DISUSUN OLEH:
CI INSTITUSI CI LAHAN
( ) ( )
A. PENGERTIAN VERTIGO
Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar
dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar
dirinya ( vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani
vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala
lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja,
melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, Vertigo dapat digolongkan sebagai
salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di
ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur
dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh
integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan
system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau
melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003). dingin,mual, muntah) dan pusing.
Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang
otak yang serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin,
Arif. 2008)
B. ETIOLOGI
1. Lesi vestibular :
o Fisiologik
o Labirinitis
o Meniere
o Obat ; misalnya quinine, salisilat.
o Otitis media
o “Motion sickness”
o “Benign post-traumatic positional vertigo”
2. Lesi saraf vestibularis
o Neuroma akustik
o Obat ; misalnya streptomycin
o Neuronitis
o vestibular
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
o Infark atau perdarahan pons
o Insufisiensi vertebro-basilar
o Migraine arteri basilaris
o Sklerosi diseminata
o Tumor
o Siringobulbia
o Epilepsy lobus temporal
Menurut (http://www.kalbefarma.com)
1. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a. Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
Reseptor mekanis divestibulum
Resptor cahaya diretina
Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b. Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
Saraf vestibularis
Saraf optikus
Saraf spinovestibulosrebelaris.
c. Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi,
komparasi, integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum,
kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis.
2. Patofisiologi
Pathway vertigo
D. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna;
tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan,
penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor
fossa cranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan
iskemisepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo
pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini
adalah :Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional
paroksismal benigna. 2. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap,
keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia KedokteranNo. 144, 2004: 47)
serangan akut, dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainan okuler,intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,
kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta,perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteriavestibulokoklearis.
2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularisanterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi,sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.
F. MANIFESTASI KLINIS
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.
Diagnosa Keperawatan
Intervensi Rasional
1. Pantau tanda tanda vital, 1.Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat 2.Istirahat untuk mengurangi intensitas
ditempat tidur. nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman
3.Posisi yang tepat mengurangi penekanan
mungkin.
dan mencegah ketegangan otot serta
4. Ajarkan teknik relaksasi,
mengurangi nyeri.
distraksi dan nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan dokter
4. Relaksasi mengurangi ketegangan dan
dalam pemberian analgetik.
membuat perasaaan lebih nyaman.
Kriteria hasil :
intervensi rasional
1. Kaji tingkat 1. Mengetahui seberapa
pengetahuan klien jauh pengalaman dan
dan keluarga tentang pengetahuan klien
penyakitnya. dan keluarga tentang
2. Berikan penjelasan penyakitnya.
pada klien tentang 2. Dengan mengetahui
penyakitnya dan penyakit dan kondisi
kondisinya sekarang. nya sekarang, klien
3. Diskusikan penyebab dan keluarganya akan
individual dari sakit merasa tenang dan
kepala bila diketahui. mengurangi cemas.
4. Minta klien dan 3. Untuk mengurangi
keluarga mengulangi kecemasan klien serta
kembali tentang menambah
materi yang telah pengetahuan klien
diberikan. tentang penyakitnya.
5. Diskusikan mengenai 4. Mengetahui seberapa
pentingnya posisi jauh pemahaman
atau letak tubuh yang klien dan keluarga
normal. serta menilai
6. Anjurkan pasien keberhasilan dari
untuk selalu tindakan yang
memperhatikan sakit dilakukan.
kepala yang 5. Agar klien mampu
dialaminya dan melakukan dan
faktor faktor yang mengubah
berhubungan. posisi/letak tubuh
yang kurang baik.
6. Dengan
memperhatikan faktor
yang berhubungan
klien dapat
mengurangi sakit
kepala sendiri dengan
tindakan sederhana,
seperti berbaring,
beristirahat pada saat
serangan.
K. Implementasi
L. Evaluasi