PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂ dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-
selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran
berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.Bernapas membawa udara ke
paru, dimana terjadi pertukaran gas. Udara masuk ke paru melalui saluran
pernapasan. Organ saluran pernapasan atas terdiri dari mulut, hidung, dan
pharing. Ketiganya dihubungkan dengan nasopharing, yang membawa udara
melalui mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran pernapasan bawah terdiri
dari trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan paru. Bronkhus berlanjut ke
bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas dengan parenkhim paru.
Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel berdinding tipis
dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk alveoli menembus epitel, masuk
darah menuju jantung dan dari jantung ke jaringan tubuh.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan seminar ini bertujuan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
kepada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit
Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengkajian oksigenasi pada pasien An. Z di ruangan
perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota
Kabupaten Donggala.
b. Memaparkan hasil analisa data pasien dengan masalah Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada pasien An. Z di ruangan
perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota
Kabupaten Donggala
c. Mendiskripsikan masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien An. Z
di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah
Kabelota Kabupaten Donggala dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi.
d. Menggambarkan perencanaan untuk memecahkan masalah yang
ditemukan pada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah
Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
e. Mendiskripsikan tindakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan
pada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit
Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
f. Mendiskripsikan evaluasi pencapaian tujuan asuhan keperawatan pasien
An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah
Kabelota Kabupaten Donggala.
2
C. Waktu
Pengambilan data dan pengkajian Asuhan Keperawatan pada dilakukan
pada tanggal 08 November 2021 di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah
Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
D. Tempat
Asuhan keperawatan dilakukan di ruangan perawatan bintang (anak)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. KONSEP MEDIS
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia
atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O 2) ke
dalam paru dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode
pemberian oksigen:
a. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi
pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian
oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pola pernafasan pasien.
4
NILAI-NILAI NORMAL
5
memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman
pernapasan yang meningkat.
C. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakit paru.
D. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu
penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
E. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
F. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.
6
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit
sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya
terlihat cemas, lelah dan pucat.
G. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit
disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena
usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
H. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan
jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang
kadangkadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan
napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
C. FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Struktur Sistem Pernafasan
a. Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis.
b. Saluran Pernafasan bawah
7
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.
Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2
dan CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses
ini berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:
Ventilasi Pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus.
Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membrane kapiler.
Transpor oksigen dan karbondioksida.
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-paru.
Transpor O2.
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah
dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
Oksihemoglobin (HbO2), sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini
dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan
perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara yang
dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah
Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
Transpor CO2.
8
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut
menuju paruparu melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida
(70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat
(HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2),
Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dalam bentuk asam karbonat.
Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada
proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria,
yang menggunakan O2 dan menhasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti dari kapiler
paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradient tekanan parsial.
9
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala:
a. Pusing
b. Nyeri kepala
c. Henti jantung
d. Koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. Napas pendek
b. Nyeri dada
c. Sakit kepala ringan
d. Pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat
dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif,
dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun
pathologis. Fisiologis:
a. Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. Pada anak-anak yang sedang tidur
c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis:
a. Gagal jantung.
b. Pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
10
5. Kussmaul’s (hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas, pada gangguan sistem saraf pusat.
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit
usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.
11
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum
adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung
berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a) Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang
keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal
setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui
kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700
ml.
d) Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa
dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau
lebih dalam satu kesatuan.
e) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang
dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV +
TV).
f) Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC), yaitu
jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV).
12
g) Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal yang
dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah
inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV).
h) Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumalh
udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ±
6000 ml, P = ± 4200 ml.
i) Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran
napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
j) Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15
x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila
seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut
menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru
menungkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
k) Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).
F. MANIFESTASI KLINIS
1. Bunyi nafas tambahan (misalnya ronchi basah halus, ronchi basah kasar).
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan.
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4. Sianosis.
5. Kesulitan untuk bersuara.
6. Penurunan bunyi nafas.
7. Ortopnea.
8. Sputum.
13
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan.
Pernah mengalami batuk dengan sputum.
Pernah mengalami nyeri dada.
Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC.
Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia).
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor.
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut.
d. Dada
Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan).
Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernafasan).
Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial).
Suara nafas tidak normal.
Bunyi perkusi (resonansi)
14
e. Pola pernafasan
Pernafasan normal.
Pernafasan cepat.
Pernafasan lambat.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/
banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
Kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret,
adanya benda asing dijalan nafas.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dengan kriteria hasil:
mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea, menunjukan jalan nafas yang paten.
- Intervensi:
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal: semifowler.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
15
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan misal
ronkhi.
Berikan bronkodilator bila perlu.
Kolaborasi dalam pemberian terapi O2.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
kelelahan.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
menunjukan keefektifan pola napas, dengan kriteria hasil: Suara napas
bersih, tidak ada siaonsi, dispnea, menunjukan jalan napas yang paten
(tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara napas abnormal) dan TTV dalam
rentang normal.
- Intervensi:
Monitor vital sign.
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan.
Pertahankan jalan nafas yang paten.
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
Berikan bronkodilator bila perlu.
Kolaborasi dalam pemberian terapi O2
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat,
16
suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispneu, TTV dalam rentang
normal
- Intervensi:
Beri posisi ventilasi maksimal.
Keluarkan sekret dengan batuk atau section.
Auskultasi suara nafas, dan catat adanya suara nafas tambahan.
Monotor pola nafas bradipnea, takipnea, monitor TTV, AGD
Observasi sianosis.
Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi oksigenasi.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.Z
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PADA KASUS GERD DIRUANGAN BINTANG(ANAK) KELAS III
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABELOTA DONGGALA
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 07 November 2021
Jam Masuk : 22.15
Ruang : Bintang (Anak)
No. Register : 037958
Dx Medis : GERD
Tanggal Pengkajian : 08 November 2021
A. Identitas Pasien
1. Identitas klien
Nama : An. Z
Umur : 17 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Labuan Bajo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Labuan Bajo
Hubungan dengan Pasien : Ayah Kandung
18
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Saat Masuk RS
Klien mengeluh sesak napas ±30 menit sebelum masuk Rs
2. Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan mual
diakibatkan ±30 menit sebelum masuk rumah sakit klien abis minum obat
yang memiliki kandungan Theophyline dan Ephedrine sebanyak 3 butir
sekaligus karena klien mengira obat tersebut dapat meredakan nyeri yang
ada pada perutnya akibat datang bulan (PMS)
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering batuk berlendir.
4. Keluhan Menyertai
Klien mengeluh bahwa klien merasa ingin muntah, klien merasa asam
dibagian mulutnya, lemas, klien juga sering merasa mual.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan bahwa ini pertama kalinya klien masuk rumah sakit
sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit ini.
Klien juga mengatakan bahwa sebelumnya klien tidak memiliki penyakit
lain dan penyakit yang dirasakan sekarang.
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi makanan
maupun obat-obatan.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak keluarganya yang memiliki penyakit
GERD yang sama dengan klien.
19
C. Genogram
20
Keterangan Genogram
: Laki-laki : Pasien :
Menikah
: Perempuan : Keturunan
22
Pola persepsi diri (Konsep diri)
- Sebelum sakit : Klien mampu melakukan aktivitasnya tanpa bantuan
ibunya, klien juga berharap agar selalu sehat.
- Setelah sakit : Klien tidak mampu melakukan semua aktivitas
sebelum sakit, klien juga berharap agar dapat segera membaik dan
pulang agar klien dapat bergabung kembali bersama keluarga dan
teman-temannya.
Pola hubungan peran
- Sebelum sakit : Klien merasa perannya sebagai anak sudah mampu
membantu ibunya walau hanya sebatas membersihkan rumah.
- Setelah sakit : Klien merasa perannya sebagai seorang anak belum
berarti karena klien merasa menyusahkan keluarganya saja pada saat
klien sakit ini
Pola koping
Klien menerima dan mengganggap bahwa sakitnya sekarang
merupakan pembelajaran bagi klien agar tidak sembarngan untuk
meminum obat-obatan. Klien juga berupaya agar segera cepat pulih
kembali.
Pola nilai spiritual
Klien selalu berdoa menurut agamanya agar sakitnya bisa cepat
sembuh dan bisa melanjutkan kembali aktivitasnya seperti biasa.
E. Pemeriksaan Fisik
- BB sebelum sakit : 45 Kg
- BB setelah sakit : 43 Kg
- Tinggi badan : 145 Cm
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda-tanda vital : TD= 110/80 mmHg, SB= 36,8ºC, N= 94x/menit, R=
28x/menit
23
1. Kepala dan rambut
- Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, tidak ada
kerontokan, tidak ada ketombe.
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
2. Telinga
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, serumen kering, klien
mampu mendengar apa yang dikatakan orang lain.
- Palpasi : Tidak benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
- Inspeksi : Konjungtiva tampak anemis, sklera mata tidak ikterik, pupil
isokor, dapat berkedip, dapat membaca, dan mampu menggerakan bola
mata ke atas bawah, ke kiri-kanan,zig-zag.
- Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
- Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, mampu mencium
bau-bauan,tidak ada bekas luka, tidak terpasang NGT.
- Palpasi : Tidak nyeri tekan, dan tidak ada sinusitis.
5. Mulut
- Inspeksi : Mukosa biir kering, tidak ada sianosi, bentuk bibir simetris,
tidak ada lesi,gigi berwarna putih kekuning-kuningan, belum ada gigi
yang copot, lidah kotor, pengecapan menurun, refleks menelan ada,
kondisi bicara baik, gusi berwarna merah tidak ada pendarahan, tidak ada
pembengkakan tongsil.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sariawan.
6. Leher
- Inspeksi : Ada refleks menelan, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
tiroid.
24
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
7. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, ekspansi dada normal
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur, tidak ada masa, CRT
<2 detik
- Perkusi : Terdapat bunyi hipersonor dibagian kiri paru,
- Auskultasi : Bunyi napas irreguler(ronchi) pada paru sebelah kiri
8. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak jaringan parut
- Auskultasi : Bunyi bising usus 12x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdengar bunyi timpani
9. Genetalia
Tidak terdapat kelainan
10. Ekstremitas atas
- Inspeksi : Terpasang IVFD RL 18 tpm ditangan kanan dan tangan kiri
terdapat bekas aff infus, tidak ada luka, pergerakan sesuai arahan, tidak
ada jejas
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, kekuatan
otot 4, akral dingin
11. Ekstremitas bawah
- Inspeksi : Pergerakkan sesuai arahan, tidak ada bekas luka, tidak ada
jejas, tidak terdapat varises
- Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.
F. Data penunjang
Pemeriksaan lab
Belum dilakukan pemeriksaan lab
Hasil rontgen
Belum dilakukan pemeriksaan rontgen
25
Hasil USG
Belum dilakukan pemeriksaan USG
G. Penatalaksanan
Cairan RL 18 tpm
Injeksi ondansentron 1 amp/IV
Injeksi omeprazole 40 mg/24 jam/IV
Multivitamin 1x1 tab
26
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif
27
ANALISA DATA
NO Data Etiologi Problem
1. Data Subjektif: Aktivasi proses Bersihan jalan nafas
- Klien mengeluh batuk vagositosis oleh tidak efektif
berlendir netrofil dan behubungan dengan
- Klien mengatakan susah makrofag penumpukan sekret
mengeuarkan lender
- Klien mengatakan sesak Penumpukan fibrin
seperti ada beban eksudat
Data Objektif:
- Tanda – tanda vital Sekret menumpuk
Nadi: 94x/menit pada jalan napas
Respirasi : 28x/menit
Suhu: 36,8 C Bersihan Nafas
Tekanan darah: 110/80 mmHg Tidak efektif
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Keadaan Umum: Lemah
- Bunyi nafas terdengar ronchi
28
- Keadaan Umum: Lemah
- Kulit nampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Bising usus 12x/menit
- Akral terasa dingin
29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
No Diagnose Rasioanal
Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Pemberian posisi
behubungan dengan penumpukan secret tindakan keperawatan dengan posisi semi fowler
ditandai dengan: 2x 24 jam diharapkan semifowler membantu
Data Subjektif: jalan napas efektif 2. Ajarkan teknik batuk pergerakan otot
- Klien mengeluh batuk berlendir kembai dikriteria hasil: efektif digfragma
- Klien mengatakan susah 1. Bunyi nafas menjadi 3. Anjurkan minum air 2. Membantu
mengeuarkan lender normal hangat mengeluarkan secret
- Klien mengatakan sesak seperti 2. Dapat melakukan 4. Observasi tanda 3. Membantu
ada beban atau megeluarkan tanda vital mengencerkan
Data Objektif: dahak dahak
- Tanda – tanda vital 4. Menentukan
Nadi: 94x/menit kembali intervensi
Respirasi: 28x/menit selanjutnya
Suhu: 36,8 C
Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Keadaan Umum: Lemah
- Bunyi nafas terdengar ronchi
2. Nause berhubungan dengan agen Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi 1. Penting untuk
farmakologis ditandai dengan: tindakan keperawatan muntah, durasi mengetahui
Data Subjektif: 2x 24 jam diharapkan dan factor yang karakteristik mual
- Klien mengeluh mual nutrisi pasien terpenuhi menyebabkan dan factor yang
- Klien menegeluh muntah dengan dikriteria hasil: mual dan menyebabkan mual
- Nafsu makan klien berkurang 1. Nafsu makan muntah untuk menentukan
- Klien mengatakan asam pada membaik 2. Anjurkan klien intervensi
mulutnya 2. Mual muntah makan porsi selanjutnya
- Klien mengatakan sebelum masuk menurun kecil tapi sering 2. Makan sedikit tapi
30
RS, klien minum neonapasin 3 tab 3. Berikan sering dapat
Data Objektif informasi yang meningkatkan
- Tanda – tanda vital tepat tentang kebutuhan intake
Nadi: 94x/menit kebutuhan nutrisi
Respirasi: 28x/menit nutrisi yang 3. Untuk memenuhi
Suhu: 36,8 C tepat dan sesuai kebutuhan nutrisi
Tekanan darah: 110/80 mmHg 4. Kolaborasi yang dibutuhkan
- Konjungtiva Anamis dengan tim pasien
- Klien tampak lemah dokter dalam 4. Terapi farmakologis
- Klien tidak mengahabiskan pemberian obat dalam manajemen
makanannya mual muntah dan
- Keadaan Umum: Lemah memenuhi
- Kulit nampak pucat kebutuhan diet
- Mukosa bibir kering pasien
- Bising usus 12x/menit
- Akral terasa dingin
31
IMPLEMETASI KEPERAWATAN
No Hari/Tangga Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
DX l
1. Selasa, 09 Bersihan jalan nafas tidak efektif 14:00 1. Memberikan posisikan Jam 19:00
November behubungan dengan penumpukan pasien dengan posisi S:
2021 secret semifowler - pasien mengatakan masih
2. Mengajarkan teknik batuk berlendir
14:50 batuk efektif - klien mengataka masih
3. Menganjurkan minum air sulit mengeluarkan secret
hangat O:
4. mengobservasi tanda - Bunyi nafas masih ronchi
18:00 tanda vital: A: Masalah belum teratasi
TD: 110/80 P: Lanjutkan Itervensi
N: 94x/m - Memberikan posisikan
S: 36,7 C pasien dengan posisi
R: 18x/m semifowler
- Mengajarkan teknik
batuk efektif
- Menganjurkan minum air
hangat
1. Rabu, 10 Bersihan jalan nafas tidak efektif 08:45 1. Memberikan posisikan Jam13:00
November behubungan dengan penumpukan pasien dengan posisi S:
2021 secret semifowler - pasien mengatakan sudah
09:00 2. Mengajarkan teknik tidak batuk berlendir
batuk efektif - klien mengatakan sudah
11:30 3. Menganjurkan minum air dapat mengeluarkan
hangat secret
12:00 4. mengobservasi tanda O:
tanda vital: - Bunyi nafas masih
TD: 110/80 normal
N: 94x/m A: Masalah teratasi
32
S: 36,7 C P: Pertahankan Itervensi
R: 28x/m - Memberikan posisikan
pasien dengan posisi
semifowler
- Mengajarkan teknik
batuk efektif
- Menganjurkan minum air
hangat
2. Selasa, 09 Nausea berhubungan dengan agen 14: 1. Mengkaji frekuensi Jam 19:00
November farmakologis 20 muntah, durasi dan S:
21 factor yang - Pasien mengatakan
menyebabkan mual bahwa pasien muntah 1x
dan muntah pukul 18:40
14:45 2. menganjurkan klien O:
makan porsi kecil - Klien tampak lemah
15:20 tapi sering A: Masalah belum teratasi
3. Memberikan P: Lanjutkan Itervensi
informasi yang tepat - Mengkaji frekuensi
tentang kebutuhan muntah, durasi dan factor
17:00 nutrisi yang tepat dan yang menyebabkan mual
sesuai dan muntah
4. Melakukan - menganjurkan klien
pemberian obat makan porsi kecil tapi
Cairan RL 18 tpm sering
Injeksi ondansentron - Memberikan informasi
yang tepat tentang
1 amp/IV kebutuhan nutrisi yang
Injeksi omeprazole tepat dan sesuai
- Kolaborasi dengan tim
40 mg/24 jam/IV dokter dalam pemberian
Multivitamin 1x1 tab obat
33
3. Rabu, 10 Nause berhubungan dengan agen 08:50 1. Mengkaji frekuensi Jam 13:00
November farmakologis muntah, durasi dan S:
2021 factor yang - Pasien mengatakan tidak
menyebabkan mual muntah lagi
dan muntah O:
09.15 2. Menganjurkan klien - Klien tampak segar
makan porsi kecil A: Masalah teratasi
tapi sering P: Pertahankan Itervensi
10.00 3. Memberikan - Mengkaji frekuensi
informasi yang tepat muntah, durasi dan factor
tentang kebutuhan yang menyebabkan mual
nutrisi yang tepat dan dan muntah
sesuai - menganjurkan klien
10.30 4. Melakukan makan porsi kecil tapi
pemberian obat sering
- Memberikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi yang
tepat dan sesuai
- Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
obat
34
BAB IV
PEMBAHASAN
karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk
oleh sel-sel yang secara metabolism aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang
dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system
darah melalui paru. Sedangkan system pernafasan melakukan dua fungsi terpisah
terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi salah satunya
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif yaitu
Penatalaksanaan bersihan jalan nafas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
satunya adalah dengan teknik batuk efektif. Latihan batuk efektif adalah aktivitas
35
perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang berfungsi untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Arif,
2008) .
An.Z dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan secret, setelah dilakukan tindakan batuk efektif selama 3 hari
saat evaluasi pasien sudah dapat mengeluarkan secret dan mengetahui cara
melakukan batuk efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Listiana (2020) tentang pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran secret pasien TB
pada pasien TB Paru setelah dilakukan teknik batuk efektif dilihat dari jumlah sputum
yang dikeluarkansebagian besar teknik yang diberikan memiliki perubahan yang baik
saat menerima tindakan keperawatan setelah diberi teknik batuk efektif. Hal ini
dibuktikan dengan data yang diperoleh saat penelitian yaitu 20 responden (100%),
memiliki jumlah sputum setelah di lakukan teknik batuk efektif kategori baik dengan
jumlah sputum normal lebih dari 3ml dikarenakan setelah dievaluasi pasien dapat
beradaptasi dengan teknik yang diberikan dan pasien mampu mengeluarkan dahak
dari bagian dada bukan bagian tenggorokan yang berarti bahwa teknik batuk efektif
berpengaruh terhadap pengeluaran secret pada pasien TB Paru. Penelitian yang sama
jua dilakukan oleh Widiastuti (2019) menunjukan bahwa batuk efektif berpengaruh
36
Masalah keperawatan yang kedua adalah Nausea berhubungan dengan agen
berikan banyak makanan porsi kecil tapi sering sesuai indikasi tambahkan dengan
kudapan yang mudah dicerna dengan rasional untuk mengurangi persaan begah yang
dapat menyertai makan dengan porsi yang lebih besar dan memperbaiki kesempatan
untuk meningkatkan jumlah zat gizi yang di konsumsi dalam waktu 24 jam. Kedua
memberikan asupan cairan yang adekuat dan tepat waktu dengan rasional cairan
sangat penting untuk proses pencernaan dan sering kali di konsumsi dengan makanan,
cairan mungkin perlu di tahan sebelum makan atau saat makan jika menggangu
bersama tim medis laiinya dalam pemberian antiemetic, yang kelima berikan
rendah lemak.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007.
Jakarta : EGC
2. International, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. 2013. Jakarta : EGC
3. Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
4. Listiana, D. (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada
Pasien Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong. CHMK Nursing
Scientific Journal, 4(2), 220-227.
5. Widiastuti, L. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjungpinang. Jurnal
Keperawatan, 9(1), 1069-1076.
6. Halfia, P., Saranani, M., & Wijayati, F. (2020). PENERAPAN LATIHAN BATUK
EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN TB
PARU (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).
38