Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH FILSAFAT ILMU

“LOGIKA DAN ANALISIS”

Diajukan untuk tugas mata kuliah filsafat ilmu

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Dr. Hamidah, M.Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

1. NADYATURRAHMI (8186172032))
2. ZULFANTRY (8186172025)

PENDIDIKAN MATEMATIKA – B2

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah filsafat ilmu dengan judul
“Logika Dan Analisis” .

Tidak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Hamidah, M. Si. yang telah
memberikan kami pengarahan untuk mempermudah kami mengerjakan makalah ini. Kami
ucapakan terimakasih kepada pihak yang telah mendukung baik berupa materi, motivasi atau
yang lainnya.

Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mohon maaf kepada ibu
dosen serta pembaca yang membaca makalah kami ini. Kami juga mengaharapkan kritik dan
saran dari berbagai pihak yang sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan makalah
ini.

Demikianlah makalah ini kami perbuat, kami mohon maaf bila makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan semoga makalah ini dapan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2018

Penulis

Kelompok 7
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................................. ii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................... 1
BAB II Pembahasan

A. Pengertian Logika..................................................................................................... 2
B. Sejarah Logika............................................................................................................3
C. Macam – macam Logika........................................................................................... 4
D. Kegunaan Logika...................................................................................................... 8
E. Pengertian dan Hakikat Analisis............................................................................... 11
BAB III Penutup

A. Kesimpulan................................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................... ......13

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
    Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti : alasannya tidak
logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis adalah masuk
akal dan tidak logis adalah sebaliknya.

Ilmu kita pelajari karena manfaat yang hendak kita ambil, lalu apakah manfaat yang
didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi keilmuan merupakan
suatu sistem yang bersifat logis, karena itu science tidak mungkin melepaskan
kepentingannya terhadap logika.

    Sebagai suatu ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan
untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah, logika lahir dari pemikir-
pemikir Yunani yaitu Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa. Dalam perkembangannya,
logika telah menarik minat dan dipelajari secara luas oleh para filosof. Logika juga menarik
minat filosof-filosof muslim sehingga menjadi pembahasan yang menarik dalam masalah
agama.

     Logika tidak mempelajari cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi pemikiran dalam
bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran
dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala
kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-
hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien dan
teratur.

  Analisis merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan kebenaran konkret


suatu proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan terutama pada forma lugasnya
(yang pada dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya (Palmquist, 2000). Jika analisis
dikategorikan sebagai metode berpikir dalam mengungkapkan pengetahuan dan
kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat serangkaian fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang digunakan untuk menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil
pemikiran. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menjelaskan setiap entitas yang dikandung
dalam ungkapan pemikiran dan perasaan manusia. Oleh karena itu sering disebutkan bahwa
analisis adalah gerbang logika.

B. Rumusan Masalah
     Logika adalah salah salah satu cabang filsafat yang mampu membantu manusia dalam
memecahkan masalahnya. Pembahasan filsafat amat luas dan kompleks sehingga
menimbulkan beberapa pertanyaan sebagai berikut :

1. Apakah arti dari logika sebagai salah satu cabang dalam filsafat?
2. Bagaimana sejarah terlahirnya logika dalam filsafat?
3. Apa macam-macam dari logika?
4. Apakah fungsi logika dalam filsafat ilmu?
5. Apakah kegunaan logika dalam kehidupan sehari-hari?
6. Apakah arti dari analisis dalam perspektif filsafat?
7. Apakah fungsi analisis dalam filsafat ilmu?

BAB II
PEMBAHASAN

1. Logika
A. Pengertian Logika
Dalam filsafat ilmu, logika sangat dibutuhkan untuk menjelaskan dan memahami
sebuah gejala keilmuan. Hadiatmaja dan Kuswa Endah  melalui Suwardi Endraswara (2012:
174) menyatakan bahwa logika adalah cabang filsafat umum yang membicarakan masalah
berpikir tepat, yaitu mengikuti kaidah-kaidah berpikir yang logis.     
Logika berasal dari kata Yunani yaitu “logos” yang berarti ucapan, kata, akal budi,
dan ilmu (Suwardi Endraswara, 2012: 173). Secara leksikal, Oxford Advanced Learner’s
Dictionary mendefinisikan logika sebagai (1) the science of thinking about or explaining the
reasons for something, (2) a particular method or system of reasoning, dan (3) a way of
thinking or explaining something, whether right or wrong. Hal senada juga ditegaskan oleh
Karomani (2009: 14) yang mendefinisikan logika sebagai suatu kajian tentang bagaimana
seseorang mampu untuk berpikir dengan lurus. Oleh karena itu logika terkait erat dengan hal-
hal seperti pengertian, putusan, penyimpulan, silogisme.
   Logika sebagai ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran
yang ditinjau dari segi ketepatannya. Penalaran adalah proses pemikiran manusia yang
berusaha tiba pada pernyataan baru yang merupakan kelanjutan runtut dari pernyataan lain
yang telah diketahui (Premis) yang nanti akan diturunkan kesimpulan.
   Logika juga merupakan suatu ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum
pemikiran dalam praktek, hal ini yang menyebabkan logika disebut dengan filsafat yang
praktis. Dalam proses pemikiran, terjadi pertimbamgan, menguraikan, membandingkan dan
menghubungkan pengertian yang satu dengan yang lain. Penyelidikan logika tidak dilakukan
dengan sembarang berpikir. Logika berpikir dipandang dari sudut kelurusan atau
ketepatannya. Suatu pemikiran logika akan disebut lurus apabila pemikiran itu sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan yang sudah ditetapkan dalam logika. Dari semua hal yang telah
dijelaskan tersebut dapat menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pedoman atau
pegangan untuk berpikir.

B. Sejarah Logika
        Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. Thales mengatakan bahwa air
adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales
telah mengenalkan logika induktif.
    Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut
logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. Sejak saat Thales
sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis
beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam
bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
   Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin
Lyceum, melanjutkan pengembangn logika. Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan
oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi
pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis
yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.
    Kaum Sofis, Socrates, dan Plato tercatat sebagai tokoh-tokoh yang ikut merintis
lahirnya logika. Logika lahir sebagai ilmu atas jasa Aristoteles, Theoprostus dan Kaum Stoa.
Logika dikembangkan secara progresif oleh bangsa Arab dan kaum muslimin pada abad II
Hijriyah. Logika menjadi bagian yang menarik perhatian dalam perkembangan kebudayaan
Islam. Namun juga mendapat reaksi yang berbeda-beda, sebagai contoh Ibnu Salah dan Imam
Nawawi menghukumi haram mempelajari logika, Al-Ghazali menganjurkan dan menganggap
baik, sedangkan Jumhur Ulama membolehkan bagi orang-orang yang cukup akalnya dan
kokoh imannya. Filosof Al-Kindi mempelajari dan menyelidiki logika Yunani secara khusus
dan studi ini dilakukan lebih mendalam oleh Al-Farabi.
    Selanjutnya logika mengalami masa dekadensi yang panjang. Logika menjadi sangat
dangkal dan sederhana sekali. Pada masa itu digunakan buku-buku logika seperti Isagoge
dari Porphirius, Fonts Scientie dari John Damascenus, buku-buku komentar logika dari
Bothius, dan sistematika logika dari Thomas Aquinas. Semua berangkat dan mengembangkan
logika Aristoteles.
    Pada abad XIII sampai dengan abad XV muncul Petrus Hispanus, Roger Bacon,
Raymundus Lullus, Wilhelm Ocham menyusun logika yang sangat berbeda dengan logika
Aristoteles yang kemudian kita kenal sebagai logika modern. Raymundus Lullus
mengembangkan metoda Ars Magna, semacam aljabar pengertian dengan maksud
membuktikan kebenaran - kebenaran tertinggi. Francis Bacon mengembangkan metoda
induktif dalam bukunya Novum Organum Scientiarum . W.Leibniz menyusun logika aljabar
untuk menyederhanakan pekerjaan akal serta memberi kepastian. Emanuel Kant menemukan
Logika Transendental yaitu logika yang menyelediki bentuk-bentuk pemikiran yang
mengatasi batas pengalaman. Selain itu George Boole (yang mengembangkan aljabar
Boolean), Bertrand Russel, dan G. Frege tercatat sebagai tokoh-tokoh yang berjasa dalam
mengembangkan Logika Modern. Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti
De Interpretatione, Eisagoge oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan. Thomas
Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

 Petrus Hispanus 1210 - 1278)


 Roger Bacon 1214-1292
 Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
 William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh


Thomas Hobbes (1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam
An Essay Concrning Human Understanding. Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan
logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills
(1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam bukunya
System of Logic.
Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:
 Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars
Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan
akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
 George Boole (1815-1864)
 John Venn (1834-1923)
 Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirce’s Law) yang menafsirkan logika selaku teori
umum mengenai tanda (general theory of signs).
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 - 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

C. Macam - Macam Logika


         Setelah mempelajari tentang filsafat ilmu lebih mendalam lagi, ternyata didalamnya
terdapat banyak sekali materi yang disajikan. Yang salah satunya adalah tentang logika, dan
logika sendiri dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Logika Alamiah

Logika Alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum mendapat pengaruh-pengaruh dari luar, yakni keinginan-keinginan dan
kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Yang mana logika alamiah manusia ini ada
sejak manusia dilahirkan. Dan dapat disimpulkan pula bahwa logika alamiah ini sifatnya
masih murni.

2. Logika Ilmiah

Lain halnya dengan logika alamiah, logika ilmiah ini menjadi ilmu khusus yang
merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Dengan adanya
pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih
mudah dan lebih aman. Logika ilmiah ini juga dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan
atau setidaknya dapat dikurangi. Sasaran dari logika ilmiah ini adalah untuk memperhalus
dan mempertajam pikiran dan akal budi.

D. Logika Sebagai Cabang Filsafat


Filsafat adalah kegiatan / hasil pemikiran /permenungan yang menyelidiki sekaligus
mendasari segala sesuatu yang berfokus pasa makna dibalik kenyataan atau teori yang ada
untuk disusun dalam sebuah system pengetahuan rasional.

Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya
filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-
pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain
dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.Logika digunakan untuk melakukan
pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara
tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang
matematika.

Logika sebagai cabang filsafat adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan. Menurut Louis O.
Kattsoff, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
tentang penarikan kesimpulan.

Logika bisa menjadi suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti :


Adakah metode yang dapat digunakan untuk meneliti kekeliruan pendapat? Apakah yang
dimaksud pendapat yang benar? Apa yang membedakan antara alasan yang benar dengan
alasan yang salah? Filsafat logika ini merupakan cabang yang timbul dari persoalan tentang
penyimpulan.

E. Kegunaan Logika
        Logika membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak,
manusia mendasarkan diri atas prinsip ini. Logika menyampaikan kepada berpikir benar,
lepas dari berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseoranng, karena itu ia mendidik
manusia bersikap obyektif, tegas, dan berani, suatu sikap yang dibutuhkan dalam segala
suasana dan tempat. Selain hubungannya erat dengan filsafat dan matematik, logika dewasa
ini juga telah mengembangkan berbagai metode logis (logical methods) yang banyak sekali
pemakaiannya dalam ilmu-ilmu, sebagai misal metode yang umumnya pertama dipakai oleh
suatu ilmu.

     Selain itu logika modern (terutama logika perlambang) dengan berbagai pengertian yang
cermat, lambang yang abstrak dan aturan-aturan yang diformalkan untuk keperluan penalaran
yang betul tidak saja dapat menangani perbincangan-perbincangan yang rumit dalam suatu
bidang ilmu, melainkan ternyata juga mempunyai penerapan. Misalnya dalam penyusunan
program komputer dan pengaturan arus listrik, yang tidak bersangkutan dengan argumen.

Pengertian ilmu logika secara umum adalah ilmu yang mempelajari aturan-aturan berpikir
benar. Jadi dalam logika kita mempelajari bagaimana sistematika atau aturan-aturan berpikir
benar. Subjek inti ilmu logika adalah definisi dan argumentasi. Yang selanjutnya
dikembangkan dalam bentuk silogisme.

     Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kegunaan logika adalah sebagai berikut:

 Membantu setiap orang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap,                     
 Tertib, metodis, dan koheren atau untuk menjaga kita supaya selalu berpikir benar.
 Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
 Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
 Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-
asas              sistematis.                                               
 Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir
kekeliruan serta kesesatan.
 Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
 Sebagai ilmu alat dalam mempelajari ilmu apapun, termasuk filsafat.

Karena yang dipelajari dalam ilmu logika hanyalah berupa aturan-aturan berpikir
benar maka tidak otomatis seseorang yang belajar logika akan menjadi orang yang selalu
benar dalam berpikir. Itu semua tergantung seperti apa dia menerapkan aturan-aturan berpikir
itu, disiplin atau tidak dalam menggunakan aturan-aturan itu, sering berlatih, dan tentu saja
punya tekad dalam kebenaran.

Kegunaan dari kita belajar logika adalah daya analisis kita semakin bertambah dan dimana
apabila ada suatu masalah, kita dapat mengambil keputusan dengan benar. Disamping itu
belajar logika juga sangat bermanfaat dalam manajemen waktu, dan juga logika merupakan
dasar ilmu psikologi yang paling mendasar. Intinya dengan belajar logika kemampuan
berpikir dan daya analisis kita semakin berkembang.
2. Analisis
A. Pengertian dan Hakikat Analisis
Secara etimologis, kata “analisis‟ yang dalam bahasa Inggris “analysis‟ berasal dari
leksem bahasa Yunani analyein (gabungan morfem ana- dan lyein) berarti “melonggarkan”
atau “memisahkan” (memisahkan keseluruhan menjadi bagian-bagian). Dalam kamus
Meriam-Webster (2009: CD-ROM version), kata “analisis” memiliki beberapa dimensi
makna. Dua di antaranya yang berkaitan dengan filsafat dimaknai dengan “a method in
philosophy of resolving complex expressions into simpler or more basic ones” (metode dalam
filsafat yang menguraikan ungkapan yang rumit ke dalam bentuk yang lebih sederhana atau
yang lebih mudah) dan “clarification of an expression by an elucidation of its use in
discourse” (klarifikasi ungkapan dengan cara menjelaskan penggunaannya dalam wacana).
Selain itu, dalam konteks kebahasaan, “analisis” dimaknai sebagai penyederhanaan bentuk
kata dengan memisahkan akar kata dari imbuhannya sebagai salah satu metode bedah bahasa.
Istilah “analisis” menurut Kallsaff (2004) adalah “perincian”. Selanjutnya ditegaskan
oleh Kallsaff, bahwa di dalam filsafat analisis berarti perincian istilah-istilah atau pernyataan-
pernyataan ke dalam bagian-bagiannya sedemikian rupa sehingga kita dapat melakukan
pemeriksaan atas makna yang dikandungnya. Dalam perspektif lain “analisis” merupakan
kemampuan mengidentifikasi, memisahkan, dan membedakan komponen-komponen atau
elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis, atau kesimpulan, dan memeriksa
setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi. Dalam tingkat ini
seseorang diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara
membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip, atau prosedur yang telah
ditentukan.. Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah: membedakan dan
mendiskriminasikan, mendiagramkan, memilih, memisahkan, membagi-bagikan,
mengilustrasikan, mengklasifikasikan.
Analisis merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan kebenaran konkret suatu
proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan terutama pada forma lugasnya (yang
pada dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya (Palmquist, 2000). Jika analisis
dikategorikan sebagai metode berpikir dalam mengungkapkan pengetahuan dan
kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat serangkaian fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang digunakan untuk menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil
pemikiran. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menjelaskan setiap entitas yang dikandung
dalam ungkapan pemikiran dan perasaan manusia.
Dalam filsafat analitik (positivisme), “analisis” menurut Muhadjir (2007) berarti
menguraikan segala sesuatu sampai unit sekecil mungkin. Di sisi lain, dirumuskan oleh
Russel (1997) dengan pernyataan:
Dalam percobaan yang dilakukan secara serius, tidaklah selayaknya kita tempuh dengan
menggunakan bahasa biasa, sebab susunan bahasa biasa itu selain buruk, juga bermakna
ganda. Oleh karena itu saya bermaksud meyakinkan bahwa sikap bersikeras atau kepala batu
untuk tetap menggunakan bahasa biasa dalam mengungkapkan pemikiran kita adalah
penghalang besar bagi kemajuan filsafat.
Oleh sebab itu, tidak heran jika Russel menentukan titik tolak pemikirannya berdasarkan
bahasa logika. Hal ini terjadi karena ia berkeyakinan bahwa teknik analisis yang didasarkan
pada bahasa logika itu dapat menjelaskan struktur bahasa dan struktur realitas. Hal ini relevan
dengan anggapan Descartes (dalam Honer dan Hunt, 2006) bahwa pengetahuan memang
dihadirkan oleh indra, tetapi karena dia mengakui bahwa indra itu bisa menyesatkan (seperti
dalam mimpi dan khayalan), maka dia terpaksa mengambil kesimpulan bahwa data keindraan
tidak dapat diandalkan.
Analisis logis mengandung pengertian, suatu upaya untuk mengajukan alasan apriori
yang tepat bagi pernyataan. Dengan cara yang demikian, Russel (1997) menerapkan teknik
analisis bahasa untuk memecahkan masalah filsafat. Akan tetapi, Russel lebih mendahulukan
analisis logis daripada sintesis logis, karena teori yang terlalu empirik (didasarkan atas fakta)
tidak dapat menjangkau hal-hal yang bersifat universal. Ia memperkenalkan istilah data
indrawi untuk hal-hal seperti warna, bau, kekerasan, kekasaran, dan seterusnya dan
mengundang kesadaran kita dengan sense datum a (of?) sensation (sensasi akan data indra).
Russel membedakan antara apa yang disebutnya dengan pengetahuan dan pengenalan, serta
pengetahuan dan deskripsi. Ia berargumen bahwa kita tidak secara langsung berkenalan
dengan objek-objek fisik tetapi menyimpulkan objek-objek seperti meja, pohon, anjing,
rumah, dan orang-orang dari data indrawi. Kesulitannya di sini ialah bagaimana inferensi
dibuat dari data indrawi untuk sebuah entitas yang memenuhi penjelasan common sense
tentang objek fisik. Bagi Russel kebenaran bersifat logis dan matematik yang diungkapkan
dalam analisis logis “meyakinkan kita untuk mengakui keperiadaan sifat-sifat „universal‟
yang tak terubahkan, padahal banyak teori yang bersifat empirik murni tidak dapat
mempertanggungjawabkan hal seperti itu.
Sejalan dengan pandangan Russel, kritikus kaum empirik menunjukkan bahwa fakta
tidak mempunyai apa pun yang bersifat pasti. Fakta itu sendiri tidak menujukkan hubungan di
antara mereka dan pengamat yang netral. Jika dianalisis secara kritis maka ”pengalaman”
merupakan pengertian yang terlalu samar untuk dijadikan dasar bagi sebuah teori
pengetahuan yang sistematis (Honer dan Hunt, 2006).
Merujuk pada penjelasan di atas, analisis pada akhirnya dimaknai sebagai kegiatan
berpikir yang melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pernyataanpernyataan ke
dalam bagian-bagiannya agar dapat menangkap makna yang dikandungnya atau memahami
komponen terlebih dahulu kemudian menguraikan komponen. Berkaitan dengan itu,
penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis
dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran
yang bersangkutan. Jadi tidak salah kalau ada yang menyatakan bahwa analisis adalah
gerbang logika.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa logika berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata logos berarti perkataan atau sabda. Secara umum logika adalah
ilmu yang mempelajari metode dan hukum hukum yang digunakan untuk membedakan
penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika ini dimulai dari tahun 624 SM sampai
548 SM oleh Thales yang disebut sebagai Bapak Filsafat kemudian dikembangkan kembali
oleh Aristoteles dengan mengenalkan logika sebagai ilmu. Logika terbagi menjadi dua
macam yaitu : logika alamiah dan logika ilmiah. Dalam perkembangannya logika juga
disebut sebagai cabang filsafat. Logika sangat berguna bagi kehidupan manusia untuk
berpikir lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan.

Analisis merupakan bentuk kegiatan logika yang menyarikan kebenaran konkret suatu
proposisi, dan memusatkan perhatian mula-mula dan terutama pada forma lugasnya (yang
pada dasarnya matematis), yaitu nilai kebenarannya (Palmquist, 2000). Jika analisis
dikategorikan sebagai metode berpikir dalam mengungkapkan pengetahuan dan
kebijaksanaan, maka tentu di dalamnya terdapat serangkaian fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang digunakan untuk menguraikan ataupun menyederhanakan ungkapan atau hasil
pemikiran. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya menjelaskan setiap entitas yang dikandung
dalam ungkapan pemikiran dan perasaan manusia.

B. Saran
       Logika sebagai cabang dalam filsafat ilmu menuntun kita untuk berpikir benar dan tidak
salah dalam mengambil keputusan. Selain itu berpikir secara logika mampu melatih kita
untuk berpikir secara lurus, efisien, tepat dan teratur demi mendapatkan kebenaran dan
menghindari kekeliruan dalam pemecahan suatu masalah.
DAFTAR PUSTAKA

Basman. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gusepa. Depdiknas.2007.


Kamus Besar Bahasa  Indonesia Pusat Bahasa.Edisi III.  Jakarta: Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu, Konsep, Sejarah, dan Pengembangan Metode
Ilmiah. Yogyakarta: PT. Buku Seru.

Muhadjir, Noeng. 2011. Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemologi, Axiologi First Order, Second
Order & Third Order of Logics dan Mixing Paradigms Implementasi Methodologik
(Edisi IV). Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin.

Muhadjir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.

Jogyakarta: Rake Sarasin.

Palmquist, S. 2000. The Tree of Philosophy: A course of introductory lectures for beginning

students of philosophy (Enlarged fourth edition, with Glossary and eight new l
ectures). Hong Kong: Philosophy Press, Hong Kong .

Russel, B. 1997. The Problems of Philosophy. New York: Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai