Pendidikan
Agama Islam
Bab : 2
03
Teknik Mesin Pendidikan Agama 90002 Alimudin,S.Pd.I, M.Si
D2-405-2 Islam
Abstract Kompetensi
Tujuan Hidup Manusia dalam Mahasiswa mampu
Konsep Islam adalah beribadah menjelaskan,memahami dan
kepada Allah SWT dengan cara mengimplementasikan tentang jati
melakukan perbuatan apapun asal diri manusia dan Ketuhanan
yang tidak dilarang agama dan
diniati ibadah sehingga apapun
yang kita kerjakan tidak hanya
bermanfaat untuk kehidupan di
dunia tetapi juga kepentingan di
akhirat. Jadi, tujuan hidup manusia
sudah jelas adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Pengantar
Manusia selalu mencari kebenaran yang hakiki, Ketuhanan bagi manusia adalah
kebenaran yang mutlak, ketuhanan sudah ada pada agama karena agama didasari pada
keyakinan, dalam suatu Agama konsep ketuhanan sangatlah penting untuk memberikan
argumen tentang konsep-konsep ketuhanannya agar dapat memberikan sebuah penjelasan
logis dan meyakinkan para pemeluk agama tentang kebenaran dan keberadaan Tuhan itu
sendiri.
A. MANUSIA
Manusia diciptakan Allah SWT melalui berbagai proses hingga menjadi makhluk yang
paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Manusia menurut pandangan Al-
Quran berasal dari tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab,
Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Manusia didefinisikan sebagai makhluk, mukalaf, mukaram, mukhaiyar, dan mujizat.
Manusia adalah makhluk yang memiliki nilai-nilai fitri dan sifat-sifat insaniah. Manusia
diciptakan untuk mengaplikasikan beban-beban ilahiah yang mengandung maslahat dalam
kehidupannya. Manusia adalah makhluk pilihan dan dimuliakan oleh Allah SWT dari makhluk-
makhluk yang lainnya. Allah SWT telah menciptakan manusia dengan ahsanu taqwim.
Tujuan Hidup Manusia dalam Konsep Islam adalah beribadah kepada Allah SWT
dengan cara melakukan perbuatan apapun asal yang tidak dilarang agama dan diniati ibadah
sehingga apapun yang kita kerjakan tidak hanya bermanfaat untuk kehidupan di dunia tetapi
juga kepentingan di akhirat. Jadi, tujuan hidup manusia sudah jelas adalah untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebagaimana sering kita ucapkan dalam doa :
"Rabbana aatina fiddun-yaa hasanah wafil akhirati hasanah, waqinaa adzabannar". Untuk
mendapatkan kebahagiaan dunia telah diuraikan di depan, adalah berusaha untuk menjadi
Ahsani Taqwim dan Khalifah fil Ardhi.
Tuntutan Islam terhadap Manusia Islam dalah agama yang senantiasa mementingkan
& menyerukan terwujudnya keseimbangan lahiriyah dan bathiniah (jasmani dan rohani).
Manusia akan memperoleh kenikmatan yang sempurna dan sesungguhnya jika mampu
memelihara 6 faktor yaitu :
1.Agamanya
2.Dirinya dan keluarganya
3.Akal pikiran atau pandangannya
4.Nasab keturunannya
5.Harta
6.Kehormatannya.
2016 Pendidikan Agama Islam: Modul
2 Manusia dan Ketuhanan Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alimudin S,Pd.I, M,Si
Misi manusia di dalam hidup ini memiliki tiga misi khusus: misi utama misi fungsional misi
operasional
1. Misi Utama.
Tugas utama manusia diciptakan oleh Allah adalah untuk beribadah. Allah telah
menyebutkannya dalam Al-Quran surat Adz-Dzariyat ayat 56.
ُون َ ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن
ِ س إِاَّل لِ َيعْ ُب =د ُ ( َو َم==ا َخ َل ْقDan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah)
Dalam islam, ibadah dibagi menjadi dua macam, yaitu: Ibadah maghdoh Tata cara
pelaksanaan dan hukumnya telah diatur dengan jelas. 2. Ibadah ghoiru maghdoh Tata
cara pelaksanaannya tidak terikat namun tetap sesuai dengan syariat islam dan
diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
2. Misi Fungsional.
Fungsi diciptakannya manusia oleh Allah yang lainnya adalah untuk menggantikan
Allah dalam hal menjaga, memanfaatkan, dan merawat bumi beserta isinya.
Mempunyai misi fungsional sebagai khalifah. Manusia diciptakan di bumi ini selain
untuk beribadah dan menjadi khalifah, manusia juga harus bisa memakmurkan bumi.
3. Misi Operasional Manusia diciptakan di bumi ini—selain untuk beribadah dan sebagai
khalifah, juga harus bisa bermain cantik untuk memakmurkan bumi (Huud: 61). Oleh
karena itu, bumi ini membutuhkan pengelola dari manusia-manusia yang ideal.
Manusia yang memiliki sifat-sifat luhur seperti syukur (Luqman: 31), sabar (Ibrahim:
5), mempunyai belas kasih (at-Taubah: 128), santun (at-Taubah:114), taubat (Huud:
75), jujur (Maryam: 54), dan terpercaya (al-A’raaf: 18)
Kita bisa memetik suatu pelajaran tentang kebutuhan manusia terhadap Tuhan yang
sudah ada pada agama yang didasari pada keyakinan, suka tidak suka, sadar atau tidak
sadar, mau atau tidak mau. Artinya secara alamiah kita membutuhkan Tuhan, sebagaimana
kita membutuhkan oksigen untuk bernafas.
PENGERTIAN AGAMA
Agama atau dalam bahasa arabnya ad-dien adalah : “Keyakinan (keimanan) tentang
suatu dzat ketuhanan (Ilahiyah) yang pantas untuk menerima ketaatan dan ibadah”. Ini
adalah definisi secara umum. Karenanya semua keyakinan tentang dzat ketuhanan disebut
agama, walaupun itu murni hasil “kreatifitas” pemikiran manusia.
Kita tahu bahwa sebagian besar penghuni bumi ini memeluk suatu agama. Itu adalah
sebuah kenyataan yang tak bisa dipungkiri. Hal ini memunculkan sebuah pertanyaan
“Mengapa manusia beragama?”. Jawabnya adalah karena manusia memang membutuhkan
agama dalam hidupnya.
Meskipun ada beberapa sarjana Barat seperti, Karl Marx, Emil Durkheim, Sigmund
Freud dan beberapa pemikir lain yang menganggap bahwa eksistensi agama ini tidak
diperlukan lagi oleh manusia. Bahkan dengan suara lantang Friedrich Nietczhe menjelang
abad ke 19 mengatakan:” Tuhan telah mati”
Karl Marx mengatakan:” Agama adalah candu masyarakat. Marx tahu bahwa candu
adalah zat yang dapat menimbulkan halusinansi dan membius. Candu tetap berpengaruh
buruk kepada si pemakai walaupun mendatangkan fantasi. Maka, menurut Marx, fungsi yang
dimainkan agama dalam kehidupan masyarakat, sama seperti candu pada diri seseorang.
Dengan agama, penderitaan dan kepedihan yang dialami oleh masyarakat yang terekploitasi,
dapat diringankan melalui fantasi tentang dunia supernatural tempat dimana tidak ada lagi
penderitaan dan penindasan. Lain halnya dengan Sigmund Freud yang merasa bahwa dia
tidak menemukan suatu alasan untuk percaya adanya Tuhan, shingga ia menganggap ritual
keagamaan tidak punya arti dan manfaat apapun dalam kehidupan ini. Ia yakin bahwa ide-ide
agama tidak datang dari Tuhan Yang Esa ataupun Tuhan-tuhan yang lain, sebab tuhan-tuhan
itu memang tidak ada.
Namun demikian, tidak semua pemikir Barat dan para pujangganya memusuhi agama.
Ada di antara mereka yang bijaksana, yang telah bebas dari pengaruh peradaban ateis-
materialistis. Mereka sadar bahwa akidah merupakan hajat mental psikologis. Di antara para
pemikir tersebut adalah James Jeans, yang memulai hidupnya sebagai seorang skeptis yang
tidak mempercayai adanya Tuhan. Setelah mengadakan penyelidikan ilmiah yang mendalam,
akhirnya ia sampai kepada pemahaman bahwa problem-problem ilmiah yang besar tidak
dapat dipecahkan kecuali dengan mengakui adanya Tuhan.
3. Kebutuhan manusia terhadap kesehatan jiwa dan kekuatan rohani
B. Ketuhanan
Tuhan ialah sesuatu yang dipentingkan oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, di
agungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kegembiraan atau rahmatnya dan juga
merupakan sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya bila melanggar perintahnya.
Ibnu Taimayah memberikan definisi Tuhan sebagai sesuatu yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepadanya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdoa, dan bertakwa kepada-Nya untuk
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha
Kuasa (tauhid). Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa. Menurut al-
Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang paling baik") yang
mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda. Semua nama tersebut mengacu pada
Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang
paling terkenal dan paling sering digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha
Penyayang" (ar-rahim)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur’an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi manusia.
Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka berdoa pada-
Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan yang di ridhoi-
Nya.”
Menurut para mufasir (ahli agama), melalui hadis al-Qur’an (Al-’Alaq [96]:1-5), Tuhan
menunjukkan dirinya sebagai pengajar manusia. Tuhan mengajarkan manusia berbagai hal
termasuk diantaranya konsep ketuhanan. Umat Muslim percaya al-Qur’an adalah wahyu
Allah, sehingga semua keterangan Allah dalam al-Qur’an merupakan “penuturan Allah
tentang diri-Nya”
Selain itu menurut Al-Qur’an sendiri, pengakuan akan Tuhan telah ada dalam diri
manusia sejak manusia pertama kali diciptakan (Al-A’raf [7]:172).
Artinya : Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi
saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)" (Al-A’raf [7]:172).
Artinya : Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan)
kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada
Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi
Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah
dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka"
surah Az-Zumar [39]:8.
Artinya :
Dan
apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di
daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang
mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia lagi ingkar. (surah Luqman
[31]:32).
a. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep yang
didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniah, baik yang
bersifat penelitian rasional maupun pengalaman batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal
teori Evolusionisme, yaitu teori yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat
sederhana, lama-kelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor, Robertson Smith,
Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran tentang Tuhan menurut teori
Evolusionisme adalah sebagai berikut :
1. Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitive telah mengakui adanya kekuatan
yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang berpengaruh tersebut
ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai pengaruh pada manusia, ada yang
berpengaruh positif dan ada pula yang berpengaruh negate. Kekuatan yang ada pada benda
disebut dengan nama yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), syakti
(India), dan kami dalam bahasa Jepang.
Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat dilihat atau diindera dengan pancaindera.
Oleh karena itu dianggap sebagai sesuatu yang misterius. Meskipun mana itu tidak dapat
diindera, tetapi ia dapat dirasakan pengaruhnya.
2. Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga mempercayai adanya
peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitive, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah
mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa
senang, rasa tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang
apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak terkena efek
negative dari roh-roh tersebut, manusia harus berusaha memenuhi atau menyediakan
kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun adalah salah satu usaha untuk
memenuhi kebutuhan roh.
4. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum cendekiawan. Oleh
karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi, karena tidak mungkin mempunyai
kekuatan yang sama. Lama-kelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih
definitif (tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan,
namun manusia masih mengakui Tuhan (Allah) dari bangsa lain. Kepercayaan semacam ini
yaitu satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
5. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme. Dalam
monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan bersifat internasional.
Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan terbagi dalam tiga paham yaitu : deisme,
panteisme, dan teisme.
a) Deisme yaitu suatu paham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam berada
di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan sempurna dank arena telah sempurna, maka
alam bergerak menurut hukum alam. Antara alam dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak
tidak lagi mempunyai kontak. Ajaran Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi diperlukan
manusia. Dengan akal manusia mampu menanggulangi kesulitan hidupnya.
b) Panteisme berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama alam. Di mana
adal alam di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan merupakan bagian daripada-Nya.
Tuhan ada di mana-mana, bahkan setiap bagian dari alam adalah Tuhan.
c) Teisme (eklektisme) berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam
berada di luar alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan tidak ada di alam. Namun Tuhan
Konsep Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang
dianggap penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret).
Eksistensi atau keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia,
tetapi yang diperoleh melalui proses pemikiran atau perenungan.
Informasi melalui wahyu tentang keimanan kepada Allah dapat dibawa dalam kutipan di
bawah ini:
a. Surat Al-Anbiya’ : 25 yang artinya “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadaNya, bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
Sejak diutusnya Nabi Adam AS sampai Muhammad Saw Rasul terakhir. Ajaran Islam yang
tAllah Swt wahyukan kepada para utusanNya adalah Tauhidullah atau monotheisine murni.
Sedangkan lafadz kalimat tauhid itu adalah laa ilaha illa Allah. Ada perbedaan ajaran tentang
Tuhan yang ada asalnya dari agama wahyu. Hal semacam itu disebabkan manusia
mengubah ajaran tersebut. Dan hal seperti itu termasuk kebohongan yang besar
(dhulmun’adhim).
b. Surat Al-Maidah : 72 “Dan Al masih berkata; Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku
dan Tuhanmu, sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka Allah pasti
mengharamkan baginya surga dan tempatnya adalah neraka”.
Ismail Raj’I Al-Faruqi mengatakan prinsip dasar dalam Teologi Islam, yaitu Khalik dan
makhluk. Khalik adalah pencipta, yakni Allah swt, hanya Dialah Tuhan yang kekal, abadi, dan
transeden. Tidak selamanya mutlak Esa dan tidak bersekutu. Sedangkan makhluk adalah
yang diciptakan, berdimensi ruang dan waktu, yaitu dunia, benda, tanaman, hewan, manusia,
jin, malaikat langit dan bumi, surga dan neraka.
Adanya alam semesta organisasinya yang menakjubkan bahwa dirinya ada dan percaya pula
bahwa rahasia-rahasianya yang unik, semuanya memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu
kekuatan yang telah menciptakannya.
Setiap manusia normal akan percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa
alam ini juga ada. Jika kita percaya tentang eksistensinya alam, secara logika kita harus
percaya tentang adanya penciptaan alam semesta. Pernyataan yang mengatakan “Percaya
adanya makhluk, tetapi menolak adanya khalik, adalah suatu pernyataan yang tidak benar”.
Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan.
Segala sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penciptanya, dan pencipta itu tiada lain
adalah Tuhan. Dan Tuhan yang kita yakini sebagai pencipta alam semesta dan seluruh isinya
ini adalah Allah Swt.
Ada pendapat dikalangan ilmuwan bahwa alam ini azali. Dalam pengertian lain alam
ini mencpitakan dirinya sendiri. Ini jelas tidak mungkin, karena bertentangan dengan hukum
kedua termodinamika. Hukum ini dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
Allah Swt. berfirman, termaktub dalam surat Al-Fatihah ayat 2 yang terjemahya
“Seluruh puja dan puji hanyalah milik Allah Swt, Rabb alam semesta”.
Kesimpulan
Kebutuhan manusia terhadap Tuhan yang sudah ada pada agama yang didasari pada
keyakinan, suka tidak suka, sadar atau tidak sadar, mau atau tidak mau. Artinya secara
alamiah kita membutuhkan Tuhan, sebagaimana kita membutuhkan oksigen untuk bernafas.
Ketuhanan dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap
penting oleh manusia terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Eksistensi atau
keberadaan Allah disampaikan oleh Rasul melalui wahyu kepada manusia, tetapi yang
diperoleh melalui proses pemikiran atau perenungan.
Azra, A. 2005. Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII&XVII
Prenada Media. Jakarta
Aqidah Islam, (Bandung: Deponegoro, 2010), h. 39, dan Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah
Wal Jamaah, (Jakarta; Pustaka Tarbiyah Baru, 2008) Cet.8, h. 39
Nasruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung; PT Al-Ma’arif, 2012), cet.ke 20, h.171
Sirajuddin Abbas, I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah, (Jakarta; Pustaka Tarbiyyah Baru,
2008),cet.ke8, h.28
Srijanti, Purwanto dan Wahyudi P. 2007. Etika Membangun masyarakat Islam Modern. Graha
Ilmu