Anda di halaman 1dari 26

PENDIDIKAN AGAMA

(FALSAFAT AGAMA)

Dosen Pengampu: Safari Hasan S.IP,M.M.R

Disusun Oleh:

Aura Shinta Fauzah (30720007)

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUTE KESEHATAN BHAKTA WIYATA KEDIRI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat


rahmatNyalah akhirnya makalah ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas
Pendidikan Agama Islam. Makalah ini disusun agar mahasiswa atau para pembacanya
dapat mengerti.

Dalam proses pemyusunan makalah ini, saya berupaya mengumpulkan informasi dari
berbagai referensi agar dapat merumuskan pokok-pokok bahasan tentang pendidikan
agama.

Semoga makalah ini dapat membantu memperluas wawasan mahasiswa ataupun para
pembacanya tentang kewajiban dalam mengamalkan ilmu serta kerukunan antar umat
beragama. Tentu saja makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya selaku
penyusun makalah ini mohon maaf atas segala kekurangan yang ada, saya selalu menanti
saran dan kritik dari dosen pembimbing maupun pembaca agar makalah ini menjadi lebih
baik lagi kedepannya

Nganjuk, 18 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................. ............... ...................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULU

1.1 LatarBelakang......................................................................................... 1

1.2 Rumus Masalah ........ ............................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................ .... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan Falsafa t Agama................................................... ........... 4

2.2 Menjelaskan fungsi Aga ma bagi kehidupan.. ................................... 4

2.3 Menyebutkan Prinsip Keh idupan ......... ............................................. 4

2.4 Menyebutkan Sumber ajaran Agama .................................................. 5

2.5 Hakikat dan martabat Manusia ........................................................... 5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan................. ................................. .............................................. 9

3.2 Saran .................. ...................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULU

1.1 Latar Belakang

Menurut catatan sejarah, filsa fat bermula di Yunani. Bangsa Yunani


mulai mempergunakan akal ketika mempertanyakan mitos yang
berkembang di masyarakat sekitar abad VI SM. Perkembangan
pemikiran ini menandai usaha manusia untuk mempergunakan akal
dalam memahami segala sesuatu. Pemikiran Yunani sebagai embrio
filsafat Barat berkembang menjadi titik tolak pemikiran Barat abad
pertengahan, modern dan masa berikutnya.

Disamping menempatkan filsafat sebagai sumber pengetahuan,


Barat juga menjadikan agama sebagai pedoman hidup, mes kipun
memang harus diakui bahwa hubungan filsafat dan agama mengalami
pasang surut. Pada abad pertengahan misalnya dunia Barat didominasi
oleh dogmatisme gereja (agama), tetapi abad modern seakan terjadi
pembalasan terhadap agama. Peran agama di masa moder n digantikan
ilmu-ilmu positif. Akibatnya, Barat mengalami kekeringan spiritualisme.
Namun selanjutnya, Barat kembali melirik kepada peranan agama agar
kehidupan mereka kembali memiliki makna.

Filsafat dan agama secara umum merupakan pengetahu an. Jika


agama merupakan pengetahuan yang berasal dari wakyu, filsafat sendiri
adalah hasil dari pemikiran manusiaDasar -dasar agama merupakan
pokok-pokok kepercayaan ataupun konsep tentang ketuhanan, alam,
manusia, baik buruk, hidup dan mati, dunia dan akh irat. Dan lain-lain.
Sedangkan filsafat adalah sistem kebenaran tentang agama sebagai hasil
berfikir secara radikal, sistematis dan universal.

Jika agama membincangkan tentang eksistensi -eksistensi di alam


dan tujuan akhir perjalanan segala m aujud, lantas bagaimana mungkin
agama bertentangan dengan filsafat. Bahkan agama dapat menyodorkan
asumsi-asumsi penting sebagai subyek penelitian dan pengkajian
filsafat. Pertimbangan -pertimbangan filsafat berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan dan tradisi -tradisi agama hanya akan sesuai dan
sejalan apabila seorang penganut agama senantiasa menuntut dirinya
untuk berusaha memahami dan menghayati secara rasional seluruh
ajaran, doktrin, keimanan dan kepercayaan agamanya. Dengan demikian,
filsafat tidak lagi d ipandang sebagai musuh agama dan salah satu faktor
perusak keimanan, bahkan sebagai alat dan perantara yang bermanfaat
untuk meluaskan pengetahuan dan makrifat tentang makna terdalam
dan rahasia-rahasia doktrin suci agama, dengan ini niscaya menambah
kualitas pengahayatan dan apresiasi kita terhadap kebenaran ajaran
agama.

Walaupun hasil-hasil penelitian rasional filsafat tidak bertolak


belakang dengan agama, tapi selayaknya sebagian penganut agama
justru bersikap proaktif dan melakukan berbaga i pengkajian dalam
bidang filsafat sehingga landasan keimanan dan keyakinannya semakin
kuat dan terus menyempurna, bahkan karena motivasi keimananlah
mendorongnya melakukan observasi dan pembahasan filosofis yang
mendalam terhadap ajaran -ajaran agama itu sendiri dengan tujuan
menyingkap rahasia dan hakikatnya yang terdalam.

Filsafat dan agama mempunyai hubungan yang sangat reflektif


dengan manusia, dikarenakan mempunyai keduanya mempunyai
keterkaitan, keduanya tidak bisa berkembang apabila tida k ada alat dan
tenaga utama yang berada dalam diri manusia. Tiga alat dan tenaga
utama manusia adalah akal pikiran, rasa, dan keyakinan.

Dengan satu ungkapan dapat dikatakan bahwa filosof agama


mestilah dari penganut dan penghayat agama itu s endiri. Lebih jauh,
filosof-filosof hakiki adalah pencinta -pencinta agama yang hakiki.
Sebenarnya yang mesti menjadi subyek pembahasan di sini adalah
agama mana dan aliran filsafat yang bagaimana memiliki hubungan
keharmonisan satu sama lain. Adalah sangat mungkin terdapat beberapa
ajaran agama, karena ketidaksempurnaannya, bertolak belakang dengan
kaidah-kaidah filsafat, begitu pula sebaliknya, sebagian konsep -konsep
filsafat yang tidak sempurna berbenturan dengan ajaran agama yang
sempurna.
Karena asumsinya adalah agama yang sempurna bersumber dari
hakikat keberadaan dan mengantarkan manusia kepada hakikat itu,
sementara filsafat yang berangkat dari rasionalitas juga menempatkan
hakikat keberadaan itu sebagai subyek pengkajiaannya, bahkan
keduanya merupakan bagian dari substansi keberadaan itu sendiri.
Keduanya merupakan karunia dari Tuhan yang tak dapat dipisah -
pisahkan. Filsafat membutuhkan agama (wahyu) karena ada masalah -
masalah yang berkaitan dengan dengan alam gaib yang tak bisa
dijangkau oleh akal filsafat. Sementara agama juga memerlukan filsafat
untuk memahami ajaran agama. Berdasarkan perspektif ini, adalah tidak
logis apabila ajaran agama dan filsafat saling bertolak belakang.

Dalam sebuah ungkapan ada kalimat yang sangat menarik, yang,


“Saya beriman supaya bisa mengetahui. Apabila kalimat ini kita balik
akan menjadi: jika saya tidak beriman, maka saya tak dapat mengetahui.
Tak dapat disangkal bahwa dapat diyakini bahwa keimanan agama
adalah sumber motivasi dan pemicu yan g kuat untuk mendorong
seseorang melakukan penelitian dan pengkajian yang mendalam
terhadap ajaran -ajaran doktrinal agama, lebih jauh, keimanan sebagai
sumber inspirasi lahirnya berbagai ilmu dan pengetahuan.
Kesempurnaan iman dan kedalaman pengahayatan ke agamaan seseorang
adalah berbanding lurus dengan pemahaman rasionalnya terhadap
ajaran-ajaran agama, semakin dalam dan tinggi pemahaman rasional
maka semakin sempurna keimanan dan semakin kuat apresiasi terhadap
ajaran-ajaran agama. Baik agama maupun filsa fat pada dasarnya
mempunyai kesamaan dalam tujuan, yakni mencapai kebenaran yang
sejati. Agama yang dimaksud di sini adalah agama Samawi.

Manusia membutuhkan rasionalisasi dalam semua aspek


kehidupannya, termasuk dalam doktrin -doktrin keimanannya, karena
akal dan rasio adalah hakikat dan substansi manusia, keduanya mustahil
dapat dipisahkan dari wujud manusia, bahkan manusia menjadi manusia
karena akal dan rasio. Tolok ukur kesempurnaan manusia adalah akal
dan pemahaman rasional. Akal merupakan hakikat manusia dan
karenanya agama diturunkan kepada umat manusia untuk
menyempurnakan hakikatnya. Penerimaan, kepasrahan dan ketaatan
mutlak kepada ajaran suci agama sangat berbanding lurus dengan
rasionalisasi substansi dan esensi ajaran -ajaran agama.

Substansi dari semua ajaran agama adalah keyakinan dan


kepercayaan terhadap eksistensi Tuhan, sementara eksistensi Tuhan
hanya dapat dibuktikan secara logis dengan menggunakan kaidah -
kaidah akal-pikiran (baca: kaidah filsafat) dan bukan dengan
perantaraan ajaran agama itu sendiri. Walaupun akal dan agama
keduanya merupakan ciptaan Tuhan, tapi karena wujud akal secara
internal terdapat pada semua manusia dan tidak seorang pun
mengingkarinya, sementara keberadaan ajaran -ajaran agama yang
bersifat eksternal itu tidak diterima oleh semua manusia.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian umum filsafat dan agama..?

2. Apa hubungan filsafat dan agama..?

3. Apa sajakah perbedaan filsafat dan agama...?

4. Mengapa ada perbe daan antara filsafat dan agama..?

1.3. Tujuan

Adapun manfaat penbuatan makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa mampu mengetahui pengertian filsafat dan agama

2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan apa saja perbedaan dan


hubungan antara fil safat dan agama.

3. Mahasiswa mampu menjabarkan apa saja masalah -masalah yang


timbul dalam masalah filsafat dan agama .

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menjelaskan Falsafah Agama


1. Pengertian filsafat

Salah satu kebiasaan dunia penelitian dan kei lmuan, berfungsi bahwa
penemuan konsep tentang sesuatu berawal dari pengetahuan tentang
satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan itu dipilah -pilah,
dikelompokkan berdasarkan persamaan, perbedaan, ciri -ciri tertentu
dan sebagainya. Berdasarkan penemuan yang telah diverifikasi itulah
orang merumuskan definisi tentang sesuatu itu.

Dalam sejarah perkembangan pemikirian manusia, filsafat juga bukan


diawali dari definisi, tetapi diawali dengan kegiatan berfikir tentang
segala sesuatu secara mendalam. Orang y ang berfikir tentang segala
sesuatu itu tidak semuanya merumuskan definisi dari sesuatu yang dia
teliti, termasuk juga pengkajian tentang filsafat.

Jadi ada benarnya Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan "lebih


baik pengertian filsafat itu tidak dibica -rakan lebih dahulu. Jika orang
telah banyak membaca filsafat ia akan mengerti sendiri apa filsafat itu.
Namun demikian definisi filsafat bukan berarti tidak diperlukan. Bagi
orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlukan, terutama untuk
memahami pemikiran orang lain.

Dengan demikian, timbul pertanyaan siapa yang pertama sekali


memakai istilah filsafat dan siapa yang merumuskan definisinya. Yang
merumuskan definisinya adalah orang yang datang belakangan.
Penggunaan kata filsafat pertama sekali ad alah Pytagoras sebagai reaksi
terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menamakan dirinya
orang bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu pengetahuan.
Dalam membantah pendapat orang -orang tersebut Pytagoras
mengatakan pengetahuan yang lengkap tida k akan tercapai oleh
manusia.

definisi bahwa filsafat itu adalah sikap kritis, terbuka, toleran, mau
melihat persoalan tanpa prasangka. Selanjutnya dia mengatakan bahwa
dalam mendefinisikan filsafat sekurang -kurangnya bertolak dari empat
sudut pandang yang saling melengkapi.

Pertama filsafat adalah suatu sikap terhadap hidup dan alam


semesta. Dari sudut ini dapat dijelaskan bahwa suatu sikap filosofis
adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha untuk memikirkan masalah
hidup dan alam semesta dari se mua sisi yang meliputi kesiapan
menerima hidup dalam alam semesta sebagaimana adanya dan mencoba
melihat dalam keseluruhan hubungan. Sikap filosofik dapat ditandai
misalnya dengan sikap kritis, berfikir terbuka, toleran dan mau melihat
dari sisi lain.

Kedua adalah suatu metode berfikir reflektif dan metode pencarian


yang beralasan. Ini bukanlah metode filsafat yang eksklusif, tetapi
merupakan metode berfikir yang akurat dan sangat berhati -hati
terhadap seluruh pengalaman.

Ketiga filsafat adalah kumpulan masalah. Semenjak dahulu sampai


sekarang banyak masalah yang sangat men -dasar yang masih tetap tidak
terpecahkan, meskipun para filosof telah benyak mencoba memberikan
jawabannya. Contohnya apakah kebenaran itu ? apakah keindahan itu,
apakah perbedaan antara benar dan salah. ?

Keempat filsafat merupakan kumpulan teori atau sistem -sistem


pemikiran. Dalam hal ini filsafat berarti teori -teori filosofis yang
beraneka ragam atau sistem -sistem pemikiran yang telah muncul dalam
sejarah yang biasanya dikaitkan dengan nama -nama filosof ; seperti
Socrates, Plato, Aristoteles, Agustinus. Mereka sangat berpengaruh bagi
pemikiran di masa sekarang. Dari mereka lahir istilah -istilah seperti
idealisme, realisme, pragmatisme dan sebagainya.

Kattsoff mengemukakan filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang


dengan cahaya kodrati akal budi mencari sebab -sebab yang pertama
atau azas-azas yang tertinggi segala sesuatu. Filsafat dengan kata lain
merupakan ilmu pengetahuan tentang hal -hal pada sebab -sebabnya yang
pertama termasuk dalam ketertiban alam. Selain itu filsafat merupakan
ukuran pertama tentang nilai filsafat itu dan berakhir dengan
kesimpulan yang jika dihubungkan kembali dengan pengalaman hidup
sehari-hari, serta peristiwa -peristiwanya menjadikan pengala man-
pengalaman serta peristiwa itu lebih bermakna yang menyebabkan ki ta
lebih berhasil menanganinya.
Selain itu Liang Gie mengemukakan metode yang berbeda dalam
pembahasan ini. Ia meninjau filsafat dan segi pelaku filsafat sendiri.
Menurutnya pelaku filsafat itu terdiri atas beberapa kelompok, antara
lain :

Pertama pengejek filsafat, yaitu orang -orang yang mencemoohkan


atau memperolok -olokan filsafat maupun filosof karena
ketidaktahuannya.
Kedua peminat filsafat, yaitu seseorang yang sekedar me mpunyai arah
hidup, pandangan dunia, ukuran moral atau telah membaca karya
filsafat sehingga tertarik kepada filsafat.

Ketiga penghafal filsafat, pada umumnya mereka ialah mahasiswa


yang kerjanya sehari -hari menghafal buku atau diktat filsafat untuk
menghadapi ujian yang diberikan oleh dosennya.

Keempat sarjana filsafat, yaitu mahasiswa yang lulus di perguruan


tinggi filsafat dengan memperoleh gelar sarjana atau lainnya.

Kelima pengajar filsafat, yaitu sarjana yang memberikan kuliah


dalam mata kuliah filsafat atau salah satu cabangnya di perguruan
tinggi.

Keenam pemikir filsafat, yaitu seorang pemikir dalam bidang filsafat,


dan itulah yang sebenarnya disebut filosof. Filosof ialah seorang yang
senantiasa memahami persoalan -persoalan filsafat dan terus menerus
melakukan pemikiran terhadap jawaban -jawaban dari persoalan -
persoalan itu dari waktu ke waktu dan diungkapkan dal am bentuk lisan
maupun tulisan.

Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan


definisi tentang filsafat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti latar
belakang sosial, politik, ekonomi dan sebagainya. Jika disadari,
perbedaan pendapat itu adalah wajar karena perkembangan ilmu
pengetahuan menimbulkan berbagai spesialisasi ilmu yang
sesungguhnya terpecah dari filsafat pada umumnya dan selanjutnya
muncullah filsafat khusus, seperti filsafat politik, filsafat akhlak, filsafat
agama dan sebagainya.

Dengan demikian diketahui betapa luasnya lapangan filsafat. Tetapi


walaupun telah terjadi berba gai pemikiran dalam filsafat yang
berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat tertentu, ternyata ciri
khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap radikal,
sistematis, universal dan bebas.

2. Pengertian Agama

Pengertian agama yang paling umum dipahami adalah bahwa kata


agama berasal dari bahasa Sansekerta berasal dari kata a dan gama. A
berarti “tidak” dan gama “kacau”. Jadi, kata agama diartikan tidak kacau,
tidak semraut, hidup menjadi lurus dan benar.

Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu ilmu yang
meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan hubungan
itu direalisasikan dalam ibadat -ibadat. Kata religi berasal dari bahasa
Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Agama memang
merupakan kumpulan cara -cara mengabdi kepada Tuhan dan semua cara
itu terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. Di sisi lain
kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaan
agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang
beragama tetap terikat dengan hukum -hukum dan aturan-aturan yang
ditetapkan oleh agama.

Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang dimaksud dengan


kata relegere asal kata religi mengandung makna berhati -hati. Sikap
berhati-hati ini disebabkan dalam religi terdapat norma-norma dan
aturan yang ketat. Dalam religi ini orang Roma mempunyai anggapan
bahwa manusia harus hati -hati terhadap Yang kudus dan Yang suci
tetapi juga sekalian tabu. Yang kudus dipercayai mempunyai sifat baik
dan sekaligus mempunyai sifat jahat.

Religi juga merupakan kecenderungan asli rohani manusia yang


berhubungan dengan alam semeseta, nilai yang meliputi segalanya,
makna yang terakhir hakikat dari semua itu. Religi mencari makna dan
nilai yang berbeda -beda sama sekali dari segala sesuatu yang
dikenal. Karena itulah religi tidak berhubungan dengan yang kudus.
Yang kudus itu belum tentu Tuhan atau dewa -dewa. Dengan demikian
banyak sekali kepercayaan yang biasanya disebut religi, pada hal
sebenarnya belum pantas disebut religi karena hubungan antara
manusia dan yang kudus itu belum jelas. Religi -religi yang bersahaja
dan Budhisme dalam bentuk awalnya misalnya menganggap Yang kudus
itu bukan Tuhan atau dewa -dewa. Dalam religi betapa pun bentuk dan
sifatnya selalu ada penghayatan yang be rhubungan dengan Yang Kudus.

Manusia mengakui adanya ketergantungan kepada Yang Mutlak atau


Yang Kudus yang dihayati sebagai kontrol bagi manusia. Untuk
mendapatkan pertolongan dari Yang Mutlak itu manusia secara
bersama-sama menjalankan ajaran t ertentu.

Jadi religi adalah hubungan antara manusia dengan Yang Kudus.


Dalam hal ini yang kudus itu terdiri atas berbagai kemungkinan, yaitu
bisa berbentuk benda, tenaga, dan bisa pula berbentuk pribadi
manusia.

Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan


pengertian agama. Kata din dengan akar katanya dal,
ya dan nun diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-Quran
menyebut kata din ada menunjukkan arti agama dan ada menunjukkan
hari kiamat, sedangkan kata dain diartikan dengan utang.

Dalam tiga makna tersebut terdapat dua sisi yang berlainan dalam
tingkatan, martabat atau kedudukan. Yang pertama mempunyai
kedudukan, lebih tinggi, ditakuti dan disegani oleh yang kedua. Dalam
agama, Tuhan adalah pihak pertama yang mempunyai kekuasaan,
kekuatan yang lebih tinggi, ditakuti, juga diharapkan untuk memberikan
bantuan dan bagi manusia. Kata din dengan arti hari kiamat juga milik
Tuhan dan manusia tunduk kepada ketentuan Tuhan.

Manusia merasa takut terhadap hari kiamat sebagai milik Tuhan karena
pada waktu itu dijanjikan azab yang pedih bagi orang yang berdosa.
Adapun orang beriman merasa segan dan juga menaruh harapan
mendapat rahmat dan ampunan Allah pada hari kiamat itu.
Kata dain yang berarti utang juga terdapat pihak pertama sebagai yang
berpiutang yang jelas lebih kaya dan yang kedua sebagai yang berutang,
bertaraf rendah, dan merasa segan terhadap yang berpiutang. Dalam
diri orang yang berutang pada dasarnya terdapat harapan supaya
utangnya dimaafkan dengan arti tidak perlu dibayar, walaupun harapan
itu jarang sekali terjadi. Dalam Islam manusia berutang kepada Tuhan
berupa kewajiban melaksanakan ajaran agama.
Dalam bahasa Semit istilah di atas berarti undang -undang atau
hukum. Kata itu juga berar ti menundukkan, patuh, utang, balasan,
kebiasaandan semua itu memang terdapat dalam agama. Di balik semua
aktifitas dalam agama itu terdapat balasan yang akan diterimanya nanti.
Balasan itu diperoleh setelah manusia berada di akhirat.

Semua ungkapan di atas menunjuk kepada pengertian agama secara


etimologi. Namun banyak pula di antara pemikir yang mencoba
memberikan definisi agama. Dengan demikian agama juga diberi definisi
oleh berbagai pemikir dalam bentuk yang berbagai macam. Dengan kata
lain agama itu mempunyai berbagai pengertian. Dengan istilah yang
sangat umum ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah
peraturan tentang cara hidup di dunia ini.

Sidi Gazalba memberikan definisi bahwa agama ialah kepercayaan


kepada Yang Kudus, menyataka n diri berhubungan dengan Dia dalam
bentuk ritus, kultus dan permohonan dan membentuk sikap hidup
berdasarkan doktrin tertentu.Karena dalam definisi yang dikemukakan
di atas terlihat kepercayaan yang diungkapkan dalam agama itu masih
bersifat umum, Gazalba mengemukakan definisi agama Islam, yaitu:
kepercayaan kepada Allah yang direalisasikan dalam bentuk
peribadatan, sehingga membentuk taqwa berdasarkan al -Quran dan
Sunnah.

Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari


pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang diterima dan diridoi Allah
ialah sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu
manusia tunduk dan patuh kepada -Nya. Sistem hidup itu mencakup
berbagai aspek kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal
perbuatan yang disyari`atkan Allah untuk manusia.

Selanjutnya dijelaskan bahwa agama itu dapat dikelompokkan


menjadi dua bentuk, yaitu agama yang menekankan kepada iman dan
kepercayaan dan yang ke dua menekankan kepada aturan tentang cara
hidup. Namun demikian kombinasi antara keduanya akan menjadi defi -
nisi agama yang lebih memadai, yaitu sistem kepercayaan dan praktek
yang sesuai dengan kepercayaan tersebut, atau cara hidup lahir dan
batin.

Bila dilihat dengan seksama istilah -istilah itu ber muara kepada satu
fokus yang disebut ikatan. Dalam agama terkandung ikatan -ikatan yang
harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap manusia, dan ikatan itu
mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan sehari -hari. Ikatan
itu bukan muncul dari sesuatu yang umum, tetapi berasal dari kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia .

2.2 Menjelaskan fungsi Agama bagi kehidupan

A. Alasan – alasan Manusia Perlu Beragama

Pada dasarnya manusia memiliki keterbatasan pengetahuan dalam


banyak hal, baik mengenai sesuatu y ang tampak maupun yang gaib, dan
juga keterbatasan dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada
dirinya dan orang lain, dan lainb sebagainya. Oleh karena keterbatasan
yang dimiliki itulah maka manusia memerlukan agama untuk membantu
dan memberikan pencerah an spiritual pada dirinya.
Manusia membutuhkan agama tidak sekedar untuk kebaikan
dirinya di hadapan Tuhan saja, melainkan juga untuk membantu dirinya
dalam menghadapi bermacam -macam problema yang terkadang tidak
dapat dipahaminya. Selain daripa da itu agama juga memebri isyarat
kepada manusia dan alam bahwa ada Zat yang lebih unggul, Zat Yang
Maha segalanya, yang disitu manusia perlu bersandar kepada -Nya
melalui medium agama.

Kita perlu bersandar dan berpasrah (tawakkal) kepada -Nya


melalui agama karena agama menjadi tempat bagi kita untuk mengadu
dan bekomunikasi dengan Tuhan. Kepasrahan kita kepada Tuhan
didasarkan pada suatu ajaran bahwa manusia hanya bisa berusaha,
Tuhan yang menentukan. Di sisi lain dalam kehidupan sosial, bagi
seorang muslim, agama diperlukan untuk menjadi dasar dalam menata
kehidupannya, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun aspek
lainnya sehingga kehidupannya menjelmakan perilaku yang Islami.

B. Fungsi Agama Bagi manusia

Ada beberapa alasan tentang menga pa agama itu sangat penting dalam
kehidupan manusia, antara lain adalah :
• Karena agama merupakan sumber moral
• Karena agama merupakan petunjuk kebenaran
• Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah
metafisika.
• Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di
kala suka, maupun di kala duka.

Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya, serta tidak mengetahui apa -apa sebagaimana firman Allah
dalam Q. S. al -Nahl (16) : 78. Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak tahu apa -apa. Dia menjadikan untukmu
pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka yang
mensyukurinya.

Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi


oleh berbagai macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari
luar dirinya. Godaan dan rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi
dua bagian, yaitu
1. Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam
lingkungan kebaikan, yang menurut istilah Al -Gazali dalam bukunya
ihya ulumuddin disebut dengan malak Al -hidayah yaitu kekuatan -
kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada hidayah ataukebaikan.

2. Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia


kepada kejahatan,yang menurut istilah Al -Gazali dinama kan malak al-
ghiwayah, yakni kekuatan -kekuatan yang berusaha menarik manusia
kepada kejahatan Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan
manusia, yaitu membimbing manusia kejalan yang baik dan
menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran

Fungsi Agama Kepada Manusia Dari segi pragmatisme, seseorang


itu menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi
kebanyakan orang, agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan
hidup. Tetapi dari segi sains sosial, fungsi agama mempunyai d imensi
yang lain seperti apa yang dihuraikan di bawah:

a. Memberi pandangan dunia kepada satu -satu budaya manusia.


Agama dikatankan memberi pandangan dunia kepada manusia kerana ia
sentiasanya memberi penerangan mengenai dunia(sebagai satu
keseluruhan), dan juga kedudukan manusia di dalam dunia. Penerangan
bagi pekara ini sebenarnya sukar dicapai melalui inderia manusia,
melainkan sedikit penerangan daripada falsafah. Contohnya, agama
Islam menerangkan kepada umatnya bahawa dunia adalah ciptaan Alla h
SWTdan setiap manusia harus menaati Allah SWT

b. Menjawab pelbagai soalan yang tidak mampu dijawab oleh


manusia. Sesetangah soalan yang sentiasa ditanya oleh manusia
merupakan soalan yang tidak terjawab oleh akal manusia sendiri.
Contohnya soalan k ehidupan selepas mati, matlamat menarik dan untuk
menjawabnya adalah perlu. Maka, agama itulah berfungsi untuk
menjawab soalan - soalan ini.
c. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu kelompok manusia. Agama
merupakan satu faktor dalam pembentukkan kelom pok manusia. Ini
adalah kerana sistem agama menimbulkan keseragaman bukan sahaja
kepercayaan yang sama, malah tingkah laku, pandangan dunia dan nilai
yang sama.

d. Memainkan fungsi kawanan sosial. Kebanyakan agama di dunia


adalah menyaran kepada keba ikan. Dalam ajaran agama sendiri
sebenarnya telah menggariskan kod etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka ini dikatakan agama memainkan fungsi kawanan
sosial
Fungsi Sosial Agama
• Secara sosiologis, pengaruh agama bisa dilihat dari dua sisi, yait u
pengaruh yang bersifat positif atau pengaruh yang menyatukan
(integrative factor) dan pengaruh yang bersifat negatif atau
pengaruh yang bersifat destruktif dan memecah -belah
(desintegrative factor).
Pembahasan tentang fungsi agama disini akan dibatasi p ada dua
hal yaitu agama sebagai faktor integratif dan sekaligus
disintegratif bagi masyarakat.

Fungsi Integratif Agama


• Peranan sosial agama sebagai faktor integratif bagi masyarakat
berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama,
baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun
dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu
mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai -nilai yang
mendasari sistem -sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh
kelompokkelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya
konsensus dalam masyarakat.

Fungsi Disintegratif Agama


• Meskipun agama memiliki peranan sebagai kekuatan yang
mempersatukan, mengikat, dan memelihara eksistensi suatu
masyarakat, pada saat yang sama agama juga dapat memainkan
peranan sebagai kekuatan yang mencerai - beraikan, memecah-
belah bahkan menghancurkan eksistensi suatu masyarakat. Hal ini
merupakan konsekuensi dari begitu kuatnya agama dalam
mengikat kelompok pemeluknya sendiri sehingga seringkali
mengabaikan bahkan menyalahkan eksis tensi pemeluk agama lain

2.3 Menyebutkan Prinsip Kehidupan

A. Prinsip Agama dalam Membentuk Tat anan Masyarakat yang Baik

Surat An Nahl ayat 90 menyebutkan bahwa terdapat tiga hal yang dapat
membantu kita menciptakan tatanan masyarakat yang baik serta tiga hal
yang dapat merusak tatanan masyarakat. Pertama, Allah SWT
memerintahkan kita untuk selalu berlaku adil kepada siapa saja. Adil
adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya.
1. Prinsip keadilan menjadi prinsip pertama dalam membentuk
tatanan masyaraka t yang baik. Islam mengajarkan bahwa kita mesti
berlaku adil terhadap siapa saja dan kapan saja tanpa membeda -
bedakan sesorang berdasarkan agama, status sosial, suku dan lain
sebagainya. Adil juga bermakna seimbang dalam seluruh aspek
kehidupan. Rasulullah SAW berpesan,"Wahai sahabatku, sesungguhnya
badanmu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, demikian pula
keluargamu memiliki hak atas dirimu, demikian pula tamumu memiliki
hak atasmu

2. Prinsip kedua adalah ihsan. Ihsan bermakna melakukan sesuatu


yang paling baik dan memiliki makna yang lebih tinggi daripada
keadilan. Misalnya, ketika kita ditampar oleh seseorang sebanyak satu
kali, maka kita diizinkan untuk membalas tamparan tersebut sebanyak
satu kali juga dan itu bermakna adil. Akan tetapi, jika kita tidak
membalas dan memberi maaf, maka itulah yang disebut sebagai ihsan.
Orang yang berhasil berbuat ihsan dinamakan orang yang muhsin. Nabi
Muhammad ketika pamannya Hamzah mati syahid saat perang dan
melihat Hindun membelah dada Hamzah kemudian memakan h atinya,
Nabi bersumpah bahwa beliau akan membalas kekejaman yang
dilakukan oleh Hindun lebih kejam dari yang pernah dilakukan,
sehingga tidak ada satu pun manusia yang bisa membayangkan
kekejaman yang akan dilakukan oleh nabi. Pada saat itu Allah
mengatakan bahwa jika nabi ingin membalas maka balaslah sesuai
perbuatan yang dilakukan, tetapi jika nabi memaafkan, maka itulah yang
lebih baik.

Coba kita lihat bagaimana sikap Rasulullah SAW ketika menyuapi wanita
tua yang buta beragama Yahudi di sebuah sudut pa sar. Setiap nabi
menyuapi wanita tua tersebut selalu cacian dan makian kepada Nabi
Muhammad yang keluar dari mulutnya. Namun, Nabi Muhammad tidak
pernah membalas cacian dan makian tersebut dan tetap menyuapi
wanita tua yang buta dengan baik dan makanannya dihaluskan agar
terasa lezat di lidahnya.

Hal itu dilakukan sampai nabi wafat yang kemudian dilanjutkan oleh
Abu Bakar. Ketika Abu Bakar menyuapi wanita tua tadi, wanita tersebut
mengetahui bahwa Abu Bakar bukanlah orang yang biasa menyuapinya,
karena makanan yang diberikan oleh Abu Bakar terasa kasar di lidahnya
dan kemudian ia bertanya di manakah orang yang biasa menyuapinya.
Abu Bakar sambil menangis mengatakan bahwa orang yang biasa
menyuapi wanita tua tersebut adalah Nabi Muhammad dan beliau sudah
meninggal dunia. Ketika mendengar hal tersebut wanita tua tadi
langsung meminta maaf dan langsung masuk Islam. Inilah sikap dan
akhlak yang dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah SAW.

3. Prinsip ketiga adalah berbuat baik kepada kaum kerabat. Tujuan


terdekat manusia diciptakan di muka bumi adalah untuk berbuat baik
kepada manusia yang lain dan dengan itu tatanan masyarakat akan
menjadi baik.

Dalam surat an-Nahl ayat 90, Allah SWT juga menyebutkan tiga hal yang
dapat merusak tatanan masyarakat, yakni segala bentuk perbuatan al -
Fahsya Wal munkar wal bagh. Al -Fahsya, kata ulama berarti sesuatu
yang sangat keji. Jadi, apabila Allah SWT di dalam Alquran menggunakan
kata al-Fahsya berarti perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang
sangat keji.

Wal munkar wal ba gh adalah segala macam kemungkaran yang


melampaui batas, seperti terorisme, korupsi, dan merusak keadilan
dalam masyarakat. Itulah tiga macam perbuatan yang dilarang oleh
Allah. Marilah kita jauhi dan hindari semua larangan Allah supaya
tercipta tatanan ma syarakat yang baik untuk Indonesia yang lebih baik.

2.4 Menyebutkan Sumber ajaran Agama

Sumber-Sumber Ajaran Islam


A. Pengertian Islam Menurut Al -Quran

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw


sebagai nabi dan rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh
manusia hingga akhir zaman.
Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan
bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M
(mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).
1. Al-Quran.
Pendapat para ahli mendifinisikan alquran:
a. Dr. Subhi Al Salih mendefinisikan Al -Qur’an sebagai berikut:
– “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan
dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
b. Muhammad Ali ash -Shabuni mendefinisikan Al -Qur’an sebagai
berikut:
– “Al-Qur’an adalah firman Allah yang tiada tandingannya,
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para Nabi dan Rasul,
dengan perantaraan Malaikat Jibril a.s. dan ditulis pada mushaf -mushaf
yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan
surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An -Nas”
Secara etimologi Alqura n berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan,
atau qur’anan yang berarti mengumpulkan (al -jam’u) dan menghimpun
(al-dlammu). Sedangkan secara terminologi (syariat), Alquran adalah
Kalam Allah ta’ala atau mu’jizat yang diturunkan kepada Rasul dan
penutup para Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam,yang
ditulis dalam mushaf diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya
ibadah,dan diawali dengan surat al -Fatihah dan diakhiri dengan surat
an-Naas. Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber agama (juga
ajaran) Islam pertama dan utama yang memuat firman -firman (wahyu)
Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada
Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah sedikit demi sedikit selama 22
tahun 2 bulan 22 hari, mula -mula di Mekah kemudi an di Medinah.
Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun,13
tahun sebelum hijrah hingga 10 tahun setelah hijrah ,dapat dibedakan
antara ayat -ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal
di Mekah (sebelum hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi
Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayat -ayat yang tutun ketika
Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat -ayat Makkiyah,
sedangkan ayat -ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke
Medinah dinamakan ayat -ayat Madaniya h.
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia.
Sangat mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga
bagi orang-orang kafir. Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal
17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang pertama kali turun tersebut
adalah Surat Alaq, ayat 1 -5.

Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah :


• Al-Kitab (Buku)
• Al-Furqan (Pembeda benar salah)
• Adz-Dzikr (Pemberi peringatan)
• Al-Mau’idhah (Pelajaran/nasihat)
• Al-Hukm (Peraturan/hukum )
• Al-Hikmah (Kebijaksanaan)
• Asy-Syifa’ (Obat/penyembuh)

2. Struktur dan pembagian Al -Qur’an


a. Surat, ayat dan ruku’
Al-Qur’an terdiri atas 114 bagian yang dikenal dengan nama surah
(surat) dan 6666 ayat. Setiap surat akan terdiri atas beberapa aya t, di
mana surat terpanjang dengan 286 ayat adalah surat Al Baqarah dan
yang terpendek hanya memiliki 3 ayat yakni surat Al Kautsar, An -Nasr
dan Al-‘Așr. Surat -surat yang panjang terbagi lagi atas sub bagian lagi
yang disebut ruku’ yang membahas tema atau topik tertentu.
b. Makkiyah dan Madaniyah
Sedangkan menurut tempat diturunkannya, setiap surat dapat dibagi
atas surat -surat Makkiyah (surat Mekkah) dan Madaniyah (surat
Madinah). Pembagian ini berdasarkan tempat dan waktu penurunan
surat dan ayat terten tu di mana surat-surat yang turun sebelum
Rasulullah SAW hijrah ke Madinah digolongkan surat Makkiyah
sedangkan setelahnya tergolong surat Madaniyah.

c. Juz dan manzil


Dalam skema pembagian lain, Al -Qur’an juga terbagi menjadi 30 bagian
dengan panjang sama yang dikenal dengan nama juz. Pembagian ini
untuk memudahkan mereka yang ingin menuntaskan bacaan Al -Qur’an
dalam 30 hari (satu bulan). Pembagian lain yakni manzil memecah Al -
Qur’an menjadi 7 bagian dengan tujuan penyelesaian bacaan dalam 7
hari (satu minggu). Kedua jenis pembagian ini tidak memiliki hubungan
dengan pembagian subyek bahasan tertentu.
d. d.Menurut ukuran surat
Kemudian dari segi panjang -pendeknya, surat -surat yang ada di dalam
Al-Qur’an terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
• As Sab’utht hiwaal (tujuh surat yang panjang). Yaitu Surat Al -
Baqarah, Ali Imran, An -Nisaa’, Al-A’raaf, Al-An’aam, Al Maa-idah
dan Yunus
• Al Miuun (seratus ayat lebih), seperti Hud, Yusuf, Mu’min dan
sebagainya
• Al Matsaani (kurang sedikit dari seratus ayat), seperti Al -Anfaal,
Al-Hijr dan sebagainya
• Al Mufashshal (surat -surat pendek), seperti Adh -Dhuha, Al-Ikhlas,
Al-Falaq, An-Nas dan sebagainya
Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw, bahkan
terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. Al -Quran
membenarkan Kitab -Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum -hukum
yang telah ditetapkan sebelumnya.

“Tidak mungkin Al -Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia
membenarkan kitab -kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum -
hukum yang ditetapkannya. Tidak ada keraguan di dalamnya dari Tuhan
semesta alam” (Q.S. 10:37).
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al -Quran itulah
yang benar, membenarkan kitab -kitab sebelumnya…” (Q.S. 35:31).
Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:
• Sebagai Furqon (pem beda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
• Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
• Sebagai pemberi kabar gembira
• Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203,
dll)
• Sebagai peringatan
• Sebagai cahaya pe tunjuk (QS. 42: 52)
• Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)

Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek -pendek, merupakan
19/30 dari seluruh isi al -Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat.
Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya pan jang-panjang,
merupakan 11/30 dari seluruh isi al -Quran, terdiri dari 28 surat, 1456
ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata -kata yaa ayyuhannaas (hai
manusia) sedang ayat –ayat Madaniyah dimulai dengan kata -kata yaa
ayyuhallaziina aamanu (hai or ang-orang yang beriman).

3. Pada umumnya ayat -ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni


keyakinan pada Kemaha Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah -
kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat -ayat Madaniya memuat
soal-soal hukum, keadilan, masyar akat dan sebagainya.
4. Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain :
a. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia.
Petunjuk akidah ini berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan
kepercayaan kepastian adanya hari kebangkitan, perh itungan serta
pembalasan kelak.
b. Petunjuk mengenai syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia
dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi
kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
c. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus
diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual
maupun kehidupan sosial.
d. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah
kaum Allah menghukum mereka dengan mendatangkan banjir b esar
serta mengganti kebun yang rusak itu dengan kebun lain yang
ditumbuhi pohon -pohon yang berbuah pahit rasanya.
e. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan
akhir manusia yang disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat
dimulai dengan peniupan sangkakala (terompet) oleh malaikat Israil.
2.5 Hakikat dan martabat Manusia

A. Hakikat Manusia

Hakikat manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki


fitrah, akal, kalbu, kemauan serta amanah. Manusia dengan segenap
potensi (ke mampuan) kejiwaan naluriah, seperti akal pikiran, kalbu
kemauan yang ditunjang dengan kemampuan jasmaniahnya, manusia
akan mampu melaksanakan amanah Allah dengan sebaik -baiknya
sehingga mencapai derajat manusia yang sempurna (beriman, berilmu
dan beramal) manakala manusia memiliki kemaunan serta kemampuan
menggunakan dan mengembangkan segenap kemampuan karunia Allah
tersebut. Dr. Ali Syari’ati dalam buku yang berjudul “Humanisme antara
Islam dan Mazhab Barat menyatakan bahwa, “ manusia adalah makhluk
satu-satunya di alam semesta ini yang memiliki Ruh Ilahi dan
bertanggung jawab atas amanat Allah, serta berkewajiban berakhlak
dengan akhlak Allah” Salah satu upaya dalam rangka memberdayakan
manusia yang berkualitas bajik, terampil serta berkepribadian dan
berakhlak luhur adalah dengan melalui pendidikan. Dengan demikian
manusia sebagai makhluk yang memiliki fitrah, akal, kalbu, kemauan
serta amanah.

1. Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Penciptaan manusia terdiri dari bentuk jasmani yang bersifat kongkri t,


juga disertai pemberian sebagian Ruh ciptaan Allah swt yang bersifat
abstrak. Manusia dicirikan oleh sebuah intelegensi sentral atau total
bukan sekedar parsial atau pinggiran. Manusia dicirikan oleh
kemampuan mengasihi dan ketulusan, bukan sekedar refl es-refleks
egoistis. Sedangkan, binatang, tidak mengetahui apa -apa diluar dunia
inderawi, meskipun barangkali memiliki kepekaan tentang yang sakral.
Manusia perlu mengenali hakikat dirinya, agar akal yang
digunakannya untuk menguasai alam dan jagad r aya yang maha luas
dikendalikan oleh iman, sehingga mampu mengenali ke -Maha Perkasaan
Allah dalam mencipta dan mengendalikan kehidupan ciptaanNya. Dalam
memahami ayat -ayat Allah dalam kesadaran akan hakekat dirinya,
manusia menjadi mampu memberi arti dan m akna hidupnya, yang harus
diisi dengan patuh dan taat pada perintah -perintah dan berusaha
menjauhi larangan -larangan Allah. Berikut adalah hakekat manusia
menurut pandangan Islam:

a. Manusia adalah Makhluk Ciptaan Allah SWT.


Hakekat pertama ini berlaku umum bagi seluruh jagat raya dan
isinya yang bersifat baru, sebagai ciptaan Allah SWT di luar alam yang
disebut akhirat. Alam ciptaan meupakan alam nyata yang konkrit,
sedang alam akhirat merupakan ciptaan yang ghaib, kecuali Allah SWT
yang bersifat ghaib bukan ciptaan, yang ada karena adanya sendiri.
Firman Allah SWT mengenai penciptaan manusia dalam Q.S. Al -Hajj ayat
5:
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes air mani menjadi segumpal darah, menjadi segum pal daging
yang diberi bentuk dan yang tidak berbentuk, untuk Kami perlihatkan
kekuasaan Tuhanmu.”
Firman tersebut menjelaskan pada manusia tentang asal muasal
dirinya, bahwa hanya manusia pertama Nabi Adam AS yang diciptakan
langsung dari tanah, se dang istrinya diciptakan dari satu bagian tubuh
suaminya. Setelah itu semua manusia berikutnya diciptakan melalui
perantaraan seorang ibu dan dari seorang ayah, yang dimulai dari
setetes air mani yang dipertemukan dengan sel telur di dalam rahim.
Hakikat pertama ini berlaku pada umumnya manusia di seluruh
jagad raya sebagai ciptaan Allah diluar alam yang disebut akhirat. Alam
ciptaan merupakan alam nyata yang konkrit sedangkan alam akhirat
merupakan ciptaan yang ghaib kecuali Allah yang bersifat gha ib bukan
ciptaan yang ada karena dirinya sendiri.

b. Kemandirian dan Kebersamaan (Individualitas dan Sosialita).


Kemanunggalan tubuh dan jiwa yang diciptakan Allah SWT ,
merupakan satu diri individu yang berbeda dengan yang lain. setiap
manusia dari individu memiliki jati diri masing - masing. Jati diri
tersebut merupakan aspek dari fisik dan psikis di dalam kesatuan.
Setiap individu mengalami perkembangan dan berusah untuk mengenali
jati dirinya sehingga mereka menyadari bahwa jati diri mereka berbeda
dengan yang lain. Firman Allah dalam Q.S. Al -A’raf 189:
‫هو الذي خلقكم من نفس واحدة‬
“Dialah yang menciptakanmu dari satu diri”
Firman tersebut jelas menyatakan bahwa sebagai satu diri (individu)
dalam merealisasikan dirinya melalui kehidupan, ternyata diantaranya
terdapat manusia yang mampu mensyukurinya dan men jadi beriman.
Di dalam sabda Rasulullah SAW menjelaskan petunjuk tentang cara
mewujudkan sosialitas yang diridhoiNya, diantara hadist tersebut
mengatakan:
“Seorang dari kamu tidak beriman sebelum mencintai kawannya
seperti mencintai dirinya s endiri” (Diriwayatkan oleh Bukhari)
“Senyummu kepada kawan adalah sedekah” (Diriwayatkan oleh Ibnu
Hibban dan Baihaqi)
Kebersamaan (sosialitas) hanya akan terwujud jika dalam
keterhubungan itu manusia mampu saling menempatkan sebagai subyek,
untuk memungkinkannya menjalin hubungan manusiawi yang efektif,
sebagai hubungan yang disukai dan diridhai Allah SWT. Selain itu
manusia merupakan suatu kaum (masyarakat) dalam menjalani hidup
bersama dan berhadapan dengan kaum (masyarakat) yang lain. Manu sia
dalam perspektif agama Islam juga harus menyadari bahwa pemeluk
agama Islam adalah bersaudara satu dengan yang lain.

c. Manusia Merupakan Makhluk yang Terbatas.


Manusia memiliki kebebasan dalam mewujudkan diri (self
realization), baik sebag ai satu diri (individu) maupun sebagai makhluk
social, terrnyata tidak dapat melepaskan diri dari berbagai keterikatan
yang membatasinya. Keterikatan atau keterbatasan itu merupakan
hakikat manusia yang melekat dan dibawa sejak manusia diciptakan
Allah SWT. Keterbatasan itu berbentuk tuntutan memikul tanggung
jawab yang lebih berat daripada makhluk -makhluk lainnya. Tanggung
jawab yang paling asasi sudah dipikulkan ke pundak manusia pada saat
berada dalam proses penciptaan setiap anak cucu Adam berupa janji
atau kesaksian akan menjalani hidup di dalam fitrah beragama tauhid.
Firman Allah Q.S. Al -A’raf ayat 172 sebagai berikut:
‫واذ اخذ ربك من بني ادم من ظهورهم ذريتهم واشدهم على انفسهم الست بربكم قالوا بلى شهدنا‬
“Dan ingat lah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian jiwa mereka,
“Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul Engkau Tuhan
kami dan kami bersaksi.”
Kesaksian tersebut merupakan sumpah yang mengikat atau
membatasi manusia sebagai individu bahwa didalam kehidupannya
tidak akan menyembah selain Allah SWT. Bersaksi akan menjadi
manusia yang bertaqwa pada Allah SWT. Manusia tidak bebas
menyembah sesuatu selain Allah SWT, yang sebagai perbuatan syirik
dan kufur hanya akan menga ntarkannya menjadi makhluk yang terkutuk
dan dimurkaiNya.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari keterangan -keterangan di atas, penyusun dapat simpulkan :


1. Filsafat adalah sikap berfikir yang melibatkan usaha untuk
memikirkan masalah hidu p dan alam semesta dari semua sisi yang
meliputi kesiapan menerima hidup dalam alam semesta sebagaimana
adanya dan mencoba melihat dalam keseluruhan hubungan. Sikap
filosofik dapat ditandai misalnya dengan sikap kritis, berfikir terbuka,
toleran dan mau me lihat dari sisi lain.
2. Agama adalah kumpulan cara -cara mengabdi kepada Tuhan, agama
juga diartikan dengan mengikat. Ajaran -ajaan agama memang
mempunyai sifat mengikat bagi manusia pemeluknya.
3. Filsafat dan agama ternyata mempunyai beberapa hu bungan yang
tidak dapat dipisahkan, dikarnakan objek materia filsafat yang tidak
dapat diteliti oleh sain. Objek materia filsafat jelas lebih luas dari objek
materi sain.[38] Perbedaan itu sebenarnya disebabkan oleh sifat
penyelidikan. Penyelidikan filsafa t yang dimaksud di sini adalah
penyelidikan yang mendalam, atau keingintahuan filsafat adalah bagian
yang terdalam. Yang menjadi penyelidikan filsafat agama adalah aspek
yang terdalam dari agama itu sendiri.
4. Filsafat dan agama juga mempunyai beber apa perbedaan,
diantaranya di dalam filsafat untuk mendapatkan kebenaran yang
hakiki, manusia harus mencarinya sendiri dengan mempergunakan alat
yang dimilikinya berupa segala potensi lahir dan batin. Sedangkan
dalam agama, untuk mendapatkan kebenaran yang hakiki manusia tidak
hanya mencarinya sendiri, melainkan harus menerima hal -hal yang
diwahyukan Tuhan, dengan kata lain percaya atau iman.

3.2. SARAN
Dari pembahasan yang penulis susun, mungkin di dalam makalah ini ada
terdapat kesalahan, karena tid ak ada suatu hal pun yang sempurna,
selain Allah. Maka oleh sebab itu penyusun meminta maaf dan memohon
kririk dan sarannya yang bersifat membangun, karena sanagt berguna
bagi penyusun untuk perbaikan makalah -makalah selanjutnya.
Terimakasih

DAFTAR PUSTAKA

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-filsafat-
agama.html?m=1

http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2018/10/hubungan-filsafat-dan-
agama.html?m=1

https://www.slideshare.net/masamamudink/fungsi-agama-bagi-kehidupam-manusia

http://satriodatuak.com/makalah-sumber-ajaran-ajaran-agama-islam/

Anda mungkin juga menyukai