Wulantika (1711313042)
10. Della Ramadhani (1811312042)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui bagaimana memberikan Asuhan Keperawatan pada klien lansia
dengan CHF.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiwa mampu melaksanakan penatalaksanaan Asuhan Keperawatan pada klien
lansia dengan CHF.
b. Mengidentifikasi faktor pendukung penghambat dalam pelaksanaan Asuhan
Keperawatan pada klien lansia dengan CHF.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN LANSIA DENGAN CONGESTIVE HEART
FAILURE
1. ASUHAN KEPERAWATAN
b. ) Pengkajian menurut Padila (2012)
1. Pengkajian
Aktivitas dan istirahat, sirkulasi, eliminasi, nutrisi, hygine perseorangan,
neuro sensori, kenyamanan, respirasi, interaksi sosial, pengetahuan.
2. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan pada
tenaga kesehatan adalah:
a. Dispnea
Keluhan dispnea atau sesak nafas merupakan manifestasi kongesti
pulmonalis sekunder akibat kegagalan ventrikel kiri dalam melakukan
kontraktilitas, sehingga akan mengurangi curah jantung (cardiac output atau
banyak darah yang dikeluarkan ventrikel kiri ke dalam aorta setisp menit)
b. Kelemahan Fisik
Manifestasi utama dari penurunan curah jantung adalah kelemahan dan
kelelahan dalam melakukan aktivitas.
c. Edema sistemik Tekanan arteri paru dapat maningkat sebagai respon terhadap
peningkatan kronis terhadap tekanan vena paru.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan memberikan
serangkaian pertanyaan tentang kronologis keluhan utama.
Pengkajian yang didapat dengan adanya gejalagejala kongesti vascular pulmonal,
yakni muncul dispnea (yang ditandai oleh pernapasan cepat, dangkal, dan sensasi sulit
dalam mendapatkan udara yang cukup menekan pasien), tanyakan apakah gejala-gejala
itu mengganggu aktifitas penderita. Tanyakan juga jika sekiranya muncul keluan-
keluhan lain, seperti insomnia, gelisah, atau kelemahan yang disebabkan oleh dyspnea.
c. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan umum terhadap pasien gagal jantung, biasanya pasien memiliki
kesadaran yang baik (composmentis). Namun, kesadaran ini akan berubah seiring
dengan tingkat gangguan yang melibatkan perfusi sistem saraf pusat (Ardiansyah,
2012).
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood)
a. Inspeksi
Pemeriksaan adanya parut pasca pembedahan jantung dilakukan untuk melihata
adanya dampak penurunan curah jantung. Tekanan darah saat istirahat sistolik
arterial dewasa normalnya <150 mmHg, diastolik <90 mmHg. Pengukuran
tekanan vena jugularis (JVP) dapat dilakukan untuk mengukur tekanan atrium
kanan secara tidak langsung, normalnya 6-8 mmH2O jika kurang dari 5
mmH2O dapat berarti hipovolemik sementara dan jika lebih dari 9 mmH2O
terdapat gangguan pada pengisian kardiac.
Pengukuran dengan EKG dapat di lihat pada pasien gagal jantung kongestif
pada segmen ST meninggi, gelombang Q menunjukkan infak sebelum dan
kelainan pada segmen ST.
Hipertrofi fentrikel kiri dan gelombang T berbalik menunjukkan stenosis dan
penyakit jantung hipertensi. Aritmia: defiasi aksis kekanan, reigh bundle branch
block dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukkan adanya disfungsi ventrikel
kanan.
b. Palpasi
Karena peningkatan frekuensi jantung merupakan respon awal jantung terhadap
stres,irama lain yang berhubungan dengan kegagalan pompa meliputi kontraksi
atrium prematur, takikardi atrium proksimal, dan denyut ventrikel prematur.
Perubahan nadi selama gagal jantung menunjukkan denyut yang cepat dan
lemah.
c. Perkusi
Batas jantung terjadi pergeseran di mana hal ini menandakan adanya hipertrofi
jantung (Cardiomegali).
d. Auskultasi
Tanda fisik yang berkaitan dengan kegagalan ventrikel kiri dapat dikenali
dengan mudah dengan dua cara. Pertama, bunyi jantung ketiga dan keempat
serta bunyi crakles pada paru mengikuti kontraksi atrium dan terdengar paling
baik dengan menggunakan bel stetoskop yang ditempelkan tepat pada apeks
jantung. Kedua, bunyi jantung pertama tidak selalu tanda pasti kegagalan
kongestif, tetapi dapat menurunkan komplain (peningkatan kekakuan) miokard.
3) B3 (Brain)
Kesadaran penderita biasanya agak terganggu apabila terjadi gangguan perfusi
jaringan dalam skala berat. Pengkajian terhadap pasien ditandai dengan wajah
pasien yang terlihat meringis, menangis, atau merintih.
4) B4 (Bladder)
Pengukuran volume keluaran urine berhubungan dengan asupan cairan, karena itu
perawat perlu memantau adanya oliguria sebagai tanda awal dari terjadinya shock
kardiogenik. Adanya edema ekstremitas mendadak terjadi retensi cairan yang parah.
5) B5 (Bowel)
Pasien biasanya merasakan mual dan muntah, penurunan nafsu makan akibat
pembesaran vena dan stasis vena di dalam rongga abdomen, serta penurunan berat
badan.
6) B6 (Bone) Hal-hal yang biasanya terjadi dan ditemukan pada pengkajian B6 adalah
sebagai berikut:
a. Kulit dingin
b. Mudah lelah
c. Perubahan bentuk tulang
1. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik tentang respon individu, keluarga,
dan masyarakat tentang masalah kesehatan, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Setiadi,
2012).
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-
kapiler.
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan nyeri.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen.
e. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan natrium.
f. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan menurunnya curah jantung.
g. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis.
(Ardiansyah,2012)
2. RENCANA KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha
membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Perencanaan yang tertulis dengan baik akan memberi petunjuk dari arti pada asuhan
keperawatan, karena perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat
dalam asuhan keperawatan pasien.
Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama, dan memelihara
kontinuitas asuhan keperawatan pasien bagi seluruh anggota tim (Setiadi, 2012).
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume sekuncup.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pompa jantung efektif
Kriteria hasil :
a) Tanda vital dalam rentang normal .
b) Dapat mentoleransi aktivitas
c) Tidak ada edema paru
d) Tidak ada penurunan kesadaran
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana Tindakan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
6. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter & Perry, 2010).
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi 33 untuk mencapai
tujuan yang spesifik, tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu pasien mencapai tujuan yang
diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah membantu pasien dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping, selama tahap implementasi perawat
terus melakukan pengumpulan data dan memilih asuhan keperawatan yang paling sesuai
dengan kebutuhan pasien (Nursalam,2008).
7. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik Edisi 1. Jakarta :
Salemba Medika.
Pranoto, A. F. (2015). Asuhan Keperawatan pada Pasien Congestive Heart Failure (CHF) di
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Banyumas.