Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI FARMASI

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
ALMA WAHYUNI NST
DIANA RESKY
MELFI RUSSADI
M. HASBI
OLIVIA NURUL NUADHA
VINI ADETIANI
TITIN OLDA ANNISA

PROGRAM STUDY S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan rahmatnyakami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan kami membuat malah
ini adalah mengetahui tentang apa saja yang termasuk didalamnya untuk mengetahui tentang
jenis serta cara pembuatanya. Disamping itu, makalah ini dibuat sebagai pemenuhan tugas
dalam matakuliah sejarah peradaban islamKami sadar bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan baik dalam pembahasan maupun teknik penulisan, maka
dari itu, kami mohon ma’af yang setulus-tulusnya dan tanpa mengurangi rasa hormat kami
menerima kritik dan saran dari semua pihak yang membangun, agar penyusun dapat lebih
baik lagi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
bagi penyusun khususnya. Atas perhatian, saran dan kritik dariprmbaca, disampaikan terima
kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

I. TUJUAN

1. Dapat mengetahui mikroorganisme sebagai enzim mikroba, tranformasi


bakteri dan teknik ekspresi
2. Dapat mengetahui penggunaan mikroba dalam berbagai aplikasi seperti
produksi makanan dan protein terepeutik
3. Dapat mengetahui mikroba sebagai senjata biologis
BAB II
PEMBAHASAN

1. Mikroorganisme sebagai alat (enzim mikroba, tranformasi bakteri,teknik


ekpresi)
mikroba penghasil enzim

Enzim merupakan material yang penerapannya pada kehidupan sudah dilakukan


manusia sejak peradaban dimulai. Proses fermentasi untuk membuat roti atau minuman
telahdilakukan oleh bangsa Mesir sejak 6000 tahun lalu. Sementara di tanah air, masyarakat
telahterbiasa makan tempe, tahu, atau kecap yang merupakan produk fermentasi mungkin
sejakratusan tahun lalu. Tanpa diketahui oleh para nenek moyang, bahwa enzim yang
terdapat pada yeast dan jamur yang dipakai itulah yang mengubah gandum menjadi roti dan
kedelaimenjadi tempe yang lezat.Sejak tahun 70'an, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)telah menyadari, bahwa enzim akan memegang peranan penting dalam industri
Indonesia.Enzim adalah protein tidak beracun namun mampu mempercepat laju reaksi kimia
dalamsuhu dan derajat keasaman yang lembut. Produk yang dihasilkannya sangat spesifik
sehingga dapat diperhitungkan dengan mudah. Enzim menjadi primadona industri saat ini dan
di masayang akan datang karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan akrab
dengan lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan dan minuman,
industritekstil, industri kulit dan kertas di Indonesia semakin meningkat. Dilaporkan, enzim
amilaseyang digunakan dalam industri tekstil di Bandung - Jawa Barat, jumlahnya tidak
kurang dari4 ton per bulan atau sekitar 2- 3 juta dolar Amerika setiap bulannya dan
Semuanya diimpor.Oleh karena itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah sejak
Lama mengumpulkan dan menseleksi mikroba penghasil enzim khususnya penghasil enzim
amilase(pemecah zat tepung), lipase (pemecah lemak), dan protease (pemecah protein).
Ketiga enzim ini sudah amat luas dipakai dalam industri gula cair dan tekstil serta kertas,
industrimodifikasi lemak, dan industri kulit. Paling tidak, ada 3 Pusat Penelitian (Puslit)
dilingkungan LIPI yang bekerja dengan enzimyaitu Puslit Bioteknologi, Puslit Biologi
danPuslit Kimia Terapan.Pada saat ini Puslit Biologi tengah melakukan seleksi ulang
terhadap koleksi mikroba penghasil ke 3 enzim di atas. Sementara itu Puslit Kimia Terapan
telah mengembangkan produksi enzim a amilase sekala laboratorium dan Puslitbang
Bioteknologi telah mengembangkan dan mempatenkan proses produksi enzim glukoamilase
menggunakan kapang Rhizopus melalui UNIQUEST di Australia dan mengujicoba proses
serupa menggunakan kapang Aspergillus sampai sekala 500 liter. Kini LIPI dengan
berbagaifasilitasnya siap bermitra untuk mengembangkannya ke tingkat komersial.Sekitar
80% darinenzim industrial adalah enzim hidrolitik, yang digunakan unutk depolimerisasi
(pemecahan molekul-molekul yang komples menjadi yang lebih sedarhana) bahan-bahan
alami. Hampir 60% dari kelompok enzim hidrolitik ini adalahproteolitik yang digunakan
selain untuk industri pangan misalnya dairy industries, juga untuk industri kulit dan
deterjen.Kemudian disusul karbohidrase sekitar 30% yang dipakai untuk keperluan industri
pati-patian, baking,distilasi, pembuatan bir, dan juga industri tekstil. Lipase dan highly
specialized enzymes,seperti untuk keperluan farmasi, analitik dan pengembangan, menempati
posisi berikutnya.
Enzim amilase digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi suatu produk yanglarut
dalam air serta mempunyai berat molekul rendah yaitu glukosa. Enzim ini banyak digunakan
pada industri minuman misalnya pembuatan High Fructose Syrup (HFS) maupun pada
industri tekstil. Enzim amilae dapat diproduksi oleh berbagai jenis mikroorganis materu
tamadari keluarga Bacillus, Psedomonas dan Clostridium. Bakteri potensial yang akhir-akhir
ini banyak digunakan untuk memproduksi enzim amilase pada skala industri.

A. mikroba penghasil enzim


Enzim merupakan material yang penerapannya pada kehidupan sudah dilakukan manusia
sejak peradaban dimulai. Proses fermentasi untuk membuat roti atau minuman telahdilakukan
oleh bangsa Mesir sejak 6000 tahun lalu. Sementara di tanah air, masyarakat telahterbiasa
makan tempe, tahu, atau kecap yang merupakan produk fermentasi mungkin sejakratusan
tahun lalu. Tanpa diketahui oleh para nenek moyang, bahwa enzim yang terdapat pada yeast
dan jamur yang dipakai itulah yang mengubah gandum menjadi roti dan kedelai menjadi
tempe yang lezat.Sejak tahun 70'an, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)telah
menyadari, bahwa enzim akan memegang peranan penting dalam industri Indonesia.Enzim
adalah protein tidak beracun namun mampu mempercepat laju reaksi kimia dalam suhu dan
derajat keasaman yang lembut. Produk yang dihasilkannya sangat spesifik sehinggadapat
diperhitungkan dengan mudah. Enzim menjadi primadona industri saat ini dan di masayang
akan datang karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan akrab dengan
lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan dan minuman,industritekstil,
industri kulit dan kertas di Indonesia semakin meningkat. Dilaporkan, enzim amilase yang
digunakan dalam industri tekstil di Bandung - Jawa Barat,jumlahnya tidak kurang dari4 ton
per bulan atau sekitar 2- 3 juta dolar Amerika setiap bulannya dan semuanyadiimpor.Oleh
karena itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah sejak lama mengumpulkan dan
menseleksi mikroba penghasil enzim khususnya penghasil enzim amilase(pemecah zat
tepung), lipase (pemecah lemak), dan protease (pemecah protein). Ke tigaenzim ini sudah
amat luas dipakai dalam industri gula cair dan tekstil serta kertas, industrimodifikasi lemak,
dan industri kulit. Paling tidak, ada 3 Pusat Penelitian (Puslit) dilingkungan LIPI yang
bekerja dengan enzim yaitu Puslit Bioteknologi, Puslit Biologi danPuslit Kimia Terapan.Pada
saat ini Puslit Biologi tengah melakukan seleksi ulang terhadapkoleksi mikroba penghasil ke
3 enzim di atas.
Sementara itu Puslit Kimia Terapan telahmengembangkan produksi enzim a amilase
sekala laboratorium dan Puslitbang Bioteknologi telah mengembangkan dan mempatenkan
proses produksi enzim glukoamilase menggunakan kapang Rhizopus melalui UNIQUEST di
Australia dan mengujicoba proses serupa menggunakan kapang Aspergillus sampai sekala
500 liter. Kini LIPI dengan berbagaifasilitasnya siap bermitra untuk mengembangkannya ke
tingkat komersial.Sekitar 80% darinenzim industrial adalah enzim hidrolitik, yang digunakan
unutk depolimerisasi (pemecahan molekul-molekul yang komples menjadi yang lebih
sedarhana) bahan-bahan alami. Hampir60% dari kelompok enzim hidrolitik ini adalah
proteolitik yang digunakan selain untuk industri pangan misalnya dairy industries, juga untuk
industri kulit dan deterjen.Kemudian disusul karbohidrase sekitar 30% yang dipakai untuk
keperluan industri pati-patian,baking,distilasi, pembuatan bir, dan juga industri tekstil. Lipase
dan highly specialized enzymes,seperti untuk keperluan farmasi, analitik dan pengembangan,
menempati posisi berikutnya.Enzim amilase digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi
suatu produk yanglarut dalam air serta mempunyai berat molekul rendah yaitu glukosa.
Enzim ini banyakdigunakan pada industri minuman misalnya pembuatan High Fructose
Syrup (HFS) maupun pada industri tekstil. Enzim amilase dapat diproduksi oleh berbagai
jenis mikroorganisma terutama dari keluarga Bacillus, Psedomonas dan Clostridium. Bakteri
potensial yang akhir-akhir ini banyak digunakan untuk memproduksi enzim amilase pada
skala industri antara lain Bacillus licheniformis dan B.stearothermophillus Bahkan penggunaan
B.stearothermophillus.
B. stearothermophillus
lebih disukai karena mampu menghasilkan enzim yang bersifat termostabil sehingga
dapat menekan biaya produksi.Enzim proteolitik memainkan peranan yang penting pada
industri makanan (misalnya dalam proses konversi susu menjadikeju), sebagai bahan pada
deterjen maupun pada pemrosesan kulit. Protease yang dipakai secara komersial seperti
serine protease dan metalloprotease, biasanya berasal dari Bacillus subtilis yang mempunyai
kemampuan produksi dan sekresi enzim yang tinggi. Produsen enzim proteaselainnya adalah
Pseudomanas aeruginosa dan Pemakaian enzim protease dalam proses tanning kulit dapat
meningkatkan kualitas kulit,disamping
itu juga merupakan pemakaian produk bioteknologi yang ramah lingkungankarena dapat mengurangi
beban polusi limbah industri kulit.Enzim lipase (triacylglycerolacylhydrolases) banyak diproduksi
oleh berbagai jenis mikroorganisma baik tunggal maupun bersamaan dengan enzim esterase. Mikroba
penghasil lipase antara lain adalahPseudomonasaeruginosa,Serratia marcescens,Staphylocococcus
aureus dan Bacillus subtilis.
Enzimlipase ini digunakan sebagai biokatalis untuk memproduksi asam lemak bebas, gliserol,
berbagai ester, sebagian gliserida, dan lemak yang dimodifikasi atau diesterifikasi darisubstrat yang
murah,seperti minyak kelapa sawit. Produk-produk tersebut secara luas digunakan dalam industri
farmasi, kimia dan makanan.Ada dua jenis enzim yang sangat penting, yaitu diastase dan protease.
Diastase adalah suatuenzim kombinasi dari alpha dan beta amylase, dan berfungsi mengubah pati
yang rusak menjadi gulamaltose. Sehingga bila butir-butir pati rusak atau kurang tahan disenyawakan
dengan diastase, maka alpha amylaseakan mengubah pati menjadi dekstrin. Sedangkan beta amylase
mengubah dekstrin dan patihancur menjadi gula maltose. Selanjutnya gula maltose diubah oleh enzim
maltose menjadigula biasa, yang bila diasimilasikan dengan ragi akan menghasilkan karbondioksida
yangdapat mengembangkan adonan, alkohol dan sejumlah kecil bahan lain seperti asam. Enzim
protease berfungsi melembekkan, melembutkan atau menurunkan gluten yang membentuk
protein.Tiga hal yang dapat mempengaruhi kegiatan enzim yaitu: suhu atau temperatur,kemasaman
dan jangka waktu. Kegiatan enzim akan meningkat bila suhu dinaikkan hingga145o F, selanjutnya
diatas suhu tersebut kegiatan enzim akan menurun sehingga akhirnya berhenti bekerja. Sedangkan
pada bahan yang bersifat masam yaitu antara Ph 4,6 - 4,8makaakan terbentuk maltose dalam jumlah
besar.
Jangka waktu juga memegang peranan pentingterhadap kegiatan enzim, makin lama enzim
bereaksi dalam suatu bahan makin banyak produksi yang dapat dicapai, sehingga enzim akan terus
bekerja selama ada bahan tempat enzim tersebut bereaksi.Berikut ini ada beberapa fungsi enzim
dalam peragian, yaitu:
1. Dari bahan tepung dan sirup malt, enzim diastase berguna mencairkan pati, dan mengubah
pati cair menjadi gula malt (jelai).
2. Dari bahan tepung dan sirup malt, enzim protease berguna melembutkan gluten sehingga
adonan roti dapat mengembang.
3. Dari sumber ragi, enzim invertase dapat mengubah gula tebu menjadi gula campuran (invert
sugar).
4. Dari sumber ragi, enzim maltase dapat mengubah gula malt menjadi gula dekstrose.
5. Dari sumber ragi, enzim zymase dapat mengubah gula

campuran dan gula dektrose menjadi gas karbondioksida ang mengealkohol yang hilang dari dalam
roti selama proses pembakaran atau oven.

ADVERTISEMENT
Biasanya bakteri yang menjadi penyebab manusia sering mengalami gangguan pencernaan.
Terlebih, apabila makanan yang dikonsumsinya berasal dari lingkungan yang tidak bersih. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, bakteri adalah makhluk hidup terkecil dengan ciri-ciri:
1. Bersel tunggal
2. Terdapat di mana-mana
3. Dapat berkembang biak dengan kecepatan luar biasa dengan jalan membelah diri Ada yang
berbahaya dan ada yang tidak
4. Dapat menyebabkan peragian, pembusukan, dan penyakit.

Meski memiliki ukuran yang kecil, bakteri bisa bereproduksi tanpa melalui persilangan. Ini
karena bakteri memiliki cara reproduksinya sendiri.

Mengutip jurnal Perkembangan Bakteri karya Fakultas Perikanan Universitas


Dharmawangsa,bakteri memiliki setidaknya dua cara untuk bereproduksi, yakni:
1. Reproduksi aseksual
2. Reproduksi seksual

ADVERTISEMENT
1. Transformasi
Reproduksi seksual transformasi pertama kali diteliti oleh Frederick Griffith di Inggris pada
tahun1928. Transformasi adalah reproduksi seksual dengan cara pemindahan DNA dari satu bakteri
ke bakteri yang lainnya.Salah satu contoh reproduksi seksual transformasi, yakni, bakteri patogen
yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.
2. Transduksi
Proses ini pertama kali diteliti oleh J. Lederbergh dan Norton Zinder pada tahun 1952. Proses
reproduksi bakteri dengan transduksi dibantu oleh bakteriofag (faga/virus bakteri).
Tugas dari bakteriofag adalah membawa plasmid atau fragmen dari suatu bakteri ke bakteri lain saat
menginfeksi bakteri. Reproduksi ini biasanya terjadi pada jenis bakteri, seperti Escherechiacoli,
Salmonella, Shigella, Proteus, Pseudomonas, Staphylococcus, Bacillus, dan Corynobacterium.

Transformasi
Transformasi adalah reproduksi seksual dengan cara pemindahan DNA dari satu bakteri ke
bakteri yang lainnya. Salah satu contoh reproduksi seksual transformasi, yakni, bakteri patogen yang
semula tidak kebal antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena transformasi.ekspresi
adalah pengungkapan atau proses menyatakan (memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan,
perasaan, dan sebagainya). Makna lainnya ekspresi adalah pandangan air muka yang memperlihatkan
perasaan seseorang. Sementara itu, mengekspresikan memiliki makna mengungkapkan (gagasan,
maksud, perasaan, dan sebagainya) dengan gerak anggota badan, air muka, kata-kata, dan sebagainya.
Ada pula istilah ekspresif, yang memiliki makna tepat (mampu) memberikan (mengungkapkan)
gambaran, maksud, gagasa, perasaan. Ekspresi tentunya identik dengan wajah. Ekspresi wajah atau
mimik adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot pada wajah. Ekspresi wajah
merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal,dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari
seseorang kepada orang yang mengamatinya.
Ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam
kehidupan manusia, tetapi juga terjadi pada mamalia lain dan beberapa spesies hewan lainnya.
Sebagian ekspresi wajah dapat diketahui maksudnya dengan mudah, bahkan oleh anggota spesies
yang berbeda, misalnya kemarahan dan kepuasan. Namun, beberapa ekspresi lainnya sulit diartikan,
misalnya ketakutan dan kejijikan kadang sulit dibedakan. Selain itu, kadang-kadang suatu wajah dapat
disalahartikan mengalami emosi tertentu, karena susunan otot-otot wajah orang tersebut secara alami
menyerupai wajah seseorang yang mengalami ekspresi tertentu, misalnya wajah seseorang yang
tampak selalu tersenyum. Ekspresi sering dihubungkan dengan gaya atau style.
Pengertian ekspresi adalah nantinya terbagi lagi sesuai bidang seperti seni, musik, spontan, tari
dan puisi. Hal ini merupakan wujud dari "mempunyai gaya" sebagai hasil dari perwujudan yang telah
mengalami penggambaran oleh pelaku perwujudan yang dilakukan dengan "ekspresif".
II. Bakteri Pada Makanan Semua makhluk hidup membutuhkan
makanan

sebagai sumber kita dari nasi, buah-buahan, sayuran, daging, lauk-pauk, dan
sebagainya.Makanan yang sangat disukai manusia, yang umumnya juga disukai
mikroorganisme. Dengan demikian mikroorganisme merupakan saingan bagi manusia. Pasti
ada virus, jamur, maupun bakteri pada makanan mentah dan makanan yang sudah dimasak.
Untuk makanan mentah sudah sewajarnya manusia akan mengolah makanan itu agar dapat
dimakan dan tidak menimbulkan rasa sakit bagi manusia itu sendiri. Dan banyak
cara yang dilakukan manusia untuk mengolah makanan tersebut. Bila makanan telah
dihinggapi mikroorganisme akan mengalami penguraian nilai gizi makanan berkurang serta
kelezatannya, bahkan makanan yang telah dinyatakan terurai dapat menyebabkan sampai
mati bila ada orang yang memakan makanan itu.Mikroorganisme yang ditemukan dalam
makanan kita beragam, mikroorganisme ini tidak sampai pada makanan mentah atau yang
sudah dimasak makanan kaleng kita dapat menemui mikroorganisme yang merugikan bagi
tubuh kita, mikroorganisme berikut sebagai peracunan makanan kita.

* Staphylococcus Pada dasarnya bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada


manusia, tetapi dapat patogen bila dalam jumlah banyak dan lokasi asing.
berikut mikroorganisme sebagai peracunan makanan kita :
 Staphylococcus Pada dasarnya bakteri Staphylococcus merupakan flora normal pada
manusia,tetapi dapat patogen bila dalam jumlah banyak dan lokasi asing. Selain itu bakteri ini
dapat meracuni manusia melalui makanan contohnya selada kentang. Selada kentang yang
terkontaminasi bakteri Staphylococcus yang melepaskan toksin ke selada kentang yang
terpapar sinar matahari selama 3-4 jam sebelum kita makan, toksin ini akan menimbulkan
reaksi hebat yang terjadi di saluran pencernaan. Dan sifat dari toksin yang dikeluarkan
Staphylococcus stabil terhadap panas, jadi sulit untuk dihadapi walaupun selada kentang
sudah dimasak. Toksin ini akan bereaksi 2 sampai 4 jam kita memakan selada kentang. Satu
contoh lagi Staphylococcus aureus, dari semua jenis makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan, baik dalam bentuk maupun hasil olahannya. Juga banyak ditemukan berbagai
jenis sayuran.
 Bacillus cereus Bacillus cereus ini terdapat pada makanan terutama berbagai jenis biji-
bijian (padi, gandum, jagung, kacang dll), daging, ramuan bumbu dan makanan yang
dikeringkan. Bacillus cereus ini memiliki dua toksin yang menyebabkan keracunan, yang
kedua toksin tersebut stabil terhadap panas. Bacillus cereus memliki spora yang tidak mati
selama dimasak dan spora ini dapat tumbuh bila bahan makanan tidak diawetkan.

 Colstridium botulinum Ada di semua bahan makanan dari daging dan ikan, terutama yang
sudah diawetkan melalui pengalengan dan kemasan penutupan. Memiliki toksin yang sangat
fatal bila toks itu sebelumnya, yang makanan. Clostridium botulinum pada sporanya memiliki
sifat tahan terhadap panas. Bila oleh bakteri sewaktu dalam manusia terinfeksi bakteri ini
melalui makanan, maka masa inkubasi setelah terinfeksi sekitar 18-36 jam dan menimbulkan
mual dan muntahmuntah, kesulitan menelan, penglihatan yang kabur, kelumpuhan beberapa
otot serta kematian.

 Vibrio Parahaemolyticus Terdapat pada bahan makanan hasil laut dan olahannya terutama
kepiting, udang ikan, kerang rajangan dan sebagainya.
Esherichia Coli Terdapat di hampir semua jenis makanan baik yang berasal dari tanaman
(sayur, buah maupun hasil pertanian lain) ayau pun hewan (daging, susu dil). F
Camphylobacter Banyak ditemukan pada susu mentah, daging ayam dan unggas lainnya.
Selain ada mikroorganisme yang meracunan makanan, ada juga mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
makanan diantaranya adalah:
1. Salmonella Bisa menginfeksi manusia biasanya bakteri Salmonella mengkontaminasi
makanan atau melalui tangan sebagai perantara dalam memindahkan Salmonella dari
sumber infeksi. Bila seseorang memakan makanan yang terkontaminasi Salmonella
akan timbul gejala sakit kepala, sakit perut dan diare setelah masa inkubasi 10-28
2. Clostridiumi Perfringens Banyak terdapat pada daging mentah, ikan mentah, sayuran,
ramuan bumbu serta makanan yang sudah diolah. Bakteri ini hanya mengeluarkan
sedikit toksin sehingga gejala-gejala keracunannya tidak sepenuhnya diketehui.
Makanan yang terkontaminasi bakteri tertelan sampai di usus akan membentuk spora
dan hanya pada waktu pembentukan endospora dalam usus itu toksin peracunan
makanan diproduksi. Lagi-lagi sifat dari endospora ini tahan terhadap panas, cara
memasak biasanya sulit untuk memusnahkan bakteri tersebut. Masih ada satu lagi
mikroorganisme yang dapat menimbulkan keracunan makanan yaitu Pseudomonas
cocovenenans. Bakteri ini banyak ditemukan dalam tempe yang lebih dikenal dengan
tempe bongkrek. Semua pembuatan tempe menggunakan jamur seperti
Phycomycetes, terutama spesies tertentu dari genus Rhizopus atau genus Mucor.
Tetapi untuk tempe bongrek yang selain ditambahkan ditambahkan juga ditambahkan
ampas kelapa. Bila pembuatan tempe ini tidak sempurna maka akan keluar racun yang
didapat dalam bongkrek yang disebut asam bongkrek,
yang dihasilkan bakteri Pseudomonas cocovenenans. Kejadian keracunan bongkrek ini
banyak ditemukan di provinsi Jawa Tengah

B.protein teurapatik

Protein merupakan molekul protein yang memiliki aktivitas sebagai obat sehingga dapat
digunakan untuk keperluan klinis. Produksi protein saat ini sangat berkembang karena
kemajuan teknologi di berbagai bidang informatika memfasilitasi perkembangan desain
protein secara in silico. Berbagai perkembangan di bidang DNA rekombinan juga
memfasilitasi produksi protein terapeutik dengan skala besar dengan aktivitas biologi yang
meningkat. Aplikasi protein terapetik juga meningkat karena berbagai keunggulannya
dibandingkan dengan senyawa obat sintesis konvensional. Perkembangan teknologi rekayasa
genetika pada produksi protein telah dilakukan pada mikroorganisme/organisme selain
manusia. Vaksin juga telah banyak diproduksi dengan teknologi ini. Vaksin yang dibuat
melalui rekayasa genetika untuk memperoleh fragmen antigenik dari mikroorganisme
disebut dengan vaksin rekombinan. Rekayasa telah memproduksi vaksin subunit yang berasal
dari protein permukaan virus. Vaksin sub unit pertama yang diproduksi adalah vaksin
hepatitis. Dengan menggunakan vaksin sub unit, tidak ada resiko yang terjadi infeksi,
dibandingkan dengan penggunaan vaksin yang berasal dari virus utuh. Sejak vaksin
diperkenalkan Edward Jenner 1796, vaksinasi sering dilakukan untuk melindungi dan hewan
terhadap infeksi virus. keberhasilan dari penyakit-penyakit infeksi pada manusia dan hewan
ternak. Vaksinasi sekarang menjadi istilah umum untuk memaparkan antigen terhadap
manusia atau binatang dalam membangkitkan
respons kekebalan. Kebanyakan vaksin virus yang digunakan saat ini merupakan sel utuh
yang telah dilemahkan atau dimatikan. Keuntungan vaksin ini pada umumnya mampu
menghasilkan imunitas cukup lama dan menggunakan reaksi kekebalan pada host yaitu
humoral antibodi dan cell-mediated.
III. mikroba sebagai senjata biologis

Senjata biologis yaitu senjata yang mengandung bahan-bahan biologi atau mikroba
seperti virus, bakteri, jamur atau toksin dari makhluk hidup yang dapat menimbulkan
penyakit atau kematian pada manusia atau ternak.

Ada beberapa virus dan bakteri yang dipakai senjata biologis mematikan
1. Anthrax
Bacillus Anthracis, bakteri penyebab Anthrax, merupakan salah satu agen bio paling
mematikan dan dimanfaatkan untuk senjata biologi. Anthrax diperkirakan telah digunakan
sebagai senjata bio.logi selama sekitar satu abad lalu. Tak hanya mematikan, Anthrax bisa
dibilang adalah salah satu senjata yang sangat mengerikan serta fleksibel karena tak terlihat,
menular, serta tidak berbau. Bahkan, Anthrax dalam wujud bubuk pernah dikirim dengan
sengaja lewat sistem pos di AS pada 2001. Dari 22 orang yang terinfeksi, tujuh orang
merupakan pekerja pos, dan total lima orang meninggal akibat serangan itu. Korban Anthrax
dapat mengalami gangguan kulit terasa melepuh dan gatal, pembengkakan di sekitar kulit
yang melepuh, termasuk rasa tidak nyaman di dada, demam, menggigil, pusing, batuk, mual,
muntah, sakit perut, sakit kepala, kelelahan ekstrem, dan nyeri pada seluruh tubuh.

2. Botulisme
Botulisme merupakan salah satu racun paling mematikan di dunia. Racun Botulisme
menjadi salah satu senjata biologis yang relatif mudah diproduksi, karena bakteri dari racun
ini bisa didapatkan secara alami di tanah hutan, sedimen dasar danau dan sungai, serta saluran
usus dari beberapa ikan maupun hewan. Hanya dengan 1 gram racun Botulisme bisa
menewaskan 1 juta orang yang menghirupnya. Botulisme pernah digunakan kelompok
Jepang untuk menginfeksi tahanan perang mereka.Gejala Botulisme bisa sangat parah. Otot-
otot di wajah akan menjadi lumpuh, dan jika tidak ditangani, kelumpuhan itu dapat menyebar
ke seluruh tubuh bahkan mematikan otot-otot yang digunakan untuk bernapas.
3. Variola (cacar)
Dikenal juga dengan sebutan "wabah merah", Variola atau cacar adalah penyakit yang
sangat menular yang menyebabkan demam tinggi, sakit kepala dan tubuh, ruam yang parah,
dan bintil yang menutupi sebagian besar tubuh. Ada dua laboratorium di dunia yang memiliki
akses langsung ke penyakit tersebut untuk tujuan penelitian, Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) Amerika Serikat, dan Center for Virology and Biotechnology Research
Rusia.WHO khawatir suatu negara atau organisasi teroris dapat menggunakan penyakit
tersebut sebagai senjata biologis di masa depan. Pada tahun 1980, pemerintah Uni Soviet
mengembangkan virus cacar dalam jumlah besar yang disimpan dalam tangki berpendingin
untuk digunakan sebagai agen senjata biologis. Ancaman penggunaan cacar sebagai senjata
biologis menurun ketika WHO meluncurkan program imunisasi global yang sukses melawan
cacar tahun 1967. Meski demikian, vaksinasi tidak menghasilkan kekebalan seumur hidup
dari penyakit tersebut.
4. Q Fever
Q Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Coxiella burnetii. Bakteri ini
muncul secara alami dan menginfeksi hewan seperti domba, sapi, dan kambing,
menyebabkan produk sampingannya (susu, feses, dan bahkan plasenta) terkontaminasi.
Kebanyakan orang yang menelan Coxiella burnetii tidak menunjukkan gejala, tetapi
gejalanya biasanya mirip flu. Meski pasien terinfeksi Fever Q tidak terlalu menular, AS dan
Uni Soviet mengembangkan versi senjata dari bakteri ini dalam jumlah besar. Varietas yang
dipersenjatai dibuat sangat mudah menular, dan percobaan pada manusia terbukti sangat
berhasil karena semua orang yang secara sukarela terinfeksi penyakit tersebut
memperlihatkan gejala. Pengujian Fever Q berlangsung selama dua dekade di AS. Pada tahun
2006, CDC AS membatasi penelitian yang dilakukan di fasilitas A&M Texas setelah
ditemukan tiga peneliti tertular penyakit tersebut dan tidak melaporkannya ke CDC sesuai
yang ditentukan oleh hukum. Adapun informasi tersebut diperoleh dari pengawas biosafety
melalui Freedom of Information Act. Untuk diketahui, varian Fever Q yang dipersenjatai
dapat diobati dengan antibiotik.
5. Tularemia
Bakteri Francisella tularensis penyebab Tularemia atau demam kelinci, memiliki
kemampuan menginfeksi yang ekstrem, mudah menyebar, hingga bisa menyebabkan
kematian. Orang yang terkena Francisella tularensis mengalami gejala ulkus kulit, demam,
batuk, muntah, dan diare. Dr. Kenneth Alibek, mantan ilmuwan yang terlibat dalam program
senjata biologis Uni Soviet, mengungkapkan penggunaan tularensis oleh tentara Uni Soviet
melawan pasukan Jerman alam pertempuran Stalingrad selama Perang Dunia II.

peran bioteknologi dalam pembuatan sebjata biologi


a. Kemajuan ilmu bioteknologi (terutama rekayasa genetika) memiliki dampak negatif
dan positif dalam pengembangan senjata biologi. dalam positif yang ditimbulkan
adalah munculnya metode dan berbagai cara deteksi, identifikasi, dan neutralisasi
agen biologi patogen secara lebih cepat.Berbagai

b. Kemajuan bioteknologi juga dapat disalahgunakan oleh sebagian orang untuk


mengembangkan senjata biologi yang sangat berbahaya, contohnya adalah
menghasilkan organisme makroskopis yang secara genetik sudah dimodifikasi untuk
memproduksi toksin atau racun berbahaya.Berbagai agen biologi patogen juga dapat
direkayasa secara genetik agar lebih tahan atau stabil pada kondisi lingkungan yang
kurang menguntungkan dan memiliki resistensi terhadap antibiotik, vaksin, dan terapi
yang sudah ada.[Selain itu, bioteknologi juga dimanfaatkan untuk pembuatan agen
biologi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun atau antibodi tubuh karena profil
imunologisnya telah diubah.Apabila senjata biologi yang telah dikembangkan
dimanfaatkan untuk bioterorisme atau penyalah gunaan lainnya maka akan timbul
kekacauan di dunia.
Senjata nuklir yang masih dikembangkan hingga sekarang bisa dibilang senjata
paling mengerikan dan mematikan. Namun sebenarnya terdapat potensi senjata yang masih
lebih mengerikan dan mematikan dari senjata nuklir, yakni senjata biologis.Yang lebih
mengerikan lagi adalah ada beberapa bakteri yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan
sebagai senjata biologis seperti bakteri berikut.

Borrelia Burgdorferi
Borrelia burgdorferi adalah bakteri yang menyebabkan penyakit Lyme yang biasanya
ditularkan melalui gigitan kutu. Salah satu ciri utama dari manusia yang tertular penyakit ini
adalah munculnya ruam di tubuh mereka, selain gejala seperti demam dan flu. Yang
membuat penyakit ini berbahaya adalah dalam fase lanjut, penyakit ini dikatakan oleh
listverse.com, ditulis Jumat (15/01/2016) dapat menyebabkan kelumpuhan, gangguan saraf,
dan peradangan pada otak manusia. Pada beberapa kasus, penyakit ini juga dapat
mengakibatkan gagal jantung.

Coxiella Burnetii
Coxiella burnetii adalah bakteri berukuran sangat kecil yang biasa ditemukan di hewan
ternak. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui produk-produk peternakan
yang tidak diproses dengan benar. Bakteri ini sangat mungkin mengakibatkan penyakit kronis
seperti hepatitis dan radang paru-paru. Gejalanya berupa demam, kedinginan, dan diare dan
baru muncul beberapa tahun setelah bakteri tersebut masuk ke tubuh manusia.

Rickettsia
Bakteri ini adalah bakteri yang dapat menyebabkan berbagai penyakit pada manusia
termasuk penyakit rickettsia dan tipus. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui
gigitan kutu dan mengakibatkan gejala seperti demam, mual, dan muntah diikuti dengan
munculnya ruam.Gejala yang umum inilah yang kemudian sering menyebabkan kesalahan
pada diagnosis. Padahal jika tidak ditangani dengan segera, bakteri ini dapat menyebabkan
komplikasi yang dapat berujung pada kematian orang yang terinfeksi.

Keuntungan
Penggunaan senjata biologi memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan
dibandingkan jenis senjata militer lainnya.Beberapa keuntungan pemakaian senjata biologi
adalah biaya produksi relatif murah dibandingkan senjata penghancur lainnya, alat dan bahan
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan agen biologi cukup sederhana, dan waktu yang
diperlukan dalam pembuatannya relatif lebih pendek.Secara ekonomis, pembuatan senjata
biologi juga menguntungkan karena dapat dibuat vaksin atau penawar dari senjata biologi
yang telah diciptakan dengan alat yang sama namun vaksin dapat diperdagangkan kembali
dengan harga tinggi.Penyerangan dengan senjata biologi disukai oleh banyak negara karena
penyebarannya
tidak terdeteksi dan musuh tidak menyadari adanya penyerangan dengan senjata biologi.[9]
Selain itu, agen biologi yang hidup di dalam tubuh manusia dapat berkembang biak dan
menyebar dari individu satu ke individu lain secara alami. Hal ini sangat mungkin terjadi
karena agen biologi (terutama virus) yang disebar tidak terlihat oleh mata telanjang, tidak
berbau, dan tidak berasa. Dibandingkan dengan senjata nuklir senjata biologi lebih unggul
karena penggunaannya tidak merusak infrastruktur atau fasilitas yang ada dalam daerah yang
diserang, sehingga infrastruktur yang tertinggal dapat dimanfaatkan kembali.
Kerugian
Penggunaan senjata biologi juga memiliki kelemahan yang apabila tidak diperhitungkan
secara cermat dapat merugikan.Di antaranya adalah perlunya perhitungan cuaca atau kondisi
yang tepat untuk melakukan penyebaran senjata tersebut karena sedikit perubahan
arah angin dapat mengakibatkan agen biologi berbalik menyerang diri sendiri. Untuk agen
biologi yang disebar melalui udara, waktu tinggal atau ketahanan mereka di udara merupakan
hal yang penting untuk diketahui agar tidak terjadi infeksi sekunder pada pasukan penyerang
ketika mereka memasuki daerah yang telah berhasil dilumpuhkan/diinfeksi.Pasukan yang
bertugas menyebarkan senjata biologi juga harus dilengkapi dengan berbagai alat pelindung
karena risiko terinfeksi agen biologi yang digunakan sebagai senjata dapat dialami oleh
mereka.Beberapa jenis senjata biologi juga diketahui rentan terhadap radiasi matahari
maupun perubahan cuaca sehingga agen biologi dapat terinaktivasi dan tidak dapat berfungsi
dengan baik.Untuk beberapa jenis senjata biologi seperti itu, biasanya dilakukan penyebaran
pada larut malam atau pagi subuh sehingga radiasi matahari tidak akan mengganggu dan agen
biologi dapat menyebar pada ketinggian yang rendah dan menyelimuti daerah yang
diserang.Kerugian lain dari penggunaan senjata biologi adalah adanya beberapa agen biologi
yang dapat bertahan lama di lingkungan (seperti spora Bacillus anthracis) sehingga daerah
yang telah diinfeksi tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu yang cukup lama.
BAB III
KESIMPULAN

Enzim merupakan material yang penerapannya pada kehidupan sudah dilakukan


manusia sejak peradaban dimulai. Proses fermentasi untuk membuat roti atau minuman
telahdilakukan oleh bangsa Mesir sejak 6000 tahun lalu. Sementara di tanah air, masyarakat
telahterbiasa makan tempe, tahu, atau kecap yang merupakan produk fermentasi mungkin
sejakratusan tahun lalu. Tanpa diketahui oleh para nenek moyang, bahwa enzim yang
terdapat pada yeast dan jamur yang dipakai itulah yang mengubah gandum menjadi roti dan
kedelaimenjadi tempe yang lezat.Sejak tahun 70'an, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI)telah menyadari, bahwa enzim akan memegang peranan penting dalam industri
Indonesia.
Senjata biologis yaitu senjata yang mengandung bahan-bahan biologi atau mikroba
seperti virus, bakteri, jamur atau toksin dari makhluk hidup yang dapat menimbulkan
penyakit atau kematian pada manusia atau ternak.
Protein merupakan molekul protein yang memiliki aktivitas sebagai obat sehingga
dapat digunakan untuk keperluan klinis. Produksi protein saat ini sangat berkembang karena
kemajuan teknologi di berbagai bidang informatika memfasilitasi perkembangan desain
protein secara in silico. Berbagai perkembangan di bidang DNA rekombinan juga
memfasilitasi produksi protein terapeutik dengan skala besar dengan aktivitas biologi yang
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Nurkanti, Mia. (2013). “Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Mata Kuliah Mikrobiologi Dengan
Sikap Ilmiah Terhadap Kesehatan”. Bandung: Jurnal Pengajaran MIPA. Vol. 18 No. 1:54-59.
Pelczar, M.J dan E.S.C Chan. (2006). Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UIPress. Pratiwi, Sylvia. T.
(2009). Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Priyatno, Duwi. (2016). Belajar Analisis Data Dan Cara Pengolahannya dengan Cara Pengolahannya
dengan SPSS Praktis dan Mudah Dipahami untuk Tingkat Pemula dan Menengah. Yogyakarta:
Gava Media.
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. (2016). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta: Nuha
Medika. Ramadhan, Prasetya. (2001). “Mikroorganisme Patogen Penyebab Penyakit Pada
Manusia Jenis-jenis mikroba dan penyakit yang ditimbulkan serta tindakan pencegahan dan
pengobatannya”. http://www.academia.edu-
/23142001/Mikroorganisme_Patogen_Penyebab_Penyakit_Pada_Manusia. Diakses 05 Mei 2018.
Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Subandi.
(2010). Mikrobiologi Perkembangan, Kajian dan Pengamatan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta. _______. (2007). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarsih, Sri. (2003). Mikrobiologi Dasar. http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-
mikrobiologi.pdf. Diakses pada 10 Januari 2018. Titik, Nurbiyati. (2014). Pentingnya Memilih
Jajanan Sehat Demi Kesehatan Anak. Yogyakarta: Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Vol. 3 No.
192-196. UNICEF, WHO, UNESCO, UNFPA, UNDP, UNAIDS, WFP, dan The World Bank.
(2010). Penuntun Hidup Sehat. Jakarta: Unicef Indonesi
a. Wahyudi. M. Nur. (2015). Pola Hidup Sehat Dalam Perspektif Al-Qur’an. Skripsi: Semarang:
UIN Walisongo. Wawan. A. Dan Dewi. M. (2011). Teori Dan Pengukuran Pengetahuan,
Sikap, Dan Perilaku Manusia Dilengkapi Contoh Kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika.
b. Wijana, Nyoman. (2014). Biologi dan Lingkungan. Yogyakarta: Plantaxia. Yusuf, Muri.
(2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.
Zuriah, Nurul. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai