Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“VERTIGO” PADA NY. S. DI RUANG PERAWATAN SERUNI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH POLEWALI MANDAR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik II


Di Ruangan III 4A

DISUSUN OLEH:

NAMA: ISMI NUR AULIA.S


NIM: P.18.008

CI INSTITUSI CI LAHAN

( ) ( )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
(VERTIGO)

A. PENGERTIAN VERTIGO

Vertigo adalah ilusi gerakan, yaitu pasien merasa bahwa ia sedang berputar
dialamraya (vertigo subyektif) atau bahwa sekelilingnya berputar disekitar
dirinya ( vertigo objektif). Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani
vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan
atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala
lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan
tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja,
melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatic
(nistagmus, unstable), otonomik (pucat, Vertigo dapat digolongkan sebagai
salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan orientasi di
ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur
dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh
integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan
system somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau
melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya
nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata
(Lumban Tobing, 2003). dingin,mual, muntah) dan pusing.

Vertigo adalah perasaan yang abnormal, mengenai adanya gerakan


penderita sekitarnya atau sekitarnya terhadap penderita; tiba-tiba semuanya
serasa berputar atau bergerak naik turun dihadapannya. Keadaan ini sering
disusul dengan muntah-muntah, bekringat, dan kolaps. Tetapi tidak pernah
kehilangan kesadaran. Sering kali disertai gejala-gejala penyakit telinga
lainnya. (Manjoer, Arif, dkk. 2002)

Vertigo juga dapat terjadi pada berbagai kondisi, termasuk kelainan batang
otak yang serius, misalnya skelerosis multiple, infark, dan tumor. (Muttaqin,
Arif. 2008)

B. ETIOLOGI

Menurut (Burton, 1990 : 170) yaitu :

1. Lesi vestibular :
o Fisiologik
o Labirinitis
o Meniere
o Obat ; misalnya quinine, salisilat.
o Otitis media
o “Motion sickness”
o “Benign post-traumatic positional vertigo”
2. Lesi saraf vestibularis
o Neuroma akustik
o Obat ; misalnya streptomycin
o Neuronitis
o vestibular
3. Lesi batang otak, serebelum atau lobus temporal
o Infark atau perdarahan pons
o Insufisiensi vertebro-basilar
o Migraine arteri basilaris
o Sklerosi diseminata
o Tumor
o Siringobulbia
o Epilepsy lobus temporal

Menurut (http://www.kalbefarma.com)

1. Penyakit Sistem Vestibuler Perifer :


o Telinga bagian luar : serumen, benda asing.
o Telinga bagian tengah: retraksi membran timpani, otitis
media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis,
kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan.
o Telinga bagian dalam: labirintitis akuta toksika, trauma,
serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere ),
mabuk gerakan, vertigo postural.
o Nervus VIII. : infeksi, trauma, tumor.
o Inti Vestibularis: infeksi, trauma, perdarahan, trombosis
arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks.
2. Penyakit SSP :
o Hipoksia Iskemia otak. : Hipertensi kronis, arterios-klerosis,
anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium
paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus
karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung.
o Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues.
o Trauma kepala/ labirin.
o Tumor.
o Migren.
o Epilepsi.
3. Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor
medula adrenal, keadaan menstruasi-hamil-menopause.
4. Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi,
fobia.
5. Kelainan mata: kelainan proprioseptik.
6. Intoksikasi.
C. PATOFISIOLOGI

1. Anatomi vetigo
Jaringan saraf yang terkait dalam proses timbulnya sindrom vertigo:
a.     Reseptor alat keseimbangan tubuh yang berperan dalam proses
transduksi yaitu mengubah rangsangan menjadi bioelektrokimia:
 Reseptor mekanis divestibulum
 Resptor cahaya diretina
 Resptor mekanis dikulit, otot dan persendian (propioseptik)
b.     Saraf aferen, berperan dalam transmisi menghantarkan impuls ke pusat
keseimbangan di otak:
 Saraf vestibularis
 Saraf optikus
 Saraf spinovestibulosrebelaris.
c.      Pusat-pusat keseimbangan, berperan dalam proses modulasi,
komparasi, integrasi/koordinasi dan persepsi: inti vestibularis, serebelum,
kortex serebri, hypotalamusi, inti akulomotorius, formarsio retikularis.

2. Patofisiologi

Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang


disampaikan kepusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III,IV dan VI,
susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna
untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual,
dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik. Dalam kondisi fisiologis/normal,
informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari
reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanandan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan
diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot
mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika
fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak
normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau
berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya
muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping itu, respons
penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal
yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan dan
gejala lainnya.

Pathway vertigo
D. KLASIFIKASI VERTIGO
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok :
1. Vertigo paroksismal Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak,
berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna;
tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan,
penderita sama sekali bebas keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
1) Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus
Meniere,
Arakhnoiditis pontoserebelaris,Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor
fossa cranii posterior, kelainan gigi/odontogen.
2) Yang tanpa disertai keluhan telinga; termasuk di sini adalah : Serangan
iskemisepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo
pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth).
3) Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi, termasuk di sini
adalah :Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional
paroksismal benigna. 2. Vertigo kronisYaitu vertigo yang menetap,
keluhannya konstan tanpa (Cermin Dunia KedokteranNo. 144, 2004: 47)
serangan akut, dibedakan menjadi:
1) Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb,
labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor
serebelopontin.
2) Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainan okuler,intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,
kelainan endokrin.
3) Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis.
4) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-
angsur mengurang, dibedakan menjadi :
1) Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis
akuta,perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditiva
interna/arteriavestibulokoklearis.
2) Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria
vestibularisanterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis
multipleks, hematobulbi,sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Ada pula yang membagi vertigo menjadi :
1. Vertigo Vestibuler: akibat kelainan sistem vestibuler.
2. Vertigo Non Vestibuler: akibat kelainan sistem somatosensorik dan
visual.

E. TANDA DAN GEJALA VERTIGO

1.      Vertigo Sentral


Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan
pronasi tanyanye secara berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan
berjalan dan gangguan kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien
disuruh menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka
akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun pada
pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk hidung
sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan mencakup
insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan disentral
(batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia
batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2.      Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung:
a.      Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling
sewaktu tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi.
Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo
posisional berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh
neuronitis vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b.      Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit
meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada
permulaan munculnya penyakit.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu
berjalan dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang
satu menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti bahwa
terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi
oleh masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti
tidak kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan
cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita
sifilis stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada
setiap penderi penyakit meniere.
c.      Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa
minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah
mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu.
Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari
gejala bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan
digerakkan menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara
gradual dalam waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan total
pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo
posisional benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak
harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat
sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang
satu benda yang tidak bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah
pandangan berubah. Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila
kita menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo oleh
gangguan system vestibular perifer yaitu mabok kendaraan, penyakit
meniere, vertigo pasca trauma.

N VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL


O (VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina Sukar menelan
3 menurun Kelumpuhan otot-otot
4 Jantung berdebar wajah Sakit kepala yang parah
5 Hilang keseimbangan Kesadaran terganggu
6 Tidak mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkata-kata
7 Perasaan seperti mabuk Hilangnya koordinasi
8 Otot terasa sakit Mual dan muntah-muntah
9 Mual dan muntah-muntah Tubuh terasa lemah
10 Memori dan daya pikir
11 menurun
Sensitif pada cahaya terang dan
Suara
Berkeringat

F. MANIFESTASI KLINIS

Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan


reaksi dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan
turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng
(dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik :
a. Pemeriksaan mata
b. Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
c. Pemeriksaan neurologik
d. Pemeriksaan otologik
e. Pemeriksaan fisik umum.
2. Pemeriksaan khusus :
a. ENG (elektronistagmografi)
b. Audiometri dan BAEP
c. Psikiatrik
3. Pemeriksaan tambahan :
a. Laboratorium
b. Radiologik dan Imaging
c. EEG, EMG, dan EKG.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: 48) :


Terdiri dari :

1. Terapi kausal.
2. Terapi simtomatik.
3. Terapi rehabilitatif.

I. Diagnosa Keperawatan (Doengoes, 1999:2021)

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,


iritasi/ tekanan syaraf, vasospressor, peningkatan intrakranial
ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-
adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban
kerja.
3. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
J. Intervensi

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan stress dan ketegangan,


iritasi/ tekanan syaraf, vasospasme, peningkatan intrakranial
ditandai dengan menyatakan nyeri yang dipengaruhi oleh faktor
misal, perubahan posisi, perubahan pola tidur, gelisah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria hasil :
 klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
 Tanda-tanda vital normal.
 Pasien tampak tenang dan rileks.

Intervensi Rasional
1. Pantau tanda tanda vital, 1.Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri. melakukan tindakan keperawatan.
2. Anjurkan klien istirahat 2.Istirahat untuk mengurangi intensitas
ditempat tidur. nyeri.
3. Atur posisi pasien senyaman
3.Posisi yang tepat mengurangi penekanan
mungkin.
dan mencegah ketegangan otot serta
4. Ajarkan teknik relaksasi,
mengurangi nyeri.
distraksi dan nafas dalam.
5. Kolaborasi dengan dokter
4. Relaksasi mengurangi ketegangan dan
dalam pemberian analgetik.
membuat perasaaan lebih nyaman.

5.Analgetik berguna untuk mengurangi


nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
2. Koping individual tak efektif berhubungan dengan ketidak-
adekuatan relaksasi, metode koping tidak adekuat, kelebihan beban
kerja.
Tujuan : koping individu menjadi lebih adekuat
Kriteria hasil :
 Mengidentifikasi perilaku yang tidak efektif.
 Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang
dimiliki.
 Mengkaji situasi saat ini yang akurat.
 Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan atau
situasi yang tepat.
Intervensi rasional
1. Kaji kapasitas 1. Mengenal sejauh dan
fisiologis yang mengidentifikasi
bersifat umum. penyimpangan
2. Sarankan klien untuk fungsi fisiologis
mengekspresikan tubuh dan
perasaannya. memudahkan dalam
3. Berikan informasi melakukan tindakan
mengenai penyebab keperawatan.
sakit kepala, 2. Klien akan merasa
penenangan dan hasil kelegaan setelah
yang diharapkan. mengungkapkan
4. Dekati pasien dengan segala perasaannya
ramah dan penuh dan menjadi lebih
perhatian, ambil tenang.
keuntungan dari 3. Agar klien
kegiatan yang mengetahui kondisi
diajarkan. dan pengobatan yang
diterimanya dan
memberikan klien
harapan dan
semangat untuk
pulih kembali.
4. Untuk membuat
klien merasa lebih
berarti dan dihargai.

3. Kurang pengetahuan (kenutuhan belajar) mengenai kondisi dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dnegan keterbatasan kognitif,
tidak mengenal informasi dan kurang mengingat ditandai oleh
memintanya informasi, ketidak-adekuatannya mengikuti instruksi.
Tujuan : pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek
prosedur dan proses pengobatan.

Kriteria hasil :

 Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan


alasan dari suatu tindakan.
 Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut
serta dalam regimen perawatan.

intervensi rasional
1. Kaji tingkat 1. Mengetahui seberapa
pengetahuan klien jauh pengalaman dan
dan keluarga tentang pengetahuan klien
penyakitnya. dan keluarga tentang
2. Berikan penjelasan penyakitnya.
pada klien tentang 2. Dengan mengetahui
penyakitnya dan penyakit dan kondisi
kondisinya sekarang. nya sekarang, klien
3. Diskusikan penyebab dan keluarganya akan
individual dari sakit merasa tenang dan
kepala bila diketahui. mengurangi cemas.
4. Minta klien dan 3. Untuk mengurangi
keluarga mengulangi kecemasan klien serta
kembali tentang menambah
materi yang telah pengetahuan klien
diberikan. tentang penyakitnya.
5. Diskusikan mengenai 4. Mengetahui seberapa
pentingnya posisi jauh pemahaman
atau letak tubuh yang klien dan keluarga
normal. serta menilai
6. Anjurkan pasien keberhasilan dari
untuk selalu tindakan yang
memperhatikan sakit dilakukan.
kepala yang 5. Agar klien mampu
dialaminya dan melakukan dan
faktor faktor yang mengubah
berhubungan. posisi/letak tubuh
yang kurang baik.
6. Dengan
memperhatikan faktor
yang berhubungan
klien dapat
mengurangi sakit
kepala sendiri dengan
tindakan sederhana,
seperti berbaring,
beristirahat pada saat
serangan.

K. Implementasi

Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan,selama pelaksanaan


kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.selama kegiatan perlu di

awasi dan dimonitor kemajuan kesehatan pasien

L. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut

pengumpulan data soap yang akan menunjukkan apakah tujuan

pelayanan keperawatan sudah di capai atau belum

Anda mungkin juga menyukai