Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

LOW BACK PAIN (LBP)

KONSEP MEDIK

A. Definisi

LPB (Low Back Pain) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada

regio punggung bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab.

Gangguan ini paling banyak ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka

yang beraktivitas dengan posisi tubuh yang salah. LBP yang lebih dari 6 bulan

disebut kronik.

Low back pain adalah suatu periode nyeri di punggung bawah yang

berlangsung lebih dari 24 jam, yang didahului dan diikuti oleh 1 bulan atau

lebih tanpa nyeri punggung bawah. Sumber lain menyebutkan LBP adalah

nyeri dan ketidak nyamanan yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir

(costal margin) dan diatas lipat bokong bawah dengan atau tanpa nyeri pada

daerah tungkai.

LBP termasuk salah satu dari gangguan akibat dari mobilisasi yang

salah. Penyebab umum yang sering terjadi adalah regangan otot serta

bertambahnya usia yang menyebabkan intensitas berolahraga dan intensitas

bergerak semakin berkurang sehingga otot- otot pada punggung dan perut yang

berfungsi mendukung tulang belakang menjadi lemah.


B. Etiologi

Umumnya nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari

berbagai masalah muskuloskeletal. Nyeri terjadi akibat gangguan

muskuloskeletal dapat di pengaruhi oleh aktivitas.

1. Regangan lumbosakral akut.

2. Ketidak stabilan ligamen lumbosakral dan kelemahan otot.

3. Osteoartritis tulang belakang.

4. Stenosis tulang belakang.

5. Masalah diskus intervertebralis.

6. Perbedaan panjang tungkai.

7. Pada lansia : akibat faktur tulang belakang, osteoporosis atau metastasis

tulang.

8. Penyebab lain, seperti gangguan ginjal, masalah pelvis, tumor

retroperitoneal, aneurisma abdominal, dan masalah psikosomatik.

Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)

1. Faktor resiko secara fisiologi.

a. Umur ( 20 – 50 tahun ).

b. Kurangnya latihan fisik.

c. Postur yang kurang anatomis.

d. Kegemukan.

e. Scoliosis parah.

f. HNP.

g. Spondilitis.
h. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).

i. Osteoporosis.

j. Merokok.

2. Faktor resiko dari lingkungan.

a. Duduk terlalu lama.

b. Terlalu lama pada getaran.

c. Keseleo atau terpelintir.

d. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).

e. Vibrasi yang lama.

3. Faktor resiko dari psikososial.

a. Ketidak nyamanan kerja.

b. Depresi.

c. Stress.

C. Manifestasi Klinis

Penderita LBP memiliki keluhan yang beragam tergantung dari

patofisiologi, perubahan kimia atau biomekanik dalam diskus intervertebralis,

dan umumnya mereka mengalami nyeri. Nyeri miofasial khas ditandai dengan

nyeri dan nyeri tekan pada daerah yang bersangkutan (trigger points),

kehilangan ruang gerak kelompok otot yang tersangkut (loss of range of

motion) dan nyeri radikuler yang terbatas pada saraf tepi. Keluhan nyeri sendiri

sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan.


Menurut McKenzie, LBP mekanik ditandai dengan gejala sebagai

berikut:

1. Nyeri terjadi secara intermitten atau terputus-putus.

2. Sifat nyeri tajam karena dipengaruhi oleh sikap atau gerakan yang bisa

meringankan ataupun memperberat keluhan

3. Membaik setelah istirahat dalam waktu yang cukup dan memburuk setelah

digunakan beraktivitas.

4. Tidak ditemukan tanda-tanda radang seperti panas, warna kemerahan

ataupun pembengkakan.

5. Terkadang nyeri menjalar ke bagian pantat atau paha.

6. Dapat terjadi morning stiffness.

7. Nyeri bertambah hebat bila bergerak ekstensi, fleksi, rotasi, berdiri, berjalan

maupun duduk dan nyeri berkurang bila berbaring.

D. Patofisiologi

Low Back Pain (LBP) sering terjadi pada daerah L4-L5 atau L5-S1,

dimana pada daerah tersebut terdapat dermatomal. Apabila dermatomal

kehilangan refleks sensoriknya maka refleks tendon dalam berkurang dan

kelemahan otot terjadi. LBP mekanik banyak disebabkan oleh rangsang

mekanik yaitu penggunaan otot yang berlebihan. Hal ini dapat terjadi pada saat

tubuh dipertahankan dalam posisi statik atau postur tubuh yang salah untuk

jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot di daerah punggung akan

berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal atau pada saat
aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot

punggung bawah. Penggunaan otot yang berlebih dapat menimbulkan iskemi

atau inflamasi. Setiap gerakan otot akan menimbulkan nyeri dan menambah

spasme otot sehingga gerak punggung bawah menjadi terbatas. Faktor mekanik

juga berperan menyebabkan LBP mekanik, diantaranya postur tubuh yang

buruk, fleksibilitas yang buruk, otot penyusun vertebra yang lemah, dan

exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat.

Postur tubuh yang buruk seperti sikap berdiri membungkuk ke depan,

tidak tegak, kepala menunduk, dada datar, dinding perut menonjol dan

punggung bawah sangat lordotik dapat memperparah kejadian LBP mekanik.

Keadaan ini membuat titik berat badan akan jatuh ke depan, sehingga

punggung harus ditarik ke belakang dan akan menimbulkan hiperlordosis

lumbal. Fleksibilitas yang buruk karena kurangnya olahraga membuat

fleksibilitas sendi-sendi dan ekstensibilitas jaringan ikat menjadi kurang baik

sehingga mudah sekali mengalami penarikan dan peregangan pada pergerakan

yang sebenarnya kurang berarti.

Otot penyusun vertebra lumbal yang merupakan otot perut, otot

punggung, gluteus maksimus dan otot iliopsoas adalah otot yang sangat

penting dalam mempertahankan sudut lumbosakral pada posisi yang optimal,

yaitu sebesar 30 derajat. Apabila otot pada daerah ini lemah, dapat

menimbulkan pembesaran sudut lumbosakral.

Exercise technique dan lifting technique yang kurang tepat seperti

latihan yang salah atau teknik mengangkat yang salah dapat meningkatkan
tekanan ekstra pada punggung bawah dan berpotensi menimbulkan keluhan

LBP mekanik terutama pada daerah punggung bawah karena nyeri menjalar ke

daerah lutut, paha dan pantat.

E. Pathway Keperawatan
F. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Keperawatan.

1. Informasi dan edukasi.

2. NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan,

posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal masase, traksi (untuk distraksi

tulang belakang), latihan : jalan, alat Bantu (antara lain korset, tongkat).

3. NPB kronik : psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas

termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan

posisi tubuh dan aktivitas.

Penatalaksanaan Medis.

1. Formakoterapi.

a. NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat),

injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler.

b. NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan

(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker

(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan).

2. Invasif non bedah: Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati);

Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah

yang intractable).

3. Bedah.

HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi : Skiatika dengan terapi

konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable /

menetap / progresif, Defisit neurologik memburuk, Sindroma kauda.


G. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan

karena suatu indikasi tertentu guna memperoleh keterangan lebih lengkap :

1. Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan laboratorium rutin dilakukan sesuai indikasi, berguna untuk

melihat laju endap darah (LED), morfologi darah tepi, kalsium, fosfor, asam

urat, alkali fosfatase, asam fosfatase, antigen spesifik prostat (jika

ditemukan kecurigaan metastasis karsinoma prostat) danelektroforesis

protein serum (protein myeloma).

2. Pemeriksaan Radiologis.

a. Foto Rontgen.

Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk

menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan

penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung

bawah.Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral,

dan bila perlu oblique kanan dan kiri.

b. MRI.

MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat

jaringan lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat

vertebra dan level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan

patologis pada medula spinalis atau jaringan lunak, menentukan

kemungkinan herniasi diskus pada kasus post operasi, kecurigaan karena

infeksi atau neoplasma.


c. CT.

CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat

berharga untuk diagnosisLBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-

operatif dan menentukan adanya sekuester diskus yang lepas dan

mengeksklusi suatu tumor.

KONSEP KEPERAWATAN

H. Pengkajian Fokus

1. Identistas Klien.

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

2. Keluhan Utama.

Biasanya pasien mengatakan nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari

2 bulan, nyeri sat berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar

kebagian bawah belakang kaki.

3. Riwayat Penyakit Sekarang.

Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya

keluhan & apakah menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan

terjadinya keluhan, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang

dirasakan, tanyakan pada klien apakah klien sering mengkomsumsi obat

tertentu atau tidak.

4. Riwayat penyakit dahulu.

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang

sama sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma,


apakah klien pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot

sebelumnya.

5. Riwayat Pekerjaan.

Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot

rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan

barang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja, dan kerja statis.

6. Pemeriksaan Fisik.

a. Keadaan umum. Meliputi : baik, jelek, sedang.

b. Tanda – tanda Vital : Tekanan darah, nadi, pernapasan dan Suhu.

c. Antropometri : Berat badan dan Tinggi badan.

d. Sistem pengidraan.

1) Mata : lapang pandang.

2) Hidung : kemampuan penciuman.

3) Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.

e. Sistem pernapasan : Pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan

bunyi tambahan ronchi, wheezing.

f. Sistem kardiovaskuer :nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan

frekuensi, bunyi jantung.

g. Sistem gastrointestinal :nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan

minum, peristaltik usus dan eliminasi.

h. Sistem integumen : nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna

permukaan kuku.
i. Sistem muskuloskletal : Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas

bawah,

j. Sistem endokrin : Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.

k. Sistem neurologis : terkait fungsi cerebral; Status mental : orientasi, daya

ingat, dan bahasa ; tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan

menggunakan Gaslow Coma Scale (GCS); Kemampuan bicara; Fungsi

kranial.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri, penekanan akar saraf di spinal

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, kekakuan otot.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri pada punggung bawah

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan mobilitas fisik terganggu

5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama


J. Intervensi Keperawatan

No DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Nyeri akut NOC : NIC :
Definisi : pengalaman sensori  Pain level
dan Pain Management
 Pain control
emosional yang tidak menyenangkan yang - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Comfort level
lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, dan
muncul akibat kerusakan jaringan yang Kriteria hasil :
faktor presipitasi
aktual atau potensial atau digambarkan  Mampu mengontrol - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mngetahui
dalam hal kerusakan sedemikian rupa
nyeri, mampu pengalaman nyeri pasien
(International Association for the study of menggunakan tehnik - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
nonfarmakologi untuk - Evaluasi pengalaman nyeri
pain) : awitan yang tiba-tiba atau lambat
mengurangi nyeri, masa lampau
dari intensitas ringan hingga berat dengan mencari bantuan) - Evaluasi bersama pasien dan im kesehatan lain tentang
 Melaporkan bahwa ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
akhir yang dapat di antisipasi atau di
nyri berkurang - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
prediksi dan berlangsung <6 bulan. dengan menggunakan menemukan dukungan
manajemen nyeri
Batasan karakteristik : - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
 Mampu mengenali
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Perubahan selera makan nyeri (skala,
- Kurangi faktor prepitasi nyeri
 Perubahan tekanan darah intensitas, frekwensi,
dan tanda nyeri) - Plih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
 Perubahan frekwensi janung nonfarmakologi dan interpersonal)
 Perubahan frekwensi pernapasan  Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan itervensi
 Laporan isyarat - Ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi
 Diaforesis berkurang
- Berikan analgetk untuk mengurangi nyeri
 Perilaku distraksi (mis. berjalan mondar - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
mandir mencari orang lain dan atau
aktivitas lain, aktivitas yang berulang) - Tingkatkan istirahat
 Mengekspresikan perilaku (mis. - Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
gelisah, merengek, menangis) tindakan nyeri tidak berhasil
 Masker wajah (mis. mata kurang - Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata Analgesic Administration
berpencar atau tetap pada 1 fokus
meringis) - Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
 Sikap melindungi area nyeri
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
 Fokus menyempit (mis. gangguan
frekwensi
persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan - Cek riwayat alergi
orang dan lingkungan) - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
 Indikasi nyeri yang dapat diamati analgesik ketika pemberian lebih dari 1
 Perubahan posisi untuk menghindari - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya
nyeri nyeri
 Sikap tubuh melindungi - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal
 Dilatasi pupil
- Pilih rute pemiberian secara IV, IM untuk pengobatan
 Melaporkan nyeri secara verbal
nyeri secara teratur
 Gangguan tidur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah saat nyeri hebat
Faktor yang berhubungan :
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala.
 Agen cedera (mis. biologis, zat kimia,
fisik, psikologis)

2. Hambatan mobilitas fisik NOC NIC


Definisi : Keterbatasan pada pergerakan  Joint Movement : Exercise therapy : ambulation
Active
fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas - Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat
 Mobility level
respon pasien saat latihan
secara mandiri dan terarah.  Self care : ADLs
 Transfer performance - Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
Batasan Karakteristik : ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Kriteria Hasil:
- Penurunan waktu reaksi  Klien meningkat dalam - Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan
- Kesulitan membolak-balik posisi aktivitas fisik dan cegah terhadap cedera
- Melakukan aktivitas lain sebagai  Mengerti tujuan dan - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik
pengganti pergerakan peningkatan mobilitas ambulasi
(mis.,meningkatkan perhatian pada  Memverbalisasikan - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
aktivitas orang lain, mengendalikan perasaan dalam - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
perilaku, focus pada meningkatkan kekuatan mandiri sesuai kemampuan
ketunadayaan/aktivitas sebelum sakit) dan kemampuan - Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
- Dispnea setelah beraktivitas berpindah penuhi kebutuhan ADLs pasien.
- Perubahan cara berjalan  Memperagakan - Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
- Gerakan bergetar penggunaan alat - Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan
- Keterbatasan kemampuan melakukan  Bantu untuk mobilisasi bantuan jika diperlukan.
(walker)
keterampilan motorik halus dan kasar
- Keterbatasan rentang pergerakan sendi,
Pergerakan lambat
- Pergerakan tidak terkoordinasi
Faktor Yang Berhubungan :
- Intoleransi aktivitas
- Perubahan metabolisme selular
- Gangguan kognitif
-  Konstraktur
- Fisik tidak bugar
- Penurunan ketahanan tubuh, kendali
otot, massa otot, Malnutrisi
- Gangguan muskuloskeletal
-  Gangguan neuromuskular, Nyeri
- Agens obat
- Penurunan kekuatan otot
- Kurang dukungan Iingkungan (mis,
fisik atau sosiaI)
- Keterbatasan ketahanan kardiovaskular
- Kerusakan integritas struktur tulang
- Program pembatasan gerak
- Gaya hidup monoton
- Gangguan sensori perseptual

3. Gangguan pola tidur NOC NIC


Definisi : gangguan kualitas dan kuantitas Sleep enhancement
 Anxiety reduction
waktu tidur akibat faktor eksternal - Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur
 Comfort level
Batasan karakteristik : - Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
 Pain level
 Perubahan pola tidak normal - Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
 Rest : extent and
 Penurunan kemampuan berfungsi pattern (membaca)
 Ketidakpuasan tidur  Sleep : extent and - Ciptakan lingkungan yang nyaman
 Menyatakan sering terjaga pattern - Kolaborasi pemberian obat tidur diskusikan dengan
 Menyatakan tidak mengalami kesulitan Kriteria Hasil: pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
tidur - Instruksikan untuk memonitor tidur pasien
 Menyatakan tidak merasa cukup  Jumlah jam tidur dalam - Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
istirahat batas normal 6-8
- Monitor kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam.
Faktor yang berhubungan jam/hari
- Kelembaban lingkungan sekitar  Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
- Suhu lingkungan sekitar
 Perasaan segar sesudah
- Kurang control tidur
tidur atau istirahat
- Kurang privasi  Mampu
mengidentifikasikan
hal-hal yang
meningkatkan tidur
4. Defisit perawatan diri mandi NOC NIC
Definisi : hambatan kemampuan untuk Self-care assistance : Bathing/hygiene
 Activity Intolerance
melakukan atau menyeIesaikan mandi / - Pertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan
 Mobility: physical
aktivitas perawatan diri untuk diri sendiri . aktivitas perawatan diri
Batasan karakterstik : Impaired - Pertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan
 Self Care Deficit aktivitas perawatan diri
 Ketidakmampuan untuk mengakses Hygiene - Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
kamar mandi   Sensory perception, - Tempat handuk, sabun, deodorant, alat pencukur, dan
 Ketidakmampuan mengeringkan tubuh Auditory disturbed. aksesoris lainnya yang dibutuhkan disamping tempat
 Ketidakmampuan mengambil Kriterta hasil : tidur atau dikamar mandi
perlengkapan mandi
 Perawatan diri ostomi : - Menyediakan lingkungan yang terapeutik dengan
 Ketidakmampuan menjangkau sumber
tindakan pribadi memastikan hangat, santai, pengalaman pribadi, dan
air
mempertahankan personal
 Ketidakmampuan mengatur air mandi
ostomi untuk eliminasi - Memfasilitasi diri mandi pasien
 Ketidakmampuan membasuh tubuh
 Perawatan diri : - Memantau membersihkan kuku
Faktor Yang Berhubungan :
Aktivitas kehidupan - Memantau integritas kulit
 Gangguan kognitif sehari-hari (ADL) - Menjaga kebersihan ritual
 Penurunan motivasi mampu untuk - Memberikan bantuan sampai pasien sepenuhnya dapat
 Kendala lingkungan melakukan aktivitas mengasumsikan perawatan diri
 Ketidakmampuan merasakan bagian perawatan fisik dan
tubuh pribadi secara mandiri
 Ketidakmampuan merasakan hubungan atau dengan alat bantu
spasial  Perawatan diri
 Gangguan muskoloskeletal hygiene : mampu untuk
 Gangguan neuro muskular mempertahankan
 Nyeri kebersihan dan
penampilan yang rapi
 Gangguan persepsi
secara mandiri dengan
 Ansietas berat
atau tanpa alat bantu
 Perawatan diri Hygiene
oral : mampu untuk
merawat mulut dan gigi
secara mandiri dengan
atau tanpa alat bantu
5. Resiko Kerusakan Integritas Kulit NOC NIC
Definisi : Perubahan / gangguan epidermis  Tissue Integrity : Skin Pressure Management
dan / atau dermis and mucous - Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
Batasan Karakteristik membranes longgar
 Kerusakan lapisan kulit (dermis)  Hemodyalis akses - Hindari kerutan pada tempat tidur
 Gangguan permukaan kulit (epidermis) Kriteria Hasil - Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Infasi struktur tubuh  Integritas kulit yang - Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
Faktor yang berhubungan : baik bisa - Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Eksternal : dipertahankan - Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang
- Zat kimia, radiasi  Tidak ada luka/lesi tertekan
- Usia yang ekstrim pada kulit - Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Kelembaban  Perfusi jaringan baik
- Monitor status nutrisi pasien
 Menunjukkan
- Hipetermia, hipotermia - Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
pemahaman dalam
- Faktor mekanik Insision site care
proses perbaikan
- Medikasi kulitdan mencegah - Membersihkan, memantau dan meningkatkan proses
- Lembap terjadinya cedera penyembuhan pada luka yang ditutup dengan jahitan,
- Imobilitas fisik berulang klip/strapless
- Internal :  Mampu melindungi - Monitor proses kesembuhan area insisi
- Perubahan status cairan kulit dan - Monitor tanda dan gejala infeksi pada area insisi
- Perubahan pigmetasi mempertahankan - Bersihakan area sekitar jahitan atau strapless,
- Perubahan turgor kelembapan kulit dan menggunakan lidi kapas steril
- Faktor perkembangan perawatan alami - Gunakan preparat antiseptic, sesuai program
- Kondisi ketidakseimbangan nutrisi - Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau
- Penurunan immunologis biarkan luka tetap terbuka sesuai program
- Penurunan sirkulasi Dialysis Acces Maintenance
- Kondisi gangguan metabolic
- Gangguan sensasi
- Tonjolan tulang
DAFTAR PUSTAKA

Alfiyanti, Desi. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Ny. P Dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal LBP (Low Back Pain) Di Unit Pelayanan Sosial

Lanjut Usiapucang Gading Semarang. KTI.Jawa Tengah : Universitas

Islam Sultan Agung Semarang

Arif, Iqbal. 2018. Asuhan Keperawatan Pada Tn. I Dengan Low Back Pain Di

Ruangan Rawat Inap Ambun Suri Lantai 3 RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2018. KTI. Sumatera Barat : Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Perintis Padang

Kozier,dkk. 2016. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Ed,7. Vol,1. EGC.

Jakarta.

Nurarif,Amin Huda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda Nic-Noc.Jilid 1.Yogyakarta:Mediaction Publishing.

Riyadi, Sujono. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Pustaka Belajar. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai