SKRIPSI
DISUSUN OLEH
NIM : 130703009
MEDAN
2020
iii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Semiotika Budaya, penulis memilih judul skripsi ini dengan alasan karena
judul tersebut adalah suatu ritual budaya etnik Karo yang unik dan menarik
untuk diteliti. Penulis membuat skripsi ini dengan harapan pembaca dapat
memudahkan pembaca memahami tentang apa saja yang akan dibahas dalam
penelitian.
penelitian.
iv
penelitian ini.
Novendri Dadik
NIM : 130703009
Judul skripsi enda emekap Erpangir Ku Lau etnik Batak Karo : Kajian
ritual adat Karo si unik ras jarang i teliti. Mbera arah penulisen skripsi e simbaca
BAB I emekap pendahuluan, i bas bab enda penurat mbahas latar belakang
si igunaken.
BAB III emekap metode penelitian, si i bagi ibas : metode dasar, lokasi
BAB IV emekap hasil penelitin ras pembahasen arah masalah si lit ibas
rumusen masalah.
vi
enda. Alu meteruk ukur penurat ngarapken kritik ras saran guna nempurnaken
Novendri Dadik
NIM : 130703009
vii
viii
penurt-
nopne- d- riddki-
nmi- 130703009
ix
Pada kesempatan ini, dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara, dan Prof. Drs. Mauly Purba, M.A.,Ph.D., Dra. Heristina
Dewi, M.Pd, Prof., Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. selaku wakil dekan I,
2. Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Sastra Batak
penulis.
orang tua yang merawat dan membesarkan penulis dari kecil, yang juga
studi, yang semasa hidupnya telah banyak berkorban dalam materi, tenaga,
pikiran dan telah banyak melimpahkan kasih sayang serta doa sehingga
skripsi ini.
8. Mami Risdo Saragih, S.S selaku motivator penulis yang selalu setia dalam
10. Sesil Laura Frida Sitompul, Darmila Andriani, Rikardo Nadeak selaku
sahabat yang sudah banyak memberi masukan dan saran serta motivasi
11. Girson Tarigan, S.S, Aryanus Gea,S.S, Willy Chandra Pardede, S.S,
Tumbur Haryanto Naibaho, S.S, Subur Naibaho, S.S, dan abang kakak
stambuk 2010, 2011, 2012 yang saya tidak dapat sebut satu persatu selaku
senioran yang sudah penulis anggap sebagai saudara kandung penulis yang
selama ini selalu memberi motivasi dan arahan dalam perkuliahan serta
12. Dewasa Silalahi, Deddy Rovindo Capah, Wendy Suwery Harahap, Teopilus
Sastra Batak stambuk 2013 yang telah bersama-sama mulai dari semester
xi
sebut namanya satu persatu selaku teman penulis selama perkuliahan dan
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah tulus
ini.
Novendri Dadik
NIM : 130703009
xii
ABSTRAK ..................................................................................... i
Ktpenru .................................................................................. vi
xiii
3.4.Instrumen Penelitian.................................................................. 19
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................. 23
Pengantar............................................................ ............................. 23
4.1.2.Persiapan ................................................................................ 26
xiv
5.1.Kesimpulan ............................................................................... 78
xv
xvi
PENDAHULUAN
Etnik Batak merupakan salah satu dari sekian banyak suku yang ada di
Indonesia, yang memiliki pembagian lima kategori/ subetnis yang terdiri atas:
(1) Etnik Toba; (2) Etnik Karo; (3) Etnik Angkola/ Mandailing; (4) Etnik
Sumatera Utara
Etnik Karo adalah satu dari lima subetnis Batak yang sudah memiliki
upacara adat sendiri sejak dahulu. Daerah persebaran etnik Karo memiliki
Langkat dan Karo Deli yang terletak di Kabupaten Karo. Namun, perbedaan
adat atau ritual adat ini dipimpin atau dibimbing oleh guru/dukun yang
dipercaya memahami tata cara pelaksaan upacara adat atau ritual adat menurut
17
didasari oleh kepercayaan tradisional etnik Karo dengan maksud dan tujuan
yaitu (1) mengucap terima kasih kepada Tuhan, (2) menghindari malapetaka,
(3) menyembuhkan suatu penyakit dan (4) mencapai maksud tertentu. Salah
satu diantara upacara adat itu adalah membersihkan diri (mandi) atau yang
sering disebut Erpangir Ku Lau. Upacara adat ini adalah salah satu upacara
(pemena).
perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang kita alami sekarang ini
sangat berdampak besar terhadap kehidupan etnik Batak. Salah satu dampak
etnik Batak telah banyak tergilas oleh perkembangan zaman sekarang ini. hal
ini ditegaskan Sibarani dalam bukunya Kearifan Lokal : Hakikat, Peran, dan
Metode Penelitian Tradisi Lisan (2014:3) tradisi budaya atau tradisi lisan
berada pada proses transformasi itu karena sebuah tradisi tidak akan hidup
kalau tidak mengalami transformasi. Dalam tradisi budaya atau tradisi lisan
18
adalah perubahan pada Upacara adat Erpangir KuLau Etnik Karo. Oleh karena
itu penulis sangat prihatin terhadap hal tersebut sehingga sangat baik untuk
diteliti.
penghormatan kepada orang yang memiliki derajat yang lebih tinggi dalam
upacara adat Etnik Karo dengan memberikan tikar putih (amak mbentar)
realitas sosial budaya yang sudah ada dan tumbuh sejak lama dalam kehidupan
sehari-hari, gejala ini disebut gejala sosial budaya (Hoed, 2011 : 175). Dalam
hal ini makna yang dikonveksikan dengan simbol tertentu banyak juga
didapati dalam upacara adat suku Batak yang memang sebagian besar
acaranya banyak menggunakan simbol dan tanda yang memiliki makna yang
berbeda pada setiap daerah. Untuk memahami simbol ini peneliti ingin
mengkaji salah satu budaya etnik Karo yang memiliki banyak simbol yang
19
Erpangir Ku Lau pada etnik Karo di Kabupaten Karo sangat minim. Meskipun
selama ini banyak ahli budaya yang meneliti tentang upacar adat Erpangir Ku
Lau di Kabupaten Karo, namun hanya sebatas deskripsi upacara adat Erpangir
Ku Lau tidak mengkaji lambang yang ada pada upacara adat Erpangir Ku
Lautersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan
adadalam upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo di Kabupaten Karo
yang mencakup tentang bentuk, fungsi, dan makna pada simbol yang terdapat
pada upacara adat tersebut. Penulis akan mengkaji upacara adat Erpangir Ku
Lau pada etnik Karo di Kabupaten Karo ini dari segi semiotika budaya, karena
tahapan dalam upacara adat Erpangir Ku Lau dan bagaimana bentuk, fungsi,
dan simbol-simbol yang ada pada upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik
20
sasaran untuk pemecahan dalam mencari ada atau tidak adanya suatu
2. Apa saja bentuk simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau
3. Apa saja fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau
4. Apa saja makna simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau
pembinaan sikap serta pengertian yang wajar dan tepat terhadap etnik Karo
21
sebagai berikut:
Lau.
Kabupaten Karo.
Erpangir Ku Lau.
3. Menjadi arsip di Program Studi Sastra Batak untuk dibaca dan agar dapat
22
TINJAUAN PUSTAKA
relevan dengan judul skripsi ini, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian
Pierce. Selain itu, penulis juga menggunakan buku-buku lain yang mendukung
dalam penulisan skripsi ini. Adapun buku-buku lain yang digunakan adalah:
1. Hoed (2011) yang berjudul Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya, dalam
2. Zoest (1993) yang berjudul semiotika tentang tanda, cara kerjanya, dan
apa yang kita lakukan dengannya, buku ini menjelaskan pengertian dasar
23
penulis mengetahui dan memahami tentang upacara adat etnik Karo dan
Pahompu pada Etnik Batak Toba : Kajian Semiotika Sosial, Skripsi ini
membahas tentang bentuk, makna dan fungsi simbol pada upacara adat
tersebut.
skripsi ini.
skripsi ini.
24
skripsi ini.
Erpangir Ku Lau berasal dari kata pangir yang berarti langir Sitepu
mengatakan dalam bukunya (1996: 166) dalam arti lebih mendalam Erpangir
masa depan yang lebih baik. Atau setelah dilakukan Erpangir Ku Lau, ada
sebuah simbol.
Ada berbagai alasan Erpangir Ku Lau dilakukan. Hal itu erat sekali
adanya mimpi buruk, (2) karena penyakit, (3) karena ingin mendapat rezeki,
(4) karena telah mendapat rezeki, (5) membuang kengalen (kesialan), (6)
dan dipahami oleh etnik Karo. Dalam hal ini pemikiran dan kepercayaan
25
mempercayai adanya Dibata sebagai pencipta segala yang ada di alam raya
itu terdiri dari : (1) Dibata Idatas atau Guru Butara Atas yang meguasai
alam raya/langit, (2) Dibata Itengah atau Tuan Paduka Niaji yang menguasai
bumi atau dunia, (3) Dibata Iteruh atau Tuan Banua Koling yang menguasai
suatu objek. Jadi dapat disimpulkan bahwa semiotika adalah ilmu yang
tanda yang memilki arti. Tanda diartikan sebagai sesuatu yang memiliki ciri
dengan tanda, seperti tanda dan proses yang berlaku bagi pengguna tanda.
26
bahwa segala perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau
melalui tanda. Dalam pemikirannya, logika sama halnya dengan semiotika dan
kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
27
5. Semiotik naratif, yakni semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi
8. Semiotik sosial, yakni semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berwujud kata maupun lambang yang berwujud kata dalam satuan yang
disebut kalimat.
28
dengan landasan teori ini maka segala masalah yang timbul dalam skripsi ini
akan terjawab.
kebetulan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang
dalam penelitian.
yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraks dari pengertian atau hubungan
dari proposisi atau dalil. Ada pendapat lain, FN Kerlinger dalam bukunya
atau contruct yang hubungan satu dengan yang lainnya, suatu set dari
merupakan bagian dari psikologi sosial dan sebagai akibat dari psikologi
kita suatu tanda terdiri dari apa saja dan kaidah-kaidah apa yang mengaturnya.
29
dilakukan dalam rangka kehidupan sosial, menjadi sesuatu yang hidup dalam
“kebudayaan” sebagai signifying order. Dari sini, kita akan memahami bahwa
tanda tidak sama kadarnya. Pada tahap awal, tanda baru hanya dilihat sifatnya
saja yakni bahwa tanda itu adalah tanda dan disebut “qualisign”. Pandangan
Danesi dan Perron ini bersangkutan dengan “tubuh” atau “semionis dasar”.
Kemudian pada tahap yang lebih lanjut, representasi tanda sudah berlaku
untuk tempat dan waktu tertentu, misalnya, menujunkan sesuatu dengan jari
(disini, disana) yang disebut “sin(gular) sign”. Dalam pandangan Danesi dan
Perron ini sudah berkatan dengan “pikiran” manusia. Akhirnya sejumah tanda
30
“legisign”. Yang terakhir ini disebut oleh Danesi dan Perron senbagai “the
jenis tanda yang berbeda-beda, yang menyatu lewat cara-cara yang bisa yang
jenis tanda yang berbeda-beda, yang menyatu lewat cara-cara yang bisa yang
individu atau kelompok untuk membuat pesan atau saling bertukar pesan.
empat faktor yang berkaitan satu sama lain dan perlu diperhatikan yaitu :
3. Jenis teks (percakapan, grafik, lagu/ lirik, komik, dan lukisan), dan
31
dapat dikaitkan dengan suatu yang lain. Sehingga dapat dipahami ikon
atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri yang sama dengan yang
dimaksud.
2. Indeks (index), adalah sebuah tanda yang dalam hal corak tandanya
tanda yang sifatnya tergantung pada keberadaan suatu penanda. Tanda ini
bentuk tanda dan arti. Kajian ini dilihat berdasarkan penandaan dan
yang mengacu pada objek tertentu diluar tanda itu sendiri. Hubungan antara
dapat menafsirkan ciri dan hubungan antar simbol dengan objek yang diacu
32
melihat lampu merah lantas kita katakan berhenti. Mengapa kita katakan
demikian, ini terjadi karena adanya asosiasi dengan benda yang kita lihat.
otak serta merta kita pergi. Padahal dari ungkapan tersebut yang kita
dalam otak.
arbitrer atau mana suka. Dalam konteks di atas, etnik Karo juga memberikan
makna pada setiap simbol yang bersifat arbitrer. Artinya, mereka menetukan
makna dari sebuah simbol sesuai dengan situasi dan apa yang ingin mereka
33
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah tata cara yang harus dilakukan dalam suatu
penelitian. Metode untuk merumuskan ide dan pikiran yang didasarkan pada
permasalahan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik, sesuai dengan apa
yang diharapkan.
meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir,
2005 :54). Dalam skripsi ini penulis menerangkan jenis-jenis simbol dan
makna dari simbol atau tanda yang ada pada upacara adat Erpangir Ku Lau.
34
Erpangir Ku Lau. Di daerah ini juga masih banyak tokoh adat etnik Karo yang
penelitian adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Secara umum sumber
diteliti.
35
3. Alat tulis dan kertas yang digunakan untuk mencatat segala hal yang
skripsi ini.
36
atau fenomena yang sifatnya mentah dan belum dianalisis. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisis sehingga menjadi data yang cermat, akurat dan
ilmiah.
sesuatu.
Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh akan diolah dan
dianalisis secara kualitatif. Fokus penelitian ini adalah makna simbolis yang
terkandung dalam upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo. Makna
berikut:
37
38
PEMBAHASAN
Erpangir Ku Lau merupakan salah satu dari berbagai upacara religius yang
sampai sekarang masih dilakukan oleh etnik Karo. Berbeda dengan agama-agama
modern sekarang di mana waktu dan caramya sudah atur dan wajib dilakukan oleh
Karo lainnya hanya dilakukan bila diperlukan saja dan dengan alasan-alasan tertentu.
Erpangir Ku Lau juga dilakukan dengan berbagai alasan tertentu menurut latar
belakang atau kejadian yang dialami oleh si pelaku misalnya karena telah mendapat
rezeki, diganggu roh atau mahkluk halus, karna kesialan , sebagai ucapan syukur
kepada dibata, dan berbagai alasan lainnya. Upcara adat Erpangir Ku Lau juga
merupakan sebuah upaya yang dilakukan oleh etnik Karo dalam hal menyucikan diri
atau membersihkan diri. Masyarakat etnik Karo percaya menyucikan diri merupakan
hal yang penting untuk dilakukan sebelum menyampaikan doa atau permohonan
kepada dibata. Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau si pelaku adalah orang
atau keluarga etnik Karo yang melakukan atau melaksanakan upacara adat tersebut.
Alasan tersebut sangat berhubungan erat dengan peralatan dan sesajen yang
akan dipakai pada saat melakukan upacara adat tersebut sehingga setiap alasan dan
tujuan dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau akan memakai peralatan dan
Peralatan dan sesajen inilah yang akan menjadi simbol pada upcara adat
Erpangir Ku Lau, etnik Karo juga meberikan fungsi dan makna pada setiap simbol
23
pembahasan skripsi ini penulis hanya akan membahas atau fokus membahas upacara
Dalam konteks ini penulis akan membahas (1) tahapan upacara adat Erpangir Ku
Lau, (2) mengidentifikasi bentuk simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir
Ku Lau, (3) mengkaji fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir ku
Lau, (4) menemukan makna didalam simbol yang terdapat pada upacara adat
Upacara adat Erpangir Ku Lau tidak memiliki tahapan yang spesifik seperti
upacara adat lainnya, namun terlepas dari itu upacara adat Erpangir Ku Lau tetap
memilki tahapan yang di lakukan oleh etnik Karo sampai pada pelaksanaan upacara
adat tersebut. Untuk menjelaskan hal itu penulis membagi tahapan upacara adat
Sama halnya dengan upacara adat lainnya upacara adat Erpangir Ku Lau tidak
terlepas dari penentuan tanggal, penentuan tanggal itu sendiri disesuaikan dengan
maksud atau alasan si pelaku dalam melakukan upacara adat tersebut dalam hal ini
si pelaku adalah seorang atau sekolompok keluarga yang akan terlibat atau
melakukan upcara adat Erpangir Ku Lau. Tanggal yang tepat untuk melakukan
upacara adat Erpangir Ku Lau biasanya dilihat melalui penaggalan atau kalender
etnik Karo, di mana menurut kepercayaan etnik Karo itu sendiri tanggal 14 hari
24
adalah tanggal yang tepat dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau untuk
Upacara adat Erpangir Ku Lau dilakukan di tempat yang menjadi sumber air atau di
tempat yang terdapat air seperti sungai, danau, sumur dan mata air, penentuan tempat
itu sendiri juga disesuaikan berdasarkan maksud dan alasan si pelaku dalam
melakukan upcara adat tersebut. Erpangir Ku Lau yang dilakukan dengan alasan
membuang kesialan harus dilakukan di tempat air mengalir seperti sungai, pancuran
atau mata air. etnik Karo percaya bahwa air yang mengalir itu akan membawa
kesialan yang menimpa si pelaku, namun Erpangir Ku Lau dengan maksud yang lain
termasuk dengan maksud mengucap syukur kepada Dibata dapat dilakukan di tempat
25
Pada tahapan ini etnik Karo haruslah melakukan persiapan sebelum melaksanakan
upacara adat Erpangir Ku Lau dengan tujuan kelancaran dan kesuksesan upacara
adat tersebut.
1. Persiapan diri.
Lau dalam hal ini persiapan maksud dan alasan dalam melakukan Erpangir.
Guru atau dukun berperan penting dalam pelaksanaan upacara adat sebagai
pembimbing atau penuntun pada saat melaksanaan upacara adat religius etnik Karo.
Untuk itu si pelaku harus mencari guru atau dukun yang benar-benar paham dan
peralatan yang dibutuhkan sebelum atau pada saat melakukan upacara adat Erpangir
Ku Lau.
Sebelum upacara adat Erpangir Ku Lau dilaksanakan si pelaku atau keluarga yang
terlibat dalam upacara adat tersebut harus sudah mempersiapkan makanan dan
sesajen yang akan di makan bersama atau yang akan dijadikan sesajen untuk roh
penunggu yang ada di sekitar tempat upacara adat Erpangir Ku Lau atau yang
disebut dengan tendi pada etnik Karo. Berbeda dengan makanan dalam
26
perhatikan. karena pada setiap sesajen yang akan digunakan pada upacara adat
tersebut terdapat makna dan fungsi tersendiri yang dipercaya oleh etnik Karo
menurut kepercayaan mereka. Sesajen dalam bahasa etnik Karo disebut dengan
cibal-cibalen.
Setelah hari dan tanggal sudah ditentukan dan persiapan sudah dipenuhi maka
dengan guru atau dukun akan datang ke tempat di mana upacara adat Erpangir Ku
Lau akan dilaksanakan dengan membawa segala jenis peralatan, makanan dan cibal-
Pada tahap awal si pelaku akan memberikan amak mbentar yang sudah diikat
bersama kampil yang telah diisi dengan beras kepada guru/dukun yang akan
mbentar dan kampil yang sudah diisi dengan beras ini adalah simbol ucapan terima
kasih dan penghormatan dari si pelaku kepada si guru/dukun karena telah berkenan
memberikan amak mbentar dan kampil yang sudah diisi dengan beras si pelaku akan
meletakan cibal-cibalen yang akan di berikan kepada tendi yang ada disekita tempat
dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Sesajen ini akan dilletakan di pinggir
tempat si pelaku akan melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau adapun sesajen itu
adalah (1) daun sirih 11 lembar dengan kapur dan pinang yang sudah di belah di
letakan diatas daun sirih terebut, (2) 1 sisir galuh emas (pisang emas), (3) rokok, (4)
27
Setelah semua sesajen selesai diletakan maka si pelaku dan keluarga akan
mempersiapkan air yang akan digunakan untuk melakukan upacara adat Erpangi ku
lau .Air yang digunakan adalah air yang sudah dicampur dengan rimo mukur dan
penguras setelah itu si pelaku dan keluarga akan melakukan keramas atau
membersihkan diri dengan air dan dilanjutkan dengan menari mengikuti alunan
gendang yang dimaikan. tarian ini bermaksud untuk mengundang tendi yang ada
disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau agar datang ke tempat
Ada 4 tarian yang akan ditarikan oleh guru dan si pelaku,pada masing-masing tarian
memiliki fungsi yang berbeda yang dipercaya oleh etnik Karo. keempat tarian itu
akan dilakukan secara bergantian sesuai dengan alunan gendang serta arahan dari
media agar si pelaku dapat berkomunikasi dengan tendi yang ada disekitar tempat itu
Tarian ini merupakan sebuah panggilan atau undangan kepada tendi agar mau datang
2. Tari Mari-Mari.
Masyrakat etnik Karo percaya bahwa pada saat si pelaku upacara adat Erpangir Ku
Lau melakukan tarian ini maka tendi yang ada disekitar tempat itu akan bersiap-siap
28
Setelah melakukan tari mari-mari si pelaku akan melanjutkan dengan tarian odak-
odak, etnik Karo percaya tarian ini merupakan sebuah simbol pengantar yang akan
mengantar tendi yang ada disekita tempat itu dalam perjalanan meuju lokasi
4. Tari Silenggguri.
Tarian ini adalah simbol penyambutan kepada tendi yang sudah sampai di tempat
dilakukannya Erpangir Ku Lau dengan cara marasuki tubuh guru yang melakukan
tarian tersebut.
maksud dan tujuan si pelaku dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau.
Setelah si pelaku menyampaikan maksud dan tujuannya kepada roh penunggu yang
merasuki tubuh guru/dukun maka setelah itu roh penunggu yang merasuki tubuh
guru/dukun itu akan keluar dan meninggalkan tempat dilakukannya upacara adat
Erpangir Ku Lau. Pada tahap akhir pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau maka
si pelaku akan melepaskan seekor ayam mbentar. Ayam mbentar ini adalah bentuk
Setelah seluruh rangkaian adat selesai maka si pelaku, guru dan seluruh
keluarga yang terlibat akan melakukan makan bersama sebagai penanda bahwa
29
- Kampil
- Bulung galuh
- Penguras
- Mangkuk mbentar
- Dagangen
- Amak Mbentar
- Kumenen
- Beras Piher
- Cimpa
- Rimo (Jeruk)
- Belo (Sirih)
- Galuh Emas
- Tinaruh Manuk
- Isap (Rokok)
- Manuk sangkepi
- Manuk Mbentar
- Kalimbubu
- Senina
- Anak Beru
4. Simbol Waktu.
30
5. Simbol Tarian.
- Tari Pengari-ngari
- Tari Mari-mari
- Tari Odak-odak
- Tari Silengguri
Galuh Emas
Beras Piher
Belo
Bulung Galuh
31
Manuk Mbentar
Penguras
Rimo
Kumenen
Amak Mbentar
Manuk Sangkepi
32
Cimpa
Setiap simbol yang ada pada upacara adat Erpangir Ku Lau memiliki bentuk yang
berbeda.
Untuk menjelaskan bentuk simbol yang ada pada upcara adat Erpangir Ku Lau
penulis akan menjelaskannya berdasarkan kategori simbol yang sudah dibagi diatas.
33
Pisau yang digunakan dalam upacara adat Erpangir Ku Lau adalah pisau khusus
yang biasa di sebut piso tumbuk lada oleh etnik Karo. Pisau ini memilki beberapa
motif ukiran pada gagang pisau atau pada pangkal pisau antara lain (1) ukiran pucuk
merbung, (2) ukiran cekili kambing, (3) ukiran pakau-pakau, (4) ukiran pantil
Dalam pembuatan Piso tumbuk lada diperlukan berbagai bahan antar lain: besi dari 5
kerajaan, tanduk kerbau atau gading gajah, kayu lemak sawa, kayu petarum, emas
atau perak atau swasa. Pada upacara adat Erpangir Ku Lau simbol pisau tumbuk lada
biasa digunakan untuk memotong ayam yang akan menjadi sesajen dan mengiris
Etnik Karo memiliki cara yang unik dalam menentukan pemilik dari pisau tersebut
yaitu : (1) dengan mengukur panjang pisau mulai dari pangkal besi hingga ke ujung
pisau menggunkan ibu jari, (2) menantikan pentunjuk lewat mimpi dengan
membawa pisau tersebut ketika tidur. Jika mendapat mimpi baik maka pisau tersebut
dapat dikatakan serasi atau cocok. Kedua cara itu juga tidak terlepas dari arahan atau
34
Kampil adalah kantung anyaman berwarna putih atau dalam bahasa etnik Karo
disebut dengan mbentar berbentuk segi empat dengan motif gerga Karo, Kampil
pada umumnya di pakai oleh kaum wanita etnik Karo sebagai tempat sirih dan
kelengkapannya seperti kapur sirih, tembakau, gambir dan pinang. Kampil juga
sering dipakai pada upacara – upacara adat etnik Karo salah satunya upacara adat
Erpangir Ku Lau.
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau kampil juga digunakan sebagai tempat sirih
sesajen yang akan diberikan kepada tendi (roh penunggu) yang ada disekitar tempat
Erpangir Ku Lau dilaksanakan. Nantinya kampil yang sudah di isi dengan belo
(sirih) atau dengan cibal-cibalen akan ditekan di pinggir atau disamping didekat
3. Bulung Galuh
35
Bulung galuh merupakan bahasa etnik Karo yang berarti daun pisang. Bulung galuh
yang di pakai pada upacara adat Erpangir Ku Lau adalah daun pisang muda yang
masih berwarna hijau lalu dipotong bagian pangkalnya dan diambil ujung nya. Daun
pisang ini akan diletakan disekitar tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau. Daun
pisang digunakan sebagai alas untuk meletakan sesajen yang akan diberikan kepada
kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.
Bulung galuh akan diletakan secara berlapis sebanyak 7 lapis nantinya sesajen yang
akan diberikan kepara tendi akan disusun rapi diatas bulung galuh tersebut.
4. Penguras.
36
yang akan di campurkan menjadi satu dengan air. Rempah-rempah yang digunakan
untuk membuat ramuan penguras ini antara lain: (1) kunyit, 2) ketumbar, (3) lada,
(4) bawang mbentar, (5) garam. Nantinya ramuan penguras ini akan dicampur atau
disatukan dalam satu wadah dengan rimo mungkur yang sudah diiris.
wadah yang dipakai biasanya adalah mangkuk mbentar yang berukuran besar.
Setelah disatukan didalam satu wadah air hasil campuran antara penguras dengan
rimo mungkur akan digunakan sebagai air untuk melakukan upacara adat Erpangir
Ku Lau.
5. Mangkuk Mbentar.
Mangkuk mbentar pada etnik Karo berarti mangkuk yang berwarna putih. Mangkuk
mbentar yang digunakan adalah mangkuk berbahan keramik yang berwarna putih
polos tanpa ada corak dibagian dalam ataupun luar mangkuk. Pada upacara adat
Erpangir ku Lau mangkuk mbentar digunakan sebagai wadah minyak air mata
duyung yang dipercaya oleh etnik Karo dapat mengundang tendi yang ada disekitar
37
mangkuk mbentar juga digunakan sebagai wadah air yang akan digunakan untuk
6. Dagangen
Dagangen yang berarti kain putih pada bahasa etnik karo adalah kain yang berwarna
putih polos tanpa corak berbentuk persegi panjang. dagangen ini biasa di pakai pada
upacara religi kepercayaan etnik Karo sebagai alas meletakan cibal-cibalen dan juga
sebagai penutup kepala yang digunakan oleh penganut kepercayaan tradisional etnik
Karo (pemena).
38
juga digunakan sebagai alas untuk meletakan cibal-cibalen yang akan diberikan
kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau.
dagangen akan disusun rapi disekitar tempat dilakukannya upacara adat tersebut.
Pada upacara adat Erpangir Ku Lau selain digunakan sebagai alas. dagangen) juga
digunakan sebagai penutup kepala oleh etnik Karo yang menganut kepercayaan
tradisional (pemena).
7. Amak Mbentar
Amak Mbentar adalah tikar berwarna putih dan biasanya terbuat dari anyaman
39
Pada tahap persiapan untuk melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau amak mbentar
akan diikat bersama dengan kampil yang sudah diisi beras dengan menggunkan
dagangen.
Amak mbentar digunakan sebagai pembuka upacara adat Erpangir Ku Lau dengan
cara memberikan amak mbentar yang sudah diikat bersama dengan kampil kepada
mbentar inilah yang akan digunakan guru/dukun sebagai alas duduk selama
Amak mbentar juga diberikan kepada kalimbubu yang melakukan upacara adat
Erpangir Ku Lau. Sama halnya dengan guru/dukun amak mbentar juga akan
digunakan sebagai alas duduk untuk kalimbubu selama upacara adat Erpangir Ku
Lau dilakukan.
40
wangi pada umumnya namum memiliki bahan yang berbeda, minyak air mata
duyung biasanya dipakai oleh guru-guru atau dukun pada ritual kepercayaan yang
mereka percaya.
Pada upacara adat Erpangir Ku Lau minyak air mata duyung digunakan sebagai
pengharum atau wewangian. Etnik Karo percaya aroma wangi dari minyak air mata
duyung ini dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilaksanakannya
upacara adat Erpangir Ku Lau untuk datang ke tempat upacara adat Erpangi Ku Lau
dilaksanakan. Nantinya minyak air mata duyung ini akan dicipratkan keseluruh
peralatan ataupun sesajen yang akan digunakan dalam pelaksanaan upacara adat
Erpangir Ku Lau. hal bermaksud agar aroma wangi dari minyak air mata duyung ini
9. Kumenen.
kemenyan ini akan mengeras dan membentuk kristal, kristal-kristal getah inilah yang
akan di bakar hingga mengeluarkan asap yang memiliki aroma dari getah kemenyan
tersebut.
41
minyak air mata duyung aroma dari asap kumenen juga dipercaya oleh etnik Karo
dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat
Erpangir Ku Lau.
Berbeda dengan minyak air mata duyung yang dicipratkan. Kumenen yang sudah
dibakar hingga mengeluarkan asap akan dibawa berkeliling dan didekatkan keseluruh
peralatan atau sesajen yang akan di pakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir
Ku Lau. Hal bermaksud agar aroma dari asap kumenen dapat melekat keseluruh
peralatan dan sesajen yang akan dipakai dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir
Ku Lau.
Beras piher sering dipakai dalam berbagai upacara adat etnik Karo salah satunya
upacara adat Erpangir Ku Lau. Beras Piher yang dipakai dalam upacara adat
Erpangi Ku Lau adalah beras dan telur ayam kampung yang diletakan didalam
kampil.
Beras piher akan diberikan kepada guru/dukun yang membimbing upacara adat
Erpangir Ku Lau. Setelah selesai menari beras nantinya akan dihamburkan keatas
42
1. Cimpa.
43
etnik Karo, Cimpa terbuat dari ketan dan gula merah ada 7 jenis Cimpa yang di
gunakan pada upacara adat Erpangir Ku Lau antara lain : (1) Cimpa lepat, (2) Cimpa
unung-unung, (3) Cimpa tuang, (4) Cimpa gulamai, (5) Cimpa pustaka, (6) Cimpa
Perbedaan dari ketujuh Cimpa tersebut terletak pada proses pembuatan dan
pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau ke tujuh jenis cimpa yang digunakan
sebagai cibal-cibalen akan menjadi santapan yang akan dimakan bersama oleh si
2. Rimo.
Jeruk dalam bahasa bahasa Karo disebut Rimo. Rimo mengambil peran penting pada
upacara adat Erpangir Ku Lau. terdapat 7 jenis rimo yang dipakai atau digunakan
antara lain rimo mungkur, rimo malem, rimo kejaren, rimo bunga, rimo keling, rimo
44
Enam jenis rimo digunakan sebagai cibal-cibalen yang akan diberikan kepada tendi.
tempat yang menjadi sumber air. Dan yang satu yaitu rimo mungkur merupakan
bahan pokok yang akan dicampurkan dengan air bersama dengan penguras. Nantinya
air dari campuran ini yang akan dipakai si pelaku untuk berkeramas.
Rimo mungkur yang akan digunakan untuk berkeramas akan diukir berbentuk
bintang 7 atau bintang 9 pada bagian atas dan bawah rimo mungkur. Setelah diukir
rimo mungkur akan diiris menjadi potongan kecil dan akan dicampurkan dengan air
. .
Dok.foto novendri dadik 2017
3. Belo (Sirih).
45
Belo adalah daun dari pohon sirih. Belo biasanya dipakai kaum wanita etnik Karo
sebagai bahan untuk dikonsumsi dengan beberapa bahan pelengkap yaitu kapur sirih,
gambir, tembakau, buah pinang. Belo juga sering dipakai pada upcara adat atau ritual
kepercayaan tradisional etnik Karo namun pada umumnya belo dipakai untuk bahan
konsumsi sehari-hari oleh perempuan etnik Karo. etnik Karo percaya dengan
Upacara adat Erpangir Ku Lau juga menggunakan belo sebagai salah satu cibal-
cibalen yang akan diberikan kepada tendi yang ada disekitar tempat dilakukannya
upacara adat Erpangir Ku Lau. Belo yang digunakan berjumlah ganjil antara 9 atau
11 lembar. Belo diletakan bersama dengan isap dan cibal-cibalen lainnya beserta
dengan perlengkapannya yaitu gambir, tembakau, pinang yang telah dibelah, dan
kapur sirih.
4. Galuh Emas.
46
seperti pisang pada umunnya namun memiliki rasa yang lebih manis. etnik Karo
sering menggunakan Galuh emas dalam berbagai upacara atau ritual adat sebagai
cibal-cibalen yang diberikan kepada tendi atau sebagai bahan makanan yang akan di
makan bersama.
Pada upacara adat Erpangir Ku Lau galuh emas juga digunakan sebagai cibal-
cibalen. Galuh emas akan diletakan diatas dagangen bersama dengan cibal-cibalen
lainnya.
Tinaruh manuk adalah bahasa etnik Karo yang berarti telut ayam. Telur ayam banyak
digunakan masyarakat pada umunya sebagai bahan makanan atau sebagai media
ritual kepercayaan. Sama dengan masyarakat pada umunya etnik Karo juga demikian
namun yang digunakan oleh etnik Karo bukan telur ayam yang biasa dijumpai
melainkan etnik Karo menggunakan terlur ayam kampung. Bentuk telur ayam
kampung relatif sama dengan telur ayam lainnya namun memiliki ukuran dan warna
47
mbentar polos.
Telur ayam kampung banyak digunakan dalam berbagai upacara atau ritual adat
etnik Karo dengan fungsi sebagai sesajen. Sama halnya dengan itu pada upacara adat
Erpangir Ku Lau telur ayam kampung juga digunakan oleh etnik karo sebagai
sesajen. Telur ayam kampung juga digunakan sebagai bahan dari beras piher dengan
cara memasukan telur ayam kampung bersama dengan beras kedalam kampil.
6. Isap.
Pada upacara adat etnik Karo isap digunakan sebagai simbol penghormatan. Dalam
kehidupan etnik Karo isap biasanya dibuat dengan bahan daun nipah kering dan
tembakau namun seiring perkembangan zaman rokok dengan bahan seperti itu sudah
semakin sulit dicari sehingga etnik Karo menggantinya dengan menggunakan rokok-
Etnik Karo percaya bahwa tendi menyukai isap sehingga isap juga digunakan
sebagai salah satu cibal-cibalen pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Isap akan
48
dengan sebatang kayu kecil yang akan menjepit isap tersebut dan akan ditancapkan
di dekat belo.
7. Manuk sangkepi.
Manuk sangkepi adalah makanan khas yang sering dipakai di berbagai upacara adat
etnik Karo. Manuk sangkepi adalah ayam kampung yang sudah disembelih dan
tenten (dada), gurung ras takalna (punggung dan kepala), nahe terus ku paha (kaki
sampai ke paha), kabeng (sayap), ate (hati), dan belalang ras tukana (ampela dan
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau manuk sangkepi digunakan sebagai cibal-
cibalen dan juga sebagai makanan yang akan dimakan bersama oleh si pelaku dan
guru/dukun pada tahap akhir pelaksaan upacara adat Erpangir Ku Lau. Manuk
49
8. Manuk Mbentar.
Manuk mbentar merupakan bahasa etnik Karo yang berarti ayam putih. Manuk
mbentar yang digunakan pada upcara adat etnik Karo adalah ayam jantan yang
memiliki bulu berwarna putih disekujur tubuh tanpa ada corak warna lain.
Manuk mbentar juga digunakan sebagai cibal-cibalen pada upacara adat Erpangir
didekat tempat dilakukannya upacar adat Erpangir Ku Lau. Manuk mbentar nantinya
akan dilepaskan ketika si pelaku telah selesai menyampaikan maksud dan tujuan
dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Etnik Karo percaya dengan melepaskan
manuk mbentar kesialan atau penyakit yang menimpa si pelaku akan ikut bersama
dengan manuk mbentar tersebut. sehingga si pelaku akan terbebas dari kesialan atau
50
Kalimbubu adalah pihak keluarga yang memberikan istri dalam konteks ini adalah
marga dari ayah istri atau marga dari ibu pengantin laki-laki. Dalam upacara adat
pemberi nasihat kepada si pelaku dengan harapan agar kehidupan si pelaku akan
lebih baik.
2. Senina.
Senina adalah kelompok keluarga yang diambil berdasarkan tutur marga yang sama
baik keluarga jauh maupun keluarga kandung. Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau
senina mengambil peran sebagai pihak yang menjaga keamanan serta kelancaran
3. Anak beru
Anak beru adalah pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga atau dalam hal
pernikahan anak beru adalah pihak laki-laki. Dalam kehidupan etnik Karo anak beru
juga disebut sebagai hakim moral. Di mana ketika terjadi perselisihan didalam
keluarga kalimbubu. Maka anak beru yang akan menjadi penengah atau yang akan
Peran anak beru dalam pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau adalah sebagai
upacara adat Erpangir Ku Lau sehingga upacara adat Erpangir Ku Lau dapat
51
Bedasarkan simbol waktu yang berjumlah 30 pada bagan 1 (satu) diatas maka seluruh adat
etnik Karo ditentukan sesuai dengan hari baik. Menentukan hari baik dalam etnik Karo
disebut niktik wari sitelu puluh. Dalam konteks Erpangir Ku Lau maka penentuan niktik
wari dilaksanakan oleh guru mbelin dengan melihat perkembangan bulan dari hari ke hari.
Pembagian hari (wari) dalam satu bulan (paka) didasarkan pada umur bulan. ada 4 cara yang
52
Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau dengan alasan mengucap syukur kepada
Dibata. hari ke 14 dalam sistem penanggalan etnik Karo atau yang disebut hari belah
purnama raya adalah hari yang baik untuk melakukan upacara adat tersebut.
53
Erpangir Ku Lau yaitu (1) tari pengari-ngari, (2) tari mari-mari, (3) tari odak-odak,
(4) tari silengguri. keempat tarian ini merupakan simbol yang melambangkan
undangan, pengiring juga penyambuatan kepada tendi yang ada disekitar lokasi
upacara adat tersebut agar tendi berkenan untuk datang dan berkmuniakasi kepada si
pelaku. Tidak terdapaat perbedaan pada gerakaan atau bentuk di keempat tarian
tersebut yang menjadi perbedaan pada keempat tarian tersebut adalah cepat
lambatnya gerakan pada saat melakukan tarian tersebut atau yang disebut dengan
tempo.
Gerakan dari keempat tarian ini akan berangsung-angsur menjadi cepat sesauai
dengan urutan tarian dimana Tari pengari-ngari merupakan tarian yang memiliki
tempo paling lambat atau gerakan yang paling lambat dan dilanjukan dengan tari
mari-mari yang memiliki tempo sedikit lebih cepat dari tarian sebelumnya perubahan
tempo ini akan berlangsung sampai pada tahap tarian terakhir yaitu tari silengguri.
Dimana tari silengguri ini merupakan tarian yang terkahir dan merupakan tarian
54
saat melakukan tarian inilah tendi akan merasuki tubuh guru/dukun dan akan
Keempat tarian akan dilakukan oleh guru/dukun dan si pelaku pada saat setelah
melakukan keramas pada upacara adat Erpangir Ku Lau dengan maksud untuk
Secara pragmatis fungsi simbol verbal dan non verbal merupakan pemakaian bahasa
dalam konteks dan situasi yang sebenarnya (Leech, 1993: 161). Untuk menganalisis
fungsi simbol yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau pada etnik Karo
skripsi ini merujuk pada pendapat Leech (1993: 162) yang menyatakan bahwa
fungsi-fungsi bahasa terdiri atas (1) ekspresif, (2) direktif, (3) komisif, (4)
representatif, (5) deklaratif. Di mana etnik Karo juga memberikan pesan pada setiap
simbol yang dipakai dalam upacara adat berdasarkan fungsi yang diberikan atau yang
55
yang terdapat pada upacara adat Erpangir Ku Lau. Adapun fungsi simbol yang
56
Berdasarkan pada bagan 2 (dua) diatas maka deskripsi fungsi simbol yang terdapat
Dalam kehidupan etnik Karo piso tumbuk lada digunakan sebagai senjata sekaligus
sarana pengobatan. Berbeda dengan senjata lainnya piso tumbuk lada memiliki cara
khusus dalam menentukan pemiliknya sehingga tidak sembarang orang dari etnik
Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau piso tumbuk lada merupakan simbol
kehidupan etnik Karo piso tumbuk lada merupakan senjata yang gunakan untuk
menjaga diri dan sebagai media atau sarana yang dipakai oleh etnik Karo dalam
2. Kampil.
konteks upacara adat Erpangir Ku Lau kampil digunakan untuk menghormat tendi
yang datang ke tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Maka belo akan
3. Bulung Galuh.
57
dan akan diberikan kepada tendi yang ada di sekitar tempat dilakukannya upacara
adat Erpangir Ku Lau akan diletakan diatas bulung galuh yang disusun berlapis.
Bulung galuh dianggap bersih oleh etnik Karo sehingga bulung galuh dianggap
4. Penguras.
Simbol Penguras merupakan simbol yang berfungsi untuk melambangkan air suci.
Etnik Karo percaya dengan menggunakan penguras sebagai salah satu bahan yang
digunakan untuk keramas dalam upacara adat Erpangir Ku Lau. Penguras mampu
membersihkan dan menyucikan diri sehingga orang yang melakukan upacara adat
Erpangir Ku Lau dianggap pantas untuk berkomunikasi dengan roh penunggu yang
5. Mangkuk Mbentar.
Dalam kehidupan etnik Karo simbol mangkuk mbentar merupakan simbol yang
Mangkuk mbentar juga digunakan dalam upacar adat Erpangir Ku Lau sebagai
wadah air yang digunakan untuk keramas. Dimana etnik Karo percaya mangkuk
mbentar adalah alat yang cocok digunakan sebagai wadah air untuk memberisihkan
6. Dagangen.
Sama halnya dengan simbol mangkuk mbentar. Simbol dagangen juga merupakan
58
pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau selain sebagai penutup kepala dagangen
juga digunakan sebagai alas untuk melatakan cibal-cibalen. Hal ini bertujuan untuk
menghormati tendi yang telah datang ke tempat dilakukannya upacara adat Erpangir
Ku Lau.
7. Amak Mbentar.
oleh etnik Karo kepada orang yang memiliki derajat status kekerabatan yang lebih
tinggi atau kepada orang yang membantu dan mendampingi dalam pelaksanaan suatu
Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau. amak mbentar merupakan simbol
penghormatan kepada guru/dukun yang akan membimbing berjalan nya upacara adat
mbentar ini akan diberikan oleh si pelaku kepada guru dan kalimbubu pada tahap
Pada saat upacara adat Erpangir Ku Lau berjalan amak mbentar inilah yang akan
digunakan guru sebagai tempat duduk oleh guru/dukun dan juga kalimbubu.
Minyak air mata duyung merupakan simbol yang gunakan oleh etnik Karo sebagai
isyarat untuk menyampaikan pesan kepada roh para leluhur maupun roh penunggu
Etnik Karo percaya dengan menggunakan minyak air mata duyung sebagai
wewangian atau pengharum pada peralatan yang digunakan dalam upacara Erpangir
Ku Lau maka roh penunggu yang ada disekitar tempat dilakukannya upacara adat
59
9. Kumenen.
Sama halnya dengan minyak air mata duyung. Kumenen juga merupakan simbol
isyarat untuk menyampaikan pesan. aroma kumenen juga dipercaya oleh etnik Karo
dapat mengundang tendi yang ada disekitar tempat Erpangir Ku Lau dilaksanakan
sehingga tendi tertarik dan berkenan untuk datang mendengarkan pesan yang akan
Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau, beras piher berfungsi sebagai simbol
penyambutan ketika roh penunggu tendi telah datang ke tempat upacara adat
Erpangir Ku Lau dilakukan dan merasuki tubuh guru/dukun. Nantinya beras akan
1. Cimpa.
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau simbol cimpa berfungsi sebagai simbol yang
melambangkan rasa terima kasih dan ucapan syukur si pelaku kepada dibata karena
terkabulnya doa atau tercapainya suatu tujuan sehingga cimpa dijadikan sesajen yang
2. Rimo
60
upacara adat Erpangir Ku Lau sehingga rimo dijadikan sebagai salah satu cibal-
mungkur dipakai menjadi salah satu bahan untuk berkeramas dalam upacara adat
Erpangir Ku Lau. Etnik Karo percaya rimo mungkur dipercaya oleh etnik Karo dapat
membersihkan dan menyucikan diri setelah melakukan keramas pada upacara adat
Erpangir Ku Lau sehingga dianggap layak untuk berkomunikasi dengan tendi yang
3. Belo.
Simbol belo digunakan sebagai alat atau media yang dipercaya oleh etnik Karo dapat
mengundang tendi yang ada disekitar tepat upacara adat Erpangir Ku Lau untuk
datang dan berkomunikasi dengan si pelaku upacara adat Erpangir Ku Lau dengan
4. Galuh Emas.
memberikan galuh emas sebagai salah satu cibal-cibalen pada upacara Erpangir Ku
Lau. Etnik Karo berharap dibata akan memberikan kehidupan yang manis seperti
5. Tinaruh Manuk.
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau, tinaruh manuk merupakan simbol yang
melambangkan kehidupan yang baru atau permulaan kehidupan. Etnik Karo percaya
61
adat Erpangir Ku Lau merupakan kehidupan yang baru atau permulaan kehidupan
6. Isap.
penghormatan karena dalam kehidupan etnik Karo isap digunakan sebagai alat untuk
membuka pembicaraan.
Isap dalam upacara adat Erpangir Ku Lau juga digunakan sebagai alat untuk
membuka pembicaraan atau alat yang digunakan untuk memulai komunikasi dengan
tendi yang akan merasuki tubuh guru/dukun untuk menyampaikan maksud dan
7. Manuk Sangkepi.
Dalam konteks upacara adat Erpangir Ku Lau manuk sangkepi merupakan simbol
yang melambangkan rasa terima kasih dan ucapan syukur kepada dibata karena telah
memberikan kehidupan yang lebih baik kepada sipelaku. Manuk sangkepi juga
potongan daging ayam yang telah disusun secara utuh menyerupai ayam yang masih
hidup.
8. Manuk Mbentar.
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau manuk mbentar merupakan simbol yang
melambangkan ucapan terima kasih juga ketulusan hati si pelaku dalam melakukan
upacara adat Erpangir Ku Lau. Manuk mbentar akan dilepaskan pada tahap akhir
pelaksanaan upacara adat Erpangir Ku Lau sebagai bentuk rasa terima kasih sipelaku
kepada dibata.
62
1. Kalimbubu.
status kekerabatan yang paling tinggi atau memiliki kedudukan adat yang paling
tinggi.
2. Senina.
kekerabatan antar marga yang sama. Sehingga orang-orang yang memiliki marga
3. Anak beru.
Anak beru dalam upacara adat Erpangir Ku Lau berfungsi sebagai yang membantu si
upacara adat Erpangir Ku Lau. Selain itu anak beru juga berperan sebagai penengah
Belah Purnama raya adalah simbol yang melambangkan hari baik untuk melakukan
upacara adat Erpangir Ku Lau. Berdasarkan sistem penanggalan yang dipercaya oleh
etnik Karo etnik Karo dan arahan dari guru/dukun hari belah purnama raya adalah
hari yang paling baik atau cocok dalam melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau
63
diberikan si pelaku upacara adat Erpangir Ku Lau kepada tendi yang ada disekitar
tempat upacara adat dilakukan. Etnik Karo percaya dengan melakukan tarian ini
maka tendi yang disekitar tempat dilakukannya upacara adat Erpangir ku lau akan
tertarik dan berkenan untuk datang ke tempat dilakukannya upacara adat tersebut.
2. Tari Mari-mari
Tarian ini merupakan simbol pengiring yang lakukan oleh etnik Karo pada saat
melakukan upacara adat Erpangir Ku Lau. Etnik Karo percaya pada saat melakukan
tarian ini maka tendi yang diundang sedang melakukan persiapan-persiapan untuk
datang ke tempat dilakukannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Tarian inilah yang
3. Tari odak-odak.
Sama halnya dengan tari mari-mari, tari odak-odak juga merupakan simbol
pengiring yang dilakukan oleh etnik Karo. yang menjadi perbedaan antara kedua
tarian adalah waktu dimana tarian ini dilakukan. Tari mari-mari dilakukan atau
tari odak-odak dilakukan atau menjadi pengiring pada saat tendi telah berangkat atau
Lau.
4. Tari Silengguri.
64
Erpangir Ku Lau. Tari silengguri merupakan simbol penyambutan kepada tendi yang
sudah sampai di tempat upacara adat Erpangir Ku Lau. Tendi yang sudah sampai
ditandai dengan merasuki tubuh guru/dukun yang melakukan tarian tersebut. pada
saat tendi merasuki tubuh guru/dukun tendi akan membuat permintaan seperti
meminta cimpa untuk dimakan atau melakukan tarian yang berbeda sesauai dengan
Etnik Karo memberikan makna pada masing-masing simbol yang ada pada upacara
adat Erpangi Ku Lau. Adapun makna yang pada simbol yang ada pada upacara adat
65
Berdasarkan pada bagan 3 (tiga) diatas makan deskripsi makna yang terkandung
pada simbol yang ada pada upacara adat Erpangir Ku Lau diuraikan sebagai berikut :
Simbol piso tumbuk lada memiliki makna keberanian, kewibawaan dan kepintaran.
Berdasarkan cara yang digunakan etnik Karo dalam menentukan pemilik dari piso
tumbuk lada etnik Karo menganggap bahwa pemilik dari piso tumbuk lada adalah
orang yang memiliki keberanian serta kewibawaan juga memiliki kepintaran dalah
2. Kampil.
66
pelaku kepada tendi yang telah datang ke tempat dilakukannya Erpangir Ku Lau.
Etnik Karo menganggap dengan melatakan belo didalam kampil adalah sebuah
bentuk wujud kesopanan dari etnik Karo terhadap tendi yang telah mereka undang.
3. Bulung Galuh.
Sama halnya dengan Kampil dalam upacara adat Erpangir Ku Lau bulung galuh juga
memaknai rasa hormat dan wujud kesopanan si pelaku kepada tendi. Dengan
4. Penguras.
Dalam upcara adat Erpangir Ku Lau penguras memilki makna suci sehingga
penguras di pakai menjadi salah satu bahan dalam konteks menyucikan diri.
Penguras juga memiliki makna yang utuh dan saling melengkapi karena terdiri dari
beberapa bahan yang disatukan menjadi satu. sehingga sipelaku dapat menjadi utuh
5. Mangkuk Mbentar.
Mangkuk mbentar memiliki makna suci dan bersih. Etnik Karo percaya dengan
memberikan sesautu dengan memakai tempat yang suci dan bersih merupakan suatau
bentuk kesopanan kepada tendi dan juga kepada dibata sehingga dibata lebih
6. Dagangen.
Dengan memakai kain mbentar sebagai bagian dari pakian dalam melakukan upacara
adat atau ritual kepercayaan etnik Karo percaya bahwa para leluhur akan lebih
67
Dalam kehidupan etnik Karo amak mbentar memiliki makna tersendiri yaitu rasa
hormat kepada orang yang memiliki derajat status kekerabatan yang lebih tinggi.
sehingga amak mbentar dipakai dalam upacara adat Erpangir Ku Lau sebagai wujud
Amak mbentar juga bermakna perharapan bagi si pelaku, agar si pelaku berhati baik
Menurut etnik Karo minyak air mata duyung memiliki makna suci dan sakral. Dalam
upacara adat Erpangir Ku Lau minyak air mata duyung dipakai pada peralatan yang
akan digunakan selama upacara adat tersebut berlangsung, etnik Karo percaya
minyak air mata duyung dapat membuat perlatan yang dipakai menjadi suci.
9. Kumenen.
Sama halnya dengan minyak air mata duyung kumenen juga memiliki makna suci
dan sakral. Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau kumenen akan dibakar sehingga
mengeluarkan asap dan aroma sehingga roh-roh tendi berkenan untuk datang ke
Selain sebagai simbol penyambutan kepada tendi yang telah datang ke upacara adat
Erpangir Ku Lau. Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau beras piher merupakan
68
Etnik Karo juga percaya beras piher mampu memberikan berkat kepada si pelaku
upacara adat Erpnagir Ku Lau. Dengan cara menaburkan beras piher ke atas kepala
si pelaku.
1. Cimpa.
Dalam upacara adat Erpangir Ku Lau, cimpa merupakan simbol yang memiliki
makna pengharapan. Namum pada setiap cimpa yang dipakai memiliki makna
- Cimpa Lepat.
Cimpa lepat memilki makna perharapan agar sipelaku Erpangir Ku Lau mudah dan
- Cimpa Rambai-Rambai.
- Cimpa Pustaka.
- Cimpa Tuang.
Sama halnya dengan Cimpa lepat dan Cimpa rambai-rambai, Cimpa tuang juga
69
Cimpa unung-unung memilki makna pengharapan agar sipelaku dapat rendah hari
- Cimpa Gulamai.
perharapan agar sipelaku rendah hati kepada keluarga dan orang lain dalam
kehidupannya.
- Cimpa Matah.
Cimpa matah memilki makna pengharapan agar sipelaku mendapat rejeki yang
2. Rimo.
Pada upacara Erpangir Ku Lau, ada tujuh jenis rimo yang dipakai sebagai sesajen
maupun sebagai salah satu bahan untuk berkeramas. Setiap jenis rimo yang dipakai
memiliki makna yang berbeda menurut etnik Karo. Adapun makna dari setiap jenis
- Rimo Mukur.
Rimo mukur memiliki makna kepemimpinan dan panutan dengan harapan sipelaku
dapat menjadi pemimpin dan panutan bagi keluarga dan orang lain dikehidupannya.
- Rimo Malem.
Rimo malem memiliki makna ketenangan batin dengan harapan sipelaku Erpangir
akan mendapat ketenangan batin setelah melakukan upacar adat Erpangir Ku Lau.
- Rimo Kejaren.
70
mendapatkan rejeki.
- Rimo Bunga.
melakukan Erpangir.
- Rimo Keling.
- Rimo Kelele.
Rimo kelele memiliki makna panjang umur dengan harapan sipelaku akan
- Rimo Gawang.
Rimo gawang memiliki makna penjaga dengan harapan setelah melakukan Erpangir
3. Belo.
Pada upacara adat Erpangir Ku Lau, belo merupakan simbol yang memaknai rasa
hormat dari si pelaku kepada tendi karena telah berkenan datang ke tempat si pelaku
sesajen merupakan salah satu cara untuk menunjukan wujud pernghormat kepada
tendi.
4. Galuh Emas.
71
sipelaku dan keluarga senantiasa dilingkupi oleh segala sesauatu yang bersifat manis,
bahagia dan perasaan yang tenang serta diberikan berkat dan rezeki yang melimpah.
5. Tinaruh Manuk.
Tinaruh manuk merupakan simbol yang memiliki makna suci dan bersih karena etnik
Karo menganggap tinaruh manuk adalah permulaan kehidupan yang masih suci dan
6. Isap.
Isap merupakan simbol yang memaknai rasa hormat si pelaku kepada tendi yang
telah datang dan merasuki tubuh guru/dukun. ketika ingin melakukan komikasi atau
7. Manuk sangkepi.
Ayam sangkepi adalah simbol yang memiliki makna suka cita dan merupakan wujud
rasa terima kasih etnik Karo kepada dibata atas terkabulnya doa dan permohonan
Ayam sangkepi juga merupakan simbol yang memaknai sebuah perharapan hidup
8. Manuk Mbentar
Manuk mbentar memiliki makna suci dan bersih. Dalam upacara adat Erpangir Ku
Lau manuk mbentar melambangkan rasa syukur dan bentuk wujud terima kasih
kepada dibata. Etnik Karo percaya dengan memberikan atau melepaskan manuk
mbentar maka dibata akan berkenan memberikan berkat yang melimpah kepada si
72
dilepaskan.
1. Kalimbubu.
Kalimbubu memiliki makna yang paling tinggi atau yang memiliki kedudukan paling
tinggi dalam adat etnik Karo. Kalimbubu juga sering disebut sebagai tuhan yang
tampak atau kelihatan. Karena kalimbubu adalah kedudukan paling tinggi dalam adat
2. Senina.
Senina adalah kelompok yang memiliki marga yang sama .dalam upacara adat
berjalannya upacara adat Erpangir Ku Lau. Senina juga akan menjadi temat untuk
3. Anak beru
Sesuai dengan fungsinya pada kehidupan etnik Karo juga dalam pelaksanaan upacara
adat Erpangir Ku Lau. Anak beru merupakan simbol yang memaknai seorang
penolong. Anak beru adalah orang yang akan menolong si pelaku ketika ada masalah
Erpangir Ku Lau.
1. Belah PurnamaRaya.
73
Hari belah purnama raya juga disebut sebagai hari pesta raja di mana etnik Karo
percaya hari belah Purnama raya meruapakan hari yang cocok untuk melakukan
1. Tari Pengari-ngari.
Tarian ini memiliki makna penghormatan. Tarian merupakan wujud rasa hormat si
upacara adat Erpangir Ku Lau harus melalui sebuah udangan yang di isyaratkan
2. Tari Mari-mari.
Tari mari-mari juga merupakan sebuah penghormatan kepada tendi yang dilakukan
oleh etnik Karo. untuk menunjukan wujud rasa hormat si pelaku yang telah
mengudang tendi. Maka tari mari-mari dilakukan sebagai pengiring atau tarian yang
3. Tari Odak-odak.
Sama halnya dengan tari mari-mari, tari odakodak juga merupakan simbol yang
memaknai rasa hormat si pelaku kepada tendi sehingga dilakukan tari odak-odak.
Namun berbeda dengan tari mari-mari yang dilakukan untuk menamani tendi yang
74
4. Tari Silengguri.
Berbeda dengan ketiga tarian diatas yang sama-sama memiliki makna penghormatan.
Tari silengguri adalah simbol yang memaknai sukacita dan kemeriahan, sukacita
karena tendi yang diundang oleh si pelaku sudah sampai di tempat upacara adat
75
5.1 Kesimpulan.
Upacara adat Erpangir Ku Lau merupakan upacara adat sekaligus ritual kepercayaan
terhindar dari mara bahaya atau kesialan serta tujuan-tujuan atau maksud tertentu
dalam melakukan upacara adat tersebut. upacara adat Erpangir Ku Lau juga dapat
dijadikan sebagai cara untuk mengucap syukur kepada Dibata atau tuhan yang
tahapan upacara adat Erpangir Ku Lau terbagi atas 3 Tahapan yaitu (1) Penentuan
tanggal dan tempat, (2) persiapan, (3) pelaksanaan. Terdapat 23 bentuk simbol pada
upacara adat Erpangir Ku Lau etnik Karo dibagi menjadi 5 kategori yaitu : (1)
sepuluh bentuk simbol peralatan atau perlengkapan, (2) delapan bentuk simbol cibal-
cibalen dan makanan, (3) tiga bentuk simbol penanda status, (4) satu bentuk simbol
waktu, (5) satu bentuk simbol tarian. Setiap simbol yang ada pada upacara adat
Erpangir Ku Lau telah disepakati oleh etnik Karo dan memiliki fungsi dan makna
Pada upacara adat Erpangir Ku Lau terdapat 26 fungsi simbol yang terdiri dari (1)
tujuh belas fungsi ekspresif, (2) lima fungsi direktif, (3) tidak terdapat fungsi
komosif, (4) dua fungsi representatif, (5) dua fungsi deklaratif. Dan terdapat 26
makna konotasi yang terkandung pada simbol yang ada pada upacara adat Erpangir
Ku Lau.
76
melestarikan tradisi tersebut. Canggihnya teknologi pada masa ini akan berpengaruh
terhadapap kepedulian masyarakat terhadap tradisi ataupun adat yang ada pada
msayarakat. Oleh karena itu, tetaplah laksanakan tradisi ataupun adat itu
sebagaimana mestinya.
Sebagai manusia ciptaan Tuhan yang paling tinggi, sebaiknya kita selalu bersyukur
dengan apa yang telah kita terima dari sang pencipta, supaya rejeki kita selalu
Simbol yang terdapat dalam setiap upacara adat pada etnik Karo harus selalu dijaga
dan dilestarikan, supaya adat yang diturunkan leluhur kita tidak hilang ditelan oleh
77
Rineka.
Barthes, Roland. 1998. The Semiotic Challenge. New York : Hill and Wang.
Mada.
Hoed, Benny H 2011. Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya : Komunitas Banbu.
Depok.
https://id.wikipedia.org/wiki/Erpangir_Ku_Lau.
Indonesia (UI-Press)
http://eprints.undip.ac.id/19578/1/makalah_Erpangir_ku_lau1_nocsvra.pdf
78
Pusat Bahasa
Pierce, Ch.S. 1940. The philosophy of Pierce: Selected Writings. Ed.J.Buchler. New
York : Harcourt.
Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
Sibarani, Robert 2014. Kearifan lokal : Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan.
Medan.
Sitepu, Sempa, dkk. 1996. Pilar Budaya Karo. Medan. BALI scan dan percetakan.
Subagyo P. Joko, 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. PT RINEKA
CIPTA, Jakarta.
Sudjiman, Panuti dan Art Van Zoest. 1996. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta :
Gramedia.
Sobur, Alex. 2001. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
79
80
mbentar
3. Ate Hati
Erpangir Ku Lau.
tukana
6. Belo Sirih
telur
kambing lada
83
Deklaratif keadaan
lada
Denotasi
84
takalna
Konotasi
Komosif
mbentar
mbentar
sangkepi
paha
85
lada
manggis lada
lada
merbung lada
86
Lau
manuk
lada
87
Pekerjaan : Petani
Usia : 54 Tahun
Pendidikan : SMA
No. Telp :-
Pekerjaan : Petani
Usia : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
No.Telp :-