Manajemen Kinerja-1
Manajemen Kinerja-1
A. Penilaian Kinerja
Sumber daya insani merupakan bagian penting bagi peningkatan kinerja perusahaan.
Akan tetapi, setiap karyawan memiliki keunggulan masing-masing sehingga perusahaan perlu
melakukan penilaian terhadap kinerja untuk mengukur kekuatan dan kelemahan setiap
karyawan. Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang berarti energi manusia
jika dikinetikkan atau diperkerjakan akan menghasilkan output kerja. Kinerja atau performance
merupakan rekaman keluaran pelaksanaan dimensi-dimensi atau fungsi-fungsi pekerjaan
dalam waktu tertentu.
Kinerja menurut Simamora (2004) merupakan hasil kerja yang dicapai seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal,
tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja antara satu pekerjaan
dengan pekerjaan yang lain akan berbeda karena suatu pekerjaan terdiri dari sejumlah fungsi
pekerjaan. Contohnya, seorang teller bank dalam satu hari dapat melayani sepuluh nasabah
yang mentransfer uang, tiga nasabah membuka rekening, dan lima nasabah mendepositokan
tabungan. Output dari teller bank tersebut disebut dengan kinerja. Perusahaan harus dapat
melakukan penilaian untuk mengetahuai tingkat keberhasilan karyawannya dalam
menyelesaikan pekerjaanya.
Penilaian kinerja memiliki beberapa istilah yang sering digunakan yaitu, performance
appraisal, performance evaluation, dan performance review. Penilaiam kinerja merupakan
proses dimana organisasi mendapatkan informasi tentang seberapa baik seorang karyawan
melakukan pekerjaannya. Penilaian kinerja juga berarti melakukan evaluasi terhadap kinerja
karyawan pada saat ini dibandingkan dengan standar kinerjanya. Hal ini bermanfaat untuk
mengukur tingkat keluaran pekerjaan seorang karyawan dibandingkan dengan karyawan
lainnya. Dengan demikian dapat diketahui nilai/ value seorang karyawan, seberapa
berpengaruh karyawan pada perusahaan. Wirawan (2015) menyebutkan terdapat beberapa
dimensi dalam penilaian kinerja, yaitu:
a. Proses
Evaluasi kinerja merupakan suatu proses yang dilakukan penilai dalam mengamati, mencatat
dan memberikan penilaian dari karyawan. Dalam melakukan tugasnya, penilai mengamati hasil
pekerjaan karyawan, bagaimana karyawan melakukan pekerjaannya, dan bagaimana perilaku
yang ditunjukkan karyawan dalam bekerja. Bahkan, penilai juga mengamati bagaimana sikap
atau sifat pribadi karyawan di dalam lingkungan kerja. Dengan demikian, evaluasi kinerja
dilaksanakan secara sistematik dan akurat karena dilakukan pencatatan, sehingga hasilnya
dapat dipertanggungjawabkan.
b. Penilai
Dalam evaluasi kinerja terdapat penilai yang bisa terdiri dari berbagai macam jabatan dan
diberi wewenang oleh pimpinan perusahaan untuk memberikan penilaian. Terdapat beberapa
kategori penilai, diantaranya:
1) Atasan Langsung. Berdasarkan hierarkinya, penilai yang paling utama dalam evaluasi
kinerja adalah atasan langsung yang membawahi karyawan. Atasan langsung ini terdiri
dari berbagai jabatan, bisa berupa manajer, mandor, kepala seksi, kepala divisi, kepala
bidang, supervisor atau ketua kelompok kerja.
2) Pimpinan dari atasan langsung. Selain penilaian yang diberikan atasan langsung,
karyawan juga memperoleh penilaian dari pimpinan dari atasan langsung. Manfaat
penilaian berjenjang seperti ini untuk menjaga kualitas penilaian. Ketika karyawan tidak
puas dengan penilaian yang diberikan oleh atasan langsung, dapat menyampaikan kepada
Pimpinan dari atasan langsung / banding atas penilaian kinerjanya.
Contoh Pimpinan dari atasan langsung: Top level manajer, Kepala Bidang, Supervisor
3) Rekan kerja (Peer review). Penilaian juga dapat dilakukan oleh rekan sejawat yang
melaksanakan pekerjaan yang sama, atau dari golongan yang sama, atau dari tingkat
jabatan yang sama. Misalnya karyawan pabrik divisi packaging melakukan penilaian
kepada rekan sejawatnya di satu divisi tersebut. Penilaian yang dilakukan oleh rekan
kerja / rekan sejawat dapat melibatkan satu atau lebih rekan kerja untuk melakukan
penilaian. Begitu pula sebaliknya, satu karyawan bisa melakukan penilaian kinerja
terhadap satu atau lebih rekan sejawatnya.
Rekan
sejawat 2
Rekan Rekan
Karyawan
sejawat 1 Sejawat 3
Rekan
Sejawat 4
4) Bawahan. Seorang bawahan juga memiliki hak untuk menilai atasannya. Penilaian dari
bawahan tersebut akan menambah kualitas hasil evaluasi penilaian, terutama dari sisi
keadilan. Atasan berhak menilai bawahan, begitu pun sebaliknya, bawahan dapat
melakukan penilaian kepada atasannya. Harapannya setiap penilaian yang dilakukan,
dapat dipertanggungjawabkan, dengan penuh pertimbangan. Contohnya Dosen dapat
memberikan nilai kepada mahasiswanya. Tiap akhir semester, mahasiswa juga berhak
memberikan penilaian kepada Dosennya tersebut.
5) Pelanggan. Untuk terus melakukan perbaikan, suatu perusahaan perlu mendengar
penilaian dari pelanggan atas layanan yang diberikan. Dengan menyediakan fasilitas
yang dapat menerima penilaian pelanggan, bisa melalui pengisian formulir secara
langsung, memberikan rate bintang ulasan, menekan tombol puas atau tidak puas setelah
selesai pemberian suatu layanan. Penilaian dari pelanggan juga dapat menjadi
pertimbangan dalam evaluasi penilaian atas kinerja pegawai frontliner, teller, sales
person, customer service atau karyawan lain yang bersinggungan langsung dengan para
pelanggan.
6) Pakar/konsultan. Beberapa pekerjaan atau proyek tertentu, memerlukan penilaian dari
ahlinya atau pakarnya. Penilaian semacam ini memerlukan keahlian khusus atau skill
tertentu. Sebagai contoh, untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan dilakukan audit
oleh Kantor Akuntan Publik / Tim Auditor Independen. Untuk memeriksa kelayakan
sebuah pembangunan / standar pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh para pekerja
konstruksi, terdapat Tim Quality Assurance.
7) Tim penilai. Dalam sebuah perusahaan, untuk menjaga objektivitas penilaian, tidak
jarang dibentuk sebuah tim penilai. Perusahaan akan membentuk tim penilaian yang
terdiri dari beberapa orang yang berwenang untuk memberikan penilaian.
8) 360 derajat balikan (360 degree feedback, multirater feedback, multisource feedback,
multi source assessment). Sesuai dengan judulnya, penilaian ini melibatkan seluruh pihak
untuk melakukan penilaian kinerja, dari atasan, pimpinan atasan langsung, bawahan,
rekan sejawat, pihak-pihak lain yang diberikan kewenangan untuk melakukan penilaian
dan penilaian dari diri sendiri. Penilaian 360 derajat balikan tidak hanya melibatkan
internal perusahaan, namun dapat melibatkan dari pihak-pihak eksternal yang terkait
misalnya pelanggan atau pemasok.
Untuk mencapai tujuan perusahaan yang berupa memaksimalkan profit, setiap komponen
di dalam perusahaan harus dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Ketika seluruh
karyawan perusahaan dapat bekerja sesuai dengan target kinerja yang disepakati, bahkan
melebihi target kinerjanya maka perusahaan dapat mencapai tujuannya. Untuk itulah evaluasi
kinerja memiliki peran yang penting dalam suatu perusahaan. Fungsi dan tujuan evaluasi
kinerja diantaranya:
a. Umpan Balik (Feedback). Perusahaan dapat menggunakan hasil dari evaluasi kinerja
untuk memberikan umpan balik, apakah target perusahaan dapat tercapai dengan kinerja
karyawan saat ini? Perlukan menambah man power, atau menambah jam kerja karyawan?
Dengan informasi hasil evaluasi kinerja perusahaan dapat lebih adaptif menyesuaikan
strategi dalam mencapai tujuan. Dari sisi karyawan, evaluasi kinerja dapat memberikan
informasi kekurangan atau kelebihan dari kinerjanya selama ini. Dengan demikian,
karyawan dapat mengetahui posisi capaian kinerja saat ini dibandingkan dengan target
kinerja yang telah ditetapkan. Dengan mengetahui kekurangan saat evaluasi kinerja,
karyawan masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki sampai dengan akhir tahun.
b. Pengambilan keputusan. Evaluasi kinerja membawa konsekuensi bagi para karyawan.
Terdapat dua hasil dari evaluasi kinerja, karyawan yang memiliki kinerja baik (di atas
standar kinerja) dan karyawan yang memiliki kinerja buruk (di bawah standar kinerja).
Jika memenuhi standar kinerja, maka karyawan dapat memperoleh penghargaan yang
dapat berupa kenaikan gaji, mendapatkan bonus, kenaikan pangkat atau jabatan. Namun
bila karyawan kinerjanya di bawah standar, maka perusahaan dapat menurunkan gaji atau
mendaftarkan karyawan tersebut dalam program pelatihan.
c. Perampingan / pemutusan hubungan kerja. Dalam berbisnis, perusahaan dapat
menghasilkan profit atau kerugian. Ketika pandemi melanda tahun 2020 dan 2021, banyak
perusahaan gulung tikar dan memutuskan untuk mengurangi tenaga kerja. Evaluasi kinerja
dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan pegawai yang akan
dirumahkan atau dipertahankan.
d. Perbaikan kinerja. Dalam evaluasi kinerja, karyawan akan mengetahui hasil penilaian
kinerja yang berupa kekurangan maupun kelebihan yang dimiliki. Kekurangan karyawan
perlu di perbaiki agar karyawan dapat berkembang ke arah yang lebih baik dan kinerjanya
semakin baik.
e. Memotivasi. Evaluasi kinerja dapat memicu persaingan di antara para karyawan. Tentu
sudah menjadi tugas perusahaan menciptakan iklim persaingan yang sehat sehingga
memacu para karyawan untuk memberikan kinerja terbaik bagi perusahaan. Pemberian
reward / penghargaan bagi karyawan dengan kinerja terbaik dapat memberikan efek yang
baik kepada individu karyawan maupun pada rekan sejawat, karena karyawan akan merasa
dihargai oleh perusahaan sehingga rasa memiliki / sense of belonging serta kepuasan
karyawan terhadap perusahaan meningkat.
f. Menetapkan tujuan. Tujuan yang akan di capai oleh masing-masing karyawan harus jelas
dan dapat dimengerti serta diinformasikan kepada karyawan. Tujuan tersebut hendaknya
menantang namun dapat di capai sehingga membuat grafik kinerja karyawan terus
meningkat. Evaluasi kinerja bermanfaat untuk memastikan agar setiap karyawan
memahami tujuan yang ingin di capai dengan cara yang seefektif dan seefisien mungkin.
g. Pendampingan. Evaluasi kinerja dapat mengidentifikasi para karyawan yang berkinerja di
bawah standar. Ini merupakan warning bagi para atasan untuk mengetahui penyebab
kinerja bawahan di bawah standar, merumuskan solusi dan memberikan konseling kepada
karyawan agar kinerjanya membaik.
h. Bonus atau kompensasi. Pemberian bonus bagi karyawan berdasarkan kinerja yang
dilakukan. Pemberian bonus / kompensasi yang sama tidak akan memberikan efek optimal
bagi tujuan perusahaan. Karyawan yang sama-sama bekerja dari pukul 07.30 WIB sampai
dengan pukul 17.00 WIB belum tentu menghasilkan output kinerja yang sama. Agar lebih
adil, karyawan yang memiliki hasil kinerja yang lebih baik hendaknya mendapatkan bonus
atau nilai kompensasi yang lebih besar di banding karyawan yang tidak memenuhi target
standar kinerja.
i. Pelatihan. Evaluasi kinerja juga mendorong para atasan untuk mengetahui karyawannya.
Knowing your employee menjadi begitu penting karena atasan dapat memberikan
konseling atau saran jika karyawan menemui masalah yang menyebabkan kinerjanya
menurun. Evaluasi kinerja juga akan menemukan kelemahan karyawan yang perlu
ditingkatkan, dengan melakukan pelatihan atau memberikan contoh bagaimana pekerjaan
tersebut dilakukan / how it is done. Dengan demikian, atasan dapat menjadi tempat
bertanya dan mentor yang baik bagi para karyawan, tentunya dengan menunjukkan sikap
dan perilaku yang baik di lingkungan kerja maupun dalam kehidupan pribadi.
j. Perencanaan SDM. Perusahaan akan terus berkembang, sehingga dalam perjalanannya
memerlukan talenta yang sesuai kebutuhan perusahaan. Evaluasi kinerja dapat
memberikan informasi kriteria karyawan yang dibutuhkan perusahaan di masa depan.
Dengan melalui berbagai saringan yang ketat, perusahaan dapat mendapatkan the right
man on the right place, dimana karyawan tersebut merupakan the best candidate, karena
mampu bertahan sesuai kriteria yang diinginkan oleh perusahaan.
k. Kebutuhan pelatihan. Evaluasi kinerja dapat memberikan informasi kelemahan dari sisi
skill teknis atau kompetensi yang dimiliki karyawan sehingga perusahaan dapat
merumuskan pelatihan yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan atau untuk
mengembangkan kemampuan karyawan. Pelatihan dapat diberikan kepada atasan, kepada
para pegawai dan dapat pula dilakukan oleh rekan sejawat dengan transfer of knowledge.
l. Perekrutan pegawai. Seiring berjalannya perusahaan, akan dibutuhkan karyawan-
karyawan baru untuk menggantikan karyawan lama karena pensiun atau karena
perusahaan berniat untuk mengembangkan sayap perusahaan. Evaluasi kinerja dapat
memberikan informasi berapa banyak karyawan yang harus direkrut oleh perusahaan,
kompetensi apa yang dibutuhkan, apakah lulusan sma, lulusan sarjana, disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan. Evaluasi kinerja juga dapat memetakan bagaimana kinerja
karyawan baru dengan karyawan yang sudah senior, informasi tersebut akan berguna
untuk merumuskan kriteria perekrutan pegawai di masa yang akan datang.
m. Legal. Setiap keputusan perusahaan akan memberikan dampak baik secara langsung
maupun tidak langsung bagi perusahaan. Misalnya tindakan perusahaan untuk pemutusan
hubungan kerja, penolakan promosi atau mutasi ke unit yang lain yang tidak sesuai dengan
keinginan karyawan dapat menimbulkan gugatan hukum. Hasil dari evaluasi kinerja dapat
menjadi alasan perusahaan untuk melawan gugatan hukum dari karyawan yang tidak puas
terhadap keputusan perusahaan.
n. Perbaikan kinerja. Tujuan utama dari evaluasi kinerja adalah perbaikan kinerja seluruh
komponen perusahaan untuk mencapai goals nya. Perusahaan memastikan bahwa harapan
dan keinginan perusahaan tersampaikan ke seluruh karyawan. Dengan demikian, ketika
setiap individu karyawan dapat bekerja dengan baik dan memenuhi harapan, maka dapat
dipastikan company goals akan tercapai. Dengan menjamin keberhasilan di tiap unit yang
terkecil maka perusahaan menjamin bahwa tujuannya akan terpenuhi.
Penilaian kinerja merupakan salah satu alat dalam manajemen kinerja yang digunakan
untuk mengukur hasil dari manajemen kinerja. Sedangkan manajemen kinerja atau
performance management merupakan proses sistematis dimana organisasi melibatkan
karyawannya dalam mencapai misi dan tujuan organisasinya. Manajemen kinerja merupakan
suatu proses konsolidasi penetapan tujuan, penilaian, dan pengembangan kinerja ke dalam
suatu sistem tunggal bersama yang bertujuan memastikan kinerja karyawan mendukung tujuan
strategis perusahaan (Dessler, 2011). Misalnya, seorang manajer mengarahkan karyawan untuk
bisa bekerja sesuai prosedur, mengerti tujuan dan hasil yang akan di capai oleh karyawan,
mengembangkan kemampuan karyawan sesuai potensinya, serta mengevaluasi kinerja
karyawan dan memberikan penghargaan atau hukuman pada karyawan sehingga dapat memicu
karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Terdapat perbedaan antara penilaian kinerja
dengan manajemen kinerja (Wirawan, 2015).
Tabel 8.1 Perbedaan Penilaiam kinerja dan Manajemen Kinerja
1. Operasional 1. Strategik
2. Tujuan jangka pendek hingga menengah 2. Tujuan jangka panjang
3. Melihat kebelakang 3. Melihat ke depan
4. Episodik 4. Konstan
5. Sistem 5. Proses
6. Terisolasi dari kebutuhan bisnis 6. Terintegrasi
7. Manajemen berdasarkan komando 7. Manajemen berdasarkan kesepakatan
8. Individual 8. Holistik/ menyeluruh
9. Hanya dimiliki manajer SDI 9. Dimiliki semua manajer
10. Kaku dan kurang fleksibel 10. Fleksibel dan dapat diadaptasi
11. Memfokuskan pada kesalahan dan 11. Memfokuskan pada pertumbuhan
perilaku menyimpang individual
12. Birokratik dan supervisial 12. Praktis dan efektif
13. Memfokuskan aspek kinerja kuantitatif 13. Fokus pada aspek kinerja kualitatif
14. Dikaitkan dengan imbalan finansial 14. Dapat dikaitkan dengan imbalan total
(ability) atau kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan,
dimana kemampuan tersebut ditentukan oleh faktor intelektual dan fisik. Kompetensi individu
memiliki peranan yang sangat penting dalam efektivitas pelaksanaan tugas-tugas pekerjaan
atau profesinya. Menurut Jack Gordon (1998), ada 6 aspek yang terkandung dalam konsep
kompetensi, yaitu sebagai berikut:
Pada gambar terlihat bahwa gunung es terdapat dua sisi, yaitu sisi diatas permukaan air
dan sisi dibawah permukaan air. Seperti analoginya, sisi bagian atas begitu mudah kita lihat,
namun untuk melihat sisi dibawah permukaan air maka membutuhkan suatu usaha khusus
untuk melihatnya.
Kinerja karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dihasilkan oleh
karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan.
Pengaruh kinerja karyawan sangatlah berdampak bagi perusahaan atau organisasi. Mengapa
tidak? Pengaruh kinerja karyawan ini sangat berdampak pada maju mundurnya suatu
perusahaan atau organisasi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan:
Ada tiga aspek yang dapat dinilai untuk mengukur kinerja seseorang:
Metode atau teknik untuk melakukan penilaian terhadap kinerja dapat digunakan
dengan pendekatan yang berorientasi pada masa lalu dan masa depan. Ada beberapa teknik
yang dapat digunakan akan tetapi dari teknik-teknik tersebut tidak ada yang sempurna karena
semua memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam program penilaian kinerja:
1. Tujuan penilaian.
Tujuan penilaian harus ditetapkan sebagai acuan dari program penilaian.
2. Instrumen penilaian.
Instrumen penilaian harus memperhatikan:
• Teknik yang digunakan harus sesuai dengan tujuan perusahaan
• Kualitas instrumen harus memnuhi unsur: kesesuaian strategis (sejauh apa sistem
manajemen kinerja menampilkan kinerja pekerjaan yang sesuai dengan strategi,
sasaran, dan budaya organisasi), keabsahan / validity (sejauh apa ukuran kinerja
menilai seluruh dan hanya aspek-aspek kinerja yang penting), keandalan / reliability
(keadaan ukuran kinerja yang tidak berubah-ubah, sejauh apa ukuran kinerja bebas dari
kesalahan acak), penerimaan / acceptability (sejauh apa ukuran kinerja dianggap
memuaskan atau memadai bagi orang-orang yang menggunakan), kekhususan /
specifity (sejauh apa ukuran kinerja memberikan bimbingan terperinci kepada para
karyawan tentang hal-hal yang mereka harapkan dan cara mereka dapat memenuhi
harapan-harapan tersebut).
3. Standar penilaian
Standar penilaian harus ditetapkan di awal sebagai acuan pemberian skor dan mengurangi
ketidakpuasan karyawan yang dinilai karena merasa diperlakukan tidak adil hanya karena
standar penilaian yang tidak jelas
4. Siapa yang menilai
Harus ditentukan siapa yang akan melakukan penilaian berdasarkan teknik yang dipilih
untuk penilaian dan juga tujuan penilaian. Para penilai bisa atasan langsung, diri sendiri,
rekan kerja, psikologm dll.
5. Siapa yang dinilai
Merujuk pada jenis pekerjaan karyawan yang akan dinilai, seperti: karyawan, guru, teller,
dll.
6. Kapan harus menilai
Waktu pelaksanaan penilain tergantung dari kebijakan perusahaan. Kebanyakan akan
melakukan penilaian setahun sekali atau dua kali setahun. Karyawan baru juga akan dinilai
lebih sering dari pada karyawan lama.
7. Pelatihan bagi penilai
Pelatihan dimaksudkan agar penilai dapat menghindari kesalahan-kesalahan, seperti: hallo
effect, kecenderungan berada di tengah-tengah, terlalu keras, terlalu murah, dll)
8. Feed back dan implikasi
Penilaian harus memberiakan dampak baik bagi karyawan maupun bagi perusahaan. Bagi
karyawan, hasil penilaian kinerja dapat dijadikan sebagai acuan perbaikan prestasi kerja.
Sedangkan bagi perusahaan, hasil penilaian kinerja berfungsi sebagai quality control
informatiom dalam pengambilan keputusan strategis.