Anda di halaman 1dari 12

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA


TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK
DI PAUD LEMBAGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
ANAK (LPA) YAYASAN MUJAHIDIN KOTA PONTIANAK

DEA DESTIANA

I32112031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2017
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA
TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK
DI PAUD LEMBAGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
ANAK (LPA) YAYASAN MUJAHIDIN KOTA PONTIANAK

Dea Destiana1, Ichsan Budiharto2 , Hendra3

ABSTRAK

Latar Belakang : Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia
dewasa. Salah satu tugas perkembangan adalah membentuk kemandirian, kedisiplinan, dan kepekaan emosi
pada anak. Toilet training merupakan salah satu tugas perkembangan anak pada usia toddler. Berdasarkan
temuan awal secara survey di PAUD Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LPA) Yayasan
Mujahidin, ditemukan bahwa ada sekitar 10 anak dari 20 orang anak di dalam satu kelas yang masih
memakai diapers dan belum bisa mengontrol rasa ingin berkemih. Dari masalah yang ada diatas perlu di
adakannya penelitian terkait adakah hubungan pola asuh orang tua terhadap pelaksanaan toilet training
pada anak di PAUD Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LPA) Yayasan Mujahidin.

Tujuan mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap pelaksanaan toilet training pada anak di
PAUD Lembaga Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LPA) Yayasan Mujahidin.

Metode Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah
analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 52 responden dengan
Proportional Stratified Random Sampling. Jumlah sampel di tiga kelas PAUD masing – masing yaitu,
Kelompok Nisrina sebanyak 17 anak, Kelompok Aqhuwanun sebanyak 17 anak, dan Kelompok Idzuura
sebanyak 18 anak. Penelitian ini menggunakan uji statistik Non Parametrik yaitu Chi Square dengan
p<0,05.

Hasil : Responden dengan pola asuh demokrasi sebanyak 25 responden, otoriter sebanyak 16 responden,
permisif sebanyak 9 responden. Mayoritas responden menerapkan pola asuh yang memiliki anak dengan
toilet training baik demokrasi yaitu 12 anak (42,86%), otoriter 9 anak (32,14%), permisif 7 anak (25%).
Responden dengan pola asuh demokrasi yang memiliki anak dengan toilet training buruk 13 anak
(54,17%), responden dengan pola asuh otoriter yang memiliki anak dengan toilet training buruk 7 anak
(29,17%), responden dengan pola asuh permisif yang memiliki anak dengan toilet training buruk 4 anak
(16,67%). Sehingga didapatkan nilai p sebesar 1,000 (p=>0,05) melalui uji analisa data Kolmogorov
Smirnov.

Kesimpulan tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap pelaksanaan toilet training pada anak
di PAUD Lembaga Pemberdayaan Perempuan dan Anak Yayasan Mujahidin. Ada faktor-faktor lain yang
dapat menjadi kontributor penyebab keberhasilan toilet training anak usia toddler.

Kata kunci : Toilet Training, Pola asuh orang tua, Anak, Toddler

1. Mahasiswa
2. Perawat di RSUD Dr. Soedarso Pontianak
3. Dosen
RELATIONSHIP OF PARENTS PARENTING
TO THE IMPLEMENTATION OF TOILET TRAINING TO CHILDREN
IN PAUD LEMBAGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
ANAK (LPA) YAYASSAN MUJAHIDIN PONTIANAK

Dea Destiana1, Ichsan Budiharto2 , Hendra3

ABSTRACT

Background: Children experience growth and development from birth to adulthood. One of the tasks of
development is to establish self-reliance, discipline, and emotional sensitivity in children. Toilet training is
one of the tasks of child development at the age of toddler. Based on initial survey at the PAUD Institute
for Women and Children Empowerment (LPA) Yayasan Mujahidin, it was found that there are about 10
children out of 20 children in a class who still wear diapers and have not been able to control the urge to
urinate. From the problems mentioned, it is necessary to carry out research related to whether there is a
relationship of parents parenting to the implementation of toilet training for children in early childhood and
women's empowerment institution (LPA) Yayasan Mujahidin.

Objective : Determine the relationship of parents parenting to the implementation of toilet training in
children in the Early Childhood Education and Child Development Foundation (LPA) Yayasan Mujahidin.

Methods : This research is a type of quantitative research. The research design used was analytic
observasional with cross sectional approach, the sample of 52 respondents with Proportional Stratified
Random Sampling. The number of samples in three classes of PAUD each - the group of Nisrina as many
as 17 children, Aqhuwanun Group of 17 children, and Idzuura group of 18 children. This research uses Non
Parametric statistic test that is Chi Square with p <0,05.

Results : Respondents with democratic parenting as many as 25 respondents, authoritarian as many as 16


respondents, permissive as many as 9 respondents. The majority of respondents apply parenting that has
children with toilet training, democracy is 12 children (42.86%), authoritarian 9 children (32.14%),
permissive 7 children (25%). Respondents with democratic parenting who have children with poor toilet
training as 13 children (54.17%), respondents with authoritarian parenting who have children with poor
toilet training as 7 children (29.17%), respondents with permissive parenting pattern have children with bad
toilet training as 4 children (16.67%). That make p value of 1,000 (p => 0,05) by analized using
Kolmogorov Smirnov.

Conclusion : there is no corelation between parenting parenting to the implementation of toilet training for
children in early childhood education institution of Women and Child Mujahidin Foundation. There are
others contributor factors might lead to toilet training achievement in toddler.

Keywords: Toilet Training, Parents Parenting, Children, Toddler

1. Student
2. Nurse in RSUD Dr. Soedarso Pontianak
3. Teacher
Pendahuluan merupakan fase terpenting pada
Perkembangan adalah bertambahnya perkembangan psikologis anak. Fase ini
kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang anak dihadapkan pada kondisi dimana
lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang keadaan fisiologis dan biologis tubuhnya
pengukurannya jauh lebih sulit dari pada harus disesuaikan dengan faktor lingkungan
pengukuran pertumbuhan (Irawan 2012). dan sosial. Pada motorik kasar anak bisa
Manusia berkembang dari tiap awal duduk, berdiri, berjalan dan sebagainya,
tahap perkembangan ke tahap pada motorik halus anak memiliki
perkembangan yang lainnya, mereka kemampuan melakukan pergerakan bagian–
mengalami perubahan tingkah laku yang bagian tertentu saja anak bisa menjepit,
berbeda-beda dikarenakan adanya masalah- menulis, belajar makan sendiri, pada bahasa
masalah atau tugas-tugas yang dituntut dan anak merespon berbicara, berkomunikasi
muncul pada setiap tahap perkembangan secara verbal mengikuti perintah, pada
yang berbeda pula. Salah satu tugas personal sosial anak mampu berinteraksi,
perkembangan adalah membentuk makan sendiri, bermain bersama dengan
kemandirian, kedisiplinan, dan kepekaan anak lain (Rendi, 2012).
emosi pada anak (Triningsih ,2014). Terdapat 15% anak tetap mengompol
Toilet training merupakan salah satu di usia 5 tahun dan sekitar 1,3% anak laki-
tugas perkembangan anak pada usia toddler, laki serta 0,3% untuk anak perempuan di
dimana pada usia ini kemampuan untuk Singapura.Di Inggris masih memiliki
mengontrol rasa ingin berkemih, kebiasaan BAB sembarangan pada usia 7
mengontrol rasa ingin defekasi mulai tahun dimana hal ini disebabkan karena
berkembang. Anak akan belajar bagaimana kegagalan toilet traning . Hasil penelitian
mereka mengendalikan keinginan untuk lain menyebutkan bahwa 90% dari anak-
buang air kecil dan selanjutnya mereka anak usia 2-3 tahun berhasil di ajarkan toilet
menjadi terbiasa menggunakan toilet secara training dan 80% dari anak-anak
mandiri (Indanah, 2014) mendapatkan kesuksesan tidak mengompol
Menurut Frued perkembangan anak di malam hari anatara 3-4 tahun. Berdasar
dilakukan pada masa anal pada usia 18 – 36 hal tersebut menggambarkan bahwa toilet
bulan atau, pada fase ini anak sudah dapat training pada anaktoddler menjadi penting
diajarkan toilet training. Pada fase ini anak di lakukan. ( Indanah, 2014)
Hasil Survei Kesehatan Rumah bahwa ada sekitar 10 anak dari 20 orang
Tangga (SKRT) yang di lakukan oleh badan anak di dalam satu kelas yang masih
penelitian dan pengembangan kesehatan RI, memakai diapers dan belum bisa mengontrol
memperkirakan jumlah balita yang susah rasa ingin berkemih.
mengontrol buang air besar dan buang air Untuk itu perlunya di lakukan
kecil (mengompol) di usia pra sekolah penelitian hubungan pola asuh orang tua
mencapai 75 juta anak. Kasus mengompol terhadap pelaksanaan toilet training pada
pada anak usia 6 tahun di indonesia tercatat anakdi PAUD Lembanga Pemberdayaan
12%. Survei juga menunjukan hasil yang Perempuan Dan Anak (LPA) Yayasan
mengejutkan, dimana pada sebagian besar Mujahidin.
kasus, mngompol pada anak dapat sembuh
sendirinya ketika anak mencapai usia 10 Tujuan
sampai 15 tahun (Hidayat, 2012). Adapun tujuan dalam penelitian ini
Orang tua berperan penting dalam adalah untuk mengetahui hubungan pola
aktivitas self care, dan orang tua harus asuh orang tua terhadap pelaksanaan toilet
bertanggung jawab dalam kemandirian anak, training pada anak di PAUD Lembaga
pembentukan kepribadian, dan memberikan Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LPA)
pendidikan sehingga orang tua dapat Yayasan Mujahidin.
mengerti dan terampil dalam melaksakan
Metode
pengasuhan terhadap anak-anaknya agar
Penelitian ini merupakan jenis
berprilaku baik dalam membimbing tumbuh
penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang
kembang anak secara mandiri dan sesuai
digunakan adalah analitik observasional
dengan tahap perkembangannya. Hal ini
dengan pendekatan cross sectional. Teknik
menunjukan bahwa orang tua memiliki
pengambilan sampel dalam penelitian
peran penting dalam mengajarkan toilet
dilakukan dengan Proportional Stratified
training kepada anak sejak dini (
Random Sampling dengan sampel 52 orang.
Kusumaningrum, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara kepada Hasil dan pembahasan
beberapa pendidik di PAUD Lembanga a. Analisa univariat
Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (LPA) Gambaran Karakteristik Anak di
Yayasan Mujahidin, mereka mengatakan PAUD LPA Mujahidin
Karakteristik f % Gambaran Karekteristik Orang Tua
1. Jenis kelamin
a. Laki-laki 24 46.2 Karakteristik f %
b. Perempuan 28 53.8 1. Usia
2. Usia Anak a. Dewasa muda 31 59.6
a. 4 tahun 43 82.7 b. Dewasa menengah 21 40.4
b. 5 tahun 9 17.3 2. Jenis Kelamin
a. Laki –laki 8 15.4
Total 52 100 b. Perempuan 44 84.6
Sumber : Data Primer ,2017 3. Pendidikan
a. D3 1 1.9
b. S1 36 69.2
Berdasarkan tabel di atas dapat di c. S2 6 11.5
lihat bahwa mayoritas anak yang menjadi d. SMA 9 17.3
4. Pekerjaan
responden dalam penelitian yaitu perempuan a. Pegawai Bank 3 5.8
b. Dosen 1 1.9
sebanyak 28 anak (53.8). Pada karakteristik c. Guru 3 5.8
d. PNS 10 19.2
usia anak, di usia 4 tahun dengan jumlah e. RT 17 32.7
f. Swasta 17 32.7
terbanyak yaitu 43 anak (82%).
Sumber : Data Primer, 2017

Pola Asuh Orang Tua Berdasarakan data yang telah


di dapatkan pada tabel diatas,
Pola asuh orang tua f %
1. Pola Asuh karakteristik usia terbanyak pada
a. Otoriter 16 30,8
b. Demokrasi 25 48,1
responden adalah pada usia dewasa
c. Permisif 11 21,2 muda dengan jumlah 31 orang
2. Toilet training
a. Baik 28 53.8 (59.6%). Jenis kelamin terbanyak
b. Buruk 24 46.2
Tabel 4.3 Pola Asuh Orang tua adalah perempuan dengan jumlah 44
Sumber : Data Primer ,2017 orang (84.6%). Pendidikan terakhir
responden yang terbanyak adalah S1
Berdasarkan data yang telah di
sebanyak 36 (69.2%). Perkerjaan
dapatkan pola asuh terbanyak yang di
responden yang terbanyak adalah
gunakan oleh responden adalah demokrasi
mengurus rumah tangga sebanyak 17
yaitu sebanyak 25 orang (48,1%). Hasil
orang (32.7%) dan dengan pekerja
toilet training terbanyak adalah baik dengan
swasta yang sama banykanya 17
jumlah 28 orang (53,8%).
orang ( 32.7%).
b. Analisa bivariat
Analisis Hubungan Pola Asuh Orang Hasil penelitian yang di lakukan
Tua Terhadap Pelaksanaan Toilet Training terhadap 52 responden didapatkan hasil
pada Anak di PAUD LPA Yayasan bahwa tidak adanya hubungan pola asuh
Mujahidin. orang tua terhadap pelaksanaan toilet
PolaAsuh Toilet Training P training pada anak usia di PAUD LPA
Orang Tua Buruk Baik Jumlah
n % n % n % Yayasan Mujahidin.
Otoriter 7 29,1 9 32, 16 10 1.000
7 14 0 Hal ini di tunjukan dari hasi uji
Demokratis 1 54,1 1 42, 25 10 Kolmogorov- Smirnov dengan nilai p= 1,000
3 7 2 86 0
Permisif 4 16,6 7 25 11 10 (>0,05), dapat di ketahui bahwa dari 52
7
0 responden, 16 responden menggunakan pola
Jumlah 2 100 2 10 52 10
4 8 0 0 asuh ototriter yang memiliki anak dengan
toilet training baik sebanyak 9 orang
Sumber : Data Primer ,2017
(32,14%), 25 responden dengan pola asuh
Berdasarkan tabel di atas didapatkan demokrasi yang memiliki anak dengan toilet
bahwa total dari 52 responden dalam training baik sebanyak 12 anak (42,86%), 11
penelitian , 16 responden menggunakan pola responden menggunakan pola asuh permisif
asuh ototriter yang memiliki anak dengan yang memiliki anak dengan toilet training
toilet training baik sebanyak 9 orang baik sebanyak 7 anak (25%).
(32,14%), 25 responden dengan pola asuh Berdasarkan dari data yang di dapat
demokrasi yang memiliki anak dengan toilet oleh peneliti, peneliti menemukan adanya 2
training baik sebanyak 12 anak (42,86%), 11 sampai 3 pola asuh yang di gunakan oleh
responden menggunakan pola asuh permisif orang tua pada satu waktu, yang artinya
yang memiliki anak dengan toilet training orang tua menggunakan pola asuh otoriter,
baik sebanyak 7 anak (25%). Analisis lebih demokrasi dan permisif pada setiap waktu
lanjut di peroleh nilai p sebesar 1,000 pengasuhannya. Hal ini dapat menjadi faktor
(p=>0,05) artinya tidak terdapat hubungan pendukung tidak ada hubungannya pola
antara pola asuh orang tua terhadap asuh orang tua terhadap keberhasilan toilet
pelaksanaan toilet training pada anak di training anak. Dalam memasukkan data
PAUD LPA Yayasan Mujahidin. peneliti mengambil pola asuh potensial atau
pola asuh yang lebih condong pada orang
tua tersebut sehingga peneliti memilih salah Hasil penelitian ini di dukung oleh
satu pola asuh pada orang tua. penelitian Suprapti pada tahun 2014 yang
Pola asuh mempunyai kontribusi menyatakan tidak ada hubunga pola asuh
terhadap perkembangan anak termasuk dengan keberhasilan toilet training pada
perbedaan pola asuh juga dapat anak, dengan hasil p=0,544. Dan penelitian
mempengaruhi perkembangan tiap-tiap oleh Setyowati pada tahun 2012 yang juga
anak. Pola asuh merupakan semua aktivitas menyatakan tidak ada hubungan antara pola
yang di lakukan sebagai upaya dalam asuh orang tua dengan tingkat keberhasilan
meningkatkan pertumbuhan fisik dan otak toilet training pada anak, dengan hasil
anak. Hasil penelitian ini berbanding p=0,724. Hal ini dikarenakan bahwa
terbalik dengan penelitian Ratne pada tahun pelaksanan toilet training anak tidak hanya
2016 mengatakan ada hubungan pola asuh dapat di pengaruhi oleh pola asuh orang tua
orang tua dengan keberhasilan toilet training saja. Lingkungan merupakan salah satu
pada anak. Hal ini di karenakan secara faktor yang mempengaruhi toilet training
statistik hasil menunjukan nilai signifikan pada anak. Jika anak berada dalam
p=0,007. Hasil yang berbeda juga dapat di lingkungan yang baik maka tingkat
lihat dari penelitian Retnosari tahun 2012 keberhasilan toilet trainingnya akan baik
bahwa dalam penelitiannya menunjukan (Suprapti, 2014). Hal tersebut sesuai dengan
bahwa ada hubungan signifikan antara pola pendapat Adriyani tahun 2014 dalam
asuh ibu dengan keberhasilan toilet training penelitiannya bahwa lingkungan merupakan
dengan nilai p=0,019. Hal ini berarti bahwa salah satu faktor ekstrinsik yang ikut andil
semakin baik pola pengasuhan orang tua dalam menentukan ada tidaknnya motivasi
maka semakin baik pula tingkat kemampuan seseorang utnuk melakukan stimulasi toilet
toilet trainingnya. Orang tua yang selalu bisa training, yang dapat mempengaruhi
memberikan waktu luang untuk anaknya keberhasilan toilet training.(Adriyani, 2014)
dapat memiliki cara atau gaya dalam Keberhasilan toilet training tidak
pengasuhan yang fleksibel sesuai dengan hanya di dukung dari orang tua namun dari
tahap perkembangan anak, karakter anak anak juga berpengaruh. Selain orang tua
dan situasi yang sedang di hadapi. (Ratne, dengan pengasuhan yang mendorong anak
2016) untuk mandiri, di dukung juga oleh faktor
anak yang akan menjadikan keberhasilan
toilet training itu sendiri menjadi lebih besar Menurut Putri tahun 2015 terjadinya
keberhasilah atau kegaglan toilet training di Inkontinensia Urin pada anak juga menjadi
pengaruhi oleh faktor interen atau faktor factor yng menghambat terjadi proses toilet
eksteren. Faktor interen berupa faktor dari training pada anak yaitu suatu kondisi yang
dalam diri anak itu sendiri seperti kesiapan ditandai dengan hilanganya kendali pada
fisik, psikologis, dan intelektual. Faktor kandung kemih yang berakibat pada
ekstern bisa berupa faktor dari orang tua dan kebocoran urin/mengompol .Produksi urin
lingkungan seperti penegetahuan dan pola pada setiap individu berbeda. Pada
asuh orang tua. Orang tua yang memberikan umumnya produksi urin seimbang dengan
hukuman atau memarahi anak akan sering pemasukan cairan, namun ada beberapa
menimbulkan perasaan yang tiadak nyaman faktor yang ikut mendukung jumlah urin
pada anak dan bisa menyebabkan kegagalan dalam satu hari. Faktor yang mempengaruhi
toilet training. produksi urin adalah jumlah cairan yang
Selain itu ada juga hal yang masuk ketubuh, kondisi hormone, saraf
mempengaruhi anak tidak berhasil dalam sensori perkemihan, kondisi sehat sakit,
toilet training adalah kebayakan orang tua tingkat aktivitas, sedangkan pola buang air
mengabaikan masalah toilet training. Hal kecil dapat dipengaruhi oleh kebiasaan
tersebut dapat di lihat dari orang tua yang seseorang, usia, penggunaan obat-obatan
tidak melatih anak dalam toilet training dan dan pengaruh makanan (Sinaga, 2009)
membiarkan anak jika BAB/BAK
sembarang tempat. Hal tersebut di dukung Kesimpulan
oleh pendapat hidayat tahun 2006 bahwa Simpulkan bahwa tidak ada
kegagalan toilet training tidak hanya di hubungan antara pola asuh orang tua
pengaruhi oleh anak itu sendiri melainakan terhadap pelaksanaan toilet training pada
dari perilaku orang tua dalam mengajarkan anak di PAUD Lembaga Pemberdayaan
toilet training. Dan faktor lain yang Perempuan dan Anak Yayasan Mujahidin.
mempengaruhi pola asuh orang tua adalah,
seperti usia dan pengalaman mengasuh anak. Saran
Usia dan pengalaman mengasuh anak akan Penelitian ini diharapkan dapat
mempengaruhi persiapan mereka dalam aplikasikan menjadi pembelajaran untuk
menjalankan pengasuhan. (Hidayat, 2006) mengembangkan ilmu penegetahuan dalam
bidang pediatrik yaitu tentang tumbuh 5. Setyowati, Pramesti Yuli, 2012.
kembang anak khususnya pada toilet Hubungan pola asuh orang tua dengan
training. Dan menjadi dasar untuk penelitian tingkat keberhasilan toilet training pada
selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya di anak balita (4-5 tahu) di Dusun
harapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi Kernekan Desa Tunggak Kecamatan
faktor-faktor apa saja yang dapat Toroh Kabupaten Grobogan.
menghambat pelaksanaan toilet training 6. Triningsih. 2014 Pengaruh Pendidikan
selain pola asuh pada orang tua. Kesehatan Toilet Training Terhadap
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Toilet
Daftar Pustaka Training Di PAUD Tunas Harapan
1. Andriyani, 2014. Analisis faktor-faktor Kutoarjo Purorejo.Umy Kartika.2016.
toilet training pada anak prasekolah. Efektifitas Teknik Oral Dan Modelling
2. Candrasari J.P. 2014.Hubungan Pola Terhadap Keberhasilan Toilet Training
Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Pada Toddler. Jurnal Keperawatan
Bahasa Anak Prasekolah di RA Semai Sodirman (The Soedirman Journal Of
Benih Bangsa Al-Fikri Manca Bantul Nursing), Volume 11, No.1, Maret.
Yogyakarta. Program Studi Ilmu 7. Yuli Ardian Hidayat.2012. Hubungan
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Tingkat Pengetahuan Dengan Praktik
Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta. Naskah Toilet Training Pada Ibu Yang
Publikasi. Mempunyai Anak Usia Toddler Di
3. Hidayat, AzizAlimul.2008.Pengantar Posyandu Flamboyan, Dusun
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Karangbendo, Banguntapan, Bantul.
Salemba Naskah Publikasi. Program Studi Ilmu
4. Rendy Irawan. 2012. Pengaruh Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Perkembangan Anak Terhadap Kesehatan ‘Aisyiyah. Yogyakarta .
Keberhasilan Toilet Training Pada Anak Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Usia Toddler 18-36 Bulan. Sekolah 8. Suprapti, 2014. Pola asuh ibu dan
Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudia Husada keberhasilan toilet training pada anak
Madura. Jurnal Ilmiah Nursing Update, usia pra sekolah.
Vol. 3, No.2, Maret. 9. Indanah. 2014. Pemakaian Diapers Dan
Efek Terhadap Kemampuan Toilet
Training Pada Anak Usia Toddler.
STIKES Muhammadiyah Kudus. JIKK
Vol. 5. NO.3 Agustus.
10. Kusumaningrum Arie,2011. Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Terhadap
Perilaku Orang Tua Dalam Toilet
Training Toddler. PSIK Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Anda mungkin juga menyukai