Hiperlipidemia atau yang sering disebut sebagai dislipidemia didefinisikan sebagai suatu keadaan
dimana kadar lemak di dalam darah meningkat di atas batas normal. Total kolesterol menjadi tinggi,
LDL (Low Density Lipoprotein) atau trigliserida tinggi, HDL (High Density Lipoprotein) rendah, atau
kombinasi kelainan lain. (Wells et al., 2009). Kondisi hiperlipidemia bila berkelanjutan memicu
darah arteri). Aterosklerosis menjadi penyebab utama terjadinya penyakit jantung koroner (PJK)
(Katzung, 2002).
KLASIFIKASI
Dibedakan atas lima macam berdasarkan jenis lipoprotein yang meningkat. Hiperlipidemia
ini mungkin primer atau sekunder akibat diet, penyakit atau pemberian obat. Berdasarkan
penyebab terjadinya, kondisi hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2, yaitu hiperlipidemia primer
(genetik) dan hiperlipidemia sekunder.
1. Hiperlipidemia primer ditandai dengan kerusakan genetik yang meliputi kelainan pada
protein, sel dan fungsi organ lainnya yang mengakibatkan keadaan yang tidak normal pada
lipoprotein. Hiperlipidemia primer dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu
hiperpoliproteinemia monogenik karena kelainan gen tunggal yang diturunkan dan
hiperpsoliproteinemia poligenik/multifaktorial. Kadar kolesterol pada kelompok ini
ditentukan oleh gabungan faktor-faktor genetik dengan faktor lingkungan. Jenis poligenik
lebih banyak ditemukan dari monogenik, tetapi jenis monogenik mempunyai kadar
kolesterol yang lebih tinggi (Suyatna & Handoko, 2003:368-369)
2. Hiperlipidemia sekunder ditandai dengan kelainan pada lipid sebagai akibat dari kelainan
suatu penyakit atau efek samping dari terapi obat dimana hal tersebut tercatat memiliki
presentasi hingga 40% dari semua tipe pada hiperlipidemia. Penyebab sekunder yang paling
sering adalah gaya hidup dengan asupan makanan yang berlebihan lemak jenuh, kolesterol,
dan lemak trans dalam jumlah besar. Penyebab sekunder lainnya adalah diabetes mellitus,
konsumsi alkohol yang berlebihan, penyakit ginjal kronis, hipotiroidisme, primary biliary
cirrhosis, dan penyakit hati kolestatik lainnya. Selain itu obat-obatan seperti tiazid, beta
bloker, retinoid, ARV, estrogen dan progestin, serta glukokortikoid (Suyatna & Handoko,
2003:369).
PENYEBAB
Hiperlipidemia hampir tidak menunjukkan tanda dan gejala. Namun, pada hiperlipidemia
turunan, bisa muncul gejala seperti pertumbuhan lemak kekuningan di sekitar mata dan
persendian.
PATOFISIOLOGI
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam aliran darah sebagai kompleks lipid
dan protein yang dikenal sebagai lipoprotein. Klasifikasi nilai kolesterol total, LDL dan HDL pada
orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.6. Peningkatan trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol
total serta penurunan HDL dalam darah berhubungan dengan perkembangan penyakit jantung
koroner (PJK) (Dipiro et al, 2006:88).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk memastikan kondisi hiperlipedimia, maka harus dilakukan tes darah yang
disebut pemeriksaan profil lemak atau panel lipid. Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan kadar
kolesterol total, kadar trigliserida, kadar kolesterol baik dan kolesterol jahat
Wells, B.G., J.T. Dipiro, T.L. Schwinghammer, C. V. DiPiro. 2009. Pharmacotherapy Handbook.
Seventh Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. United States. p.98.
Suyatna, F.D. (2007). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth
(editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal.
373-388
Suyatna, F.D. dan Tony Handoko S.K. (2003). Hipolipidemik. Dalam: S.G. Gunawan, R. Setiabudy,
Frans D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, (editor). Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, Terry L., and Hamilton, Cindy W. (2006). Pharmacotherapy
Handbook Sixth Edition. USA: McGraw-Hill Medical