Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Deskripsi Singkat
Setiap kehamilan memiliki peluang untuk berkembang menjadi masalah atau
komplikasi setiap saat. Saat ini, secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh
wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan
kehamilannya, serta dapat mengancam jiwanya.
Dari wanita hamil di Indonesia, sebagian besar akan mengalami komplikasi
atau masalah yang bisa menjadi fatal. Sebagai bidan akan menemukan wanita hamil
dengan komplikasi-komplikasi yang mungkin dapat mengancam jiwanya.
Pemeriksaan dan pengawasan terhadap ibu hamil sangat perlu dilakukan
secara teratur. Hal ini bertujuan untuk menyiapkan seoptimal mungkin kondisi fisik dan
mental ibu dan bayi selama dalam kehamilan. Selain itu juga untuk mendeteksi dini
adanya kelainan, komplikasi dan penyakit yang biasanya dialami oleh ibu hamil
sehingga hal tersebut dapat dicegah atau diobati sehingga angka morbiditas dan
mortalitas ibu dan bayi dapat berkurang.
B. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian antara 2 per 1.000 kehamilan.
Faktor-faktor predesposisi yang dikemukakan :
1) Sering terjadi pada primigravida, molahidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG
2) Faktor organik, karena masuknya vili khorials dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik
3) Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan
sebagainya
D. Patologi
Dari otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh
keterangan bahwa terjadi kelainan pada organ-organ tubuh sebagai berikut :
1) Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler
tanpa nekrosis
2) Jantung : jantung atrofi, kecil dari biasa,. Kadang kala dijumpai perdarahan sub-
endokardial
3) Otak : terdapat bercak perdarahan pada otak
4) Ginjal : tampak pucat, degenerasi lemak pada tubuli kontorti
E. Penanganan
1) Pencegahan, dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan
kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis dan rasa takut. Juga
tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak; tetapi dalam porsi sedikit-
sedikt tapi sering. Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, akan tersa oyong,
mual, dan muntah. Defikasi hendaknya diusahakan teratur
2) Terapi obat, menggunakan sedativa (Luminal, Stesolid), Vitamin (B1 dan B6),
anti-muntah (Mediamer B6), antasida dan anti-mulas.
3) Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah sakit
B. Penilaian klinik
Gejala dan tanda jenis-jenis perdarahan pada kehamilan muda dapat dilihat pada
table berikut.
Pemeriksaa Diagnosi
Gejala Tanda
n s
Amenore Uterus lebih besar dari usia T3&T4 Abortus
Hiperemesis kehamilan Titer hCG mola
Perdarahan bercak bulanan Serviks dan korpus sangat PA
yang berlanjut dgn lunak Foto thorax
perdarahan banyak Keluar gelembung mola
Tirotoksikosis dan jaringan
Kista lutein
Amenore Mengidam Uterus lebih kecil dari usia Kuldosinte- Kehamilan
Perdarahan bercak atau kehamilan sis ektopik
Karena lapisan antara plasenta dan desidua basalts bam sempurna pada minggu ke
28 kehamilan maka (secara histologis) sulit terjadi pengeluaran spontan seluruh
massa kehamilan pada peristiwa abortus (baik spontan maupun buatan). Secara
klinis, abortus komplit, tidak memerlukan prosedur evakuasi.
C. Faktor-Faktor Predisposisi
Usia: primigravida dengan usia di bawah 20 tahun dan semua ibu dengan uasia
di atas 35 tahun dianggap lebih rentan.
Paritas: primigravida memiliki insidensi hipertensi hampir dua kali lipat.
Status sosial ekonomi: pre-eklampsia dan ecklampsia lebih umum ditemui di
kelompok sosial ekonomi rendah.
Predisposisi genetik: bukti adanya pewarisan secara genetik paling mungkin
disebabkan oleh turunan resesif.
Komplikasi obstetrik: kehamilan kembar, kehamilan mola atau hydrops fetalis.
Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya: hipertensi kronis, penyakit ginjal,
diabetes mellitus, Systemic Lupus Erythematosus (SLE), sindrom antifosfolipid
antibodi.
F. Diagnosis
1) Anamnesis
a) Riwayat pribadi
Usia, pekerjaan, status sosial ekonomi
b) Riwayat di masa lalu
Pengobatan medis antihipertensi sebelumnya.
Kerusakan ginjal sebelumnya (gagal ginjal, glomerulonefritis, jantung
polisistik atau nefropati diabetik).
Diabetes Mellitus
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
c) Riwayat menstruasi
HPHT, tanggal perkiraan kelahiran, usia kehamilan
d) Riwayat obstetrik
Jumlah, cara dan hasil akhir persalinan sebelumnya
Peningkatan tekanan darah antepartum pada kehamilan sebelumnya
Pengobatan anti hipertensi pada kehamilan sebelumnya
Catatan : Dengan asuhan antenatal yang sesuai, mayoritas kasus dapat dideteksi secara dini
dan minoritas kasus ditemukan secara tidak sengaja sebagai pre-eklampsia berat.
C. Jenis-jenis Infeksi
1) Infeksi Virus
a) Varicella – Zoster
Virus ini termasuk kelompok DNA Herpes Virus dan hidup laten pada ganglion
bagian belakang setelah infeksi primer. Sebagian besar orang dewasa ( 80 –
90 % ) pernah terinfeksi virus ini sehingga sudah mempunyai kekebalan . jika
infeksi primer baru terjadi pada orang dewasa, secara klinis akan lebih parah
B. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Sebelum Waktunya ( KPSW ) adalah:
Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen;
Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur
abnormal karena antara lain merokok.
Faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang yang menjalar dari vagina. Ketuban
Pecah Sebelum Waktunya ( KPSW ) prematur sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten serviks, solusio plasenta.
C. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu
terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,
bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh.
Terdapat keseimbangan antara sintetsis dan degradasi ekstraselular matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabilisme kolagen menyebabkan aktivitas
kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.
F. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Sebelum Waktunya ( KPSW )
bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal,
persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,
meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.
G. Penanganan
Pastikan diagnosis
Tentukan umur kehamilan
Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin
Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin
Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya ( KPSW )
harus masuk Rumah Sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air
ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat
persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan determinasi.
Bila KPSW pada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksaan yang
komprehensif. Scara umum penatalaksanaan pasien Ketuban Pecah Sebelum
Waktunya ( KPSW ) yang tidak dalam persalinan serta tidak ada infeksi dan gawat
janin, penatalaksanaannya bergantung pada usia kehamilan.