KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan bagi Saya untuk
dapat meyelesaikan laporan sejarah dengan baik dan tepat waktu. Dengan laporan saya yang
menjelaskan tentang upaya bangsa Indonesia dalam menghadapi disintegrasi bangsa serta tokoh
pahlawan, tempat, waktu, tanggal kejadian dan berbagai upaya pahlawan Indonesia menyatukan
persatuan untuk negeri indonesia.
Laporan ini Saya dapatkan sebagian dari internet dan apa yang sudah saya pelajari dari buku-buku.
Kita dapat melihat dan mengenang sejarah upaya disintegrasi yang dilakukan oleh pihak yang ingin
memecah belah persatuan Indonesia tetapi disamping itu ada pahlawam yang ingin mempersatukan
Indonesia kembali. Dengan terbuatnya laporan ini semoga dapat menjadi bahan membuat soal dan
bahan belajar.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang dibuat baik
sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman yang saya miliki. Untuk itu penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut.
Penyusun
PKI MADIUN 1948
17 Tokoh yang namanya disebut sebagai 'Korban Keganasan PKI Tahun 1948 yang Gugur di Desa
Kresek' tersebut di antaranya:
Latar Belakang
Pemberontakan ini diawali dengan jatuhnya kabinet RI yang pada waktu itu dipimpin oleh Amir
Sjarifuddin karena kabinetnya tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville.
Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri, namun Amir
beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut.
Dalam sidang Politbiro PKI pada tanggal 13-14 Agustus 1948, Musso, seorang tokoh komunis
Indonesia yang lama tinggal di Uni Soviet (sekarang Rusia) ini menjelaskan tentang “pekerjaan dan
kesalahan partai dalam dasar organisasi dan politik” dan menawarkan gagasan yang disebutnya “Jalan
Baru untuk Republik Indonesia”. Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama
yang bersejarah, yakni PKI. Untuk itu harus dilakukan fusi tiga partai yang beraliran Marxsisme-
Leninisme: PKI ilegal, Partai Buruh Indonesia (PBI), dan Partai Sosialis Indonesia (PSI). PKI hasil
fusi ini akan memimpin revolusi proletariat untuk mendirikan sebuah pemerintahan yang disebut
"Komite Front Nasional".
Selanjutnya, Musso menggelar rapat raksasa di Yogya. Di sini dia melontarkan pentingnya kabinet
presidensial diganti jadi kabinet front persatuan. Musso juga menyerukan kerja sama internasional,
terutama dengan Uni Soviet, untuk mematahkan blokade Belanda. Untuk menyebarkan gagasannya,
Musso beserta Amir dan kelompok-kelompok kiri lainnya berencana untuk menguasai daerah-daerah
yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang,
Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo. Penguasaan itu dilakukan dengan agitasi, demonstrasi,
dan aksi-aksi pengacauan lainnya.[1]
Rencana itu diawali dengan penculikan dan pembunuhan tokoh-tokoh yang dianggap musuh di
kota Surakarta, serta mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI setempat, termasuk kesatuan Siliwangi
yang ada di sana.
Mengetahui hal itu, pemerintah langsung memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang tidak terlibat
adu domba untuk memulihkan keamanan di Surakarta dan sekitarnya. Operasi ini dipimpin oleh
kolonel Gatot Subroto.
Pemberontakan
Sementara perhatian semua pihak pro-pemerintah terkonsentrasi pada pemulihan Surakarta, pada 18
September 1948, PKI/FDR menuju ke arah timur dan menguasai Kota Madiun, Jawa Timur, dan pada
hari itu juga diproklamasikan berdirinya "Republik Soviet Indonesia". Hari berikutnya, PKI/FDR
mengumumkan pembentukan pemerintahan baru. Selain di Madiun, PKI juga mengumumkan hal
yang sama pula di Pati, Jawa Tengah.[2] Pemberontakan ini menewaskan Gubernur Jawa Timur RM
Suryo, dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama.
Akhir
Untuk memulihkan keamanan secara menyeluruh di Madiun, pemerintah bertindak cepat. Provinsi
Jawa Timur dijadikan daerah istimewa, selanjutnya Kolonel Sungkono diangkat sebagai gubernur
militer. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A. H.
Nasution.[3]
September 1948, tampak TNI bersenjata dan masyarakat yang menangkap terduga simatisan PKI.
Interogasi yang dilakukan oleh seorang prajurit TNI kepada simpatisan PKI.
Sementara sebagian besar pasukan TNI di Jawa Timur berkonsentrasi menghadapi Belanda, namun
dengan menggunakan 2 brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya
yang mendukung Republik, semua kekuatan pembetontak akhirnya dapat dimusnahkan. [4]
Korban eksekusi
September 1948, Foto setelah dilakukannya eksekusi terbuka kepada terduga simpatisan PKI.
PRRI
Perdjuangan Semesta atau Perdjuangan Rakjat Semesta disingkat Permesta adalah sebuah
gerakan militer di Indonesia. Gerakan ini dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia
bagian timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Pusat ini berada di Makassar yang
pada waktu itu merupakan ibu kota Sulawesi. Awalnya masyarakat Makassarmendukung gerakan ini.
Perlahan-lahan, masyarakat Makassar mulai memusuhi pihak Permesta. Setahun kemudian,
pada 1958 markas besar Permesta dipindahkan ke Manado. Di sini timbul kontak senjata dengan
pasukan pemerintah pusat sampai mencapai gencatan senjata. Masyarakat di daerah Manado waktu itu
tidak puas dengan keadaan pembangunan mereka. Pada waktu itu masyarakat Manado juga
mengetahui bahwa mereka juga berhak atas hak menentukan diri sendiri (self determination) yang
sesuai dengan sejumlah persetujuan dekolonisasi. Di antaranya adalah Perjanjian
Linggarjati, Perjanjian Renville dan Konferensi Meja Bundar yang berisi mengenai prosedur-prosedur
dekolonisasi atas bekas wilayah Hindia Timur. Pemerintah pusat Republik Indonesia yang
dideklarasikan di Jakarta pada 17 Agustus 1945 kemudian menggunakan operasi-operasi militer untuk
menghentikan gerakan-gerakan yang mengarah kepada kemerdekaan.
Daftar isi
1Latar Belakang
2Awal Gerakan
3Operasi Militer
4Campur tangan asing
5Kembali ke NKRI
6Bacaan
7Pranala luar
8Catatan kaki
ANDI AZIS
Peristiwa Andi Azis adalah upaya pemberontakan yang dilakukan oleh Andi Azis, seorang mantan
perwira KNIL, yang berusaha untuk mempertahankan keberadaan Negara Indonesia Timur dan
enggan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Andi Azis, para perwira APRIS
(ABRI) (dari kalangan mantan anggota KNIL) harus bertanggung jawab terhadap gangguan
keamanan di wilayah Negara Indonesia Timur yang menurutnya didalangi oleh pemerintah.
Pertempuran[sunting | sunting sumber]
Gerakan ini diawali dengan kegiatan pasukan APRIS (ABRI) yang diganggu oleh KL/KNIL dan
kerap kali melakukan provokasi serta konflik dengan pasukan APRIS. Pertempuran keduanya meletus
pada tanggal 5 Agustus 1950. Tentara KL/KNIL berhasil ditaklukkan oleh APRIS dengan
mengerahkan seluruh kekuatan pasukan dari angkatan darat, laut, dan udara.