Anda di halaman 1dari 10

1.

Judul Laporan Edukasi Pentingnya Kecukupan Gizi untuk Tumbuh Kembang


Balita diposyandu kelurahan Bilabong
Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau
semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya
adalah layanan tumbuh kembang anak.

Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah


dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan
bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS). KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur.
Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga
dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan
pertumbuhan perlu ditingkatkan peranya dalam tindak
kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi
balita.
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif
untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak
terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi.
Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.

Semua informasi atau data yang diperlukan untuk


pemantauan pertumbuhan balita, pada dasarnya bersumber
dari data berat badan hasil penimbangan balita bulanan yang
diisikan ke dalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidaknya (T).
Tiga bagian penting dalam pemantauan pertumbuhan adalah :
ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus
secara teratur, ada kegiatan mengisikan data berat badan anak
ke dalam KMS, serta ada penilaian naik atau turunnya berat
badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya.

Provinsi Lampung berdasar laporan riskesdas proporsi status


gizi balita sangat pendek dan pendek lebih buruk dari rata rata
nasinal (37,2%) yaitu 42% pada tahun 2013. Selanjutnya di
tahun 2018 mengalami penurun 28,7% lebih baik dibandingkan
rata rata nasional (30,8%). Sedangkan untuk proporsi status gizi
kurus dan sangat kurus provinsi Lampung tahun 2018 yaitu
11% masih berada di atas rata rata nasional (10,2%). Namun
untuk proporsi status gizi balita gemuk yaitu 7,8% sedikit
berada dibawah rata rata nasional (8%).
Permasalahan  Pandemi COVID-19 berisiko untuk menurunkan capain
pelayanan anak balita di posyandu tahun 2020.
 Kurangnya pengetahuan orangtua terkait kecukupan gizi
pada balita.
Perencanaan dan  Melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin dikelurahan
pemilihan intervensi Bilabong
 Melakukan wawancara dan pemeriksaan dasar (BB dan TB)
 Melakukan pencatatan BB dan TB balita setiap bulan dan
pengecekan pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
 Memberikan edukasi mengenai pentingnya kecukupan gizi
untuk mejaga tumbuh kembang balita kepada orang tua,
melalui media cetak berupa leaflet dan diskusi interaktif.
Pelaksanaan Hari/tanggal: Selasa, 11 Januari 2021
Waktu :09.00 WIB s/d 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Kelurahan Bilabong
Petugas/pelaksana :
• Dokter internsip
• Petugas Pelaksana Program: Kak Made Sekar
Materi Penyuluhan:
 Memberikan Edukasi Pentingnya kecukupan gizi untuk
tumbuh kembang balita dengan media cetak (leaflet), dan
diskusi interaktif.
Jumlah Peserta : 15 orang.
Alur Kegiatan :
 Petugas datang ke Posyandu Bilabong
 Petugas menyiapkan alat antropometri (Timbangan BB
dan microtoise untuk mengukur TB)
 Petugas melakukan wawancara dan pemeriksaan dasar
kepada balita
 Hasil pengukuran di masukan pada grafik KMS yang
dimiliki/dibawa setiap balita dan orang tua.
 Petugas memberikan penyuluhan/edukasi terkait
pentingknya kecukupan gizi untuk tumbuh kembang balita
dan menjelaskan hasil KMS.

Monitoring dan Kehadiran dan kesiapan petugas : Sudah baik. Petugas datang
Evaluasi lebih 15 menit lebih awal dari waktu pelaksanaan, petugas
menguasai materi penyuluhan, petugas melakukan diskusi
interaktif dengan peserta sehingga peserta lebih dapat
memahami materi yang disampaikan.

Respon peserta sangat baik, tertarik, dan aktif menanyakan hal


yang kurang dipahami.

Kelengkapan alat/fasilitas/ruangan : alat dan fasilitas sudah baik


memadai.

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan


pemahaman peserta penyuluhan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan
2. Judul Laporan Penyuluhan Pencegahan Penularan COVID-19 di Masyarakat
Latar Belakang hewan, termasuk di antaranya adalah kelelawar dan unta.
Sebelum terjadinya wabah COVID-19, ada 6 jenis coronavirus
yang dapat menginfeksi manusia. Coronavirus yang menjadi
etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus.
Struktur genom virus ini memiliki pola seperti coronavirus
pada umumnya. SARS-CoV-2 dari manusia ke manusia
menjadi sumber transmisi utama sehingga penyebaran menjadi
lebih cepat. Transmisi SARS-CoV-2 dari pasien simptomatik
terjadi melalui droplet yang keluar saat batuk atau bersin. Selain
itu, telah diteliti bahwa SARS-CoV-2 dapat viabel pada aerosol.

Manifestasi klinis pasien COVID-19 memiliki spektrum yang


luas, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), gejala ringan,
pneumonia, pneumonia berat, ARDS, sepsis, hingga syok
sepsis. Sekitar 80% kasus tergolong ringan atau sedang, 13,8%
mengalami sakit berat, dan sebanyak 6,1% pasien jatuh ke
dalam keadaan kritis. Berapa besar proporsi infeksi asimtomatik
belum diketahui secara pasti.

Berdasarkan data yang sudah ada, penyakit komorbid hipertensi


dan diabetes melitus, jenis kelamin laki-laki, dan perokok aktif
merupakan faktor risiko dari infeksi SARS-CoV-2. Distribusi
jenis kelamin yang lebih banyak pada laki-laki diduga terkait
dengan prevalensi perokok aktif yang lebih tinggi. Pada
perokok, hipertensi, diabetes melitus, pasien kanker dan
penyakit hati kronik lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2
Permasalahan Oleh karena sudah berlangsungnya kegiatan jual beli di Pasar
Pasir Gintung, sebagian masyarakat tidak menerapkan protokol
kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak antar
orang, sehingga dapat meningkatkan angka penularan covid-19
Perencanaan dan Intervensi dilakukan dalam bentuk pemberian edukasi dengan
pemilihan intervensi secara langsung dengan pengeras suara dan media leaflet. Selain
itu dilakukan juga pemberian masker kain gratis untuk para
penjual dan pembeli di Pasar Pasir Gintung. Target peserta
adalah para penjual dan pembeli di Pasar Pasir Gintung.
Pelaksanaan Penyuluhan dilakukan pada hari Senin, 12 Oktober 2020 pukul
18.30 di sekitar Pasar Pasir Gintung. Kegiatan dilakukan selama
kurang lebih 45 menit
Monitoring dan Leaflet dan masker diberikan kepada semua pengunjung pasar
Evaluasi disesuaikan dengan ketersediannya. Selama penyuluhan
berlangsung semua pengunjung yang didatangi dan diberikan
penyuluhan sudah memakai masker sesuai protocol kesehatan.
Evaluasi dan monitoring jangka panjang dapat ditingkatkan
hingga merata di seluruh titik pasar atau penyuluhan secara
rutin.
3. Judul Laporan Identifikasi Masalah Kesehatan Unit Kesehatan Kerja pada
Industri Pengolahan Kikil
Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja merupakan
kejadian yang mungkin terjadi di lingkungan pekerjaan formal
dan informal, baik dalam lingkup besar ataupun lingkup kecil,
seperti Unit Kesehatan Kerja (UKK). Upaya pencegahan PAK
dan kecelakaan kerja merupakan salah satu upaya Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3). Kesehatan dan Keselamatan Kerja
merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman,
sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga pekerja
bebas dari kecelakaan kerja dan pada akhirnya meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Bahaya potensial di
lingkungan kerja dikelompokkan menjadi bahaya potensial
biologis, fisik, kimia, ergonomi dan psikososial.

Sekitar 30 tahun yang lalu, home industri ini didirikan sebagai


usaha pengolahan kulit dengan hasil akhir kerupuk kulit. Usaha
ini berlangsung sekitar 20 tahun sebelum beralih fungsi menjadi
usaha pengolahan kikil. Kemudian, UKK Pengolahan Kikil
dibentuk pada tahun 2015, di bawah pengawasan Puskesmas
Rawat Inap Simpur. Kepemilikan usaha ini turun-temurun dan
mempekerjakan anggota keluarga dan orang-orang yang ada di
sekitar tempat kerja. Unit Kesehatan Kerja Pengolahan Kikil ini
berlokasi di kelurahan Kelapa Tiga, di tengah-tengah
pemukiman warga. Sejak beroperasi, kecelakaan kerja yang
sering terjadi adalah tangan teriris pisau atau bagian tubuh
terpercik air panas saat bekerja, tetapi tidak ada kejadian yang
memerlukan perawatan khusus dari layanan kesehatan, cukup
dengan diberi pertolongan menggunakan fasilitas P3K.
Kemudian, sekitar 2 bulan yang lalu, terjadi kecelakaan kerja
yang memerlukan perawatan khusus. Seorang pekerja, yang
merupakan pemilik usaha, terpeleset ketika bekerja saat setelah
menggantung kikil. Dengan tidak sengaja, besi pengait
mengenai kelopak mata pasien hingga kelopak matanya robek.
Pekerja segera dibawa ke IGD rumah sakit dan selanjutnya
dilakukan operasi dan perawatan. Kini, kondisi pekerja sudah
kembali normal dan bisa kembali bekerja.

Proses produksi dimulai dari datangnya kulit sekitar pukul


07.00 WIB. Selanjutnya dilakukan pemisahan kulit dan daging
menggunakan pisau khusus kulit. Selanjutnya dilakukan
perebusan pertama, yaitu untuk mempermudah pemisahan bulu
yang masih menempel di kulit. Perebusan dilakukan selama
lebih kurang 15 menit di dalam drum berisi air hangat (di atas
tungku dengan api sedang). Kemudian kulit dilepaskan dari
bulu kasar. Kulit yang sudah dibersikan tadi digantung pada
pengait kulit untuk ditiriskan. Selanjutnya kulit dibakar untuk
menghilangkan bulu-bulu halus yang masih ada pada kulit/kikil.
Proses pembakaran menggunakan 5 kompor hingga kikil
berwarna kemerahan. Kulit yang sudah dibakar dimasukkan ke
dalam drum berisi air hangat seperti perebusan pertama, untuk
direbus lagi. Perebusan kedua ini bertujuan untuk membuat
kikil menjadi empuk. Setalah kikil empuk, kikil disimpan di bak
berisi air. Kikil siap untuk dipasarkan.
Permasalahan Setelah melakukan analisis melalui wawancara pemilik dan
pekerja home industri kikil, didapatkan bahaya potensial utama
di UKK Pengolahan Kikil adalah terpeleset akibat gajih yang
licin. selain itu juga adanya bagian tubuh yang terpercik air
panas saat bekerja Pemilik dan pekerja home industri kurang
memahami bahaya potensial yang dapat ditimbulkan pada saat
bekerja yang berakibat fatal.
Perencanaan dan Penyuluhan kepada pemilik dan pekerja home industri kikil
pemilihan intervensi dengan metode wawancara tentang bahaya potensial dan
modifikasi tempat penggantungan kikil
Pelaksanaan Pemilik dan pekerja home industri kikil diberikan penyuluhan
mengenai bahaya potensial yang mungkin terjadi pada saat
pekerjaan berlangusng seperti tergelincir, terciprat air panas,
tekena benda tajam ataupun posisi tubuh yang salah saat
pekerjaan berlangsung. dari bahaya potensial ini akan
menimbulkan kerugian baik terhadap pemilik maupun pekerja
home industri kikil itu sendiri.
Monitoring dan 1. pemilik home industri kikil mengerti tentang bahaya
Evaluasi potensial yang ditimbulkan dari cipratan air panas, sehingga
pemilik kikil menyediakan APD berupa masker, kacamata dan
pakaian tertutup bagi para pekerja

2. pemilik dan pekerja home industri kikil mengeri tentang


dampak tergelincir khususnya saat penggantungan kikil
sehingga akan membuat saluran pembuangan cairan kikil yang
menetes atau tempat penggantungan dapat dipindahkan sesuai
dengan lokasi tata letak proses pembuatan kikil
4. Judul Laporan Penyuluhan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia
Kelurahan Langkapura
Latar Belakang Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah
pada hampir semua golongan masyarakat baik di Indonesia
maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia , peningkatan
tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian,
sekitar 12,8% dari total kematian di seluruh dunia. Di
Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena hipertensi
berkisar antara 6-15% dari total penduduk.

Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat


mempengaruhi kinerja berbagai organ. Hipertensi juga menjadi
suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya penyakit seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila
tidak ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan
organ tubuh. Hipertensi disebut sebagai silent killer karena
dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala yang
khas.

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa


jatuh ke dalam keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-
8% penderita hipertensi berlanjut menjadi “krisis hipertensi”
dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Namun, krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan
darah normal tanpa penyebab sebelumnya. Pengobatan yang
baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
maupun komplikasi lainnya menjadi kurang dari 1%.
Permasalahan Dari sekian banyak pasien yang datang di balai pengobatan
puskesmas segala mider, masih banyak pasien dengan penyakit
hipertensi. Keadaan ini tentunya sudah tidak asing dijumpai,
mengingat pola hidup masyarakat yang masih jauh dari pola
hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan berkolesterol dan
kurangnya olahraga pada populasi lansia.

Hipertensi dapat membahayakan apabila tidak diobati. Lama-


kelamaan dapat mennyebabkan komplikasi lintas organ
penyakit kardiovaskuler, renal bahkan cerebrovaskuler (stroke).

Kurangnya pengetahuan masyarakat akan hipertensi


menyebabkan masyarakat rajin untuk memeriksakan tekanan
darahnya tanpa mengetahui hal-hal apa saja yang perlu
dilakukan untuk mempertahankan dan menurunkan tekanan
darahnya. Masih banyak pasien yang merasa malu untuk
bertanya ataupun tidak waspada terhadap komplikasi yang dapat
disebabkan oleh hipertensi ini.
Perencanaan dan Strategi atau pendekatan yang ditempuh yaitu pemberdayaan
pemilihan intervensi (empowerment). Pemberdayaan ini dilakukan dengan
memberikan kemampuan kepada individu (sasaran) melalui
penyuluhan yang dibarengi dengan kegiatan Posyandu Lansia.
Sasaran yang dipilih pada kegiatan penyuluhan Hipertensi ini
adalah sasaran primer orang dengan lanjut usia yang sangat
berisiko terhadap hipertensi.

Tujuan umum adalah mengurangi angka kejadian penyakit


hipertensi dan segala penyakit yang berkaitan dengan
hipertensi. Tujuan khusus adalah memberikan penjelasan yang
lebih rinci tentang penyakit hipertensi untuk memberikan bekal
ilmu pengetahuan sehingga dapat diamalkan untuk diri sendiri
maupun kerabatnya.
Pelaksanaan Kegiatan : Penyuluhan tentang Hipertensi
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan anggota Posyandu Lansia
tentang Hipertensi
Peserta : Anggota Posbindu Kelurahan Langkapura berjumlah
15 orang.
Waktu dan Tempat : Jumat, 15 Januari 2021

Metode :Pemberian materi secara lisan yang berisi materi


definisi dari hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, kriteria
hipertensi, pencegahan, penatalaksanaan dan komplikasi dari
hipertensi. Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab
Monitoring dan Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan
Evaluasi pemahaman peserta penyuluhan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan.
Pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh peserta penyuluhan
merupakan bukti keberhasilan bahwa penyuluhan yang telah
dilakukan mampu diterima dan dipahami oleh peserta sehingga
cukup membantu untuk mengontrol tekanan darah masing-
masing peserta.

Penyuluhan rutin ulangan perlu dilakukan agar pemahaman


yang ada dapat selalu diingat.
5. Judul Laporan Edukasi Pentingnya Kecukupan Gizi untuk Tumbuh Kembang
Balita diposyandu kelurahan Kelapa Tiga
Latar Belakang Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan
bayi. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat
dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan
kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat
dilakukan secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau
semua sasaran yang membutuhkan pelayanan, salah satunya
adalah layanan tumbuh kembang anak.

Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah


dilaksanakan sejak tahun 1974 melalui penimbangan
bulanan di posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS). KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur.
Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga
dapat ditanggulangi secara cepat dan tepat. Pemantauan
pertumbuhan perlu ditingkatkan peranya dalam tindak
kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi
balita.
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif
untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan
anak lebih rendah dari yang seharusnya, pertumbuhan anak
terganggu dan anak berisiko akan mengalami kekurangan gizi.
Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang
seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.

Semua informasi atau data yang diperlukan untuk


pemantauan pertumbuhan balita, pada dasarnya bersumber
dari data berat badan hasil penimbangan balita bulanan yang
diisikan ke dalam KMS untuk dinilai naik (N) atau tidaknya (T).
Tiga bagian penting dalam pemantauan pertumbuhan adalah :
ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus
secara teratur, ada kegiatan mengisikan data berat badan anak
ke dalam KMS, serta ada penilaian naik atau turunnya berat
badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya.

Provinsi Lampung berdasar laporan riskesdas proporsi status


gizi balita sangat pendek dan pendek lebih buruk dari rata rata
nasinal (37,2%) yaitu 42% pada tahun 2013. Selanjutnya di
tahun 2018 mengalami penurun 28,7% lebih baik dibandingkan
rata rata nasional (30,8%). Sedangkan untuk proporsi status gizi
kurus dan sangat kurus provinsi Lampung tahun 2018 yaitu
11% masih berada di atas rata rata nasional (10,2%). Namun
untuk proporsi status gizi balita gemuk yaitu 7,8% sedikit
berada dibawah rata rata nasional (8%).
Permasalahan  Pandemi COVID-19 berisiko untuk menurunkan capain
pelayanan anak balita di posyandu tahun 2020.
 Kurangnya pengetahuan orangtua terkait kecukupan gizi
pada balita.
Perencanaan dan  Melaksanakan kegiatan posyandu secara rutin dikelurahan
pemilihan intervensi Kelapa Tiga
 Melakukan wawancara dan pemeriksaan dasar (BB dan TB)
 Melakukan pencatatan BB dan TB balita setiap bulan dan
pengecekan pada KMS (Kartu Menuju Sehat)
 Memberikan edukasi mengenai pentingnya kecukupan gizi
untuk mejaga tumbuh kembang balita kepada orang tua,
melalui media cetak berupa leaflet dan diskusi interaktif.
Pelaksanaan Hari/tanggal: Senin, 05 Oktober 202
Waktu : 09.00 WIB s/d 11.00 WIB
Tempat : Posyandu Kelurahan Kelapa Tiga
Petugas/pelaksana :
• Dokter internsip
• Petugas Pelaksana Program: Kak Ari
Materi Penyuluhan:
 Memberikan Edukasi Pentingnya kecukupan gizi untuk
tumbuh kembang balita dengan media cetak (leaflet), dan
diskusi interaktif.
Jumlah Peserta : 15 orang.
Alur Kegiatan :
 Petugas datang ke Posyandu Bilabong
 Petugas menyiapkan alat antropometri (Timbangan BB
dan microtoise untuk mengukur TB)
 Petugas melakukan wawancara dan pemeriksaan dasar
kepada balita
 Hasil pengukuran di masukan pada grafik KMS yang
dimiliki/dibawa setiap balita dan orang tua.
 Petugas memberikan penyuluhan/edukasi terkait
pentingknya kecukupan gizi untuk tumbuh kembang balita
dan menjelaskan hasil KMS.

Monitoring dan Kehadiran dan kesiapan petugas : Sudah baik. Petugas datang
Evaluasi lebih 15 menit lebih awal dari waktu pelaksanaan, petugas
menguasai materi penyuluhan, petugas melakukan diskusi
interaktif dengan peserta sehingga peserta lebih dapat
memahami materi yang disampaikan.

Respon peserta sangat baik, tertarik, dan aktif menanyakan hal


yang kurang dipahami.

Kelengkapan alat/fasilitas/ruangan : alat dan fasilitas sudah baik


memadai.

Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan pengecekan


pemahaman peserta penyuluhan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang telah disampaikan

Anda mungkin juga menyukai