Anda di halaman 1dari 13

Pengertian Daya Listrik

Daya listrik adalah energi yang dibutuhkan peralatan listrik untuk bekerja secara normal atau
perkalian antara tegangan yang diberikan dengan hasil arus yang mengalir. Secara matematis dinyatakan
dalam persamaan 2.1, sebagai berikut.
P = V.I
Daya listrik secara vektoris digambarkan sebagai tiga buah komponen (jenis) daya, yaitu:
1. Daya aktif (Watt), yaitu energi yang digunakan dan dikonversi menjadi energi mekanik,
panas, cahaya dan sebagainya.
P = V x I x cos φ
2. Daya reaktif (VAr), yaitu energi yang diperlukan oleh peralatan listrik yang bekerja dengan
sistem elektromagnet untuk pembentukan medan magnet.
Q = V x I x sin φ
3. Daya semu (VA), yaitu daya total yang dijual oleh PLN kepada konsumennya.
S=VxI

Daya Reaktif Daya Semu


(VAr) (VA)


Daya Aktif (W)

Gambar 2.1. Segitiga daya

Faktor daya
Faktor Daya adalah besarnya sudut fasa yang terjadi dari perbandingan antara daya aktif (Watt)
dengan daya semu (VA) yang telah kita pakai, semakin kecil sudut fasanya maka daya yang sebenarnya kita
pakai akan semakin mendekati daya aktif, begitu pula sebaliknya.

Faktor daya dinotasi sebagai cos φ, sehingga dapat ditulis seperti persamaan (2.4) di bawah ini:
daya aktif P
=
Faktor daya = cos φ = dayasemu S
dimana:
P = daya aktif (Watt)
S = daya semu (VA)
Cos φ = faktor daya

Sifat Beban Listrik


Beban Resistif
Beban resistif yang merupakan suatu resistor murni, contoh : lampu pijar, pemanas. Beban ini Hanya
menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali. Tegangan dan arus se-fasa. Secara
matematis dinyatakan
I V

r1 r2

Gambar 11 Arus dan tegangan pada beban resistif


Beban Induktif
Beban induktif adalah beban yang mengandung kumparan kawat yang dililitkan pada sebuah inti biasanya
inti besi, contoh : motor – motor listrik, induktor dan transformator. Beban ini mempunyai faktor daya
antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan daya reaktif (kVAR). Tegangan mendahului
arus sebesar φ°
r2
I

r1
V
Aljabar fasor beban induktif

Beban Kapasitif
Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangakaian kapasitor. Beban ini mempunyai faktor
daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dan mengeluarkan daya reaktif (kVAR).
Arus mendahului tegangan sebesar φ°.
I
r1

V
r2
Aljabar fasor beban kapasitif

Beban Kipas Angin


Cos φ1 = 0,78 Cos φ2 = 0,88
Sin φ1 = 0,63 Sin φ2 = 0,48
Q1 = 1300 x 0,63 Q2 = 1300 x 0,48
= 819 VAR = 624 VAR
QC = Q1 - Q2
= 819 – 624 = 195
QC = ω.V2.C
QC QC 195
2
= 2
= =12 , 8
C = ωV 2 π fV 15197600 = 13μF

Beban Kulkas
Cos φ1 = 0,58 Cos φ2 = 0,86
Sin φ1 = 0,82 Sin φ2 = 0,51
Q1 = 1300 x 0,82 Q2 = 1300 x 0,51
= 1066 VAR = 663 VAR
QC = Q1 - Q2
= 1066 – 663 = 403
QC = ω.V2.C
QC QC 403
2
= 2
= =26 . 5
C = ωV 2 π fV 15197600 =27μF
Transformator
Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik. Tegangan masukan bolak-balik yang
membentangi primer menimbulkanfluks magnet yang idealnya semua bersambung dengan lilitan
sekunder. Fluks bolak-balik ini menginduksikan GGL dalam lilitan sekunder. Jika efisiensi sempurna, semua
daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.

Hubungan Primer-Sekunder

Fluks pada transformator

Rumus untuk fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah   dan rumus untuk GGL

induksi yang terjadi di lilitan sekunder adalah 

Karena kedua kumparan dihubungkan dengan fluks yang sama, maka  dimana dengan

menyusun ulang persamaan akan didapat   sedemikian hingga . Dengan

kata lain, hubungan antara tegangan primer dengan tegangan sekunder ditentukan oleh perbandingan

jumlah lilitan primer dengan lilitan sekunder.

Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder transformator ada dua
jenis yaitu:

1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah menjadi


tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih banyak daripada
jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik tinggi menjadi
rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih banyak daripada
jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).

Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan sekunder adalah:

1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).


2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,

 Sehingga dapat dituliskan:


Contoh cara menghitung jumlah lilitan sekunder:

Untuk menyalakan lampu 10 volt dengan tegangan listrik dari PLN 220 volt digunakan transformator step
down. Jika jumlah lilitan primer transformator 1.100 lilitan, berapakah jumlah lilitan pada kumparan
sekundernya ?

Penyelesaian: 
Diketahui:   Vp = 220 V
                  Vs = 10 V
                  Np = 1100 lilitan

Ditanyakan: Ns = ........... ?

Jawab:

       
RANGKAIAN SERI

RANGKAIAN PARALEL

Hambatan Kawat Pengantar


Bila suatu penghantar dengan panjang l , dan diameter penampang q serta tahanan jenis ρ (rho), maka
tahanan penghantar tersebut adalah” :
R = ρ x l/q
Dimana : 
R = tahanan kawat [ Ω/ohm] 
l = panjang kawat [meter/m] l
ρ = tahanan jenis kawat [Ωmm²/meter] 
q = penampang kawat [mm²] 

faktot-faktor yang mempengaruhi nilai resistant atau tahanan, karena tahanan suatu jenis material sangat
tergantung pada : 
• panjang penghantar.
• luas penampang konduktor. 
• jenis konduktor
• temperatur. 
Berdasarkan percobaan di atas. dapat disimpulkan bahwa besar hambatan suatu kawat penghantar 1.
Sebanding dengan panjang kawat penghantar. artinya makin panjang penghantar, makin besar
hambatannya, 2. Bergantung pada jenis bahan kawat (sebanding dengan hambatan jenis kawat), dan 3.
berbanding terbalik dengan luas penampang kawat, artinya makin kecil luas penampang, makin besar
hambatannya. Jika panjang kawat dilambangkan ℓ, hambatan jenis ρ, dan luas penampang kawat A.
Secara matematis, besar hambatan kawat dapat ditulis :
Nilai hambatan suatu penghantar tidak bergantung pada beda potensialnya. Beda potensial hanya dapat
mengubah kuat arus yang melalui penghantar itu. Jika penghantar yang dilalui sangat panjang, kuat
arusnya akan berkurang. Hal itu terjadi karena diperlukan energi yang sangat besar untuk mengalirkan
arus listrik pada penghantar panjang. Keadaan seperti itu dikatakan tegangan listrik turun. Makin panjang
penghantar, makin besar pula penurunan tegangan listrik.

Potensial atau Tegangan


potensial listrik adalah fenomena berpindahnya arus listrik akibat lokasi yang berbeda potensialnya. “Satu
Volt adalah beda potensial antara dua titik saat melakukan usaha satu joule untuk memindahkan muatan
listrik satu coulomb”
Formulasi beda potensial atau tegangan adalah:
V = W/Q [volt]
Dimana:
V = beda potensial atau tegangan, dalam volt
W = usaha, dalam newton-meter atau Nm atau joule
Q = muatan listrik, dalam coulomb
MAINTENANCE TRAFO DAYA

Anda mungkin juga menyukai