PEREKONOMIAN INDONESIA
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2 :
kerja pada sektor pertanian dan industri. Pengumpulan data dilakukan melalui buku-
buku, artikel, karya ilmiah dan dokumen yang sesuai dengan penelitian. Teknik
1) Untuk mengetahui ada atau tidaknya perubahan pada kesempatan kerja pada
sektor pertanian dan industri di tiga kota tersebut.
1) Manfaat Teoritris
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya
ekonomi pembangunan dan informasi mengenai kesempatan kerja yang ada di tiga
daerah pada sektor pertanian dan industri, serta sebagai perbandingan bagi
penelitian sejenis di masa yang akan datang.
2) Manfaat praktis
Dengan memahami kesempatan kerja yang tercipta pada sektor pertanian dan
industri di Kota Denpasar diharapkan dapat memberikan kontribusi pengetahuan
kepada pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan untuk mengatasi masalah
ketenagakerjaan.
2.1. KESEMPATAN KERJA SEKTOR INDUSTRI DAERAH JAWA
1. kesempatan kerja sektor industri Jawa Barat
Sektor industri merupakan sektor terpenting dalam ekonomi nasional dan bersifat
sangat dinamis. Keterkaitan sektor industri manufaktur dengan sektor lain sangat besar dan
luas. Pertumbuhannya dapat mendorong dan menarik pertumbuhan sektor lainnya karena
sektor industri memerlukan input dari dan outputnya banyak dipakai oleh sektor lain. Oleh
karena itu, sektor industri manufaktur sering dipercaya merupakan mesin pertumbuhan
nasional. Perkembangan sektor industri merupakan yang tercepat dibandingkan dengan
sektor-sektor lain dan telah dapat menyediakan kesempatan kerja yang sangat berarti dan
produktif. Lain halnya dengan sektor lain seperti jasa-jasa dan pertanian yang banyak
menampung tenaga kerja informal yang kurang produktif.
Kontribusi sektor industri pengolahan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Indonesia sangat besar dan memiliki peranan yang cukup berarti. Maka bukan tidak
mungkin apabila harapan kesempatan kerja dan renumerasi tinggi akan sangat besar
diperoleh dari sektor ini. Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, sebelum dan
sesudah terjadinya krisis ekonomi global, sektor industri pengolahan tetap menjadi
penyumbang terbesar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Data terakhir Badan Pusat
Statistik Nasional menunjukan bahwa, kontribusi yang diberikan sektor industri
pengolahan pada Tahun 2012 adalah sebesar 26,2% dari total PDB. Angka tersebut adalah
angka sumbangan terbesar dibandingkan dengan kontribusi sektor lapangan usaha lainnya.
Tingginya kontribusi sektor industri pengolahan tersebut akan sangat memungkinkan
untuk terbukanya kesempatan kerja yang seluas-luasnya. Berdasarkan anggapan tersebut,
diharapkan permasalahan pengangguran di negara kita yang sampai saat ini masih menjadi
permasalahan utama dapat teratasi, sehingga dapat memperkecil kesenjangan sosial yang
terdapat pada masyarakat. Kontribusi tinggi yang diberikan sektor industri pengolahan
terhadap struktur pendapatan nasional Indonesia tidak terlepas dari tingginya output sektor
industri pengolahan di daerah. Salah satu penyumbang terbesar nilai output industri
pengolahan di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Menurut Badan Pusat Statistik
Provinsi Jawa Barat, Kontribusi terbesar dalam pembangunan ekonomi di Provinsi Jawa
Barat secara makro didominasi oleh sektor industry, oleh karena hampir 60 persen Industri
pengolahan berlokasi di Jawa Barat, maka perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh
kinerja industri di daerah ini. Bahkan sektor industri pengolahan, merupakan lapangan
usaha terbesar kedua penyerap tenaga kerja setelah pertanian. Untuk itu, kebijakan
pembangunan dalam pengembangan sektor ini, sangatlah tepat, walaupun akhir- akhir ini
sektor industri pengolahan terhempas akibat krisis ekonomi yang melanda perekonomian
nasional. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, di Provinsi Jawa
Barat terdapat 3.278 unit industri besar dengan jumlah tenaga kerja terserap 1.817.571
orang, dengan total investasi sebesar Rp 1.035.571,63 juta. Sementara itu jumlah industri
kecil menengah sebanyak 195.465 unit dengan jumlah tenaga kerja 2.148.684 orang,
dan total investasi sebesar Rp 3.447.947,59 juta. Pada Tahun 2011 industri besar di Jawa
Barat mengalami peningkatan hingga mencapai jumlah sebanyak 3.309 unit usaha yang
menyerap tenaga kerja sebanyak 1.826.749 orang, dengan jumlah investasi sebesar Rp
3.016.397 juta. Sedangkan industri kecil menengah berjumlah sebanyak 197.134 unit
usaha dan menyerap tenaga kerja sebanayak 2.206.532 orang, dengan investasi sebesar Rp
2.206.532 juta. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa, pertambahan jumlah unit usaha
pada sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat dapat meningkatkan penyerapan
tenaga kerja, artinya kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan juga naik. Namun
seberapa besar respon perubahan kesempatan kerja belum tergambarkan dengan jelas.
Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba untuk menelaah dan mengkaji mengenai
elastisitas kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan di Provinsi Jawa Barat.
Sektor industri sebagai salah satu sektor perekonomian yang memberikan kontribusi
besar terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Barat juga banyak memberikan
peranan dalam menyerap tenaga kerja. Besarnya penyerapan tenaga kerja pada sektor
industri besar di Provinsi Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya
perubahan tingkat upah minimum regional (UMR) Provinsi Jawa Barat. Peningkatan upah
minimum regional (UMR) di Provinsi Jawa Barat akan dapat memberikan peranan yang
cukup signifikan dalam mengurangi tingkat pengangguran di Provinsi Jawa Barat. Peranan
industri besar dan sedang di Provinsi Jawa Barat dalam menyerap tenaga kerja sudah sejak
lama terlihat. Hal ini terbukti dari sumbangan sektor industri manufaktur terhadap
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi dari tahun ke tahun dibandingkan dengan sektor
lainnya. Selain itu, sektor industri di Provinsi Jawa Barat merupakan lapangan usaha
terbesar di Indonesia.
2. kesempatan kerja sektor industri jawa timur
Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai
perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi
nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan
ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan. Kegiatan pembangunan ekonomi
pada suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor PDRB, dimana dala
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari laju pertumbuhan PDRB yang
merupakan kontribusi dari masing masing sektor yang terdapat di daerah tersebut sekaligus
mencerminkan produktifitas dari masing-masing sektor. Pertumbuhan sektor-sektor
unggulan yang tercantum pada PDRB, Propinsi Jawa Timur masyarakatnya sangat
bergantung pada salah satu sektor dalam PDRB, yaitu sektor Industri Pengolahan, dimana
pada sektor ini Industri Pengolahan memiliki penerimaan yang cukup tinggi yaitu sebesar
Rp 564.409.846,52, selain mempengaruhi pertumbuhan suatu daerah Industri Pengolahan
memiliki peranan perkembangan struktural pada perekonomian suatu daerah, yaitu dapat
mempengaruhi sektor lainnya sehingga dapat mambuka peluang lapangan pekerjaan.
Pembangunan sektor industri pengolahan berpotensi dalam menyelesaikan masalah
kesempatan kerja yang terbatas dan peranannya sebagai penampung kerja. Industri
pengolahan merupakan salah satu kegiatan usaha yang harus dikembangkan dan dibina
agar dapat memperluas lapangan pekerjaan. Selain itu sektor industri pengolahan memiliki
arti penting bagi perekonomiaan Propinsi Jawa Timur, dikarenakan sektor industri
pengolahan memberikan kontribusi terhadap PDRB. Dengan pertumbuhan Sektor Industri
pengolahan yang pesat maka akan menyebabkan sektor-sektor lainnya juga akan terkena
dampaknya, misalnya dengan tingginya sektor industri pengolahan maka akan
membutuhkan bahan baku yang bisa didapat dari sektor Pertanian atau bahkan Sektor
Pertambangan dan Penggalian, selain itu dengan pesatnya Industri Pengolahan akan
menciptakan tumbuhnya pabrik pabrik baru dan tentunya akan menyerap tenaga kerja dan
maempengaruhi penerimaan dari sektor Listrik, Gas dan Air Bersih yang digunakan
sebagai faktor produksi dari pabrik tersebut. Selain itu semakin tinggi pertumbuhan sektor
Industri Pengolahan akan memacu sektor Perdagangan baik ekspor maupun impor,
sehingga juga akan mempengaruhi sektor Keuangan, persewaan dan jasajasa, hal ini
berarti pada sektor industri pengolahan akan mempengaruhi sektor-sektor lainnya dan
semakin tinggi pertumbuhan sektor industri pengolahan maka akan menyerap tenaga kerja
pada sektor Industri Pengolahan dan sektor- sektor lainnya. Berdasarkan hasil analisis
elastisitas kesempatan kerja pada sektor Industri Pengolahan Propinsi Jawa Timur tahun
2005 sampai dengan 2011 menunjukkan tingkat yang bervariasi pada tiap-tiap tahunnya,
dimana nilai yang memiliki elastisitas adalah pada tahun 2005-2006 sebesar 1,04 %, dan
tahun-tahun yang memiliki karakter inelastis terjadi pada tahun 2006-2007 sebesar 0,07 %,
elastis yang terjadi pada tahun-tahun tersebut dikarenakan tingginya permintaan tenaga
kerja. Tahun 2007-2008 sebesar 0,42 %, tahun 2008-2009 sebesar 0,70 %, tahun 2009-
2010 sebesar -2,11 % dan tahun 2010-2011 sebesar 0,53 %. Sementara itu Rata-rata
elastisitas kesempatan kerja pada sektor industri pengolahan di Propinsi Jawa
Timur.selama tahun 2005-2011 menunjukkan karakteristik inelastis yaitu sebesar 0,11 %.
Fenomena tahun-tahun yang bersifat inelastis tersebut terjadi disebabkan oleh
perkembangan tenaga kerja yang relative tetap yang tidak seimbang dengan bertambahnya
jumlah industri di Propinsi Jawa Timur. Pertumbuhan PDRB menandakan suatu
keberhasilan dari proses pembangunan, hal ini dikarenakkan dalam PDRB suatu daerah
ada beberapa sektor yang mencerminkan kehidupan ekonomi masyarakat seperti sektor
Pertanian, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, gas dan Air Bersih,
Konstruksi, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan, dan Jasa-jasa. Kontribusi yang diberikan oleh sektor Industri Pengolahan
terhadap PDRB propinsi Jawa Timur tahun 2005 adalah sebesar 27,55 %, kontribusi
kontribusi sektor Industri Pengolahan pada tahun 2006 adalah sebesar 26,83 %, kontribusi
kontribusi sektor Industri Pengolahan pada tahun 2007 adalah sebesar 26,92 %, kontribusi
sektor Industri Pengolahan pada tahun 2008 adalah sebesar 26,52 %. Kontribusi sektor
Industri Pengolahan tahun 2009 adalah sebesar 25,96 %. Kontribusi sektor Industri
Pengolahan tahun 2010 adalah sebesar 25,38%, kontribusi sektor Industri Pengolahan
tahun 2011 adalah sebesar 25,11 % dimana kontribusi terbesar adalah tahun 2005 dengan
nilai sebesar 27,55 %, sedangkan kontribusi terendah adalah pada tahun 2011, dimana nilai
kontribusi adalah sebesar 25,11 %. Rata-rata kontribusi sektor Industri Pengolahan
terhadap PDRB propinsi Jawa Timur adalah sebesar 26,32 %. Besarnya kontribusi sektor
industri pengolahan menunjukkan bahwa sub sektor Industri pengolahan di Propinsi Jawa
Timur memberikan sumbangan besar PDRB Propinsi Jawa Timur.
2.2. KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA TAHUN 2021
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri makanan paling banyak
menyerap tenaga kerja di sektor manufaktur pada 2021. Proporsinya mencapai 27% dari total
tenaga kerja yang bekerja di sektor manufaktur.
Proporsi terbesar berikutnya adalah di industri pakaian jadi dengan proporsi 13%. Industri
kayu, barang kayu, gabus, dan anyaman di bawahnya dengan penyerapan tenaga kerja sebesar
8,5%.
BPS mendefiniskan persentase jumlah tenaga kerja berdasarkan banyaknya orang yang
bekerja minimal satu jam berturut-turut per hari. Hal ini berlaku bagi pekerja yang dibayar
maupun pekerja yang tak dibayar.
Terbuka (TPT) pada Agustus 2021 diperkirakan akan naik ke kisaran 7,15 persen-7,35
persen.
1. Pendidikan
Sektor pendidikan salah satu yang menjadi sorotan. Penyebabnya adalah tidak meratanya
kualitas standar pengajar, rendahnya kualitas calon tenaga kerja, karakter kebiasaan calon
tenaga kerja yang kurang baik, serta kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan bidang
pendidikan. Hal tersebut menandakan bahwa pendidikan tinggi tidak menjamin calon tenaga
kerja terdidik mendapatkan pekerjaan baik sesuai bidang maupun di luar bidang studi.
2. Keterampilan
Memiliki sejumlah keterampilan sangat diperlukan bagi tenaga kerja. Dengan mengantongi
keterampilan tertentu dapat menjadi nilai tambah para tenaga kerja dalam persaingan
mendapatkan pekerjaan. Biasanya, faktor ekonomi turut berperan dalam menghambat para
tenaga kerja mendapatkan keterampilan tertentu lantaran keterbatasan biaya. Namun bukan
berarti skill atau keterampilan sulit didapatkan. Saat ini sudah banyak program pelatihan,
workshop, maupun sertifikasi yang bisa diakses secara gratis guna meningkatkan daya saing.
Sedari dulu tenaga kerja alih daya atau outsourcing selalu menjadi permasalahan berulang
terlebih saat ketok palu UU Cipta Kerja. Sebelum diberlakukannya UU Cipta Kerja, tenaga
kerja alih daya kerap mendapatkan upah di bawah standar minimum regional dan tidak
4. PHK
Pesangon karyawan PHK seringkali tidak sesuai nominalnya, lama prosesnya, bahkan tidak
dibayarkan. PHK karyawan bisa terjadi karena banyak hal di antaranya perusahaan pailit,
peleburan, pemisahan, pengusaha tidak bersedia menerima tenaga kerja di perusahaan. Selain
itu, kondisi pandemi corona juga membuat ekonomi lesu yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan membuat pekerja
kehilangan pekerjaan.
Pulau Jawa masih menjadi sasaran bagi warga luar pulau untuk mengadu nasib dan mencari
penghasilan atau pun pekerjaan yang lebih baik. Hal ini tentu berdampak pada tidak
2.5. SOLUSI
Dari semua permasalah juga sebab dan akibat dalam Kessempatan Kerja Sektor Industri,
inilah solusi yang dapat diterapkan dalam masalah tersebut : Transformasi ekonomi
merupakan salah satu indikator terjadinya pembangunan perekonomian wilayah, jika terjadi
proses transformasi ekonomi maka dapat dinyatakan bahwa telah terjadi pembangunan
ekonomi dan perlu pengembangan lebih lanjut, akan tetapi jika tidak terjadi proses
transformasi maka pemerintah daerah perlu mengadakan perbaikan dalam penyusunan
perencanaan wilayahnya, sehingga kebijakan pembangunan yang disusun menjadi lebih
terarah agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Sukirno (2006) menjelaskan bahwa,
berdasarkan lapangan usaha maka sektor-sektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia
dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu: pertama, yaitu sektor primer, yang terdiri dari
sekor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian. Kedua,
Sektor sekunder, yang terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas dan air, bangunan dan
Ketiga yaitu sektor tertier, terdiri dari perdagangan, hotel, restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan, sewa dan jasa perusahaan, jasa- jasa lain (termasuk pemerintahan).
Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah transformasi dari
sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada
sektor non primer (sekunder dan tertier).
3.1. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29362
file:///C:/Users/Lenovo/AppData/Local/Temp/786-1921-1-SM.pdf
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210223144414-104-609845/5-masalah-
ketenagakerjaan-di-indonesia
https://www.google.com/search?
q=kesempatan+kerja+sektor+industri+di+indonesia+tahun+2021&client=firefox-b-
d&sxsrf=AOaemvKLx1KfqndykNS15sNh_IynIDveng%3A1634657788008&ei=--
VuYa_6PP3mz7sP9vSJqAY&ved=0ahUKEwjv46Hm5tbzAhV983MBHXZ6AmUQ4dUD
CA0&uact=5&oq=kesempatan+kerja+sektor+industri+di+indonesia+tahun+2021&gs_lcp
=Cgdnd3Mtd2l6EAM6BwgAEEcQsAM6CAghEBYQHRAeOgcIIRAKEKABOgQIIRAV
SgQIQRgAUISLEliftRJg0LsSaARwAngAgAG0AYgBuAySAQM3LjeYAQCgAQHIAQj
AAQE&sclient=gws-wiz