Anda di halaman 1dari 5

KERJAKAN SOAL BERIKUT

1. Tuliskan 3 judul/topik penelitian yang berkaitan dengan bidang Teknik Industri !


DESAIN SISTEM ERGONOMI DENGAN METODE PEI (POSTURE EVALUATION INDEX) DAN EHMS
(ERGONOMIC HAZARDS MAPPING SYSTEM) (Studi kasus: Laboratorium Teaching Factory Jurusan
TKRO SMK Senopati Sidoarjo)

Desain Sistem Ergonomi dengan metode RULA, REBA untuk efektivitas kerja mekanik pada bengkel
SMK SENOPATI SIDOARJO

Desain sistem ergonomi dengan metode EHMS untuk mengurangi resiko cidera pada mekanik

2. Pilih salah satu jawaban dari 3 judul/topik tersebut, jelaskan tentang:


a. Rumusan masalah pada judul yang dipilih
b. Tujuan penelitian pada judul yang dipilih
c. Manfaat penelitiannya pada judul yang dipilih
d. Metodologi penelitiannya bagaimana

DESAIN SISTEM ERGONOMI DENGAN METODE PEI (POSTURE EVALUATION INDEX) DAN EHMS
(ERGONOMIC HAZARDS MAPPING SYSTEM) (Studi kasus: Laboratorium Teaching Factory Jurusan
TKRO SMK Senopati Sidoarjo)

1.1 Rumusan Masalah


Dari latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah penelitian ini:
1.3.1. Bagaimana pengaruh kondisi postur kerja terhadap keluhan mosculoskeletal
siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif pada praktik tune up mobil di
workshop SMK Senopati Sidoarjo.
1.3.2. Bagaimana pengaruh potensi bahaya ergonomi terhadap keluhan
mosculoskeletal siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif pada praktik tune
up mobil di workshop SMK Senopati Sidoarjo.

1.2 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1.4.1. Untuk mengetahui pengaruh kondisi postur kerja terhadap keluhan
mosculoskeletal siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif pada praktik tune
up mobil di workshop SMK Senopati Sidoarjo.
1.4.2. Untuk mengetahui pengaruh potensi bahaya ergonomi terhadap keluhan
mosculoskeletal siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif pada praktik tune
up mobil di workshop SMK Senopati Sidoarjo.
1.3 Manfaat Penelitian
Berikut manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini:
1.5.1. Bagi Mahasiswa mampu menambah pemahaman dan pengalaman dalam
perbaikan postur kerja yang optimal dan potensi bahaya yang dapat terjadi.
1.5.2. Bagi SMK Senopati Sidoarjo mampu memberikan informasi yang bermanfaat
dalam perbaikan postur kerja siswa yang optimal pada saat praktik.
1.5.3. Bagi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya sebagi referensi tambahan dan
perbendaharaan perpustakaan agar berguna dalam pertimbangan ilmu pengetahuan
dan juga sebagai acuan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Metodologi penelitian PEI


2.1. Posture Evaluation Index (PEI)
Posture evaluation index adalah sebuah metodologi yang dikembangkan oleh
Prof. Frans Caputo dan Giuseppe di Gironimo, Ph.D dari University of Naples
Frederico II, Italia. Tujuan dari penggunaan metodologi ini adalah untuk
melakukan optimalisasi yang dilakukan postur kerja yang paling memberikan
kenyamanan pada pekerja, dalam berbagai macam persentil populasi.
Jika fitur geometri yang menjadi karakter dari sebuah stasiun kerja hanya
mempengaruhi sisi ergonomi dari sebuah operasi, maka metode PEI dapat
digunakan sehingga optimalisasi dari sebuah operasi pada satu buah stasiun kerja
dapat dilakukan. Metode ini mengikuti alur yang ada pada gambar di bawah:
Gambar 2.1 Diagram alir metode PEI
Fase pertama terdiri dari analisis terhadap lingkungan kerja dengan
memperhatikan seluruh pergerakan alternatif, postur dan kecepatan eksekusi,
yang kesemuanya memberikan kontribusi terhadap kesimpulan yang akan diambil.
Fase kedua merupakan analisis keterjangkauan dan aksesibilitas.
Perancangan dari sebuah stasiun kerja selalu membutuhkan kajian pendahuluan
terhadap aksesibilitas dari titik-titik. Dari analisis lingkungan, keterjangkauan, dan
aksesibilitas, konfigurasi dari tata letak maupun metode kerja yang akan dianalisis
pada fase berikutnya dapat ditentukan. Jika jumlah konfigurasi yang
memungkinkan untuk diteliti terlalu banyak, maka prosedur design of experiment
dapat diterapkan.
Fase ketiga adalah Low Back Analysis merupakan evaluasi secara real time
beban yang dterima oleh bagian tulang belakang saat melakukan tugas yang
diberikan. Nilai tekanan yang dihasilkan, kemudian dibandingkan dengan batasan
tekanan yang ada pada standar NIOSH yaitu 3400 N.
Fase Keempat adalah setelah memperoleh data yang telah dianalisis dengan
metode LBA kemudian di evaluasi menggunakan metode Ovako working posture
analysis (OWAS). Metode OWAS mengevaluasi secara real time tingkat
kenyamanan bentuk postur tubuh selama pelaksanaan aktivitas. Kemudian
OWAS memberikan nilai level 1 sampai dengan 4 dan kode 4 digit yang
digunakan untuk menilai posisi tubuh bagian belakang, kedua tangan dan kaki
beserta tingkat beban yang diterima. Nilai level menunjukkan tingkat kualitas
postur secara kuantitatif dan tingkat kepentingan dari langkah-langkah koreksi
yang harus dilakukan.
Fase kelima RULA atau Rapid Upper Limb Assesment dikembangkan oleh Dr.
Lynn Mc Attanmey dan Dr. Nigel Corlett yang merupakan ergonom dari universitas di
Nottingham (University's Nottinghamlnstitute of Occupational ergonomics). Pertama kali
dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomic pada tahun 1993 (Lueder, 1996). Rapid
Upper Limb Assesment adalah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi yang
menginvestigasikan dan menilai posisi kerja yang dialakukan oleh tubuh bagian atas.
Peralatan ini tidak melakukan piranti khusus dalam
memberikan pengukuran postur leher, punggung, dan tubuh bagian atas sejalan dengan
fungsi otot dan beban ekstemal yang ditopang oleh tubuh. Penilaian dengan menggunakan
metode RULA membutuhkkan waktu sedikit untuk melengkapi dan melakukan scoring
general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang
diakibatkan pengangkatan fisik yang dilakukan operator. RULA diperuntukkan dan dipakai
pada bidang ergonomi dengan bidang cakupan yang luas (McAtamney & Corlett, 1993).
Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi pastur atau sikap, kekuatan dan aktivitas otot
yang menimbulkan cidera akibat aktivitas bemlang (repetitive starain injuries). Ergonomi
diterapkan untuk mengevaluasi hasil pendekatan yang bempa skor resiko antara satu
sampai tujuh, yang mana skor tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang
besar (berbahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini bukan berarti bahwa skor
terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dan ergonomic hazard. Oleh sebab
itu metode RULA dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan
dilakukan perbaikan sesegera mungkin (Lueder, 1996)
Fase keenam adalah evaluasi PEI merupakan perbandingan kualitas
ergonomi antara satu kegiatan kerja dengan kegiatan lainnya dapat dilakukan fase
ini. Perbandingan tersebut akan memberikan sebuah klasifikasi resiko yang terjadi
pada bagian musculoskeletal pekerja, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.yang menjadi acuan dari perbandingan tersebut adalah nilai PEI yang
dihasilkan. Nilai PEI tersebut mengintegrasikan hasil dari analisis LBA, OWAS,
dan RULA. Konfigurasi nilai terendah merupakan konfigurasi yang paling optimal.
Nilai PEI merupakan jumlah total dari tiga buah variabel I1, I2 dan I3 Variabel I1
merupakan hasil normalisasi dari nilai LBA dengan batas kekuatan tekanan pada
standar NIOSH 3400 N. Variabel I2 dan I3 merupakan hasil dari indeks OWAS
yang dinormalisasikan dengan nilai kritisnya (4) dan indeks RULA yang
dinormalisasikan dengan nilai kritisnya (7).
PEI = I1 + I2 + mr.I3
Dimana: I1 = LABA/3400 N
I2 = OWAS/4
I3 = RULA/7
Mr = amplification factor dengan nilai 1,42
Definisi dari pei dan penggunaa dari ketiga buah metode analisis (LBA,
OWAS dan RULA) bergantung terhadap hal-hal berikut. Faktor-faktor yang
menjadi penyebab utama pembebanan yang berlebihan pada biomekanikal
adalah repetisi, frekuensi, postur, usaha kerja, dan waktu pemulihan.

Anda mungkin juga menyukai