Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik.
Oksigenasi adalah proses penambahan O₂ ke dalam sistem (kimia/fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan
dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida,
energi, dan air. Akan tetapi, penambahan CO₂ yang melebihi batas normal pada
tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan yang berfungsi untuk memperoleh O₂ agar dapat digunakan oleh sel-
sel tubuh dan mengeluarkan CO₂ yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O₂ dari lingkungan untuk kemudian diangkut keseluruh tubuh (sel-
selnya) melalui darah guna dilakukan pembakaran. Selanjutnya, sisa pembakaran
berupa CO₂ akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke
lingkungan karena tidak berguna lagi oleh tubuh.Bernapas membawa udara ke
paru, dimana terjadi pertukaran gas. Udara masuk ke paru melalui saluran
pernapasan. Organ saluran pernapasan atas terdiri dari mulut, hidung, dan
pharing. Ketiganya dihubungkan dengan nasopharing, yang membawa udara
melalui mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran pernapasan bawah terdiri
dari trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan paru. Bronkhus berlanjut ke
bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas dengan parenkhim paru.
Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel berdinding tipis
dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk alveoli menembus epitel, masuk
darah menuju jantung dan dari jantung ke jaringan tubuh.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan seminar ini bertujuan untuk memberikan Asuhan Keperawatan
kepada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit
Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan pengkajian oksigenasi pada pasien An. Z di ruangan
perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota
Kabupaten Donggala.
b. Memaparkan hasil analisa data pasien dengan masalah Gangguan
Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada pasien An. Z di ruangan
perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota
Kabupaten Donggala
c. Mendiskripsikan masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien An. Z
di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah
Kabelota Kabupaten Donggala dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi.
d. Menggambarkan perencanaan untuk memecahkan masalah yang
ditemukan pada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah
Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
e. Mendiskripsikan tindakan untuk memecahkan masalah yang ditemukan
pada pasien An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit
Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
f. Mendiskripsikan evaluasi pencapaian tujuan asuhan keperawatan pasien
An. Z di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah Sakit Umum Daerah
Kabelota Kabupaten Donggala.

2
C. Waktu
Pengambilan data dan pengkajian Asuhan Keperawatan pada dilakukan
pada tanggal 08 November 2021 di ruangan perawatan bintang (anak) Rumah
Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.
D. Tempat
Asuhan keperawatan dilakukan di ruangan perawatan bintang (anak)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabelota Kabupaten Donggala.

3
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI
A. KONSEP MEDIS
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia
atau fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda.
Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 %
pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O 2) ke
dalam paru dengan alat khusus.
Tujuan pemberian oksigenasi:
1. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
2. Untuk menurunkan kerja paru-paru
3. Untuk menurunkan kerja jantung
Terapi oksigen merupakan salah satu terapi pernafasan dalam
mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen adalah untuk
memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah sambil menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium. Beberapa metode
pemberian oksigen:
a. Low flow oxygen system
Hanya menyediakan sebagian dari udara inspirasi total pasien.
Pada umumnya sistem ini lebih nyaman untuk pasien tetapi
pemberiannya bervariasi menurut pola pernafasan pasien.
b. High flow oxygen system
Menyediakan udara inspirasi total untuk pasien. Pemberian
oksigen dilakukan dengan konsisten, teratur, teliti dan tidak bervariasi
dengan pola pernafasan pasien.

4
NILAI-NILAI NORMAL

Parameter Nilai normal

Tidal Volume (TV) 500 cc

Volume Cadangan Inspirasi (VCI) 3000 ml

Volume Cadangan Ekspirasi (VCE) 1100 ml

Volume Residu 1200 ml

Kapasitas Inspirasi (KI) 3500 ml

Kapasitas Residu Fungsional (KRF) 2300 ml

Kapasitas Vital 4600 ml

Kapasitas Total Paru 5800 ml

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi oksigenasi adalah :
A. Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil
dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa
kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi
terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan
berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak
dan pola napas
B. Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi.
Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang
dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian

5
memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman
pernapasan yang meningkat.
C. Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman
pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh.
Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi
predisposisi penyakit paru.
D. Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat
menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada
terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu
penyakitpenyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang
mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi
membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi
transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
E. Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam
pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila
memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan
kedalaman pernapasan.
F. Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat
mempengarhi pernapasan yaitu:
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru.
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel
jaringan.

6
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan
obstruksi sebagian jalan napas. Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika
ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan
membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam
hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit
sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya
terlihat cemas, lelah dan pucat.
G. Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini
sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit
disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena
usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu
ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti
pada penderita asma.
H. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di
sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Mempertahankan
jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang
kadangkadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan
napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).

C. FISIOLOGI PERNAFASAN
1. Struktur Sistem Pernafasan
a. Saluran pernafasan atas
Fungsinya adalah menyaring, menghangatkan dan melembabkan udara
yang dihirup. Terdiri dari :hidung, faring, laring, epiglottis.
b. Saluran Pernafasan bawah

7
Fungsi adalah menghangatkan udara, membersihkan mukuosa cilliary,
memproduksi surfactant. Terdiri dari : trachea, bronchus, paru.
Pernafasan eksternal mengacu pada keseluruhan proses pertukaran O2
dan CO2 antara lingkungan eksternal, dan sel tubuh. Secara umum, proses
ini berlangsung dalam 3 langkah, yaitu:
Ventilasi Pulmoner.
Udara bergantian masuk keluar paru-paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi proses pertukaran gas antara lingkungan
eksternal dan alveolus.
Pertukaran gas alveolar.
Setelah oksigen masuk alveolus, proses pernafasan berikutnya
adalah difusi oksigen dari alveolus ke pembuluh darah pulmoner.
Difusi adalah proses pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau
bertekanan tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan tinggi ke area
berkonsentrasi rendah. Proses ini berlangsung di alveolus dan
membrane kapiler.
Transpor oksigen dan karbondioksida.
Pada proses ini oksigen diangkut dari paru menuju jaringan
dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru-paru.
 Transpor O2.
Normalnya, sebagian oksigen (97%) berikatan lemah
dengan hemoglobin dan diangkut ke seluruh jaringan dalam bentuk
Oksihemoglobin (HbO2), sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini
dipengaruhi oleh Ventilasi (jumlah O2 yang masuk ke paru) dan
perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas dara yang
dibawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O2 dalam plasma, jumlah
Hemoglobin (Hb), dan ikatan O2 dengan Hb.
 Transpor CO2.

8
Karbondioksida hasil metabolisme terus menerus diankut
menuju paruparu melalui 3 cara: sebagian besar karbondioksida
(70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat
(HCO3-), sebanyak 23% karbondioksida berikatan dengan
hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2),
Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma
dalam bentuk asam karbonat.
Pernafasan internal atau pernafasan jaringan mengacu pada
proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitrokondria,
yang menggunakan O2 dan menhasilkan CO2 selama proses
penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini darah yang
banyak mengandung oksigen dibawa ke seluruh tubuh hingga
mencapai kapiler sistemik. Selanjutnya terjadi pertukaran O2 dan
CO2 antara kapiler sistemik dan sel jaringan. Seperti dari kapiler
paru, pertukaran ini juga melalui proses difusi pasif mengikuti
penurunan gradient tekanan parsial.

D. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN FUNGSI RESPIRASI


1. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan. Penyebab terjadinya hipoksia:
a. Gangguan pernafasan.
b. Gangguan peredaran darah.
c. Gangguan sistem metabolisme.
d. Gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
2. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi
elveoli, sebab jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang

9
berarti bahwa CO2 yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi →
menyebabkan peningkatan rata – rata dan kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala:
a. Pusing
b. Nyeri kepala
c. Henti jantung
d. Koma
e. Ketidakseimbangan elektrolit
3. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan
tubuh), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat
terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek
samping dari beberapa obat.
Tanda dan gejala:
a. Napas pendek
b. Nyeri dada
c. Sakit kepala ringan
d. Pusing dan penglihatan kabur
4. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat
dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif,
dan overdosis obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupun
pathologis. Fisiologis:
a. Orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
b. Pada anak-anak yang sedang tidur
c. Pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis:
a. Gagal jantung.
b. Pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)

10
5. Kussmaul’s (hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per
menit. Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
6. Apneu
Henti nafas, pada gangguan sistem saraf pusat.
7. Biot’s
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan
gangguan sistem saraf pusat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit
usaha. Kesulitan bernafas disebut dyspnea.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


SISTEM PERNAPASAN.
1. Metode Morfologis
a. Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang
lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat member
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
b. Bronkoskopi
Merupakan teknik yang memungkinkan visualisasi langsung trachea
dan cabang utamanya. Biasanya digunakan untuk memastikan karsinoma
bronkogenik, atau untuk membuang benda asing. Setelah tindakan ini
pasien tidak bolelh makan atau minum selama 2 -3 jam sampai tikmbul
reflex muntah. Jika tidak, pasien mungki9n akan mengalami aspirasi ke
dalam cabanga trakeobronkeal.
c. Pemeriksaan Biopsi
Manfaat biopsy paru –paru terutama berkaitan dengan penyakit paru
yang bersifat menyebar yang tidak dapat didiagnosis dengan cara lain.

11
d. Pemerikasaan Sputum
Bersifat mikroskopik dan penting untuk mendiagnosis etiologi berbagai
penyakit pernapasan. Dapat digunakan untuk menjelaskan organisme
penyebab penyakit berbagai pneumonia, bacterial, tuberkulosa, serta
jamur. Pemeriksaan sitologi eksploitatif pada sputum membantu proses
diagnosis karsinoma paru. Waktu yang baik untuk pengumpulan sputum
adalah pagi hari bangun tidur karena sekresi abnormal bronkus cenderung
berkumpul waktu tidur.
2. Metode Fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan:
a) Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang
keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml).
b) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal
setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300 ml, P = ±1900 ml.
c) Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui
kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ± 1000 ml, P = ± 700
ml.
d) Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa
dlam paru setelah ekpsirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ±1100 ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumnlahan dua jenis volume atau
lebih dalam satu kesatuan.
e) Kapasitas Inspirasi (Inspiration Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang
dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV +
TV).
f) Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC), yaitu
jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV).

12
g) Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal yang
dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu setelah
inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV).
h) Kapasitas Paru – paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumalh
udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ±
6000 ml, P = ± 4200 ml.
i) Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran
napas yangvtidak terlibat proses pertukaran gas (±150 ml). L = ± 500 ml.
j) Frekuensi napas (f), yaitu jumalh pernapsan yang dilakukan permenit (±15
x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun bila
seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi perut
menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru
menungkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
k) Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah yang
digunakan adalah arteri radialis (mudah diambil).

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Bunyi nafas tambahan (misalnya ronchi basah halus, ronchi basah kasar).
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan.
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4. Sianosis.
5. Kesulitan untuk bersuara.
6. Penurunan bunyi nafas.
7. Ortopnea.
8. Sputum.

13
G. FOKUS PENGKAJIAN
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yang pernah dialami.
 Pernah mengalami perubahan pola perrnafasan.
 Pernah mengalami batuk dengan sputum.
 Pernah mengalami nyeri dada.
 Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala2 diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
 Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC.
 Bagaimana frekuensi setiap kejadian
c. Gaya Hidup
 Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata: konjungtiva pucat (karena anemis), konjungtiva sianosis (karena
hipoksia).
b. Kulit: sianosis perifer, penurunan turgor.
c. Mulut dan bibir: membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut.
d. Dada
 Retraksi otot bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas
pernafasan, dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan).
 Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
 Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernafasan).
 Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial).
 Suara nafas tidak normal.
 Bunyi perkusi (resonansi)

14
e. Pola pernafasan
 Pernafasan normal.
 Pernafasan cepat.
 Pernafasan lambat.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret/
banyaknya mukus, adanya benda asing dijalan nafas.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
Kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
ditandai dengan spasme jalan nafas, sekresi tertahan, penumpukan sekret,
adanya benda asing dijalan nafas.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi, dengan kriteria hasil:
mendemonstrasikan batuk efektif, dan suara nafas bersih, tidak ada
sianosis dan dispnea, menunjukan jalan nafas yang paten.
- Intervensi:
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi misal: semifowler.
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.

15
 Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan misal
ronkhi.
 Berikan bronkodilator bila perlu.
 Kolaborasi dalam pemberian terapi O2.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, hipoventilasi,
kelelahan.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
menunjukan keefektifan pola napas, dengan kriteria hasil: Suara napas
bersih, tidak ada siaonsi, dispnea, menunjukan jalan napas yang paten
(tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada suara napas abnormal) dan TTV dalam
rentang normal.
- Intervensi:
 Monitor vital sign.
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
 Auskultasi suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan.
 Pertahankan jalan nafas yang paten.
 Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
 Berikan bronkodilator bila perlu.
 Kolaborasi dalam pemberian terapi O2
3. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi,
perubahan membran kapiler alveolar.
- Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria hasil:
mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat,

16
suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan dispneu, TTV dalam rentang
normal
- Intervensi:
 Beri posisi ventilasi maksimal.
 Keluarkan sekret dengan batuk atau section.
 Auskultasi suara nafas, dan catat adanya suara nafas tambahan.
 Monotor pola nafas bradipnea, takipnea, monitor TTV, AGD
 Observasi sianosis.
 Kolaborasi bronkodilator, nebulezer, dan terapi oksigenasi.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.Z
DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGEN
PADA KASUS GERD DIRUANGAN BINTANG(ANAK) KELAS III
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABELOTA DONGGALA

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal Masuk : 07 November 2021
Jam Masuk : 22.15
Ruang : Bintang (Anak)
No. Register : 037958
Dx Medis : GERD
Tanggal Pengkajian : 08 November 2021

A. Identitas Pasien
1. Identitas klien
Nama : An. Z
Umur : 17 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Labuan Bajo
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. R
Umur : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki – laki
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Bugis
Alamat : Labuan Bajo
Hubungan dengan Pasien : Ayah Kandung

18
B. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Saat Masuk RS
Klien mengeluh sesak napas ±30 menit sebelum masuk Rs
2. Riwayat Keluhan Utama
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan sesak napas dan mual
diakibatkan ±30 menit sebelum masuk rumah sakit klien abis minum obat
yang memiliki kandungan Theophyline dan Ephedrine sebanyak 3 butir
sekaligus karena klien mengira obat tersebut dapat meredakan nyeri yang
ada pada perutnya akibat datang bulan (PMS)
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sering batuk berlendir.
4. Keluhan Menyertai
Klien mengeluh bahwa klien merasa ingin muntah, klien merasa asam
dibagian mulutnya, lemas, klien juga sering merasa mual.
5. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan bahwa ini pertama kalinya klien masuk rumah sakit
sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit dengan penyakit ini.
Klien juga mengatakan bahwa sebelumnya klien tidak memiliki penyakit
lain dan penyakit yang dirasakan sekarang.
6. Riwayat Alergi
Klien mengatakan klien tidak memiliki riwayat alergi makanan
maupun obat-obatan.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa tidak keluarganya yang memiliki penyakit
GERD yang sama dengan klien.

19
C. Genogram

20
Keterangan Genogram

: Laki-laki : Pasien :

Menikah

: Perempuan : Keturunan

: Meninggal _ _ _ _ _ _ _ _: Tinggal Bersama

Klien mengatakan bahwa klien tidak mengetahui bahwa apa yang


menyebabkan kakek,tante dari pihak bapak serta nenek dari pihak ibunya meninggal.
Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan 3 saudaranya.

D. Pengkajian Pola Fungsional Kesehatan.


Persepsi Kesehatan
- Sebelum sakit : Klien belum mengerti tentang kesehatan ditandai
dengan pasien mengira obat neonapasin adalah obat untuk meredakan
nyeri yang ada pada perutnya (PMS).
- Setelah sakit : Klien sudah paham bahwa untuk tidak boleh
sembarangan meminum obat-obatan apabila mengalami sakit.
Pola Metabolik Nutrisi
 Frekuensi makan
- Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari, jenis makanan seperti nasi,
sayur, dan lauk. Klien juga tidak ada alergi terhadap makanan.
- Setelah sakit : Klien hanya makan 1x sehari jenis makanannya
seperti mie goreng dan bubur. Klien tidak ada alergi terhadap
makanan.
 Cairan/pola minum
- Sebelum sakit : Klien minum 1200-1600 cc/hari, jenis minumannya
air putih
- Setelah sakit : Klien terpasang IVFD RL 18 tpm, klien hanya minum
800-1000 cc/hari jenis minumannya air putih.
 Pola istirahat dan tidur
- Sebelum sakit : Pada siang dan malam hari tidurnya 7-8 jam
- Setelah sakit : Tidurnya klien pada siang dan malam hari cukup
terganggu diakibatkan sering munculnya mua, muntah, dan batuk.
Untukperkiraan rentang waktu tidurnya sekitar 5-6 jam.
 Pola kebersihan diri
- Sebelum sakit : Klien mandi 2-3x sehari, gosok gigi 2-3x sehari.
Setiap mandi klienkeramas menggunakan shampo dan klien selalu
mengguntingkukunya apabila sudah panjang.
- Setelah sakit : Klien hanya mandi 1x sehari dan dibantu oleh ibunya.
Gosok gigi 2x sehari, klien juga mencuci rambutnya serta
menggunting kukunya tapi dibantu oleh ibunya.
 Pola eliminasi
- Sebelum sakit : Klien mengatakan bahwa klien BAB sebanyak 1-2x
dalam sehari dengan konsistensi lunak, berwarna kuning dan untuk
BAK klien mengatakan bahwa frekuensi BAKnya sebanyak 4-5x
sehari warna kuning jernih.
- Setelah sakit : Klien mengatakan bahwa klien BAB sebanyak 1-2x
dalam sehari dengan konsistensi lunak, berwarna kuning dan untuk
BAK klien mengatakan bahwa frekuensi BAKnya sebanyak 4-5x
sehari warna kuning jernih.
 Pola aktivitas
- Sebelum sakit : Klien setiap pagi-siang pergi kesekolah dan pada sore
harinya klien istirahat. Setelah istirahat klien membantu ibunya
membersihkan rumah.
- Setelah sakit : Klien hanya berbaring dan berjalan-jalan dalam
ruangannya saja.

22
 Pola persepsi diri (Konsep diri)
- Sebelum sakit : Klien mampu melakukan aktivitasnya tanpa bantuan
ibunya, klien juga berharap agar selalu sehat.
- Setelah sakit : Klien tidak mampu melakukan semua aktivitas
sebelum sakit, klien juga berharap agar dapat segera membaik dan
pulang agar klien dapat bergabung kembali bersama keluarga dan
teman-temannya.
 Pola hubungan peran
- Sebelum sakit : Klien merasa perannya sebagai anak sudah mampu
membantu ibunya walau hanya sebatas membersihkan rumah.
- Setelah sakit : Klien merasa perannya sebagai seorang anak belum
berarti karena klien merasa menyusahkan keluarganya saja pada saat
klien sakit ini
 Pola koping
Klien menerima dan mengganggap bahwa sakitnya sekarang
merupakan pembelajaran bagi klien agar tidak sembarngan untuk
meminum obat-obatan. Klien juga berupaya agar segera cepat pulih
kembali.
 Pola nilai spiritual
Klien selalu berdoa menurut agamanya agar sakitnya bisa cepat
sembuh dan bisa melanjutkan kembali aktivitasnya seperti biasa.
E. Pemeriksaan Fisik
- BB sebelum sakit : 45 Kg
- BB setelah sakit : 43 Kg
- Tinggi badan : 145 Cm
- Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Compos mentis
- Tanda-tanda vital : TD= 110/80 mmHg, SB= 36,8ºC, N= 94x/menit, R=
28x/menit

23
1. Kepala dan rambut
- Inspeksi : Bentuk kepala normal, rambut berwarna hitam, tidak ada
kerontokan, tidak ada ketombe.
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
2. Telinga
- Inspeksi : Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, serumen kering, klien
mampu mendengar apa yang dikatakan orang lain.
- Palpasi : Tidak benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
3. Mata
- Inspeksi : Konjungtiva tampak anemis, sklera mata tidak ikterik, pupil
isokor, dapat berkedip, dapat membaca, dan mampu menggerakan bola
mata ke atas bawah, ke kiri-kanan,zig-zag.
- Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan.
4. Hidung
- Inspeksi : Bentuk hidung simetris, tidak ada secret, mampu mencium
bau-bauan,tidak ada bekas luka, tidak terpasang NGT.
- Palpasi : Tidak nyeri tekan, dan tidak ada sinusitis.
5. Mulut
- Inspeksi : Mukosa biir kering, tidak ada sianosi, bentuk bibir simetris,
tidak ada lesi,gigi berwarna putih kekuning-kuningan, belum ada gigi
yang copot, lidah kotor, pengecapan menurun, refleks menelan ada,
kondisi bicara baik, gusi berwarna merah tidak ada pendarahan, tidak ada
pembengkakan tongsil.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat sariawan.
6. Leher
- Inspeksi : Ada refleks menelan, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
tiroid.

24
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
7. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, ekspansi dada normal
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur, tidak ada masa, CRT
<2 detik
- Perkusi : Terdapat bunyi hipersonor dibagian kiri paru,
- Auskultasi : Bunyi napas irreguler(ronchi) pada paru sebelah kiri
8. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak jaringan parut
- Auskultasi : Bunyi bising usus 12x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdengar bunyi timpani
9. Genetalia
Tidak terdapat kelainan
10. Ekstremitas atas
- Inspeksi : Terpasang IVFD RL 18 tpm ditangan kanan dan tangan kiri
terdapat bekas aff infus, tidak ada luka, pergerakan sesuai arahan, tidak
ada jejas
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan, kekuatan
otot 4, akral dingin
11. Ekstremitas bawah
- Inspeksi : Pergerakkan sesuai arahan, tidak ada bekas luka, tidak ada
jejas, tidak terdapat varises
- Palpasi : Tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.
F. Data penunjang
Pemeriksaan lab
Belum dilakukan pemeriksaan lab
Hasil rontgen
Belum dilakukan pemeriksaan rontgen

25
Hasil USG
Belum dilakukan pemeriksaan USG
G. Penatalaksanan
Cairan RL 18 tpm
Injeksi ondansentron 1 amp/IV
Injeksi omeprazole 40 mg/24 jam/IV
Multivitamin 1x1 tab

26
KLASIFIKASI DATA
Data Subjektif Data Objektif

- Klien mengeluh mual - Tanda – tanda vital


- Klien menegeluh muntah Nadi: 94x/menit
- Nafsu makan klien berkurang Respirasi: 28x/menit
- Klien mengatakan asam pada Suhu: 36,8ºC
mulutnya Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Klien mengeluh batuk berlendir - Konjungtiva Anamis
- Klien mengatakan susah - Klien tampak lemah
mengeuarkan lendir - Klien tampak gelisah
- Klien mengatakan sesak seperti - Klien tidak mengahabiskan
ada beban makanannya
- Klien mengatakan sebelum masuk - Keadaan Umum: Lemah
RS, klien minum neonapasin 3 - Bunyi nafas terdengar ronchi
butir - Kulit nampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Bising usus 12x/menit
- Akral terasa dingin

27
ANALISA DATA
NO Data Etiologi Problem
1. Data Subjektif: Aktivasi proses Bersihan jalan nafas
- Klien mengeluh batuk vagositosis oleh tidak efektif
berlendir netrofil dan behubungan dengan
- Klien mengatakan susah makrofag penumpukan sekret
mengeuarkan lender
- Klien mengatakan sesak Penumpukan fibrin
seperti ada beban eksudat
Data Objektif:
- Tanda – tanda vital Sekret menumpuk
Nadi: 94x/menit pada jalan napas
Respirasi : 28x/menit
Suhu: 36,8 C Bersihan Nafas
Tekanan darah: 110/80 mmHg Tidak efektif
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Keadaan Umum: Lemah
- Bunyi nafas terdengar ronchi

2. Data Subjektif: Kelemahan otot Nausea berhubungan


- Klien mengeluh mual esophagus dengan agen
- Klien menegeluh muntah farmakologis
- Nafsu makan klien berkurang Peningkatan Intra
- Klien mengatakan asam pada abdomen
mulutnya
- Klien mengeluh batuk Refleks isi lambung
berlendir
- Klien mengatakan sebelum Mual, merasa ingin
masuk RS, klien minum muntah
neonapasin 3 tab
Data Objektif: Nausea
- Tanda – tanda vital
Nadi: 94x/menit
Respirasi: 28x/menit
Suhu: 36,8ºC
Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Konjungtiva Anemis
- Klien tampak lemah
- Klien tidak mengahabiskan
makanannya

28
- Keadaan Umum: Lemah
- Kulit nampak pucat
- Mukosa bibir kering
- Bising usus 12x/menit
- Akral terasa dingin

29
INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan
No Diagnose Rasioanal
Tujuan Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien 1. Pemberian posisi
behubungan dengan penumpukan secret tindakan keperawatan dengan posisi semi fowler
ditandai dengan: 2x 24 jam diharapkan semifowler membantu
Data Subjektif: jalan napas efektif 2. Ajarkan teknik batuk pergerakan otot
- Klien mengeluh batuk berlendir kembai dikriteria hasil: efektif digfragma
- Klien mengatakan susah 1. Bunyi nafas menjadi 3. Anjurkan minum air 2. Membantu
mengeuarkan lender normal hangat mengeluarkan secret
- Klien mengatakan sesak seperti 2. Dapat melakukan 4. Observasi tanda 3. Membantu
ada beban atau megeluarkan tanda vital mengencerkan
Data Objektif: dahak dahak
- Tanda – tanda vital 4. Menentukan
Nadi: 94x/menit kembali intervensi
Respirasi: 28x/menit selanjutnya
Suhu: 36,8 C
Tekanan darah: 110/80 mmHg
- Klien tampak lemah
- Klien tampak gelisah
- Keadaan Umum: Lemah
- Bunyi nafas terdengar ronchi

2. Nause berhubungan dengan agen Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi 1. Penting untuk
farmakologis ditandai dengan: tindakan keperawatan muntah, durasi mengetahui
Data Subjektif: 2x 24 jam diharapkan dan factor yang karakteristik mual
- Klien mengeluh mual nutrisi pasien terpenuhi menyebabkan dan factor yang
- Klien menegeluh muntah dengan dikriteria hasil: mual dan menyebabkan mual
- Nafsu makan klien berkurang 1. Nafsu makan muntah untuk menentukan
- Klien mengatakan asam pada membaik 2. Anjurkan klien intervensi
mulutnya 2. Mual muntah makan porsi selanjutnya
- Klien mengatakan sebelum masuk menurun kecil tapi sering 2. Makan sedikit tapi

30
RS, klien minum neonapasin 3 tab 3. Berikan sering dapat
Data Objektif informasi yang meningkatkan
- Tanda – tanda vital tepat tentang kebutuhan intake
Nadi: 94x/menit kebutuhan nutrisi
Respirasi: 28x/menit nutrisi yang 3. Untuk memenuhi
Suhu: 36,8 C tepat dan sesuai kebutuhan nutrisi
Tekanan darah: 110/80 mmHg 4. Kolaborasi yang dibutuhkan
- Konjungtiva Anamis dengan tim pasien
- Klien tampak lemah dokter dalam 4. Terapi farmakologis
- Klien tidak mengahabiskan pemberian obat dalam manajemen
makanannya mual muntah dan
- Keadaan Umum: Lemah memenuhi
- Kulit nampak pucat kebutuhan diet
- Mukosa bibir kering pasien
- Bising usus 12x/menit
- Akral terasa dingin

31
IMPLEMETASI KEPERAWATAN
No Hari/Tangga Diagnosa Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi
DX l
1. Selasa, 09 Bersihan jalan nafas tidak efektif 14:00 1. Memberikan posisikan Jam 19:00
November behubungan dengan penumpukan pasien dengan posisi S:
2021 secret semifowler - pasien mengatakan masih
2. Mengajarkan teknik batuk berlendir
14:50 batuk efektif - klien mengataka masih
3. Menganjurkan minum air sulit mengeluarkan secret
hangat O:
4. mengobservasi tanda - Bunyi nafas masih ronchi
18:00 tanda vital: A: Masalah belum teratasi
TD: 110/80 P: Lanjutkan Itervensi
N: 94x/m - Memberikan posisikan
S: 36,7 C pasien dengan posisi
R: 18x/m semifowler
- Mengajarkan teknik
batuk efektif
- Menganjurkan minum air
hangat

1. Rabu, 10 Bersihan jalan nafas tidak efektif 08:45 1. Memberikan posisikan Jam13:00
November behubungan dengan penumpukan pasien dengan posisi S:
2021 secret semifowler - pasien mengatakan sudah
09:00 2. Mengajarkan teknik tidak batuk berlendir
batuk efektif - klien mengatakan sudah
11:30 3. Menganjurkan minum air dapat mengeluarkan
hangat secret
12:00 4. mengobservasi tanda O:
tanda vital: - Bunyi nafas masih
TD: 110/80 normal
N: 94x/m A: Masalah teratasi

32
S: 36,7 C P: Pertahankan Itervensi
R: 28x/m - Memberikan posisikan
pasien dengan posisi
semifowler
- Mengajarkan teknik
batuk efektif
- Menganjurkan minum air
hangat

2. Selasa, 09 Nausea berhubungan dengan agen 14: 1. Mengkaji frekuensi Jam 19:00
November farmakologis 20 muntah, durasi dan S:
21 factor yang - Pasien mengatakan
menyebabkan mual bahwa pasien muntah 1x
dan muntah pukul 18:40
14:45 2. menganjurkan klien O:
makan porsi kecil - Klien tampak lemah
15:20 tapi sering A: Masalah belum teratasi
3. Memberikan P: Lanjutkan Itervensi
informasi yang tepat - Mengkaji frekuensi
tentang kebutuhan muntah, durasi dan factor
17:00 nutrisi yang tepat dan yang menyebabkan mual
sesuai dan muntah
4. Melakukan - menganjurkan klien
pemberian obat makan porsi kecil tapi
Cairan RL 18 tpm sering
Injeksi ondansentron - Memberikan informasi
yang tepat tentang
1 amp/IV kebutuhan nutrisi yang
Injeksi omeprazole tepat dan sesuai
- Kolaborasi dengan tim
40 mg/24 jam/IV dokter dalam pemberian
Multivitamin 1x1 tab obat

33
3. Rabu, 10 Nause berhubungan dengan agen 08:50 1. Mengkaji frekuensi Jam 13:00
November farmakologis muntah, durasi dan S:
2021 factor yang - Pasien mengatakan tidak
menyebabkan mual muntah lagi
dan muntah O:
09.15 2. Menganjurkan klien - Klien tampak segar
makan porsi kecil A: Masalah teratasi
tapi sering P: Pertahankan Itervensi
10.00 3. Memberikan - Mengkaji frekuensi
informasi yang tepat muntah, durasi dan factor
tentang kebutuhan yang menyebabkan mual
nutrisi yang tepat dan dan muntah
sesuai - menganjurkan klien
10.30 4. Melakukan makan porsi kecil tapi
pemberian obat sering
- Memberikan informasi
yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi yang
tepat dan sesuai
- Kolaborasi dengan tim
dokter dalam pemberian
obat

34
BAB IV

PEMBAHASAN

Sistem pernapasan berperan penting mengatur pertukaran oksigen dan

karbondioksida antara udara dan darah. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk

menghasilkan sumber energy, adenosine triposfat (ATP) , karbondioksida dihasilkan

oleh sel-sel yang secara metabolism aktif dan membentuk asam, yang harus dibuang

dari tubuh. Untuk melakukan pertukaran gas, system kardiovaskuler dan system

respirasi harus bekerjasama. System kardiovaskuler bertanggungjawab untuk perfusi

darah melalui paru. Sedangkan system pernafasan melakukan dua fungsi terpisah

ventilasi dan respirasi.(Maryudianto, Wahyu, 2012)

Menurut Herdman, T. Heather (2014), diagnose keperawatan yang lazim

terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi salah satunya

adalah bersihan jalan nafas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak efektif yaitu

ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk

mempertahankan jalan napas tetap paten (SDKI, 2016). Obstruksi jalan napas baik

total ataupun sebagian, dapat terjadi di seluruh tempat di sepanjang jalan napas atau

bawah (Mubarrak, 2007).

Penatalaksanaan bersihan jalan nafas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

secara farmakologis dan nonfarmakologis, Penatalaksanaan bersihan jalan nafas

secara farmakologis dilakukan tindakan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain

dalam pemberian terapi obat. Sedangkan tindakan nonfarmakologis yaitu salah

satunya adalah dengan teknik batuk efektif. Latihan batuk efektif adalah aktivitas

35
perawat untuk membersihkan sekresi pada jalan nafas, yang berfungsi untuk

meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi retensi sekresi (Arif,

2008) .

Penatalaksanaan intervensi keperawatan latihan batuk efektif kepada pasien

An.Z dengan diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan penumpukan secret, setelah dilakukan tindakan batuk efektif selama 3 hari

saat evaluasi pasien sudah dapat mengeluarkan secret dan mengetahui cara

melakukan batuk efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Listiana (2020) tentang pengaruh batuk efektif terhadap pengeluaran secret pasien TB

paru didapatkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pengeluaran sputum

pada pasien TB Paru setelah dilakukan teknik batuk efektif dilihat dari jumlah sputum

yang dikeluarkansebagian besar teknik yang diberikan memiliki perubahan yang baik

saat menerima tindakan keperawatan setelah diberi teknik batuk efektif. Hal ini

dibuktikan dengan data yang diperoleh saat penelitian yaitu 20 responden (100%),

memiliki jumlah sputum setelah di lakukan teknik batuk efektif kategori baik dengan

jumlah sputum normal lebih dari 3ml dikarenakan setelah dievaluasi pasien dapat

beradaptasi dengan teknik yang diberikan dan pasien mampu mengeluarkan dahak

dari bagian dada bukan bagian tenggorokan yang berarti bahwa teknik batuk efektif

berpengaruh terhadap pengeluaran secret pada pasien TB Paru. Penelitian yang sama

jua dilakukan oleh Widiastuti (2019) menunjukan bahwa batuk efektif berpengaruh

secara signifikan tehadap pengeluaran secret.

36
Masalah keperawatan yang kedua adalah Nausea berhubungan dengan agen

farmakologis. Penatalaksanaan intervensi nausea pada an.Z yaitu yang pertama

berikan banyak makanan porsi kecil tapi sering sesuai indikasi tambahkan dengan

kudapan yang mudah dicerna dengan rasional untuk mengurangi persaan begah yang

dapat menyertai makan dengan porsi yang lebih besar dan memperbaiki kesempatan

untuk meningkatkan jumlah zat gizi yang di konsumsi dalam waktu 24 jam. Kedua

memberikan asupan cairan yang adekuat dan tepat waktu dengan rasional cairan

sangat penting untuk proses pencernaan dan sering kali di konsumsi dengan makanan,

cairan mungkin perlu di tahan sebelum makan atau saat makan jika menggangu

asupan makanan.yang ketiga penatalaksanaan secara farmakologis dengan kolaborasi

bersama tim medis laiinya dalam pemberian antiemetic, yang kelima berikan

memberikan edukasi anjuran untuk mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat dan

rendah lemak.

37
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. 2007.
Jakarta : EGC
2. International, NANDA.Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. 2013. Jakarta : EGC
3. Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
4. Listiana, D. (2020). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada
Pasien Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Tes Kabupaten Lebong. CHMK Nursing
Scientific Journal, 4(2), 220-227.
5. Widiastuti, L. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum
Pada Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjungpinang. Jurnal
Keperawatan, 9(1), 1069-1076.
6. Halfia, P., Saranani, M., & Wijayati, F. (2020). PENERAPAN LATIHAN BATUK
EFEKTIF TERHADAP PENGELUARAN SPUTUM PADA PASIEN TB
PARU (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

38

Anda mungkin juga menyukai