Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN KASUS
DISUSUN OLEH
NADIRAH 1711311032
FAKULTAS KPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Kelompok 2-3
Seorang laki-laki, usia 2.5 tahun dibawa kerumah sakit karena keluhan sesak nafas dan
batuk-batuk sejak 3 minggu yang lalu. Pada saat dilakukan pengkajian, klien terlihat letih,
lemah batuk-batuk dan aktivitas dibantu oleh keluarga. Hasil pemeriksaan fisik TD: 78/70
mmHg, RR: 68x/menit dan auskultasi bunyi nafas ronkhi. Klien terlihat sesak, terlihat
retraksi dinding dada ke dalam. Suara nafas klien terdengar serak dan klien gelisah. Menurut
ibu klien berat badan anak menurun sejak sakit.
Pertanyaan soal:
Pneumonia berat Jika anak menunjukkan tanda batuk dan atau kesulitan bernafas
ditambah minimal salah satu tanda berikut : kepala teranggung angguk, pernafasan cuping
hidung,tarikan dinding dada bagian bawah kedalam,foto dada menunjukkan gambaran
pneumonia (infiltrasi luas konsolidasi ,dll) ,maka anak mengalami pneumonia berat. Selain
gejala tersebut,didapatkan pula tanda tanda :
Nafas cepat
Suara merintih (grunting) pada bayi muda
Pada auskultasi terdengar Krekel (ronkhi), suara pernafasan menurun, dan suara
pernafasan bronchial.
Dalam keadaan sangat berat dapat dijumpai:
2. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang tepat untuk menentukan penyakit anak?
Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada orang dengan masalah pneumonia
adalah:
Sinar X : Identifikasi distribusi Struktural dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,
empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau
penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada
mungkin bersih.
GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan garam / kultur, Sputum dan darah:untuk dapat mengidentifikasi semua
organisme yang ada
Pemeriksaan serologi: Membantu dalam membedakan diagnose is organisme khusus.
Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspari
Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi
virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
LED : meningkat
Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar);
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
Bilirubin : mungkin meningkat
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV)
1. Terapi antibiotik
a. Beri ampisilin/amoksilin (25-50mg/kg BB/kali IV atau IM setiap 6 jam) yang harus
dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Bila anak memberikan respon yang
baik, maka diberikan selama 5 hari. Selanjutnya terapi dilajutkan dengan amoksisilin
oral (15 mg/kgBB/ tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya.
b. Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan berat (tidak
dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis
atau tidak sadar, sianosis, distress pernafasan berat) maka ditambahkan kloramfenikol
(25 mmg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
c. Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan
pengobatan kombinasi ampisilin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin,
d. Sebagai alternatif, beri sefriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
e. Bila anak tidak membaik, maka bila memungkinkan dilakukan foto dada.
f. Apabila diduga pneumonia stafilokal, antibiotic dengan gentamisin (7,5 mg/kgBB IM
sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin
(15 mg/kgBB/hari – 3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan
kloksasilin (atau (dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara keseluruhan
mencapai 3 minggu atau klindamisin secara oral selama 2 minggu.
2. Terapi oksigen
a. Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia
b. Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi oksigen.
c. Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada
d. bagian bawah kedalam yang berat atau nafas ≥ 70 kali/menit tidak ditemukan lagi.
1. Riwayat Kesehatan
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : observasi warna kulit anak (sentral dan Perifer) sianosis dapat terjadi.
Observasi adanya nyeri dada.
Palpasi : Kaji taktil fremitus apakah teraba saat palpasi , Kaji bagian hepar apakah
kemungkinan mengalami pembesaran.
Perkusi : Adanya bunyi redup pada area paru yang mengalami kondolidasi
Auskultasi : Bunyi nafas apakah ada bunyi Romli atau mengi.
Komponen tambahan pemeriksaan fisik :
Evaluasi neurologis : evaluasi tingkat kesadaran anak seperti meminta anak menyebutkan
namanya, orientasi waktu dan tempat. Perhatikan bentuk dan kesimetrisan. Palpasi tengkorak
akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata Periksa hygine kulit kepala, ada tidaknya
lesi , kehilangan rambut, perubahan warna
Evaluasi kulit dan ekstremitas
Pengkajian nyeri
Kaji apakah ada Faring hiperemis, pembesaran tonsil dan sakit menelan
Sistem muskuloskeletal : Lemah, cepat lelah, Tonus otot menurun , nyeri otot
/normal, retraksi paru . Ambulasi dan sensitivitas
3. Faktor perkembangan :
Kebiasaan sehari-hari anak - anak, mekanisme koping
6. Apakah masalah keperawatan yang muncul dan jelaskan apa saja intervensi yang
dapat dilakukan.
Analisa data Etiologi Masalah Keperawatan
DO : Mukus yang berlebihan Ketidakefektifan bersihan
Frekuensi nafas jalan nafas b.d sekresi yang
68x/menit tertahan
Bunyi nafas ronkhi
Suara nafas klien
terdengar serak
DS :
Klien mengeluh sesak
nafas dan batuk sejak
3 minggu yang lalu
Klien tampak letih
dan lemah
Klien tampak gelisah
DepkesRI.(2008).Bukusakupelayanankesehatananakdirumahsakit.DepartemenkesehatanRI,J
Ball, J. W, and bindler, R. C., (2003). Pediatric of nursing: caring for children. Pearson
Education, Inc: New Jersey, America.
Biddulph dan Stace. 1999. Kesehatan Anak untuk Perawat, Petugas Penyuluhan Kesehatan
dan Bidan Desa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Corwin, E.J. (2001). Buku saku patofisiologi/ Elizabeth J. Corwin, alih bahasa brahm U.
pendi;editor, Endah P. Jakarta, EGC.
Dahlan dalam Sudoyo dkk. (2006). Pneumonia, Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta:
EGC.