Sebelum dilakukan pengambilan spesimen, dr harus memperhatikan universal precaution untuk
mencegah penularan penyakit : 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah tindakan 2) pemasangan APD level 3 sesuai dengan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian covid-19 Kemenkes revisi 04 yaitu : a) mengganti baju dengan baju kerja b) menggunakan pelindung sepatu c) memakai sarung tangan d) mengenakan gawn lengan panjang dan sekali pakai yang terbuat dari kain yang telah teruji keamanannya e) memakai respirator partikulat seperti N95 sertifikasi NIOSH, EU FFP2 atau setara. Ketika mengenakan respirator partikulat disposable, harus selalu diperiksa kerapatannya f) memakai pelindung mata (google) g) memakai pelindung kepala (head cap) bila perlu memakai face shield h) memakai sarung tangan luar diusahakan menutupi lengan gawn 3) wajib menyediakan tempat sampah infeksius bahan pengambilan spesimen : a) formulir pengambilan spesimen sesuai lampiran 7 Pedoman Pencegahan dan Pengendalian covid-19 Kemenkes revisi 04 b) virus transport media (VTM) atau universal transport media (UTM) dapat digunakan beberapa merk komersil yang sudah siap pakai atau dengan mencampur beberapa bahan untuk disatukan dalam 1 wadah steril, simpan dalam suhu -20 derajat celcius (dalam kondisi beku, VTM berwarna kuning), jika akan digunakan maka dicairkan terlebih dahulu, hindarkan beku cair berulang (freeze-thaw) yang menyebabkan VTM rusak c) swab dakron atau flocked swab, viscous, rayon; untuk pemeriksaan menggunakan TCM, siapkan VTM atau UTM dan swab satu paket dengan catridge TCM d) tongue spatle e) parafin f) plastik klip g) masker atau label KASUS 1 – Teknik Pengambilan Swab Nasofaring a) Siapkan cryotube yang berisi 1,5 mL media transport virus (Hanks BSS + antibiotik) dapat juga digunakan VTM komersil yang siap pakai. b) Berikan label yang berisi nama pasien dan kode nomor spesimen. Jika lavel bernomor tidak tersedia maka penamaan menggunakan masker/pulpen pada bagian berwarna putih di dinding cryotube (jangan menggunakan media Hanks BSS bila telah berubah warna menjadi kuning). c) Gunakan swab yang terbuat dari dakron/rayon steril dengan tangkai plastik atau jenis flocked swab (tangkai lebih lentur). Lidi kapas steril tidak dianjurkan karena lidi dan kapas bersifat toksik terhadap virus. d) Pastikan tidak ada obstruksi pada lubang hidung. e) Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab pada septum bawah hidung, dan secara perlahan ke bagian nasofaring. f) Swab kemudian digerakkan memutar secara perlahan. Dengan swab yang sama tersebut, lakukan tindakan yang sama pada lubang hidung yang lain sehingga didapatkan spesimen swab nasofaring dari kedua lubang hidung. g) Masukkan sesegera mungkin ke dalam cryotube yang berisi VTM. h) Dengan menggunakan gunting steril, putuskan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat. Untuk setiap pasien, gunting harus dilakukan desinfektan dahulu. i) Pastikan label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di formulir/kuesioner. j) Cryotube kemudian dililit parafilm. Cryotube yang sudah berisi swab dibungkus dalam tissue bersih dan dimasukkan ke dalam plastik klip. Jika ada lebih dari 1 pasien, maka plastik klip dibedakan untuk menghindari kontaminasi silang. KASUS 1 – Teknik Pengambilan Swab Tenggorok a) Menggunakan APD sesuai dengan standar. b) Siapkan cryotube yang berisi 1,5 mL media transport virus (Hanks BSS + antibiotik) dapat juga digunakan VTM komersil yang siap pakai. c) Berikan label yang berisi nama pasien dan kode nomor spesimen. Jika label bernomor tidak tersedia maka penamaan menggunakan masker/pulpen pada bagian berwarna putih di dinding cryotube (jangan menggunakan media Hanks BSS bila telah berubah warna menjadi kuning). d) Gunakan swab yang terbuat dari dakron/rayon steril dengan tangkai plastik atau jenis flocked swab (tangkai lebih lentur). Jangan menggunakan swab kapas atau swab yang mengandung kalsium alginate atau swab kapas dengan tangkai kayu karena mengandung substansi yang dapat menghambat inaktivasi virus dan menghambat proses pemeriksaan secara molekuler. e) Lakukan swab pada lokasi yang diduga terdapat koplik spot (biasanya pada area belakang faring) dan hindarkan menyentuh bagian lidah. f) Masukkan swab orofaring sesegera mungkin ke dalam cryotube berisi VTM. g) Putuskan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar cryotube dapat ditutup dengan rapat. h) Cryotube kemudian dililit parafilm. Cryotube yang sudah berisi swab dibungkus dalam tissue bersih dan dimasukkan ke dalam plastik klip. Jika ada lebih dari 1 pasien, maka plastik klip dibedakan untuk menghindari kontaminasi silang. KASUS 2 – APD Ruang Triase - Head cap - Masker bedah - Handscoon - Alas kaki - Baju kerja
KASUS 2 – Triase Pasien
Hanya ada 2 pasien.
KASUS 3 – Tatalaksana Steroid
Pada stadium awal, digunakan agen short acting. Pada stadium lanjut, digunakan agen middle/long acting jika glukosa plasma puasa (FPG : fasting plasm glucose) dan/atau glukosa postprandial (PPG : post prandial glucose) meningkat.
KASUS 3 – Antivirus - Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU - Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam oral pada hari ke-1 dan 2 x 600 mg pada hari ke-2 s.d 5
KASUS 3 – Tatalaksana Antikoagulan
Dengan menggunakan Low Molecular Weight Heparin (LMWH) : 1) Dosis standar LMWH : 40 mg subkutan, 1 kali per hari 2) Pasien dengan gangguan ginjal atau obesitas, maka dosis LMWH disesuaikan dengan fungsi ginjal (konsul dokter ahli terkait) Unfractioned Heparin (UFH) : Dosis standar UFH : 5000 Unit subkutan, 2 kali per hari