Anda di halaman 1dari 1

Ini adalah cerita tentang dunia kita … dunia elu dan gue berdua!

Dimana cinta selalu menjadi


warna abu-abu yang membiaskan segala kenangan di bangku sekolah ESEMA. Diantara
bilah-bilah kurang dari 1.100 hari, emosi, cinta, dan cemburu adalah ramuan yang selalu
fatal. Membekas dan tidak pernah mau pergi. Sampai kapanpun!

Ini adalah certa tentang Freya, Moses, Gia, dan Adrian. 2 pasangan idola yang paling
popular. Freya yang cerdas dan selalu mendapatkan beasiswa. Moses, sang ketua OSIS yang
punya wibawa dan kharisma. Adrina cowok gagah bertipe atlit, ganteng dan digandrungi
semua cewek. Serta Gia cewek terpopuler di seluruh ESEMA. Berempat mereka terbelit tali
cinta yang serba kusut dan membingungkan. Tapi apapun yang terjadi, inilah masa-masa
kejayaan mereka. Merengkuh asmara dalam nadi-nadi darah muda. Inilah masa-masa yang
patut dikenang.

Tapi entah bagaimana Moses tiba-tiba bisa melewati kompleks perumahan ini dengan
mobilnya, dan melihat Freya dan Adrian sedang berpelukan. Moses masih berdiri
memandang mereka berdua, meminta penjelasan. Tangannya terkepal, air hujan membasahi
kaca matanya tapi dia tetap berdiri disana, menunggu. “Gue sayang Freya”, Adrian akhirnya
mengakui. Moses membencinya karena telah mengakui segalanya, “Aku membencinya
karena telah mengakui segalanya, yang berarti melukai perasaan semua. Aku benci rasa sakit
ini, menusuk-nusuk hatiku dan tidak mau pergi. Menusuk hati orang lain dan menambah
kebimbangan”. “Entah sejak kapan, tapi gue sayang dia. Tadi Gia udah tau yang sebenarnya,
gue salah sama kalian berdua. Maaf”. Rahang Moses mengeras, wajahnya menegang, “kalian
pacaran di belakang gue dan Gia?”

Akhirnya terbongkar juga ‘perselingkuhan’ yang selama ini coba ditutupi oleh Adrian dan
Freya, yang sangat menyakitkan bagi Gia dan Moses.

Ada suatu saat dimana kita tidak bisa memilih yang terbaik. Ada suatu saat dimana kita
berbuat kesalahan. dan hidup dalam kenangan penuh penyesalan. Tapi saat ini, kita tidak
ingin melepaskannya lagi…

Anda mungkin juga menyukai