Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

MAKALAH

Dimajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Fikih Ibadah

Disusun oleh kelompok III :



Bebby Ariella Putri
 Faisal Mukti
 Hafiz Gilang Rhamadan
 Jihan Najiah
 Mutiara Ellisyah Ruhaendi

PROGRAM STUDI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
1442 H/2020 M
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan
rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Fikih Ibadah dengan baik. Berkat rahmat dan karunianya serta didorong kemauan yang
keras disertai dengan kemampuan yang ada, akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang membahas tentang “sholat, zikir dan kaitan dengan kehidupan sosial”.

Dengan makalah ini manusia yang hidup dalam bimbingan akhlak akan
melahirkan suatu kesadaran untuk berprilaku yang sesuai dengan tuntutan dan tuntunan
Allah dan Rasulnya, serta akan mendapatka kebahagiaab dunia dan akhirat.

Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah


membantu menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, karna keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis, maka
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kebaikan dimasa yang
akan datang dan semoga bermanfaat bagi semua orang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan

1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Sholat, zikir, dan kaitan dengan kehidupan soial

a. Dalil tentang ibadah


b. Pengertian, syarat wajib, syarat sah, rukun & hal yang membatalkan
sholat
c. Tujuan ibadah sholat
d. Makna khusuk dan cara meraih sholat yang khusuk
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Peranan dzikir dan do’a dalam kehidupan umat beragama Islam sangat
penting. Berdzikir dan berdo’a dimaksudkan sebagai sarana berkomunikasi
dengan Allah SWT. Berdzikir tidaklah sekedar melafalkan wirid-wirid, demikian
juga dengan berdo’a tidaklah sekedar mengaminkan do’a yang dibaca oleh imam.
Karena esensi dzikir dan do’a adalah menghayati apa yang kita ucapkan dan apa
yang kita hajati. Berdzikir dan berdo’a seharusnya tidak hanya menjadi ritual
seremonial sesudah selesai salat atau dalam berbagai acara dan upacara. Menurut
al Hafizh dalam Fat-hul Bari, dzikir itu ialah segala lafal (ucapan) yang disukai
kita banyak membacanya untuk mengingat dan mengenang Allah SWT.
Shalat dipahami oleh setiap muslim dari aspek perintah wajib dari Tuhan kepada
hamba yang taat bertujuan sebagai ibadah suci yang berorientasi kepada
kedekatan dan komikasi aktif antara pelaku ritual-spiritual (hamba) dengan
penerima ritual-religius (Tuhan). Shalat diartikan secara teks merupakan alat
penghubung dan media yang paling efektif untuk melakukan sebuah pendekatan
serius seorang mukmin kepada Sang pemberi amanah yaitu Allah Swt.
Seberapa pentingkah shalat tersebut sehingga dituntut untuk
melaksanakanya lima kali sehari? dari seberapa jauh ia telah disiplin
melaksanakan shalat. Karena shalat menurut penuturan Rasulullah Saw.
Merupakan aspek yang pertama kali dihisab sebelum ibadah wajjib dan sunnah
lainnya. Informasi nubuwah itu menuntut seorang pelaku shalat supaya
mengerahkan potensinya secara integral baik itu fisik dan nonfisik dalam arti
dalam melakukannya harus konsentari penuh supaya nilai-nilai ke-Tuhan-an dapat
dirasakan secara batiniyah. Pelaku spritualitas-religius yang sedang menuju
kesuatu maqam (tingkatan) shalat yang berkualitas akan meraskan kenikamatan di
dalam setiap gerakan, baik gerakan fisik dan non fisik. Karena pelaku shalat
tersebut sangat mengerti dengan semua rangkaian yang ada di dalamnya dipahami
bukan hanya sekedar melaksanakan tugas semata, begitu selsesai ternyata tidak
merasakan perubahan sikap baik kenikmatan secara psikologis (kepuasan batin)
dan perubahan positif dalam prilaku sosial. Nilai ke-Tuhan-an dalam shalat
merupakan nilai yang harus dicapai kepada setiap pelaku shalat, supaya tercipta
kenikmatan demi kenikmatan hingga pada akhirnya perintah shalat dijadikan
moment terindah untuk bercengkrama aktif dengan Sang Maha Indah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, permasalahan
yang akan di teliti dalan makalah ini adalah :
a.Bagaimana melaksanakna sholat dengan benar dan khusyu?
b. Apa saja syarat sah dalam melaksanankan ibadah sholat ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui bagaimana cara melaksanankan sholat dengan
benar dan sah.
b. Untuk mengetahui makna cara sholat khusyu dengan benar
BAB II

PEMBAHASAN

I. Sholat, Zikir, dan Kaitan dengan kehidupan social


a. Dalil tentang ibadah

Ibadah merupakan salah satu kegiatan keagamaan untuk menyembah


Tuhan. Ibadah secara bahasa berarti perendahan diri, ketundukan dan
kepatuhan.

Menutut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ibadah adalah suatu istilah


yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik
berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun
yang tampak (lahir).

Bentuk – bentuk ibadah dalam ajaran agama Islam pun banyak sekali


bentuknya, seperti sholat, zakat, puasa, haji, membaca Alquran, berbicara
jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua,
menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang
ma'ruf, dan melarang dari yang munkar, dan lainnya.

Ayat perintah ibadah

1. Al Baqarah ayat 43 berisi perintah mendirikan sholat

"Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-


orang yang rukuk."
Menurut tafsir al-Muyassar, dalam ayat tersebut Allah
memperintahkan umatnya untuk menunaikan sholat secara sempurna
dengan melaksanakan rukun-rukunnya, wajib-wajibnya dan sunah-
sunahnya. Bayarkanlah zakat harta yang telah Allah berikan kepada
kalian. Dan tunduklah kalian kepada Allah bersama umat Muhammad
SAW yang tunduk kepada-Nya.

2. Al Baqarah ayat 183 berisi tentang ibadah puasa

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa."

3. At Taubah ayat 103 berisi tentang zakat

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
4. Al Baqarah ayat 196 berisi tentang perintah ibadah haji dan umroh

"Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah. Jika kamu
terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah)
korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu,
sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di
antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur),
maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau
berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang
ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia
menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa
tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang
kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban
membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di
sekitar) Masjidil Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah).
Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras
siksaan-Nya."
5. Surat Ad Dzaariyaat ayat 56 perintah Allah kepada jin dan manusia
agar beribadah pada-Nya

"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku."

Dalam ayat ini, Allah tak hanya memperintahkan manusia saja


untuk beribadah, namun juga jin. Allah memberitahukan bahwa hikmah
penciptaan jin dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah
hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah mereka, akan


tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya. Karena ketergantungan
mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak beribadah kepada
Allah, ia adalah sombong.

Siapa yang beribadah kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang


disyari'atkan-Nya, maka ia adalah mubtadi' (pelaku bid'ah). Dan
barangsiapa yang beribadah kepada-Nya hanya dengan apa yang
disyari'atkan-Nya, maka ia adalah mukmin muwahhid (yang mengesakan
Allah).

b. Pengertian, syarat wajib, syarat sah, rukun, dan hal yang


membatalkan sholat

Pengertian
Shalat adalah rukun Islam yang kedua setelah membaca Dua
Kalimat Syahadat. Shalat adalah untuk mendekatkan diri kepada Alloh
SWT.

“Diceritakan dari Abi Abdirrahman Abdullah Bin Mas’ud Berkata ” Aku


bertanya kepada nabi Muhammad SAW. Wahai Rasulullah, Perbuatan
apa yang paling Allah senangi dari hamba-Nya? Rasulullah menjawab
“Shalat tepat pada waktunya”. Abdullah bertanya lagi “Lalu apa, Wahai
Rasulullah?” Rasulullah Menjawab “Berbakti kepada dua orang tua”.
Abdullah Bertanya lagi “Lalu apa, Wahai Rasulullah?” Rasulullah
Menjawab ” Berjuang di jalan Allah”.

Shalat secara Etimologi, adalah do’a. Adapun shalat


secara Terminologi, adalah  “Perkataan dan Perbuatan sekalipun itu
perbuatan hati yang di awali dengan takbir bersamaan dengan niat dan di
akhiri dengan salam, yang dilakukan dengan beberapa syarat tertentu”.
Shalat Terdiri dari Empat Macam.
 Fardhu Ain Bissyar’i,  yaitu shalat lima waktu dalam sehari semalam:
Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Subuh.
Shalat lima waktu ini disyari’atkan atau di wajibkan pada malam isra’
mi’raj.
 Fardhu Ain Binnazhri ,yaitu Shalat yang di wajibkan kepada orang
mukallaf atas dirinya dengan bernahzar melakukan shalat sunnah.
 Fardhu Kifayah, yaitu shalat jenazah.
 Sunnah, Ini akan kami jelaskan pada artikel berikutnya.

Syarat wajib
1. Beragama Islam.
Syarat wajib shalat yang pertama yaitu beragama Islam (muslim). Maka
orang kafir tidak punya kewajiban untuk melaksanakan shalat dan
mengqadhainya ketika masuk islam. Nah jika orang tersebut murtad (keluar
dari islam) maka wajib melaksanakan shalat dan mengqadha’ shalatnya jika
tidak shalat di waktu murtad, Hal ini di wajibkan apabila orang yang
murtad tersebut kembali masuk islam.

2. Sudah Baligh.
Syarat wajib shalat yang kedua, yaitu sudah baligh atau dewasa, Ada
sedikit perbedaan antara balighnya perempuan dan laki-Laki. Perempuan
baligh, yaitu perempuan yang sudah keluar darah haid atau jika belum haid,
batas balighnya sampai berumur 15 tahun. Laki-Laki baligh, yaitu laki-laki
yang sudah pernah ihtilam  atau jika belum ihtilam, batas balighnya sampai
berumur 15 tahun.

3. Berakal Sehat
Maka orang gila atau orang yang tidak berakal sehat, tidak diwajibkan
untuk melaksanakan shalat.

Syarat Sah Shalat


1. Suci dari Hadast dan Najis
Yaitu badan harus suci dari hadast baik hadast kecil maupun besar.
Artinya tidak ada air atau debu untuk bersuci maka sholat sah akan tetapi
wajib I’adah (menulangi sholat) apabila sudah ada air atau debu untuk
bersuci dan harus suci najis yang tidak dimakfu baik itu dipakaian,
anggota badan dan ditempatnya.
2. Menutup aurat
Yaitu menutupi sekalipun sendirian ditempat gelap. Apabila tidak
mampu menutupi aurat Aurat “tidak punya pakaian sama sekali atau
sesuatu yang bisa menutupi auratnya” Maka shalat dalam keadaan
telanjang. Dan harus menyempurnakan rukuk dan sujud tanpa harus
i’adah.
3. Tempatnya harus suci
Yaitu tempat sholatnya harus suci. Maka tidak sah shalatnya
seseorang yang sebagian dari pakaian atau anggota badannya ada najisnya,
baik itu pas waktu berdiri, rukuk, duduk atau sujud.

4. Masuk waktu sholat


Yaitu tahu masuknya waktu shalat atau punya keyakinan sudah
masuk waktu shalat dengan cara ijtihad, apabila shalat sebelum masuknya
waktu shalat, maka Shalatnya tidak sah.
5. Menghadap kiblat
Yaitu menghadap kearah barat.

Rukun Sholat

1. BERDIRI JIKA MAMPU


Rukun pertama dari rukun-rukun shalat adalah berdiri jika mampu.
Dan penulis kitab ini Rahimahullah memulai dengan rukun ini karena
rukun ini mendahului semua rukun-rukun yang lain. Barangsiapa yang
mampu untuk berdiri dan dia shalat wajib dengan duduk, maka tidak sah
shalatnya. Karena berdiri adalah rukun selama seseorang mampu untuk
berdiri. Allah Ta’ala berfirman:

﴾٢٣٨﴿ َ‫صاَل ِة ْال ُو ْسطَ ٰى َوقُو ُموا لِلَّـ ِه قَانِتِين‬ َّ ‫َحافِظُوا َعلَى ال‬
ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ت َوال‬

“Jagalah shalat-salat kalian dan shalat wustha dan berdirilah menghadap


kepada Allah dengan penuh ketundukan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 238)

2. TAKBIRATUL IHRAM
Dinamakan dengan Takbiratul Ihram karena dia adalah pembuka
shalat, gerakan pertama dan pintu masuk ke dalam ibadah shalat. Maka
seseorang tidak mungkin untuk memulai shalatnya kecuali dengan
Takbiratul Ihram. Dan kita ketahui bahwasanya seorang yang shalat apabila
ia telah melakukan Takbiratul Ihram, maka diharamkan baginya perkara-
perkara yang sebelum ia bertakbir tidak diharamkan. Maka Takbiratul
Ihram adalah pembuka dari ibadah shalat dan seluruh gerakan-gerakan
yang ada dalam shalat adalah lanjutan dari Takbiratul Ihram. Seorang
ruku’, sujud, tunduk, bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu
semua karena ia mengagungkan dan membesarkan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
َّ ‫إِ َذا قُ ْمتَ إِلَى ال‬
ْ‫صاَل ِة فَ َكبِّر‬

“Jika engkau berdiri untuk melakukan shalat maka bertakbirlah.” (HR.


Bukhari dan Muslim.

3. MEMBACA SURAT AL – FATIHAH

Surat Al-Fatihah adalah surat yang paling agung dalam Al-Qur’an.


Dan membaca Al-Fatihah adalah rukun disetiap shalat. Bahkan rukun
disetiap rakaat dari rakaat-rakaat shalat. Oleh karena itu Al-Fatihah
diwajibkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk dibaca sehari semalam
sebanyak 17 kali. Dan ini menunjukkan agungnya surat Al-Fatihah. Dan
diantara tanda keagungan Al-Fatihah, Allah Subhanahu wa Ta’ala
menamakan Al-Fatihah ini dengan nama shalat dalam hadits qudsi Allah
‘Azza wa Jalla mengatakan:

َ َ‫(ال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ ) ق‬


ُ ‫ال هَّللا‬ ْ ‫ فَإ ِ َذا قَا َل ْال َع ْب ُد‬،‫ َولِ َع ْب ِدى َما َسأ َ َل‬،‫صالَةَ بَ ْينِى َوبَ ْينَ َع ْب ِدى نِصْ فَ ْي ِن‬ ُ ‫قَ َس ْم‬
َّ ‫ت ال‬
ِ ِ‫ ( َمال‬:‫ َوإِ َذا قَا َل‬،‫ى َع ْب ِدى‬
‫ك يَوْ ِم‬ َّ َ‫ أَ ْثنَى َعل‬:‫ال هَّللا ُ تَ َعالَى‬ َ َ‫َّح ِيم) ق‬
ِ ‫ال (الرَّحْ َم ِن الر‬ َ َ‫ َوإِ َذا ق‬،‫ َح ِم َدنِى َع ْب ِدى‬:‫تَ َعالَى‬
،‫ َولِ َع ْب ِدى َما َسأ َ َل‬،‫ال هَ َذا بَ ْينِى َوبَ ْينَ َع ْب ِدى‬
َ َ‫ك نَ ْستَ ِعينُ ) ق‬َ ‫ فَإ ِ َذا قَا َل (إِيَّاكَ نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬،‫ َم َّج َدنِى َع ْب ِدى‬:‫الدِّي ِن) قَا َل‬
‫ هَ َذا‬:‫ب َعلَ ْي ِه ْم َوالَ الضَّالِّينَ ) قَا َل‬ ِ ‫ص َراطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬ِ ‫ص َراطَ ْال ُم ْستَقِي َم‬ ِّ ‫ (ا ْه ِدنَا ال‬:‫فَإ ِ َذا قَا َل‬
.‫ َولِ َع ْب ِدى َما َسأ َ َل‬،‫لِ َع ْب ِدى‬

“Aku membagi shalat (maksudnya Al-Fatihah) menjadi dua bagian, yaitu


antara diri-Ku dan hamba-Ku dua bagian dan bagi hamba-Ku apa yang ia
minta. Jika hamba mengucapkan ’alhamdulillahi robbil ‘alamin, Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan mengatakan, ‘HambaKu telah memujiKu.’
Ketika hamba tersebut mengucapkan ‘ar rahmanir rahiim’, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan menjawab, ‘HambaKu menyanjungKu.’
Apabila seorang hamba mengatakan, ‘maaliki yaumiddiin’, maka Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan menjawab, ‘HambaKu telah
mengagungkanKu.” Jika ia mengucapkan ‘iyyaka na’budu wa iyyaka
nasta’in‘, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjawab, ‘Ini antaraKu dan
hambaKu, dan untuk hambaKu apa yang ia minta. Kemudian jika hambaKu
mengucapkan ‘ihdiinash shiroothol mustaqiim, shirootolladzina an’amta
‘alaihim, ghoiril magdhuubi ‘alaihim wa laaddhoollin’, maka Allah akan
menjawab, ‘Ini untuk hambaKu dan bagi hambaKu apa yang ia minta.’”
(HR. Muslim no. 395).

4. RUKU’
Rukun shalat yang keempat adalah ruku’. Allah Ta’ala berfirman:

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ارْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم‬

“Wahai orang-orang yang beriman, ruku’lah, sujudlah dan sembahlah


Rabb kalian.” (QS. Al-Hajj[22]: 77)
َ‫َوارْ َكعُوا َم َع الرَّا ِك ِعين‬

“Dan ruku’lah bersama dengan orang-orang yang ruku’.” (QS. Al-


Baqarah[2]: 43)

Maka ruku’ ini adalah rukun dari rukun-rukun shalat, tidak sah
shalat kecuali dengan melakukannya. Dalam hadits orang yang buruk
shalatnya, Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepadanya:

ْ ‫ثُ َّم ارْ َك ْع َحتَّى ت‬


‫َط َمئِ َّن َرا ِكعًا‬

“Kemudian ruku’ lah sampai engkau tuma’ninah dalam ruku’mu.” (HR.


Bukhari dan Muslim)

5. I’TIDAL
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَائِ ًما‬


“Kemudian bangkitlah sampai engkau sempurna berdiri.”

Dan diantara perkara yang sangat disayangkan, sebagian orang-orang


yang shalat apabila ia bangkit dari ruku’ segera tunduk untuk sujud
sebelum ia sempurna berdiri. Dan barangsiapa yang melakukan hal
tersebut, maka tidak sah shalatnya karena ia telah meninggalkan satu rukun
dari rukun-rukun shalat. Dan dengan perbuatan tersebut, dia telah terjatuh
kepada pencurian yang paling buruk. Karena dalam hadits, Nabi kita
Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda:

‫ الَ يُتِ ُّم ُر ُكوْ ُعهَا‬:‫ال‬


َ َ‫صالَتِ ِه؟ ق‬
َ ‫ق ِم ْن‬ ِ ‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ َو َك ْيفَ يَس‬:‫ قَالُوْ ا‬،‫صالَتِ ِه‬
ُ ‫ْر‬ َ ‫ق ِم ْن‬
ُ ‫ْر‬ ِ َّ‫أَ ْس َوأُ الن‬
ِ ‫اس َس ِرقَةً الَّ ِذي يَس‬
.‫َوالَ ُسجُوْ ُدهَا‬

“Sejelek-jelek pencuri adalah yang mencuri dalam shalatnya” Para


Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seorang mencuri dalam
shalatnya?” Beliau mengatakan, “Ia tidak menyempurnakan ruku’nya dan
sujudnya.” (HR. Ahmad)

6. SUJUD DI ATAS 7 ANGGOTA BADAN


Rukun shalat yang ke-6 adalah sujud di atas 7 anggota badan.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

﴾٧٧﴿ ۩ َ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ارْ َكعُوا َوا ْس ُجدُوا َوا ْعبُدُوا َربَّ ُك ْم َوا ْف َعلُوا ْال َخ ْي َر لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬

“Wahai orang-orang beriman, ruku’lah, sujudlah dan sembahlah Rabb


kalian dan kerjakanlah kebaikan agar kalian menang” (QS. Al-Hajj[22]:
77)
Semua anggota-anggota badan ini harus mengambil posisinya
dengan benar ketika sujud. Dan jika tidak, maka tidak sah sujud seseorang.
Seperti sebagian orang yang shalat apabila ia sujud sejak awal ia sujud
sampai akhir dia menggaruk satu kakinya dengan kaki yang lain sampai
selesai ia sujud. Maka orang yang melakukan hal ini berarti dia belum
sujud di atas 7 anggota badannya.
7. BANGKIT DARI SUJUD
Rukun shalat yang ke-7 adalah bangkit dari sujud. Sabda Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam kepada orang yang buruk shalatnya:

Sallam berkata kepadanya:

‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى تَ ْعتَ ِد َل قَائِ ًما‬

“Kemudian bangkitlah sampai engkau sempurna berdiri.”

8. DUDUK DIANTARA DUA SUJUD

Rukun shalat yang ke-8 adalah duduk diantara dua sujud. Dan ini
adalah rukun dari rukun-rukun shalat. Maka apabila seorang bangkit dari
sujud yang pertama, dia harus duduk dan minimal dia duduk
sampai tuma’ninah, sampai tenang, sampai betul-betul duduk dengan
sempurna. Maka apabila dia telah tuma’ninah dalam duduknya, baru
kemudian dia sujud untuk yang kedua. Dan barangsiapa yang langsung
sujud untuk yang kedua sebelum benar-benar sempurna duduk, berarti dia
telah meninggalkan satu rukun dari rukun-rukun shalat. Dalam hadits
orang yang buruk shalatnya Nabi mengajarkan kepada kepadanya:
ْ ‫ثُ َّم ارْ فَ ْع َحتَّى ت‬
‫َط َمئِ َّن َجالِسًا‬

“Kemudian bangkitlah sampai engkau tuma’ninah dalam dudukmu.”

9. TUMA’NINAH
Karena berulang-ulang dalam hadits orang yang buruk shalatnya,
Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan tentang tuma’ninah dalam
ruku’, bangkit dari ruku’, dalam sujud, juga bangkit dari sujud. Bahkan
Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

‫ك ُكلِّهَا‬
َ ِ‫صالَت‬ َ ِ‫ثُ َّم ا ْف َعلْ َذل‬
َ ‫ك فِي‬

“Dan lakukan hal ini dalam semua shalatmu.”


10. TERTIB DIANTARA RUKUN-RUKUN TERSEBUT
Rukun shalat yang ke-10 adalah tertib diantara rukun-rukun
tersebut. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits orang yang buruk
shalatnya, setiap rukun Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan:

‫ ثُ َّم ا ْف َعلْ كذا‬،‫ثُ َّم ا ْف َعلْ كذا‬

“Kemudian lakukan ini, kemudian lakukan ini.”

Dan kata atau kalimat “kemudian”, ini artinya tertib atau berurutan. Maka
rukun-rukun ini harus dilakukan secara berurutan. Tidak boleh didahulukan
satu gerakan dari gerakan yang lain. Karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam mengatakan:

َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ‬


‫صلِّي‬ َ

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.” (HR. Bukhari)

Maka apabila ada orang yang sujud karena lupa padahal dia belum ruku’,
dia wajib untuk kembali ruku’ kemudian sujud. Dan sujud yang dia lakukan
tidak dianggap karena terjadi karena ia lupa.

11 DAN 12. TASYAHUD AKHIR DAN DUDUK UNTUK TASYAHUD


AKHIR
Rukun yang ke-11 dan ke-12 adalah tasyahud akhir dan duduk untuk
tasyahud akhir. Dalam hadits Nabi Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

… ‫ التَّ ِحيَّات هلل‬:‫صاَل ة فَ ْليقل‬


َّ ‫إِذا قعد أحد ُكم فِي ال‬

“Jika kalian duduk ketika diakhir shalat, maka hendaklah mengatakan At-
Tahiyatulillah (sampai akhir do’a tasyahud)” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain beliau mengatakan:

ِ ‫َّات هَّلِل‬
ُ ‫ التَّ ِحي‬:‫َولَ ِك ْن قُولُوا‬

“Akan tetapi bacalah: At-Tahiyatulillah (sampai akhirnya)” (HR. Bukhari)


Dan duduk untuk tasyahud akhir juga membaca tasyahud adalah dua
rukun dari rukun-rukun shalat. Adapun tasyahud pertama dan duduk untuk
tasyahud pertama maka itu termasuk wajib-wajib shalat. Jika seseorang
meninggalkan tasyahud awal dan duduk untuk tasyahud awal karena lupa
dan ia berdiri ke rakaat ketiga, maka ia cukup untuk menggantinya dengan
dua sujud sahwi diakhir shalatnya

13. BERSHALAWAT
 Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sabda beliau ‘Alaihish Shalatu was Salam:
ِ َ‫صلَّيْتَ َعلَ ٰى آل إِب َراهي َم َوب‬
‫ار ْك َعلَ ٰى ُم َح ّم ٍد َو َعلَ ٰى آل ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬: ‫قولوا‬
َ ‫ص ّل َعلَ ٰى ُم َح َّم ٍد َو َعلَ ٰى آل ُم َح َّم ٍد َك َما‬
‫َك َما بَا َر ْكتَ َعلَ ٰى آل إِ ْب َرا ِهي َم فِي ال َعال َمينَ إِنَّكَ َحمي ٌد َمجي ٌد‬

14. DUA KALI SALAM


Rukun yang terakhir atau yang ke-14 adalah 2 kali salam. Sabda Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

‫ َوتَحْ لِيلُهَا التَّ ْسلِي ُم‬،ُ‫تَحْ ِري ُمهَا التَّ ْكبِير‬

“Pembukanya adalah takbir dan penutupnya adalah bersalam” (HR.


Ahmad)

Juga dalam hadits ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau mengatakan:

َّ ‫َو َكانَ يَ ْختِ ُم ال‬


‫صاَل ةَ بِالتَّ ْسلِ ِيم‬

“Dan dahulu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menutup shalatnya


dengan salam” (HR. Muslim)

14 rukun ini, 5 diantaranya adalah bacaan atau ucapan-ucapan.


Yaitu takbiratul ikhram, membaca Al-Fatihah, tasyahud akhir, bershalawat
kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan 2 kali salam. Adapun
rukun-rukun yang lain maka dalam bentuk perbuatan atau gerakan-gerakan.

Kita memohon kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar senantiasa memberikan


taufiq kepada kita semua dengan karunia dan keutamaanNya.

Hal yang membatalkan sholat


1. Berbicara dengan sengaja. Hal ini berdasarkan hadis riwayat
Muawiyah bin Hakam As-Sulami r.a. bahwasannya Nabi saw.
bersabda.

.‫ رواه مسلم‬.”‫اس إِنَّ َما هُ َو التَّ ْسبِي ُح َوالتَّ ْكبِي ُر َوقِ َرا َءةُ ْالقُرْ آ ِن‬
ِ َّ‫صالَةَ الَ يَصْ لُ ُح فِيهَا َش ْى ٌء ِم ْن َكالَ ِم الن‬
َّ ‫“إِ َّن هَ ِذ ِه ال‬

“Sungguh shalat ini tidak pantas di dalamnya terdapat sesuatu dari


perkataan manusia. Perkataan yang pantas hanyalah tasbih, takbir
dan bacaan Al-Qur’an.” (HR. Muslim).

2. Melakukan aktifitas/gerakan atau perbuatan yang banyak dan


dilakukan berturut-turut. Seperti berjalan tiga langkah dengan sengaja
atau karena lupa.
3. Berhadas. Baik hadas kecil atau besar. Yakni misalnya di tengah shalat
dia kentut, maka dia berhadas kecil dan shalatnya batal. Atau ada
seorang muslimah yang di tengah melaksanakan shalat keluar darah
haid, maka shalatnya seketika itu batal
4. Terkena najis.
5. Terbukanya aurat dengan sengaja yakni sejak awal dia tahu bahwa
auratnya ketika shalat akan terlihat atau di tengah shalat auratnya
terlihat tapi tidak langsung dibenahi. Namun, jika terbukanya aurat itu
disebabkan angin, lalu ia langsung menutupinya seketika, maka
shalatnya tidak batal.
6. Berubah niatnya. Yakni di tengah shalat dia berniat keluar dari shalat,
maka shalatnya seketika itu batal.
7. Membelakangi kiblat. Maka, hal ini jelas membatalkan shalat, karena
syarat sah sebelum melaksanakan shalat adalah menghadap kiblat.
8.   Makan dan minum. Meskipun hanya sedikit saja. Kecuali jika ia tidak
tahu akan keharamannya seperti bagi orang yang baru masuk Islam.
9.  Tertawa terbahak-bahak. Atau tertawa biasa. Di dalam kitab Al-Fiqh
Al-Manhaji Ala Madzhab Al-Imam Asy-Syafii disebutkan bahwa
tertawanya sampai seperti mengeluarkan dua huruf secara jelas
meskipun tidak memahamkan. Adapun jika tertawanya sedikit yang
tidak terdengar kecuali satu huruf saja, atau tidak terdengar hurufnya
maka tidak batal. Begitu pula dengan tersenyum tidak membatalkan
shalat.
10.  Murtad. Yakni keluar dari agama Islam baik dari ucapannya maupun
tindakannya.
c. Tujuan ibadah sholat
Sholat menjadi dasar dan pedoman dari setiap aktivitas kehidupan
manusia, karena sholat adalah amalan yang pertama kali dihisap di
akhirat dihisap. Tujuan Allah menciptakan kita adalah untuk beribadah
dengan amal kebaikan dan menyembah kepadanya, menyembah disini
berarti beribadah dan salah satunya adalah sholat. Kemudian tujuannya
ibadah sholat adalah selain untuk menggugurkan dosa, sholat juga dapat
mendekatkan diri pada Allah ta'ala, dapat menangkan hati, memohon
pertolongan Allah SWT, dapat mencegah manusia dari perbuatan tercela
dan menjadi sumber energi bagi jiwa.

d. Makna khusuk dan cara meraih sholat yang khusuk

Sedangkan menurut istilah Khusyu’ artinya kelembutan hati,


ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang
berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan di
hadapan ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan
sikap tinggi hati. Dengan itu, seorang hamba akan menghadap Allah
dengan sepenuh hati. Ia hanya bergerak sesuai petunjuk-Nya, dan hanya
diam juga sesuai dengan kehendak-Nya.

Adapun pengertian khusyu’ di dalam shalat adalah Kondisi hati


yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan
keagungan Allah. Kemudian semua, itu membekas dalam gerak-gerik
anggota badan yang penuh khidmat dan konsentrasi dalam shalat, bila
perlu menangis dan memelas kepada Allah sehingga tak memperdulikan
hal lain.
Mengenai makna kekhusyu’an itu, Ibnu Abbas menjelaskan,
khusyu’ artinya penuh takut dan khidmat. Lebih lanjut, Hasan al-Bashri
menerangkan Kekhusyu’an itu berawal dari dalam sanubari, lalu terkilas
balik ke pandangan mata mereka sehingga mereka menundukkan
pandangan mereka dalam shalat.
Jadi artinya, kekhusyu’an dalam shalat bukanlah sekedar
kemampuan memaksimalkan konsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus
dalam shalat. Namun kekhusyu’an lebih merupakan kondisi hati yang
penuh rasa takut, pasrah, tunduk dan sejenisnya yang membias dalam
setiap gerakan shalat sehingga menjadi nampak anggun, khidmat dan
tidak serampangan.

Berikut beberapa kiat untuk untuk kita jalankan agar khusyu’ dalam
shalat.

a. Pusatkan pikiran hanya kepada Allah SWT.


b. Menyadari bahwa kita sedang menghadap Tuhan.
c. Mempelajari dan memahami arti dan makna bacaan sholat.
d. Mengganggap sholat sedang dilakukan adalah sholat terakhir.
e. Jika pikiran terganggu segera kembali konsentrasi.
f. Memperhatikan kondisi tubuh sebelum sholat.
g. Memperhatikan kondisi lingkungan sebelum sholat.
h. Sholat tepat waktu dan tidak terburu-buru.
i. Ikhlas semata-mata untuk mendapatkan ridho Allah SWT.
j. Berusaha untuk selalu memperbaiki sholat kita.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sholat merupakan inti ( kunci ) dari segala ibadah juga merupakan
tiang agama, dengannya agama bisa tegak dengannya pula agama bisa
runtuh. Sholat mempunyai dua unsur yaitu dzohiriyah dan batiniyah.
Unsur dzohiriyah adalah yang menyangkut perilaku berdasar pada gerakan
sholat itu sendiri, sedangkan unsur yang bersifat batiniyah adalah sifatnya
tersembunyi dalam hati karena hanya Allah-lah yang dapat menilainya.
Sholat banyak macamnya ada sholat sunnah, ada juga sholat fardhu
yang telah di tentukan waktunya.
Khilafiyyah kaum muslimin tentang sholat adalah hal yang biasa karena
rujukan dang pengkajiannya semuanya bersumber dari Al-Qur’an dan
hadist, hendaknya perbedaan tersebut menjadi hikmah keberagaman umat
islam.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.brilio.net/wow/kumpulan-ayat-tentang-perintah-ibadah-
dalam-islam-200512z.html
2. https://www.viva.co.id/vstory/agama-vstory/1204597-apa-itu-shalat-
syarat-wajib-dan-syarat-sah-shalat

3. https://www.radiorodja.com/47050-rukun-rukun-shalat-beserta-
penjelasannya/
4. https://bincangsyariah.com/ubudiyah/sebelas-hal-yang-dapat-
membatalkan-shalat/
5. https://jagad.id/pengertian-sholat-dalil-tujuan-dan-dasar-hukum/
6. https://www.madaninews.id/2481/meraih-kekhusyukan-shalat.html/

Anda mungkin juga menyukai