Anda di halaman 1dari 31

PERATURAN BUPATI KABUPATEN LANDAK

NOMOR : 440/ /HK - TAHUN 2019


TENTANG
PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF
DI KABUPATEN LANDAK

NO MATERI RUMUSAN RANCANGAN PERBUP RUMUSAN DASAR


PENYEMPURNAAN PERTIMBANGAN
1 2 3 4 5
I JUDUL

PERATURAN BUPATI KABUPATEN LANDAK


NOMOR ... TAHUN 2019
TENTANG
PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN
AIR SUSU IBU EKSLUSIF
DI KABUPATEN LANDAK

II KONSIDERAN a. bahwa keselamatan ibu dan anak merupakan prioritas


guna menurunkan angka kematian dan kesakitan ;
b. bahwa tenaga kesehatan harus menggunakan standar
pelayanan, peralatan yang memadai, aman dan bersih dalam
melakukan pertolongan persalinan yang aman serta mencegah
terjadinya infeksi;
c. bahwa Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling
sempurna bagi bayi karena mengandung zat gizi yang sesuai
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi;
d. bahwa pemberian ASI Ekslusif kepada bayinya yang merupakan
kewajiban bagi ibu, dan merupakan hak asasi bagi bayi;
e. bahwa guna memberikan perlindungan dan lebih menjamin
pelaksanaan Persalinan Aman, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), dan
pemberian ASI Ekslusif bagi bayi dipandang perlu diatur dengan
Peraturan Bupati;
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang
Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran
Negara Republik Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 352) sebagai Undang-Undang
(lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820);
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor
32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3143);
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 35,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3475);
4. Undang-Undang Nomor 55 Tahun 1999 tentang pembentukan
Kabupaten Landak (Lembar Negara Republik Indonesia Nomor
183, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3904) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
55 (Lemabaran Negara Republik Indonesia Nomor 3970);
5. Undang-undang Nomor 23 Tahun Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4234);
6. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4431);
7. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 82, Tamabahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
9. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) Sebagaimana diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5291);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 114, Tambahan Lemabaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5887);
13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 240 Tahun 1985 tentang
pengganti Air Susu Ibu;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/menkes/per
/VII/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di Kabupaten/Kota ;
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/menkes/per/x/2010
tentang Ijin dan Penyelenggraan Praktek Bidan;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1796/menkes/per/VIII/2011/ Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan;
17. Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Menteri
Ketenagakerjaan dan Transmigrasi, dan Menteri Kesehatan
Nomor 48/men.pp/XII/2008 dan Nomor
1177/menkes/PB/XII/2008 Tentang Peningkatan Pemberian
ASI Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/menkes/SK/IV/2004
tentang Pemberian ASI Secara Ekslusif Pada Bayi Indonesia;
19. Peraturan Daerah Kabupaten Landak Nomor 5 Tahun 2016
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah
Kabupaten Landak (Lembaran Daerah Kabupaten Landak
Tahun 2016 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Landak Nomor 57;

DIKTUM VMenetapkan : PERATURAN BUPATI LANDAK TENTANG


PERSALINAN AMAN, INISIASI MENYUSU DINI DAN
PEMBERIAN ASI EKSLUSIF.
X

BATANG TUBUH BAB I


KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Landak.


2. Bupati adalah Bupati Landak.
3. Pemerintah Daerah adalah Bupati Landak dan
perangkat Daerah sebagai unsur Penyelengara
Pemerintahan Daerah.
4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya
disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi di
bidang Kesehatan.
5. Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Landak.
6. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Landak.
7. Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat di
Kecamatan
8. Tenaga Kesehatan adalah seorang profesional yang
bekerja dibidang kesehatan yang mempunyai
kompetensi untuk menolong persalinan dan
pelayanan kesehatan ibu dan anak, meliputi bidan,
dokter, dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
dan dokter spesialis anak.
9. Tenaga Kesehatan lainnya adalah setiap tenaga
kesehatan selain tenaga kesehatan sebagaimana
tersebut pada nomor 8, seperti ahli gizi, tenaga
perawat, sanitarian, dan penyuluh kesehatan
masyarakat.
10. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada
umumnya seorang wanita yang mendapat
kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan secara turun temurun,
belajar secara praktis, atau cara lain yang menjurus
kearah peningkatan keterampilan tersebut.
11. Fasilitas Pelayanan kesehatan adalah suatu alat
dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
12. Persalinan adalah suatu proses alami yang ditandai
oleh terbukanya serviks diikuti dengan lahirnya bayi
dan plasenta melalui jalan lahir.
13. Persalinan Aman adalah suatu proses persalinan
yang mendapatkan pelayanan yang adekuat sejak
hamil, bersalin dan masa nifas, direncanakan di
tempat yang aman dan ditolong oleh tenaga kesehatan
yang kompeten.
14. Bayi baru lahir adalah manusia yang baru dilahirkan.
15. Bayi adalah manusia yang baru lahir sampai berumur
12 (dua belas) bulan.
16. Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) yang
selanjutnya disingkat IMD atau permulaan menyusu
dini adalah bayi begitu lahir, bersihkan bayi dengan
handuk/lap bersih, setelah dipotong tali pusatnya
segera tengkurapkan bayi didada ibunya dengan kulit
ibu melekat pada kulit bayi, minimal selama 1 (satu)
jam untuk dapat menyusu sendiri tanpa bantuan,
tidak dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan
dimandikan.
17. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah
cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.
18. Air Susu Ibu Ekslusif yang selanjutnya disingkat ASI
Ekslusif adalah air susu ibu yang diberikan kepada
bayi tanpa menambahkan dan/atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain yang dilakukan
selama 6 bulan sejak bayi dilahirkan, kecuali untuk
pemberian obat dan vitamin atas rekomendasi dokter
atau tenaga kesehatan lainnya.
19. Memerah ASI adalah upaya mengeluarkan ASI dari
Payudara Ibu baik secara manual ataupun dengan
menggunkan alat khusus.
20. ASI perah adalah ASI yang ditampung dalam wadah
yang bersih.
21. Ruang Laktasi (menyusui) adalah ruangan yang
digunakan untuk kegiatan menyusui, memerah, dan
menyimpan ASI, yang dilengkapi dengan sarana dan
prasarana, minimal meliputi meja dan kursi, tempat
cuci tangan dan tempat penyimpanan ASI perah.
22. Tempat-tempat umum adalah tempat-tempat yang
biasa digunakan oleh masyarakat untuk beraktifitas,
meliputi kantor pemerintah dan swasta, tempat
ibadah, pasar tradisional maupun swalayan, terminal,
hotel, tempat wisata, dan lain sebagainya.
23. Tempat Kerja adalah ruangan atau lapangan tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat
sumber aman atau sumber-sumber bahaya.
24. Para Pihak Terkait adalah SKPD terkait, organisasi
masyarakat, asosiasi, Organisasi Profesi, Swasta dan
lain-lain yang berada di Wilayah Pemerintahan
Kabupaten Landak
25. Konselor menyusui selanjutnya disingkat KM adalah
tenaga kesehatan yang dilatih Puskesmas dengan
module 40 jam BFC-C kevin yang direvisi tahun 2011
manggunakan konsep kompetensi.

BAB II
AZAS, TUJUAN, DAN MAKSUD

Pasal 2

1) Maksud Pengaturan Persalinan Aman, IMD dan ASI


Ekslusif yaitu sebagai pedoman bagi SKPD, Tenaga
Kesehatan dan Masyarakat dalam meningkatkan
Pelayanan Persalianan Aman, Inisiasi Menyusu Dini
dan Pemberian ASI Ekslusif.

2) Tujuan Pengaturan Persalianan Aman, IMD dan


Pemberian ASI Ekslusif yaitu:
a. Meningkatkan derajat Kesehatan Ibu dan Anak;
b. Memberikan perlindungan bagi bayi untuk
mendapatkan pertolongan persalinan yang aman;
c. Menjamin pemenuhan hak bayi untuk
mendapatkan ASI Ekslusif sejak dilahirkan sampai
dengan berusia 6 (enam) bulan diawali oleh
pelaksanaan IMD dengan memperhatikan
pertumbuhan dan perkembangannya;
d. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam
memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya; dan
e. Meningkatkan peranan dan dukungan keluarga,
masyarakat dan SKPD terkait terhadap program
persalinan aman, IMD dan pemberian ASI
Ekslusif.

Pasal 3

Rincian mengenai Tujuan Pengaturan Persalinan Aman,


IMD dan Pemberian ASI Ekslusif adalah sebagai berikut:

a. Persalinan aman bertujuan untuk:


1. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi;
2. Memberikan asuhan sayang ibu selama
persalinan, kelahiran bayi, dan masa nifas,
termasuk menjelaskan kepada ibu dan
keluarganya mengenai proses kelahiran bayi dan
menganjurkan suami dan anggota keluarga untuk
berpartisipasi dalam proses persalinan serta
kelahiran bayi;
3. Menghindari tindakan-tindakan yang tidak perlu
dan/atau berbahaya bagi ibu bersalin dan bayi
baru lahir;
4. Memberikan asuhan segera pada bayi baru lahir
termasuk mengeringkan dan menghangatkan bayi,
memulai pemberian ASI dini, mengenali tanda-
tanda komplikasi dan mengambil tindakan-
tindakan yang sesuai;
5. Meberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayi
selama masa nifas;

b. IMD bertujuan untuk:


1. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
bayi;
2. Membuat ibu dan bayi lebih tenang dengan
melalui kontak kulit ibu dengan kulit bayi;
3. Memberikan perlindungan diri pada bayi yang
terjadi saat bayi menelan bakteri ‘baik’ dari kulit
ibu untuk kesehatan usus bayi;
4. Meningkatkan ikatan kasih sayang ibu dan bayi
serta mempertahankan sushu tubuh bayi melalui
kontak kulit ibu dengan kulit bayi;
5. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan;
6. Mengurangi terjadinya anemia;

c. Pemberian ASI Ekslusif bertujuan untuk:


1. Melindungi hak-hak bayi dalam mencapai deraajat
kesehatan yang stinggi-tingginya melalui
peningkatan pemberian ASI ekslusif sampai 6
(enam) bulan da dilanjutkan sampai dngan 2 (dua)
tahun;
2. Memberikan gizi yang ideal bagi bayi;
3. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi;
4. Meningkatkan kecerdasan bayi;
5. Meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan
bayi;
6. Menjarangkan kehamilan;
7. Mempercepat rahim kembali keukuran sebelum
hamil;
8. Mempercepat penurunan berat badan ibu kembali
ke ukuran sebelum hamil;
9. Mengurangi resiko kejadian ibu menderita kanker
payudara dan indung telur;
10. Menghemat pengeluaran terutama untuk
pembelian susu formula bayi;
11. Mengurangi resiko obesitas dan alergi pada bayi
diusia mendatang;
12. Memberikan kemudahan bagi ibu karena ASI yang
mudah dibawa kemanapun dan praktis; dan
13. Memberikan kepuasan batin bagi ibu.

BAB III
PELAKSANAAN PROGRAM

Pasal 4

(1) Pemerintah Daerah bertanggungjawab melaksanakan


program Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI
Ekslusif;
(2) Pelaksanaan Program Persalinan Aman, IMD, dan
Pemberian ASI Ekslusif sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh para pihak terkait;
(3) Pelaksanaan Program Persalinan Aman, IMD dan
Pemberian ASI Ekslusif dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

BAB IV
TANGGUNG JAWAB SKPD DAN TENAGA KESEHATAN

Bagian Kesatu
Tanggung Jawab SKPD

Pasal 5

Tanggung jawab SKPD dalam program persalinan aman,


IMD, dan pemberian ASI Ekslusif meliputi:
a. Melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka
program persalinan aman, IMD, dan pemberian ASI
Ekslusif;
b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program
persalinan aman, IMD, dan Pemberian ASI Ekslusif;
c. Memberikan pelatihan teknis persalinan aman, IMD
dan pemberian ASI Ekslusif;
d. Membina, monitoring, mengevaluasi, dan mengawasi
pelaksanaan dan pencapaian program persalinan
aman, IMD dan pemberian ASI Ekslusif di Fasilitas
Pelayanan Kesehsatan, satuan pendidikan kesehatan,
tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di
masyarakat;
e. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
program persalinan aman, IMD, dan pemberian ASI
Ekslusif yang mendukung perumusan kebijakan
daerah;
f. Mengembangkan kerjasama dengan pihak lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi
dan edukasi penyelenggaraan pemberian ASI Ekslusif;
h. Mengawasi promosi dan penggunaan susu formula,
makanan pendamping ASI (MP-ASI), dan produk bayi
lainnya seperti dot, botol susu dan kempeng oleh
tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Bagian Kedua
Tanggung Jawab Tenaga Kesehatan

Pasal 6

(1) Setiap tenaga kesehatan yang kompeten melakukan


pemeriksaaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
perawatan ibu dan bayi baru lahir, memberikan
informasi dan anjuran tentang pentingnya IMD kepada
ibu dan kelurganya, memberikan pelayanan kesehatan
bayi dan balita sesuai dengan standar.
(2) Pelayanan persalinan aman oleh setiap tenaga
kesehatan dapat dilakukan dengan meningkatkan
peran suami, keluarga dan masyarakat.
(3) Persalinan aman sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (2) meliputi:
a. Ibu hamil terdata dan memperoleh pelayanan
kesehatan sesuai standar dari tenaga kesehatan
atau Ante Natal Care (ANC).
b. Adanya perencanaan persalinan oleh ibu hamil
bersama-sama dengan tenaga kesehatan dan
keluarga, meliputi:
1) Taksiran persalinan;
2) Penolong persalinan;
3) Tempat persalinan;
4) Pendamping persalinan;
5) Transportasi/ambulans desa;
6) Calon pendonor darah; dan
7) Dana
8) Setiap tenaga kesehatan yang melakukan
pertolongan persalinan membantu melakukan
IMD dengan syarat kondisi ibu dan bayi stabil.
(4) Dalam melakukan pertolongan persalinan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tenaga
kesehatan dapat menjalin kemitraan dengan dukun
bayi.
(5) Setiap tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan
lainnya memberikan informasi dan bimbingan kepada
masyarakat, terutama kepada ibu hamil, ibu
melahirkan, ibu menyusui, calon pengantin, remaja
putri dan keluarga bayi.
(6) Informasi dan bimbingan kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud ayat (4), paling sedikit
meliputi:
a. Keuntungan dan keunggulan persalinan aman,
IMD dan pemberian ASI
b. Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan
menyusui;
c. Akibat negatif dan pemberian makanan botol
secara persial terhadap pemberian ASI; dan
d. Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak
memberikan ASI.
(7) Setiap tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dalam memberikan informasi
Pemberian ASI Ekskusif mengacu pada sepuluh
langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM) yang
meliputi:
a. Sarana pelayanan kesehatan (SPK) mempunyai
kebijakan peningkatan pemberian Air susu ibu
(PP-ASI) tertulis dengan secara rutin
dikomunikasikan kepada semua petugas ;
b. Melakukan pelatihan bagi petugas dalam hal
pengetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut;
c. Menjelaskan kepada semua ibu tentang manfaat
menyusui dan penatalaksanaannya sejak masa
kehamilan, masa bayi lahir sampai umur 2 (dua)
tahun termasuk cara mengatasi kesulitan
menyusui;
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya segera
setelah melahirkan, yang di lakukan di ruang
bersalin;
e. Membantu ibu secara menyusui yang benar,
tampa pembatasan terhadap lama dan frekuensi
menyusui, dan cara mempertahankan menyusui
meski ibu di pisah dari bayi atas indikasi medis;
f. Melaksanakan rawat gabung dengan
mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari;
g. Tidak memberikan makanan atau minuman
apapun selain ASI kepada bayi baru lahir sampai
dengan usia 6 (enam) bulan kelahiran kecuali atas
indikasi medis;
h. Setelah usia 6 bulan sampai 2 tahun di samping
pemberian ASI dapat diberi makanan pendamping
ASI;
i. Tidak membarikan dot atau kempeng kepada bayi
yang di beri ASI;dan
j. Mengupayakan terbentuknya kelompok pendukung
ASI (KP-ASI) dan rujuk ibu kepada kelompok
tersebut ketika pulang dari rumah sakit/sarana
pelayanan kesehatan.
(8) Setiap pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan
tidak menerima dan/atau mempromosikan susu
formula, menganjurkan membeli susu formula,
membekali ibu bersalin dengan produk susu formula
baik secara langsung ataupun tidak, dan menerima
bantuan dalam bentuk apapun dari produsen susu
formula yang dapat menghambat program Persalinan
aman, IMD dan pemberian ASI Ekskluasif.
(9) Setiap tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan
lainnya tidak memberikan susu fermula untuk bayi
berusia 0-6 bulan dan /atau makanan serta minuman
apapun kecuali atas indikasi medis yang ditentukan
oleh dokter.

BAB V
KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI

Pasal 7

(1) Kemitraan Bidan dan dukun bayi bertujuan


mendayagunakan dukun bayi sebagai pendamping
spritual untuk melakukan komunikasi yang terarah
sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, melahirkan dan
nifas serta membantu bidan dalam semua proses
sesuai dengan kemampuannya untuk meningkatkan
cakupan pertolongan persalinan oleh bidan dalam
rangka menurunkan angka kematian ibu (AKI) akibat
kehamilan, melahirkan dan nifas serta mendorong
kemandirian masyarakat untuk berprilaku hidup
bersih dan sehat.
(2) Untuk melalukan kemitraan bidan dan dukun bayi
perlu melakukan penyebaran informasi dengan
pemangku kepentingan yang dianggap potensi atau
penting untuk menyelesaikan masalah kesehatan di
wilayah kerjanya.
(3) Untuk memperoleh pandangan yang sama terkait
tugas, fungsi dan peran masing-masing dalam
mengatasi permasalahan kesehatan di wilayahnya,
maka bidan dan dukun bayi beserta tokoh
masyarakat secara terbuka dan kekeluargaan.
(4) Untuk menjalin dan mengetahui perkembangan
kemitraan perlu dilakukan komunikasi antara bidan
dan dukun bayi serta pihak lainnya, secara teratur
dan berkesinambungan.
(5) Melakukan kegiatan yang sudah disepakati dengan
baik sesuai dengan tupoksi masing-masing
berlandaskan prinsip kemitraan.
(6) Kegiatan pemantauan dan penilaian disepakati sejak
awal terutama tata cara pemantauan atau penilaian.

BAB VI
STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Pasal 8

(1) Promosi kesehatan bertujuan untuk memberikan


informasi tentang hak-hak ibu dan anak terhadap
Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif.
(2) Dinas Kesehatan bekerjasama dengan SKPD, instansi
dan/atau media yang melibatkan masyarakat
diberbagai kegiatan budaya, sosial maupun
keagamaan dalam upaya promosi Persalinan Aman,
IMD dan ASI Ekslusif.

BAB VII
RUANG LAKTASI

Pasal 9

(1) Fasilitas pelayanan kesehatan agar menyediakan


ruang laktasi guna mendukung keberhasilan Program
Pemberian ASI Ekslusif.
(2) Tempat-tempat umum dan perkantoran/instansi, baik
milik pemerintah maupun swasta agar dapat
menyediakan ruang laktasi guna mendukung
keberhasilan pelaksanaan Pemberian ASI Ekslusif.
(3) Syarat-syarat ruang laktasi sebagaimana ayat (1) dan
ayat (2) disesuaikan dengan kemampuan.

BAB VIII
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 10

(1) Masyarakat berperan serta aktif dalam mendorong


keberhasilan program Persalian Aman, Inisiasi
Menyusu Dini dan pemberian ASI Ekslusif baik secara
perseorangan, kelompok, maupun organisasi.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui:
a. Pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan
penentuan kebijakan dan/atau pelaksanan
program persalinan aman, IMD dan pemberian ASI
Ekskulatif
b. Penyebarlusan informasi kepada masyarakat luas
terkait dengan program persalinan aman, IMD dan
pemberian ASI Eksklusif;
c. Bersama-sama pemerintah daerah melaksanakan
sosialisasi program persalinan Aman, IMD dan
pemberian ASI Ekskusif;
d. Dukungan moral dari suami dan keluarga kepada
ibu melahirkan untuk dapat melakukan IMD dan
pemberian ASI Ekskusif;
e. Pemantauan dan evaluasi pelaksanan program
persalinan aman, IMD dan pemberian ASI
Ekskusif; dan /atau
f. Penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam
pemberian ASI Ekskusif.

BAB IX
HAK IBU MELAHIRKAN

PASAL 11

(1) Ibu yang melahirkan berhak meminta pelaksanaan


Insisiasi Menyusu Dini.
(2) Ibu yang melahirikan berhak memberikan ASI
Ekslusif kepada bayi yang dilahirkannya.
(3) Ibu yang melahirkan bayi berhak menolak pemberian
susu formula bayi dan /atau bayi lainnya.

BAB X
PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PELAPORAN

PASAL 12

(1) SKPD melaksanakan pembinaan dan pengawasan


program persalinan Aman, IMD dan pemberian ASI
Ekskusif dengan membentuk Tim Pembina dan
Pengawas Program Persalinan Aman, IMD dan
pemberian ASI Ekslusif yang terdiri dari unsur
pemerintah daerah, organisasi profesi, organisasi
sosial kemasyarakatan dan lembaga swadaya
masyarakat dibidang kesehatan.
(2) Tim Pembina dan Pengawas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertugas untuk:
a. Melaksanakan sosialisasi kepada masyarakat dan
seluruh komponen yang terkait;
b. Melaksanakan pembinaan kepada sarana
pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan
tenaga kesehatan lainnya;
c. Melakukan pengawasan terhadap masyarakat,
tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif; dan
d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan program Persalinan Aman, IMD dan
ASI Ekslusif;
(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyampaikan laporan pelaksanaan
kegiatan yang meliputi administrasi, aspek teknis
kegiatan, pelaksanaan dan hasil keluaran kegiatan
program kepada Bupati melalui kepala SKPD terkait.

Bagian Kesatu
Pembinaan

Pasal 13

(1) Pembinaan diarahkan untuk:


a. Memenuhi kebutuhan setiap orang untuk
melakukan Persalianan Aman, IMD dan ASI
Eklusif;
b. Menggerakkan dan melaksanakan Program
Persalianan Aman, IMD dan ASI Ekslusif;
c. Memfasilitasi tenaga dan fasilitas pelayanan
kesehatan untuk melaksanakan program
Persalinan Aman, IMD dan ASI Ekslusif;
d. Melindungi setiap ibu dan bayi untuk
mendapatkan Persalinan Aman, IMD dan ASI
Ekslusif;
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. Komunikasi, informasi, edukasi, sosialisasi, dan
pemberdayaan masyarakat; dan
b. Pendayagunaan tenaga kesehatan, tenaga
kesehatan lainnya, dan fasilitas pelayanan
kesehatan.

Bagian Kedua
Pengawasan

Pasal 14
Apabila hasil pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 menunjukkan adanya dugaan dan atau patut
diduga adanya pelanggaran dalam pelaksanaan Persalinan
Aman, IMD dan ASI Ekslusif, Tim sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 12 dapat melaporkan kepada pihak
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

BAB XI
PENGHARGAAN DAN SANKSI
Bagian Kesatu

Pasal 15

(1) Dalam rangka pembinaan, Bupati atau Dinas


Kesehatan dapat memberikan penghargaan kepada
setiap orang, institusi, perkantoran dan tempat-
tempat umum yang telah berjasa dalam pelaksanaan
program Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI
Ekslusif.
(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh Bupati atau Dinas Kesehatan atas
usulan dari Tim Pembina dan Pengawas program
Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI Ekslusif.
(3) Jenis penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disesuikan dengan kemampuan Pemerintah
Daerah.

Bagian Kedua
Sanksi

Pasal 16

(1) Dalam rangka pengawasan, Bupati dapat memberikan


sanksi kepada setiap orang atau institusi yang telah
melakukan pelanggaran dalam pelaksanaan Program
Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI Ekslusif.
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Bupati atas usulan Tim Pembina dan Pengawas
Program Persalinan Aman, IMD dan Pemberian ASI
Ekslusif.
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diberikan secara langsung oleh Bupati atau SKPD
terkait.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
tindakan administratif yang berupa:
a. Peringatan secara lisan;
b. Peringatan secara tertulis; dan
c. Pencabutan ijin sementara atau ijin tetap.

Pasal 17

(1) Kepala Dinas Kesehatan tempat dimana pelanggaran


ditemukan, SKPD, atau institusi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
kesehatan yang mengeluarkan ijin setelah menerima
laporan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16,
membentuk tim panel yang bersifat ad hoc untuk
menindaklanjuti laporan.
(2) Tim panel sebagaimana dimkasud pada ayat (1) terdiri
dari 5 (lima) orang yang berasal dari:
a. 2 (dua) orang dari dinas kesehatan;
b. 1 (satu) orang dari organisasi profesi/asosiasi
fasilitas pelayanan kesehatan; dan
c. 2 (dua) orang unsur ahli.
(3) Tim panel dalam melaksanakan tugas dibantu oleh
sekretariat, yang bertugas:
a. Menerima dan meneliti laporan yang diajukan oleh
pelapor;
b. Mengembalikan laporan yang tidak lengkap
kepada pelapor untuk dilengkapi;
c. Mencatat dalam buku registrasi dan
menyampaikan laporan yang telah lengkap kepada
tim panel;
d. Menyiapkan bahan dan jadwal pemeriksaan bagi
tim panel; dan
e. Membuat risalah tim panel.

Pasal 18

(1) Tim panel menindaklanjuti laporan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 dengan melakukan
pemeriksaan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja
setelah laporan diterima.
(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa verifikasi, klarifikasi dan investigasi terhadap
laporan.

Pasal 19

(1) Tim panel melakukan verifikasi atas persyaratan


administrasi dan data pendukung dari laporan.
(2) Selain memenuhi persyaratan administrasi, pelapor
juga harus melengkapi laporan dengan data
pendukung yang berupa:
(3) Pemberian data pendukung laporan sebagimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan setelah
laporan terdaftar.

Pasal 20

(1) Klarifikasi terhadap laporan dilakukan untuk


memeriksa keabsahan dan kebenaran pelaporan.
(2) Klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh tim panel.

Pasal 21

(1) Dalam melakukan klarifikasi, tim panel dapat


meminta kelengkapan atas kekurangan dokumen
pengaduan kepada pelapor.
(2) Untuk kepentingan klarifikasi, pihak-pihak yang
terkait harus memberikan informasi, surat atau
dokumen yang terkait dengan peristiwa yang
dilaporkan, dan alat bukti lainnya yang diperlukan.
Pasal 22

Laporan dapat dicabut atau dibatalkan oleh pelapor


sebelum dilakukan investigasi.

Pasal 23
(1) Investigasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi
dan alat bukti yang berkaitan dengan peristiwa yang
dilaporakan.
(2) Investigasi sebagaimana dimkasud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. Kunjungan lapangan;
b. Surat menyurat; dan/atau
c. Media komunikasi lainnya.

Pasal 24

(1) Dalam melakukan investigasi, tim panel dapat


meminta informasi dan alat bukti yang berkaitan
dengan peristiwa yang dilaporakan kepada:
a. Pelapor;
b. Terlapor atau pendamping terlapor;
c. Pihak lain yang terkait.
(2) Kegiatan investigasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) harus dilakukan secara tertutup.
Pasal 25

(1) Bukti-bukti yang dapat diperoleh oleh tim panel dalam


melakukan investigasi dapat berupa:
a. Surat-surat dan/atau dokumen-dokumen;
b. Keterangan saksi-saksi;
c. Keterangan ahli; dan/atau
d. Pengakuan terlapor.
(2) Bukti-bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi tim panel,
untuk memberikan rekomendasi kepada pejabat yang
berwenang dalam memberikan sanksi atau
pemberitahuan kepada pelapor bahwa tidak ada
pelanggaran.

BAB XII
PENDANAAN

Pasal 17

Pendanaan bagi pelaksanaan Program Persalinan Aman,


IMD dan Pemberian ASI Eslusif berasal dari:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan,

KETENTUAN PENUTUP BAB XIII


KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Landak.

Ditetapkan di Ngabang
Pada tanggal 2019

BUPATI LANDAK

KAROLIN MARGRET NATASA


Diundangkan di ngabang
Pada tanggal 2019
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN LANDAK,

VINSENSIUS

Anda mungkin juga menyukai