Anda di halaman 1dari 18

PENDUDUK DAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Ekonomi Sumber Daya Manusia I yang diampu Oleh:

Fivien Muslihatinningsih, S.E., M.Si.

Disusun oleh Kelompok 7:

Amalia Fakhrun Nisa (190810101131)

Marinda Ayu Nurazizah (190810101132)

Bima Satria Sukmajati (190810101136)

Farhat Muzacky (190810101150)

Ahmad Fauzi (190810101155)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq,
dan hidayah-Nya kepada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan pada waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Ekonomi Sumber Daya
Manusia I”. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca tentang materi
di dalamnya. Selain itu tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fivien
Muslihatinningsih, S.E., M.Si. selaku dosen mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia I
Universitas Jember serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini. Kami
berharap semoga semua yang telah berjasa dalam penyusunan makalah ini mendapat balasan
yang sebaik-baiknya dari Allah SWT.

Kami selaku penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu kami
daya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga makalah ini bisa
mencapai kesempurnaan.

Jember, 6 Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................6
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................7
2.1 Penduduk: Beban atau Mdodal Pembangunan.............................................................................7
2.2 Mutu Modal Manusia...................................................................................................................8
2.3 Migrasi Penduduk dan Transformasi Ekonomi..........................................................................10
2.4 SDM dalam Pembangunan Ekonomi.........................................................................................11
2.5 Kondisi Hubungan Penduduk Dengan Pembangunan Ekonomi.................................................12
BAB III.....................................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................................16
3. 1 Kesimpulan................................................................................................................................16
BAB IV.....................................................................................................................................................17
REFERENSI............................................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan system dalam kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai
suatu proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor faktor yang
menghasilkan pembangunan ekonomi untuk dapat dilihat dan di analisis baik secara rsional
maupun regional (Arsyad, 1997).

Di dalam pembangunan ekonomi selalu muncul permasalahan dalam menetukan strategi


dasar pembangunannya, yaitu memprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi atau pemerataan
pendapatan.Beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa prioritas pada laju pertumbuhan
ekonomi tinggi sudah tidak data lagi di gunakan untuk mengurangi kemiskinan, sementara
kemiskinan merupakan realita dalam kehidupan ekonomi pada Negara yang sedang
berkembang. Sebaliknya, di negara yang maju semangat untuk meningkatkan pendapatan
merupakan tujuan yang paling penting dari segala kegiatan ekonomi. Tingginya ekonomi
suatu daerah memang tidak menjamin pemerataan pendapatan, namun pertumbuhan ekonomi
yang cepat tetap dianggap sebagai suatu strategi unggul dalam pembangunan ekonomi
(Priyatno, 1986).

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator pembangunan suatu negara.Secara


agregat pertumbuhan ekonomi dapat dilihat melalui pencapaian nilai total Produk Domestik
Bruto atau PDB suatu negara.Dalam komponen pertumbuhan ekonomi ini, Todaro
(2006:118) membagi tiga komponen penting pertumbuhan ekonomi, pertama adalah
akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam lahan, peralatan fisik, dan sumber
daya manusia melalui perbaikan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ketrampilan
kerja.Kedua, pertumbuhan jumlah penduduk yang akhirnya menyebabkan pertubuhan
angkatan kerja.Ketiga, kemajuan teknologi atau cara-cara baru menyesuaikan pekerjaan.
Pembangunan adalah suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus
menerus untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan,
berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembangunan harus diarahkan sedemikian rupa sehingga setiap tahap semakin mendekati
tujuan (Prima Sukmaraga, 2011).

Pemerintah Indonesia menyadari bahwa pembangunan nasional adalah salah satu upaya
untuk mencapai tujuan masyarakat adil dan makmur. Sejalan dengan tujuan tersebut,
berbagai kegiatan pembangunan telah diarahkan kepada pembangunan daerah khususnya
daerah yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan
sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang
dan jangka pendek. Oleh karena itu, salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan
nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin. Efektivitas dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin merupakan pertumbuhan utama dalam memilih strategi atau
instrumen pembangunan. Hal ini berarti salah satu kriteria utama pemilihan sektor titik berat
atau sektor andalan pembangunan nasional adalah efektivitas dalam penurunan jumlah
penduduk miskin (Pantjar Simatupang dan Saktyanu K, 2003).

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global yang dihadapi setiap bangsa,
tidak ada satupun Negara di dunia ini yang bebas dari kemiskinan. Kemiskinan merupakan
problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban. Kemiskinan pada
hakikatnya menunjuk pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami
seseorang, baik akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup, maupun akibat
ketidakmampuan Negara atau masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial kepada
warganya.

Menurut Mudrajad Kuncoro (1997), Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk


memenuhi standar hidup minimum. Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
tersebut meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat
dibedakan berdasarkan ukuran pendapatan, yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif.
Apabila dilihat berdasarkan pola waktu, kemiskinan dapat dibedakan menjadi empat,
meliputi (1) persistent proverty, yaitu kemiskinan yang telah kronis atau turun menurun; (2)
cyclical poverty, merupakan kemiskinan yang mengikuti pola siklus ekonomi secara
keseluruhan; (3) seasonal poverty, adalah kemiskinan musiman yang sering dijumpai pada
kasus nelayan dan pertanian; dan (4) accident poverty, yaitu kemiskinan yang tercipta karena
adanya bencana alam, konflik, dan kekerasan, atau dampak dari suatu kebijakan tertentu
yang menyebabkan menurunnya tingkat kesejahteraan suatu masyarakat (Sastraamadja,
2003) dalam (Anggit Yoga Permana, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja bebasn atau modal pembangunan ?
2. Apa penegrtian mutu modal manusia ?
3. Bagaimana kondisi migrasi penduduk dan tranformasi ekonomi ?
4. Bagaimana hubungan SDM dalam Pembangunan Ekonomi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui beban atau modal pembangunan
2. Untuk mengetahui mutu modal manusia
3. Untuk mengetahui kondisi migrasi penduduk dan tranformasi ekonomi
4. Untuk mengetahui hubungan SDM dalam Pembangunan Ekonomi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penduduk: Beban atau Mdodal Pembangunan


Menurut mazhab klasik, penduduk (dalam hal ini tenaga kerja) merupakan salah satu
faktor produksi dalam perekonomian, selain tanah, modal, dan kewirausahaan. Seseorang
akan mulai bekerja bila utility yang diterima lebih besar daripada disutility yang diterimanya
akibat bekerja. Bervariasinya utility dan disutility tersebut menimbulkan penawaran tenaga
kerja. Sementara itu, bagi pengusaha, nilai tambah output barang dan jasa haruslah minimal
sama dengan upah yang dibayarkan bagi tenaga kerja. Dengan demikian lahirlah permintaan
tenaga kerja. Kondisi saat penawaran dan permintaan bertemu disebut kondisi keseimbangan.
Menurut mazhab ini, semua tenaga kerja akan terserap dalam perekonomian, atau akan selalu
terjadi full employment. Dalam kondisi tersebut, menurut Jean Baptist Say, semua barang dan
jasa yang diproduksi akan habis dibeli oleh masyarakat (supply creates its own demand).

Thomas Robert Malthus (1766 – 1834) dalam bukunya An Essay on the Principle of
Population, mengemukakan bahwa jumlah penduduk seyogyanya bertambah sesuai dengan
pertambahan sumber daya produksi, khususnya sumber daya alam, namun kenyataanya,
kuantitas dan kualitas sumber daya alam yang dapat dipergunakan oleh manusia cenderung
menurun, dan sebaliknya jumlah penduduk terus meningkat, kecuali bila pertumbuhan
penduduk terkendali, baik oleh kendala alamiah (bencana alam, wabah penyakit) maupun
oleh perilaku manusia (kejahatan, perang dan pengengkangan diri). Teori Malthus ini
menurut penggolongan ilmu ekonomi juga termasuk dalam mazhab klasik.

Reaksi terhadap mazhab klasik ini antara lain datang dari John Maynard Keynes. Saat itu,
awal tahun 1930-an, dunia sedang dilanda resesi. Keyakinan mazhab klasik bahwa
penawaran akan otomatis menciptakan permintaan tidak terjadi. Sisi penawaran, yang
terbentuk kapasitas produksi terpasang dan tenaga kerja yang memadai, tidak mampu
“mendongkrak” sisi permintaan. Karenanya, ia lalu menyarankan pemerintah untuk
menggairahkan sisi permintaan melalui intervensi dalam bentuk kebijakan fiskal. Saran
Keynes berhasil karena itu, banyak ekonom selanjutnya yang mengembangkan pemikiran
ekonom Inggris tersebut. Sayangnya, perhatian lebih banyak diberikan pada sisi permintaan
semata, khususnya masalah fiskal dan moneter. Kondisi sejarah dibalik lahirnya pemikiran
Keynes, yaitu sudah adanya sisi penawaran yang “kuat” sering kali dilupakan. Akibatnya,
ketika kebijakan-kebijakan yang didasarkan pada interpretasi pemikiran Keynes diterapkan
pada negara-negara berkembang (yang belum memiliki kapasitas produksi), hasilnya kurang
menggembirakan.

Pemupukan modal fisik di suatu negara yang tidak memiliki modal manusia yang
memadai tidak akan berhasil dalam jangka panjang. Menurut pemikir-pemikir di kelompok
environmentalist, jumlah penduduk yang besar bukan merupakan masalah melainkan
menjadi modal ekonomi yang sangat besar jika investasi pada sumber daya manusia
dilakukan dengan baik. Namun, kelompok ini juga percaya bahwa jumlah penduduk yang
lebih kecil, investasi dalam sumber daya manusia akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Pemikiran-pemikiran para ahli dari kelompok ini seolah “mendamaikan” perbedaan pendapat
antara pendukung penadapat “penduduk sebagai modal”, dengan pendukung pendapat
“penduduk sebagai beban”. Pemikiran semacam itu pula yang melandasi timbulnya
pemikiran-pemikiran mengenai modal manusia (human capital) yang banyak mewarnai
teori-teori dewasa ini.

Hingga kini, perdebatan-perdebatan mengenai hubungan penduduk dan pembangunan


ekonomi terus berlangsung. Namun, kebanyakan para ahli memilih posisi yang lebih
“moderat” daripada secara ekstrem meyakini salah satu pendapat. Semakin tersedianya data
dan berkembangnya metode-metode pengamatan mengenai kedua hal tersebut kemungkinan
dihasilkannya, studi-studi yang mendalam dan komprehensif.

2.2 Mutu Modal Manusia


Ada tiga faktor produksi dalam pembangunan ekonomi. Ketiga faktor tersebut menurut
ekonom klasik, yaitu:

a) tanah;
b) pekerja; dan
c) modal
Menurut mereka tanah dalm jumlah yang tetap, tidak tergantung pada tingkat
harganya. Artinya harga dapat naik dan turun, tetapi jumlah tanah yang ditawarkan tidak
berubah. Sementara itu, jumlah pekerja relatif sangat elastis terhadap tingkat upah. Bila
upah naik melebihi tingkat subsistem maka jumlah penduduk (dan karenanya jumlah
tenaga kerja) akan meningkat dengan cepat. Hal ini disebabkan karena dengan
meningkatnya upah orang cenderung untuk kawin muda dan mengurangi pantang seks;
kenaikan upah juga menyebabkan angka kematian menurun, peperangan berkurang.
Dalam teori ekonomi, produktivitas merupakan suatu pengukuran output.
Pengukuran ini merupakan relatif (output terhadap input) untuk membedakan dari
pengukuran absolut (output), yaitu dengan produksi total. Jadi, untuk menghitung
produktivitas harus diketahui lebih dahulu produksi total. Tanpa mengetahui produksi
total tidak akan dapat menghitung produktivitas.
Dalam teori ekonomi mikro, produktivitas pekerja pada suatu kemampuan
maksimal seorang pekerja untuk menghasilkan output. Dalam kenyataannya, pekerja
tersebut belum tentu memanfaatkan seluruh kemampuannya. Seberapa jauh dia
memanfaatkan kemampuannya diukur dengan angka efisiensi. Produktivitas semacam ini
disebut produktivitas fisik. Sedangkan produktivitas yang dikaitkan dengan harga pasar
disebut nilai produktivitas yang harganya sama dengan harga output dikalikan
produktivitas fisik.
Kalau dalam analisis ekonomi mikro, produktivitas menunjukkan kemampuan
maksimal untuk menghasilkan output, maka produktivitas dalam analisis ekonomi makro
adalah produktivitas dalam arti analisis ekonomi mikro yang telah digabungkan dengan
angka efisiensi penggunaan kemampuan tersebut.
Dalam analisis ekonomi makro, sebagai satuan pekerja sering dipakai dalam
jumlah orang, dan bukan jam kerja. Misalnya, produktivitas di sektor industri pengolahan
adalah nilai tambah di sektor industri pengolahan dibagi dengan jumlah pekerja di sektor
tersebut. Dengan demikian, produktivitas menurut konspesi ini dapat berubah karena
empath hal:
(a) perubahan jumlah pekerja (dalam orang),
(b) perubahan jumlah jam kerja,
(c) pergeseran fungsi produksi (yang mencerminkan perubahan mutu kerja), dan
(d) perubahan kondisi pasar (yang memengaruhi tingkat harga).
Jelaslah bahwa mutu tenaga kerja hanya merupakan salah satu penyebab
perubahan nilai produktivitas. Konsep mutu berhubungan dengan pergeseran fungsi
produksi. Misalnya, mutu ekonom, tidak otomatis berubah bila ada perubahan dalam
pasar ekonom, namun nilai produktivitas ekonom akan berubah dengan berubahnya pasar
ekonom. Bila tiba-tiba saja, maka nilai produktivitas ekonom akan naik walaupun mutu
ekonom tidak mengalami perubahan.
Mutu modal manusia merupakan suatu komoditi yang dapat dihasilkan dan
diakumulasi. Pengorbanan (biaya) untuk menghasilkan suatu mutu modal manusia baru
dapat memberi hasilnya pada masa mendatang. Oleh karena itu, di sini digunakan istilah
“modal”. Sumber daya manusia yang sudah mengalami pengolahan lebih lanjut disebut
modal manusia. Penggunaan istilah modal manusia juga menyiratkan suatu perhatian
pada pengolahan sumber daya manusia, merupakan suatu investasi. Karena modal
manusia tak dapat diukur, kita tidak mempunyai jumlah modal manusia, tetapi yang
dibicarakan mutunya.
Menurut Olgaard (1968), kita dapat membedakan tiga jenis perubahan mutu
modal manusia:
(a) Efek Tahunan, berarti semua pekerja mempunyai mutu modal manusia yang lebih
tinggi dengan berjalannya waktu. Hal ini dapat terjadi, misalnya, karena peningkatan
kesehatan yang diakibatkan adanya perbaikan ligkunga, seperti berkurangnya jumlah
orang yang merokok di sembarang tempat.
(b) Efek Kohor, pekerja yang lebih muda (kohor yang lebih muda) mempunyai mutu
modal manusia yang lebih tinggi karena, umpamanya, adanya sistem pendidikan yang
makin baik.
(c) Efek Usia, peningkatan usia dapat meningkatkan mutu modal manusia seseorang bila
usianya masih relative muda pada usia yang relative tua, peningkatan usia tersebut
dapat menurunkan mutu modal manusia.

2.3 Migrasi Penduduk dan Transformasi Ekonomi


Migrasi penduduk antraprovinsi di Indonesia telah lama terjadi, ada pula yang
spontan dan yang disponsori oleh pemerintah. Tidak hanya macam perpindahan
penduduk tersebut, ada juga gerakan penduduk yang dilakukan oleh beberapa suku
bangsa di Indonesia. Mobilitas penduduk yang dilakukan oleh beberapa suku adalah
mobilitas penduduk swakarsa, sebagai contoh mobilitas penduduk suku Minangkabau di
Sumatera Barat, yang terkenal dengan budaya merantaunya.

Arus migrasi penduduk yang dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi di provinsi,


karena alasan utama seseorang pindah adalah alasan ekonomi. Migran pada umumnya
mengalir ke daerah-daerah di mana terdapat pembangunan ekonomi, misalnya menuju ke
provinsi Kalimantan tengah di mana industri potensial yang tengah marak saat ini adalah
emas, batu bara, dan intan. Itulah penyebab migran masuk ke Pulau Kalimantan, selain
berasal dari Pulau Jawa, banyak juga berasal dari Sulawesi.

Dari hasil statistik (Mulyadi, 1998) terdapat kaitan antara migrasi dan pendapatan
per kapita, terutama migrasi masuk. Dengan hal tersebut bahwasanya peningkatan
pendapatan per kapita di suatu daerah, akan diikuti dengan peningkatan migrasi masuk.
Karena bagaimanapun, kegiatan ekonomi kan memberikan daya tarik bagi penduduk
daerah lain, dan di pihak akan mengurangi penduduk daerah tersebut untuk melakukan
mobilitas ke daerah lain.

2.4 SDM dalam Pembangunan Ekonomi


Tujuan jangka panjang dari pembangunan nasioanal Indonesia adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia bersama-sama dengan
teknologi dianggap sebagai keunggulan kompetitif untuk mengejar ketertinggalan dari
negara maju. Kemajuan teknologi mempunyai peranan penting yang besar dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi dalam pembuatan kebijakan pengembangan
teknologi mesti mempertimbangkan, antara lain sumber daya yang dimiliki, masalah-
masalah yang dihadapi, dan tujuan dari pembangunan itu sendiri.

Dalam proses produksi, kemajuan teknologi dapat berupa pembaruan organisasi


(manajemen), perkembangan teknik produksi yang makin efisien maupun peningkatan
kualitas dari input. Peningkatan kualitas tersebut dapat berupa mesin -mesin lebih
canggih, input antara yang mutunya lebih baik, energi yang penggunaannya lebih efisien,
dan tenaga kerja yang lebih terampil dan ahli. Kemajuan tekonologi dipengaruhi oleh
berbagai bentuk inovasi, bukan hanya melalui semua faktor produksi tradisional, tetapi
juga mencakup manajemen dan teknik produksi itu sendiri.
Kemajuan teknologi dengan proses produksi itu sendiri, baik melalui output,
faktor produksi tradisioanal maupun teknik produksi. Melalui intenfikasi dan
ekstensifikasi diperoleh hasil bahwa semakin tinggi milai residu makin dimungkinkan
peningkatan output yang lebih besar. Keterkaitan tersebut memberikan peluang yang
lebih besar bagi usaha intensifikasi dan ekstensifikasi. Peningkatan output tersebut akan
meningkatkan nilai absolut residu. Proses tersebut berlangsung terus-menerus dan
menjadi penggerak perekonomian.

Untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi sesungguhnya tersedia banyak


pilihan, antara lain dengan melakukan investasi sumber daya manusia. Investasi ini dapat
dilakukan dengan berbagia macam cara, di antaranya melalui pendidikan dan pelatihan.
Tetapi, investasi sumber daya manusia juga tidak akan terlepas dari kendala biaya, karena
dana yang ada terbatas. Disamping itu, investasi sumber daya manusia bersifat jangka
panjang, sehingga manfaatnya baru dapat dirasakan dalam waktu yang cukup lama.
Dengan demikian resiko bahwa pendidikan yang ditempuh tidak sesuai lagi dengan
kebutuhan menjadi cukup besar.

Investasi sumber daya manusia juga dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas
sumber daya manusia. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara memperbaiki lingkungan
baik lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Masalah kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk dalam lingkungan kerja. Sedangkan lingkungan masyarakat
menyangkut masalah lingkungan tempat tinggal (fisik dan non fisik), perbaikan gizi
masyarakat, dan lainnyayang berpengaruh pada peningkatan kesejahteraan pekerja.

Sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai manusia pekerja, peran
tersebut dapat dikembangkan lebih jauh, yakni bagaimana agar sumber daya manusia
mempunyai kemampuan berinovasi terus-menerus, penanaman modal, pengembangan
energi, teknik produk serta manajemen. Kemampuan berinovasi terus-menerus
membutuhkan partisipasi aktif dan kreativitas dari para pekerja untuk selalu
mengembangkan keahlian dan keterampilan mereka. Bekal keahlian dan keterampilan
yang mereka miliki tidak hanya didapatkan dari luar proses produksi, melainkan
didapatkan selama proses produksi melalui learning by doing.
2.5 Kondisi Hubungan Penduduk Dengan Pembangunan Ekonomi
Pertumbuhan penduduk sebenarnya merupakan keseimbangan dinamis antara dua
kekuatan yang menambah atau yang mengurangi jumlah penduduk. Perkembangan penduduk
akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang lahir tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi
oleh jumlah kematian yang dapat terjadi pada semua golongan umur. Dalam konteks spasial
moblitas penduduk juga berpengaruh terhadap perubahan dalam jumlah penduduk, dimana
imigrasi akan menambah jumlah penduduk dan emigrasi akan mengurangi jumlah penduduk
dalam suatu wilayah.

Jumlah penduduk yang besar bagi beberapa kalangan merupakan suatu hal positif karena
dengan jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai subjek pembangunan,
perekonomian akan berkembang bila jumlah tenaga kerjanya banyak. Namun disisi lain
beberapa kalangan justru meragukan apakah jumlah penduduk yang besar adalah sebagai
asset seperti yang dijelaskan sebelumnya, akan tetapi kebalikan dari hal tersebut bahwa
penduduk merupakan beban bagi pembangunan. Hal ini berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan yang semakin lama semakin banyak pula seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk tersebut. Pandangan pesimis seperti ini di dukung oleh teori Malthus yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penduduk menurut deret ukur sementara pertumbuhan
bahan makanan menurut deret hitung. Simpulan dari pandangan pesimis ini adalah bukan
kesejahteraan yang didapat tapi justru kemelaratan akan di temui bilamana jumlah penduduk
tidak dikendalikan dengan baik.

Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang
sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah: Pertama,
kependudukan, dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan
dan program pembangunan yang dilakukan.  Penduduk adalah subyek dan obyek
pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan
dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya,
pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan
demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan
kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika
pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika
mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.

Kedua, keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika
pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti
dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang
rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.

Ketiga, dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang
panjang. Karena dampaknya baru terasa dalam jangka waktu yang panjang, sering kali
peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai contoh, beberapa ahli
kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan memberikan dampak
negatif terhadap kesehatan seseorang selama 25 tahun kedepan atau satu genarasi. Dengan
demikian, dapat dibayangkan bagaimana kondisi sumberdaya manusia Indonesia pada
generasi mendatang. Demikian pula, hasil program keluarga berencana yang dikembangkan
30 tahun yang lalu (1968), baru dapat dinikmati dalam beberapa tahun terakhir ini. Dengan
demikian, tidak diindahkannya dimensi kependudukan dalam rangka pembangunan nasional
sama artinya dengan “menyengsarakan” generasi berikutnya.

Dengan merujuk kepada Ul Haq (1996) pemahaman human development menunjukan 5


karakteristik dan 4 komponen yang membentuknya dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Human development itu memusatkan perhatian kepada manusia, “people in the


center of the stage”, sehingga pendekatan pembangunan itu diartikan seperti aksi
perluasan pilihan atau alternatif bagi rakyat, “expanding people’s choices”. Dalam
semua proses pembangunan dipertanyakan bagaimana masyarakat dapat
berpartisipasi secera aktif dan juga mendapatkan manfaat dari pembangunan.
2. Menekankan kepada kedua sisi yang dimiliki pembangunan mansusia, yaitu
formation of human capabilities (peningkatan health, knowledge dan skills); dan
people use of acquired capabilities (untuk pekerjaan, kegiatan produktif, partisipasi
dalam urusan politik, dll). Hal itu bermaksud bahwa proses pembangunan
seharusnya memperdaya masyarakat dengan menyediakan berbagai institusi atau
prasarana untuk meningkatkan kapabilitas manusia, sehingga mereka mampu
berkreativitas di tengah masyarakat untuk juga mendorong pembangunan.
3. Untuk memperluas pilihan bagi rakyat diperlukan means, yaitu pertumbuhan
ekonomi, terutama melalui peningkatan Gross National Product. Namun
pertumbuhan ekonomi tidak otomatis memberi kesejahteraan masyarakat, tetapi
harus didistribusikan secara merata melalui kebijakan yang jelas.
4. Human development merupakan sebuah teori dan pendekatan yang menggabungkan
pembangunan ekonomi, sosial dan politik. Perhatian tidak hanya terfokus kepada
faktor ekonomi tetapi kepada semua faktor yang menyangkut suatu society.
5. Manusia merupakan tujuan, juga sarana daripada pembangunan. Sedangkan
economic growth adalah sebagai sarana untuk mencapai human development.
BAB III

PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
Pembangunan Ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan kenaikan
pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh
perbaikan system dalam kelembagaan. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai
suatu proses yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor faktor yang
menghasilkan pembangunan ekonomi untuk dapat dilihat dan di analisis baik secara rsional
maupun regional (Arsyad, 1997).

Di dalam pembangunan ekonomi selalu muncul permasalahan dalam menetukan strategi


dasar pembangunannya, yaitu memprioritaskan pada pertumbuhan ekonomi atau pemerataan
pendapatan.Beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa prioritas pada laju pertumbuhan
ekonomi tinggi sudah tidak data lagi di gunakan untuk mengurangi kemiskinan, sementara
kemiskinan merupakan realita dalam kehidupan ekonomi pada Negara yang sedang
berkembang.Sebaliknya, di negara yang maju semangat untuk meningkatkan pendapatan
merupakan tujuan yang paling penting dari segala kegiatan ekonomi. Tingginya ekonomi
suatu daerah memang tidak menjamin pemerataan pendapatan, namun pertumbuhan ekonomi
yang cepat tetap dianggap sebagai suatu strategi unggul dalam pembangunan ekonomi.

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global yang dihadapi setiap bangsa,
tidak ada satupun Negara di dunia ini yang bebas dari kemiskinan. Kemiskinan merupakan
problema kemanusiaan yang menghambat kesejahteraan dan peradaban. Kemiskinan pada
hakikatnya menunjuk pada situasi kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang dialami
seseorang, baik akibat ketidakmampuannya memenuhi kebutuhan hidup, maupun akibat
ketidakmampuan Negara atau masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial kepada
warganya.
BAB IV

REFERENSI

Mulyadi, S. 2002. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam perspektif Pembangunan.


Penerbit Raja Grafindo Persada. Jakarta

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Ekonomi-Qu

Rochaida, E. (2016). DAMPAK PERTUMBUHAN PENDUDUK TERHADAP


PERTUMBUHAN. Forum Ekonomi; Volume 18 No 1 2016, 14-24.

Anda mungkin juga menyukai