ID Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Meng
ID Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor Meng
1. PENDAHULUAN
Tanah longsor dikategorikan sebagai topografi sebagian besar wilayahnya yang
salah satu penyebab bencana alam, di berbukit dan bergunung. Di samping itu, juga
samping gempa bumi, banjir, dan angin di sebabkan tingginya tingkat kepadatan
topan, dan lain-lain. Bahaya bencana tanah penduduk di wilayah perbukitan sehingga
longsor berpengaruh besar terhadap menimbulkan tekanan terhadap ekosistem.
kelangsungan kehidupan manusia dan Faktor lainnya yang menyebabkan cukup
senantiasa mengancam keselamatan tingginya kerentanan bahaya tanah longsor di
manusia. Di Indonesia, terjadinya tanah wilayah Jawa Barat adalah kesadaran
longsor telah mengakibatkan kerugian yang lingkungan yang relatif rendah, serta
besar, misalnya kehilangan jiwa manusia, pemanfaatan lahan dan ruang yang kurang
kerusakan harta benda, dan terganggunya baik. Menurut Direktorat Geologi dan Tata
ekosistem alam. Lingkungan diketahui bahwa kawasan rawan
Dari data Bakornas Penanggulangan longsor di Provinsi Jawa Barat menyebar di
Bencana, sejak tahun 1998 hingga sepuluh kabupaten/kota, antara lain Bandung,
pertengahan tahun 2003, tercatat telah terjadi Cianjur, Bogor, Sukabumi, Majalengka,
647 kejadian bencana di Indonesia, dimana Sumedang, Ciamis, Tasikmalaya, Kuningan,
85% dari bencana tersebut merupakan banjir dan Purwakarta (Anonim 2002).
dan longsor (Marwanta 2003). Dari gambaran Dilihat dari aspek demografi, dua belas
tersebut terlihat bahwa longsor merupakan kabupaten/kota tersebut merupakan kawasan
bencana alam yang sangat mengancam dan padat penduduk dan pemukiman penduduk
penting untuk diperhatikan setelah banjir, pada umumnya terletak pada lereng
karena frekwensi kejadian dan jumlah korban perbukitan. Oleh sebab itu, untuk menghindari
jiwa yang ditimbulkan cukup signifikan. jatuhnya korban yang lebih besar dan banyak
Provinsi Jawa Barat termasuk salah satu akibat bahaya tanah longsor di daerah-daerah
daerah yang sangat potensial terjadinya tersebut, diperlukan upaya-upaya yang
bencana tanah longsor. Hal ini disebabkan
Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor…J. Tek. Ling. 9.(2): 118-126 121
mengarah kepada tindakan meminimalisir batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat
akibat (mitigasi) yang akan ditimbulkan. yang lebih rendah. Pergerakan tersebut
Salah satu bentuk mitigasi dalam rangka terjadi karena adanya faktor gaya yang
menghadapi terjadinya bencana alam dan terletak pada bidang tanah yang tidak rata
sekaligus untuk mengurangi dampak yang atau disebut dengan lereng. Selanjutnya,
ditimbulkannya adalah tersedianya sistem gaya yang menahan massa tanah di
peringatan dini (early warning system) sepanjang lereng tersebut dipengaruhi oleh
termasuk di dalamnya tersedianya data dan kedudukan muka air tanah, sifat fisik tanah,
informasi mengenai wilayah yang rentan dan sudut dalam tahanan geser tanah yang
terhadap bahaya longsor. bekerja di sepanjang bidang luncuran
Penerapan teknologi SIG dapat (Sutikno 1997). Menurut Cruden (1991), tanah
membantu upaya mitigasi bencana alam longsor merupakan pergerakan suatu massa
dengan melakukan identifikasi lokasi serta batuan, tanah, atau bahan rombakan material
pengkajian masalah yang berkaitan dengan penyusun lereng (yang merupakan
dampak tanah longsor. Upaya mitigasi untuk percampuran tanah dan batuan) menuruni
mengurangi atau meminimalisir dampak lereng Karnawati (2004) menjelaskan bahwa
akibat tanah longsor (mitigasi) dilakukan terjadinya longsor karena adanya faktor-faktor
dengan cara membuat suatu model pengontrol gerakan dan proses-proses
penyusunan SIG, yakni dengan menganalisis pemicu gerakan seperti yang terlihat dalam
beberapa tema peta sebagai variabel untuk Gambar 1.
memperoleh kawasan yang rentan terhadap Faktor penyebab tanah longsor secara
bahaya dan risiko tanah longsor. Selain itu, alamiah meliputi morfologi permukaan bumi,
citra satelit dapat pula dimanfaatkan secara penggunaan lahan, litologi, struktur geologi,
tidak langsung dalam penentuan potensi curah hujan, dan kegempaan. Selain faktor
tanah longsor, menggambarkan permukaan alamiah, juga disebabkan oleh faktor aktivitas
suatu wilayah, dan struktur geologi manusia yang mempengaruhi suatu bentang
(Suhendar, 1994). alam, seperti kegiatan pertanian,
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan pembebanan lereng, pemotongan lereng, dan
pemodelan dalam teknologi GIS dan remote penambangan.
sensing untuk analisis potensi bahaya tanah Istilah bahaya atau hazard mempunyai
longsor dan faktor penyebabnya, memetakan pengertian kemungkinan terjadinya bahaya
wilayah bahaya tanah longsor, mengetahui dalam suatu periode tertentu pada suatu
tingkat risiko dan membuat peta risiko serta daerah yang berpotensi terjadinya bahaya
menganalisis upaya mitigasi terhadap daerah tersebut. Bahaya berubah menjadi bencana
rawan tanah longsor di wilayah Kecamatan apabila telah mengakibatkan korban jiwa,
Sumedang Utara dan Sumedang Selatan. kehilangan atau kerusakan harta dan
kerusakan lingkungan (Sutikno, 1997).
2. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Quarantelli (1998) diacu dalam Smith (2001)
memberikan pengertian bencana sebagai
Penelitian dilaksanakan mulai Desember suatu kejadian aktual, lebih dari suatu
2004 sampai dengan Desember 2005 di
ancaman yang potensial atau diistilahkan
Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang sebagai realisasi dari bahaya.
Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Mencegah bahaya longsor lebih murah
Jawa Barat. Pengolahan data dilakukan di daripada menanggulangi atau membangun
Laboratorium Pusat Pengkajian dan kembali bangunan dan infrastruktur yang
Penerapan Teknologi Inventarisasi
rusak. Carter (1992) menyatakan bahwa
Sumberdaya Alam, Badan Pengkajian dan upaya pencegahan terjadinya bencana
Penerapan Teknologi (P3TISDA, BPPT) disebut sebagai mitigasi, yang definisikan
Jakarta. Pemilihan lokasi pilot studi
sebagai tindakan yang dilakukan untuk
didasarkan pada data frekuensi kejadian mengurangi dampak dari suatu bencana
tanah lonsor yang cukup tinggi di daerah (alam maupun disebabkan oleh manusia)
tersebut.
terhadap suatu bangsa atau komunitas, agar
masyarakat merasa aman dalam beraktivitas
3. DEFINISI DAN KERANGKA
di tempatnya.
PEMIKIRAN
Sedangkan resiko akibat bahaya longsor
Tanah longsor adalah suatu produk dari adalah nilai kerugian akibat adanya bahaya
proses gangguan keseimbangan yang longsor menyangkut masalah penggunaan
menyebabkan bergeraknya massa tanah dan lahan dan infrastruktur dilihat dari properti,
Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor…J. Tek. Ling. 9.(2): 118-126 123
b. 45 – 75 4 diatasnya (pemukiman, industri, sawah,
c. 15 – 45 3 tegalan, kolam/ tambak dan infrastruktur
lainnya).
d. 8 – 15 2
e. < 8 1 Tabel 3. Nilai Tingkat Potensi Longsor
Tingkat Potensi Jumlah Nilai
II Permeabilitas tanah
Kerawanan Parameter
a. sangat lambat 5 Tidak Rawan 6–9
b. lambat 4 Kurang Rawan 10 – 12
c. agak cepat/sedang 3 Rawan 13 – 15
d. cepat 2 Sangat Rawan 16 – 18
e. sangat cepat 1 Peta properti diperoleh dengan
III Tutupan lahan “menggabungkan” peta penggunaan lahan
a. tegalan, sawah 5 dan peta infrastruktur serta peta jaringan
b. semak-belukar 4 jalan. Setiap parameter tersebut diberi nilai
c. hutan, perkebunan 3 berdasarkan nilai fisik, manfaat, dan tingkat
d. bangunan hunian manusia. Penjumlahan nilai-nilai
2 parameter tersebut dijadikan faktor untuk
e. perairan 1 menentukan nilai properti. Dengan kata lain,
IV Geologi nilai properti suatu wilayah dapat ditentukan
a. batuan volkanik 3 apabila di wilayah yang terkena bencana
b. batuan sedimen tanah longsor tersebut menyebabkan
2
c. batuan aluvial kerugian dan kemungkinan hilangnya korban
1 jiwa, kerusakan lingkungan dan kerugian
*) : ditentukan berdasar expert judgment ekonomi yang cukup tinggi.
Analisis tumpang tindih yang telah - Peta Risiko Longsor
dilakukan pada keempat peta tersebut
tersebut menghasilkan wilayah-wilayah yang Peta ini dihasilkan dari penggabungan
memiliki potensi rawan bahaya longsor. Nilai antara peta bahaya/rawan longsor dengan
tingkat potensi (rawan) tanah longsor dapat peta properti. Peta risiko tanah longsor ini
dilihat pada Tabel 3. akhirnya akan menghasilkan informasi
Sebagai catatan: walaupun curah hujan wilayah-wilayah yang memerlukan mitigasi
(intensitas dan lama hujan) mempunyai bencana. Wilayah yang memiliki nilai risiko
pengaruh besar terhadap bahaya longsor, tinggi bukan saja dikarenakan wilayah
namun dalam penelitian ini tidak tersebut memiliki bahaya longsor tinggi tetapi
diperhitungkan karena tidak adanya data lebih ditekankan pada wilayah yang memiliki
detail sampai tingkat kecamatan dan desa. nilai properti yang tinggi. Selanjutnya,
Jadi variabel curah hujan diasumsikan sama dilakukan analisis keruangan terhadap
dan mempunyai pengeruh yang sama keempat peta tersebut. Analisis ini dilakukan
terhadap bahaya longsor pada kedua untuk menentukan wilayah-wilayah yang
Kecamatan. memiliki risiko tanah longsor melalui buffer
(kecuali untuk peta bahaya dan penggunaan
Penyusunan Peta Properti dan Peta lahan). Setelah dilakukan buffer, keempat
Risiko peta tersebut diubah ke dalam format raster
Pada tahap ini dilakukan penyelarasan atau grid.
semua data baik data sekunder maupun Nilai risiko tanah longsor dihasilkan dari
survai lapangan) dengan peta rawan longsor. penjumlahan nilai bahaya dan skor dari
Selanjutnya akan dibangun peta properti dan properti (jalan, infrastruktur, dan penggunaan
peta risiko tanah longsor. lahan). Secara matematis, nilai risiko tanah
longsor dihitung dengan persamaan berikut :
- Peta Properti
Peta properti merupakan gambaran R H P , dimana:
umum keadaan suatu wilayah yang R = risiko
dihubungkan dengan nilai ekonomi yang H = hazard (bahaya)
dimiliki suatu lahan baik dalam keadaan P = properti ( jalan, infrastruktur, lahan)
terlantar (lahan tidur) maupun dengan Wilayah risiko tanah longsor dibagi
berbagai aktivitas ekonomi yang berlangsung dalam empat kelas, yaitu tidak berisiko,
Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor…J. Tek. Ling. 9.(2): 118-126 125
longsor umumnya berada di wilayah potensi rawan bahaya sekitar 8.460,41 Ha
perkotaan yang notabene-nya memiliki jumlah atau 65,51% dari luas wilayah kedua
properti yang banyak. kecamatan tersebut dan kategori sangat
Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor…J. Tek. Ling. 9.(2): 118-126 127
permukiman, kegiatan ekonomi, atau DAFTAR PUSTAKA
infrastruktur akibat bertambahnya jumlah
1. Asriningrum, W. 2003. Indonesia Tidak
penduduk dapat pula meningkatkan risiko
Punya Peta Rawan Longsor.
apabila terjadi tanah longsor.
http://www.terranet.or.id/goto_berita.php?id
=5426. [14 Agustus 2005].
6. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Carter, W.N. 1992. Disaster Management: A
Kesimpulan disaster manager’s handbook. Asian
Development Bank. Manila.
1. Lebih dari separuh wilayah Sumedang 3. Cruden. 1991. A simple definition of
Utara dan Sumedang Selatan merupakan landslide. Bulettin Int. Assoc. for
daerah yang rawan terhadap tanah Engineering Geology. 43:27-29.
longsor
2. Wilayah yang memiliki potensi bahaya 4. Karnawati, D. 2004. Bencana Gerakan
longsor pada tingkat sangat rawan adalah Massa Tanah/ Batuan di Indonesia;
Desa Ciherang, Sukajaya, Evaluasi dan Rekomendasi, Dalam
Pasanggrahan, dan Citengah Permasalahan, Kebijakan dan
3. Wilayah yang memiliki tingkat bahaya Penanggulangan Bencana Tanah Longsor
tanah longsor yang tinggi belum tentu di Indonesia. P3-TPSLK BPPT dan HSF.
memiliki nilai risiko yang tinggi Jakarta.
5. Smith, K. 2001. Environmental
Saran Hazards :Assessing Risk and
1. Untuk meminimalkan risiko akibat tanah Reducing Disaster. Routledge.
longsor, disarankan pembangunan sarana London.
dan prasarana serta penggunaan lahan 6. Suhendar, R. 1994. Terrain Maping
tidak dilakukan pada daerah-daerah yang Approach for Slope Instability Hazard and
memiliki bahaya tanah longsor. Hal ini Risk Assessment Using Remote Sensing
dapat dilakukan melalui penetapan tata Techniques and GIS; A Case Study of North
ruang wilayah yang didasarkan pada peta East Bandung and Lembang, West Java,
rawan bahaya longsor. Indonesia [Thesis]. ITC, Enscede, The
2. Untuk menghindari dan mengurangi Netherlands.
tingkat risiko tanah longsor pada wilayah- 7. Sutikno. 1994. Pendekatan Geomorfologi
wilayah yang sangat berisiko, harus untuk Mitigasi Bencana Alam Akibat
dilakukan pengendalian pembangunan Gerakan Massa Tanah/Batuan. Prosiding
(properti) sesuai dengan daya dukung Seminar Mitigasi Bencana Alam 16-17
lingkungan. September 1994. Kerjasama Fakultas
3. Perlu kearifan dari manusia untuk Geografi UGM-Bakornas Penanggulangan
meminimalkan bahaya tanah longsor Bencana RI. Yogyakarta.
karena selain faktor alam, penyebab
terjadinya bahaya tanah longsor juga
dapat dipicu oleh campur tangan manusia
seperti pengundulan hutan, dan
pemanfaatan lahan di lereng-lereng tanpa
memperhatikan kaidah-kaidah
lingkungan.
Lampiran Tabel. Tingkat Risiko Tanah Longsor dan luasannya berdasarkan Desa
di Kecamatan Sumedang Utara dan Sumedang Selatan (ha)
Mitigasi Daerah Rawan Tanah Longsor…J. Tek. Ling. 9.(2): 118-126 129