Anda di halaman 1dari 93

LUKA BAKAR

ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS
• Nama : Ny. NA
• Usia : 32 tahun
• Alamat : Desa Dangger Kec.
Gembong, Tangerang
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Usaha warung
• Pendidikan : -
• Status : Menikah
• Masuk RSCM : Kamis, 28 Agustus 2009
pukul 00.31
ANAMNESIS
Keluhan utama
• Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri
melepuh karena terkena api sejak delapan jam
sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat penyakit sekarang
• 8 jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di
warungnya. Tiba-tiba kompor minyak tanah dari
dalam warung meledak dan menyambar bensin
yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat
api mulai menyambar warung, pasien berusaha
keluar warung sambil berlari. Namun pasien
tetap tersambar api walaupun sangat sebentar.
Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap
(-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-),
pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)
• Pasien kemudian dibawa ke RS Balaraja dan
diberi perawatan luka dengan menggunakan
salep, kemudian dirujuk ke RS Tangerang dan
diberikan perawatan luka (diberi MEBO & kassa
kering) dan obat suntik (Antibiotik, ATS/TT).
Pasien kemudian dirujuk ke RSCM atas
permintaan keluarga.
Riwayat penyakit dahulu
• Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

Riwayat penyakit keluarga


• Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran compos mentis, BB 55 kg


• Primary survey
A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar
B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit,
reguler,
kedalaman cukup
C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah
100/80 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit,
suhu afebris
D : GCS 15, E4M6V5
• Secondary survey
Kepala&wajah : deformitas (-), tampak bula pada sisi
kiri wajah, bibir edema (+)
Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan
tidak dapat dibuka, konjungtiva tidak
pucat, sklera tidak ikterik
Leher : pembesaran KGB (-)
THT : sekret (-)
Dada : simetris dalam diam dan pergerakan
Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop
(-)
Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba
massa,
BU (+) normal, H/L ttb
Ekstremitas : lihat status lokalis
Status lokalis
• Kepala dan leher :4%
• Trunkus anterior :0%
• Trunkus posterior :0%
• Ext. atas kanan :2%
• Ext. atas kiri :3%
• Ext. bawah kanan :0%
• Ext. bawah kiri :2%
• Genitalia :0%+
• Total : 11 %
PEMERIKSAAN
• RUTIN PENUNJANG
Hb : 13,3 g/dL
Ht : 40 % • URINALISIS
Leukosit : 16700/L Sedimen
Trombosit : 343.000/L Sel epitel :+
MCV : 79 fl Leukosit : 1-2
MCH : 27 pg Eritrosit : 10-11
MCHC : 34 g/dL Silinder : -
• Lactate : 2,7 mmol/L Kristal :-
Bakteri : -
• PT/APTT: 10,8 (12) / 30,8
(33,5)
Berat jenis : 1.015 • KIMIA DARAH
pH :5 Ur/Cr : 23/0,8
Protein :- SGOT/SGPT : 21/17
Glukosa :- Albumin : 3,6
Keton :+
Darah/Hb :+ GDS : 105
Bilirubin :- Na : 144
Urobilinogen : 0,2 K : 4,3
Nitrit :- Cl : 108
Esterase leukosit :-
• ANALISA GAS DARAH
pH : 7,35
pCO2 : 35,2 mmHg
pO2 : 103,8 mmHg
SO2% : 97
BE ect : -6,1 mmol/L
Beb : -4,6
SBC : 20,6
HCO3 : 19,7 mmol/L
TCO2 : 20,7 mmol/L
DIAGNOSIS KERJA

Luka bakar grade II 11% ec. api


TATALAKSANA
• Pro rawat ULB
• IVFD : Hes 6%  12 tts/menit
Nacl 3%  500 ml/24 jam
• Vitamin C 2x1 gr
• Scott emulsion 3x1 C
• Peptamen 6x100 mL
• Oralit 2x200 mL
• Rawat luka dengan madu
• Pethidin 1 mg/kg/drip
PEMBAHASAN UMUM
DEFINISI
• Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik, dan radiasi.
• Luka bakar merupakan suatu jenis trauma
dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
(fase syok) sampai fase lanjut.
ETIOLOGI
• Paparan api • Aliran listrik
▫ Flame • Zat kimia
▫ Benda panas • Radiasi
(kontak)
• Sunburn
• Scalds (air panas)
• Uap panas
• Gas panas
KLASIFIKASI LUKA BAKAR
• Derajat I
▫ Kerusakan terbatas pada
bagian epidermis
▫ Kulit kering, eritema
▫ Nyeri
▫ Tidak ada bula
• Derajat II
▫ Meliputi epidermis dan
sebagian dermis
▫ Terdapat proses eksudasi
▫ Ada bula
▫ Dasar luka berwarna
merah/pucat
▫ Nyeri
• Derajat III
▫ Kerusakan meliputi seluruh
dermis dan lapisan yg lebih
dalam
▫ Tidak ada bula
▫ Kulit berwarna abu-abu dan
pucat
▫ Kering
▫ Terdapat eskar
▫ Tidak nyeri
LUAS LUKA BAKAR
Beberapa metode untuk menentukan luas luka
bakar:
• Estimasi menggunakan luas permukaan palmar
pasien. Luas telapak tangan = 1% luas
permukaan tubuh.
• Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa
– Luas kepala dan leher, dada,
punggung, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas
kanan, ekstremitas atas kiri,
paha kanan, paha kiri,
tungkai dan kaki kanan, serta
tungkai dan kaki kiri masing-
masing 9%.
– Daerah genitalia = 1%.
• Pada anak dan bayi digunakan
rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh
lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil.
▫ Rumus 10 untuk bayi
▫ Rumus 10-15-20 untuk anak.
PEMBAGIAN LUKA BAKAR
• Luka bakar berat (major burn)
– Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10
tahun atau di atas usia 50 tahun
– Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain
disebutkan pada butir pertama
– Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan
perineum
– Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi)
tanpa memperhitungkan luas luka bakar
– Luka bakar listrik tegangan tinggi
– Disertai trauma lainnya
– Pasien-pasien dengan resiko tinggi
• Luka bakar sedang (moderate burn)
– Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa,
dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
– Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10
tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar
derajat III kurang dari 10 %
– Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak
maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan,
kaki, dan perineum
• Luka bakar ringan
– Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
– Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia
lanjut
– Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
PATOFISIOLOGI
• PD yg terpajan suhu tinggi rusak&
permeabilitas↑  sel darah rusak  anemia
• Permeabilitas↑  edema  bula yang
mengandung banyak elektrolit  volume cairan
intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar  cairan ↓
akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar
derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng
luka bakar derajat III.
Clinical Lung Injury

Alveolar Epithelial Endothelial damage


Damage

Platelet agrgegation Complement (C5a)


Activation
Type II Release of neutrophil
pneumocyte chemotactic aggregation
damage Endotoxin
Neutrophil aggregation and release of
mediator:
- Oxygen Radicals Macrophage
- Proteolytic enzymes mobilization
Decrease - Arachidonic Acid Metabolites
surfactant - PAF Release of cytokines
production (TNF, IL-1)
Alveolocapilary membrane permeability
Vasocontriction
Exudation of fluid protein. RBCs into
Atelectasis and interstitium
Impaaired lung Decreased flow to
compliance selected areas
Pulmonary edema and hemorrhage with
severe impairment of alveolar ventilation
V/Q Mismatching
Right to left shunt, hyaline membrane
formation, and finally fibrosis
Scheme of
ARDS !!
Acute respiratory failure
Cedera Panas

Edema
Kehilangan Epitel Hipermetabolism

Syok
Imunosupresi Malnutrisi

Paru Ginjal Usus


Kehilangan protein

Insuf.
ARF Ileus Transl. Bakteri Infeksi Luka
Paru

Sepsis
ARDS ATN

MODS
Kematian
FASE LUKA BAKAR
• Fase awal, fase akut, fase syok
– Gangguan pada saluran nafas akibat eskar melingkar di dada
atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi
seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.
• Fase setelah syok berakhir, fase sub akut
– Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan
sepsis.
• Fase lanjut
– Berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya
maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit
dari luka bakar seperti parut hipertrofik, kontraktur dan
deformitas lain
Pembagian zona kerusakan jaringan
• Zona koagulasi, zona nekrosis (Daerah yang lsg
mgalami kerusakan)
• Zona statis
▫ Daerah yang berada disekitar zona koagulasi
▫ Kerusakan endotel p. darah, trombosit, leukosit
 gangguan perfusi (no flow phenomena) -->
perubahan permeabilitas kapiler dan respon
inflamasi lokal
▫ 12-24 jam pasca cedera
• Zona hiperemi
▫ Daerah diluar zona statis
▫ Vasodilatasi, reaksi sellular (-)
• Zona hiperemi
▫ Daerah diluar zona statis
▫ Vasodilatasi, reaksi sellular (-)

Epidermis
Zona Koagulasi

Dermis
Zona Statis

Zona Hiperemi
Jaringan Sub-Kutis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
• Urinalisis
• Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
• Analisis gas darah
• Radiologi – jika ada indikasi ARDS
• Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosis SIRS dan MODS
TATALAKSANA RESUSITASI
• Tatalaksana resusitasi jalan nafas:
– Intubasi
– Krikotiroidotomi (terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi)
– Pemberian oksigen 100%
– Perawatan jalan nafas
– Penghisapan sekret (secara berkala)
– Pemberian terapi inhalasi
– Bilasan bronkoalveolar
– Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
– Eskarotomi pada dinding toraks  memperbaiki
kompliansi paru
Tatalaksana resusitasi cairan
• Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan
pengganti.
• Cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Cara Evans
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama.


Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari
ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam


pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya.
Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah
cairan hari kedua.
Terapi pembedahan pada luka bakar
• Eksisi dini tindakan pembuangan jaringan
nekrosis dan debris (debridement) yang
dilakukan dalam waktu < 7 hari pasca cedera
termis. Untuk mengatasi kasus luka bakar
derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini
diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin
grafting” (dianjurkan “split thickness skin
grafting”).
• Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan
eksisi fasial
Skin grafting
• Tujuan dari metode ini:
– Menghentikan evaporate heat loss
– Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi
sesuai dengan waktu
– Melindungi jaringan yang terbuka
• Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split thickness
skin graft atau full thickness skin graft
• Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor,
kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan
dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti
jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar
1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin.  mess grafting.
• Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi
luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien,
keparahan luka dan telah dilakukannya
pengambilan kulit donor sebelumnya.
• Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan
dengan mesin ‘dermatome’ ataupun dengan manual
dengan pisau Humbly atau Goulian.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penyatuan kulit donor dengan
jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:
– Kulit donor setipis mungkin
– Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed
(jaringan yang dilakukan grafting), hal ini dapat
dilakukan dengan cara :
• Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik
(balut tekan)
• Drainase yang baik
• Gunakan kasa adsorben
PROGNOSIS
• Prognosis dan penanganan luka bakar
tergantung:
– Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
– Penanganan sejak awal hingga penyembuhan
– Letak daerah yang terbakar
– Usia dan keadaan kesehatan penderita
– Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien.
Penyulit yang timbul pada luka bakar: gagal ginjal
akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta
parut hipertrofik dan kontraktur.
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),
dan Sepsis
PEMBAHASAN KHUSUS
8 jam SMRS Kulit wajah, kedua
lengan, dan kaki kiri melepuh Kesadaran CM, BB 55 kg
karena tersambar api. Pasien Primary survey
tersambar api dalam jangka waktu A: Bebas, bulu hidung tidak
yang sangat sebentar. terbakar
Terkurung dalam ruangan (-), sesak B: Spontan, frekuensi nafas
nafas (-), pusing (-), mual (-), 20x/menit, reguler, kedalaman
muntah (-) Luka bakar grade IIcukup 11% ec. api
↓ C: Akral hangat, CRT < 2”, TD
Dibawa ke RS Balaraja dan diberi 100/80 mmHg, FN 112x/menit,
perawatan luka dengan suhu afebris
menggunakan salep D: GCS 15, E4M6V5
↓ Secondary survey: dbN
Dirujuk ke RS Tangerang dan Status lokalis: edema di mata
diberikan perawatan luka (MEBO & kiri dan bibir, terdapat bula
kassa kering) dan obat suntik berdiameter ±5 cm di ext. atas
(antibiotik, ATS/TT) kiri dan kanan, luka bakar di
↓ kepala dan leher: 4 %, ext. atas
Dirujuk ke RSCM atas permintaan kanan 2%, ext. atas kiri 3 %, dan
keluarga. ext. bawah kiri 2 %  total 11%
• Dari pemeriksaan lab
▫ Leukosit ↑, disebabkan oleh reaksi inflamasi pada
fase akut luka bakar.
• Pada pemeriksaan urin
▫ Eritrosit ↑, laktat ↑  pantau!!
dapat menyebabkan kerusakan tubulus ginjal
yang permanen.
• Resusitasi cairan  cara Baxter

4 x BB x % luka bakar = 4 x 55kg x 11%


= 2.420 mL / 24 jam

Hari pertama:
8 jam pertama  1.210 mL.
16 jam kemudian  1.210 mL.
Hari ke-2: ½ cairan hari pertama = 1.210 mL/24
jam.
Hari ke-3 ½ cairan hari kedua = 605 mL/24 jam.

Jumlah cairan dapat dikurangi bahkan dihentikan


bila
diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat minum
tanpa kesulitan
Perawatan luka bakar
• Luka bakar dibersihkan dengan air hangat yang
mengalir.
• Untuk menutup luka: kasa lembab steril dgn cairan RL
atau salep
 Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam.
• Dapat dilakukan insisi pada bula yg luas utk
mengeluarkan transudat tanpa membuang epidermis
yang terlepas.
Epidermis yang terlepas ini dijadikan penutup luka. Lalu
diletakkan tulle di atas graft  bungkus dengan kasa lembab
selama 2-3 hari, beri salep antibiotik sampai tjd epitelisasi.
• Pada bula-bula yang kecil cukup dilakukan aspirasi
menggunakan semprit
Tugas Mandiri
Kasus I :
Tn. Andik usia 46 th, BB 60 Kg, mengalami kebakaran
pada tubuhnya akibat saat memindahkan bensin dari
jurigen ke botol Tn. Andik sambil merokok. Kejadiannya
jam 15. 00 wib. Kemudian dibawa ke RS, saat dikaji luka
bakar mengenahi pada kedua kaki dan seluruh perut
bagian depan, keadaan luka terdapat blaster/bullae.
Tugas :
1. Hitung Luas Luka Bakar Tn. Andik ?
2. tentukan derajat luka bakar Tn. Andik?
3. Hitung kebutuhan cairan Tn. Andik pada 24 jam I ?
Kasus II :
Tn. Salman usia 50 th, BB 70 Kg, mengalami kebakaran
pada tubuhnya. Kejadiannya jam 07. 00 wib. Kemudian
dibawa ke RS, saat dikaji luka bakar mengenahi pada
kedua kaki, kedua lengan bawah, dan seluruh perut
bagian depan, keadaan luka terdapat
blaster/bullae.sebagian terkelupas dengan warna merah
dan basah.
Tugas :
1. Hitung Luas Luka Bakar Tn. Salman ?
2. tentukan derajat luka bakar Tn. Salman?
3. Hitung kebutuhan cairan Tn. Salman pada 24 jam I ?
Kasus III :
An. Aldo usia 4 th, BB 10 Kg, mengalami kebakaran
pada tubuhnya , kejadiannya jam 15. 00 wib. Kemudian
dibawa ke RS, saat dikaji luka bakar mengenahi pada
kedua kaki dan seluruh perut bagian depan, keadaan
luka terdapat blaster/bullae.
Tugas :
1. Hitung Luas Luka Bakar An. Aldo ?
2. tentukan derajat luka bakar An. Aldo ?
3. Hitung kebutuhan cairan An. Aldo pada 24 jam I?
Kasus IV :
An. Barbara usia 5 th, BB 12 Kg, mengalami kebakaran
pada tubuhnya. Kejadiannya jam 07. 00 wib. Kemudian
dibawa ke RS, saat dikaji luka bakar mengenahi pada
kedua kaki, kedua lengan bawah, dan seluruh perut
bagian depan, keadaan luka terdapat
blaster/bullae.sebagian terkelupas dengan warna merah
dan basah.
Tugas :
1. Hitung Luas Luka Bakar An. Barbara ?
2. tentukan derajat luka bakar An. Barbara ?
3. Hitung kebutuhan cairan An. Barbara pada 24 jam I ?
Fraktur
definisi
• Fraktur adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang
rawan epifisis dan tulang rawan sendi

• Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuitas struktur


tulang berupa retakan, pengisutan ataupun patahan
yang lengkap dengan fragmen tulang bergeser.
etiologi
Etiologi fraktur yang dimaksud adalah peristiwa yang dapat menyebabkan
terjadinya fraktur diantaranya peristiwa trauma (kekerasan) dan peristiwa
patologis.

Peristiwa Trauma (kekerasan)


Kekerasan langsung
• Kekerasan langsung dapat menyebabkan tulang patah pada titik terjadinya
kekerasan itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil, maka tulang
akan patah tepat di tempat terjadinya benturan.

Kekerasan tidak langsung


• Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh
dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang
paling lemah dalam hantaran vektor kekerasan.

• Contoh: seseorang jatuh dari ketinggian dengan tumit kaki terlebih dahulu.
Lanjutan...
Kekerasan akibat tarikan otot
• Kekerasan tarikan otot dapat menyebabkan dislokasi dan
patah tulang. Patah tulang akibat tarikan otot biasanya
jarang terjadi.

• Contoh: patah tulang patella dan olekranom, karena otot


triseps dan biseps mendadak berkontraksi.
Lanjutan...
Peristiwa Patologis
Kelelahan atau stres fraktur
• Fraktur ini terjadi pada orang yang yang melakukan aktivitas
berulang–ulang pada suatu daerah tulang atau menambah tingkat
aktivitas yang lebih berat dari biasanya.
• Peningkatan beban secara tiba–tiba pada suatu daerah tulang maka
akan terjadi retak tulang.

Kelemahan Tulang
• Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal karena lemahnya
suatu tulang akibat penyakit infeksi, penyakit metabolisme tulang
misalnya osteoporosis, dan tumor pada tulang.
Klasifikasi fraktur
Berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan disekitar
Fraktur tertutup (closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.

Fraktur terbuka (open/compound), bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar karena adanya perlukaan di kulit. Fraktur terbuka terbagi atas tiga derajat (menurut R. Gustillo),
yaitu:

Derajat I:
 Luka <1 cm
 Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada tanda luka remuk
 Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau kominutif ringan
 Kontaminasi minimal
Derajat II:
 Laserasi >1 cm
 Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/ avulsi
 Fraktur kominutif sedang
 Kontaminasi sedang
Lanjutan...
Derajat III:
 Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit, otot,
dan neurovaskular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur terbuka derajat
III terbagi atas:
 Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun terdapat
laserasi luas/flap/avulsi atau fraktur segmental/sangat kominutif yang
disebabkan oleh trauma berenergi tinggi tanpa melihat besarnya ukuran
luka.
 Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar atau
kontaminasi masif.
 Luka pada pembuluh arteri/saraf perifer yang harus diperbaiki tanpa
melihat kerusakan jaringan lunak.
Fraktur Berdasarkan Hubungan Tulang

Open Fracture Closed Fracture


Lanjutan...
Berdasarkan bentuk patahan tulang
Transversal
• Adalah fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang atau bentuknya melintang dari tulang. Fraktur semacam ini biasanya
mudah dikontrol dengan pembidaian gips.

Spiral
• Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang yang timbul akibat torsi
ekstremitas atau pada alat gerak. Fraktur jenis ini hanya menimbulkan
sedikit kerusakan jaringan lunak.

Oblik
• Adalah fraktur yang memiliki patahan arahnya miring dimana garis
patahnya membentuk sudut terhadap tulang.

Segmental
• Adalah dua fraktur berdekatan pada satu tulang, ada segmen tulang yang
retak dan ada yang terlepas menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari
suplai darah.
Lanjutan...
Kominuta
• Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya keutuhan jaringan dengan
lebih dari dua fragmen tulang.

Greenstick
• Adalah fraktur tidak sempurna atau garis patahnya tidak lengkap dimana korteks tulang sebagian
masih utuh demikian juga periosterum. Fraktur jenis ini sering terjadi pada anak – anak.

Fraktur Impaksi
• Adalah fraktur yang terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya,
seperti pada satu vertebra dengan dua vertebra lainnya.

Fraktur Fissura
• Adalah fraktur yang tidak disertai perubahan letak tulang yang berarti, fragmen biasanya tetap di
tempatnya setelah tindakan reduksi.
Determinan fraktur
Faktor Manusia
Beberapa faktor yang berhubungan dengan orang yang mengalami fraktur atau
patah tulang antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas olah
raga dan massa tulang.
Umur
 Pada kelompok umur muda lebih banyak melakukan aktivitas yang berat
daripada kelompok umur tua. Aktivitas yang banyak akan cenderung
mengalami kelelahan tulang dan jika ada trauma benturan atau kekerasan
tulang bisa saja patah.

Jenis Kelamin
 Laki–laki pada umumnya lebih banyak mengalami kecelakaan yang
menyebabkan fraktur yakni 3 kali lebih besar daripada perempuan. Cedera
patah tulang umumnya lebih banyak terjadi karena kecelakaan lalu lintas.
Lanjutan...
Aktivitas Olahraga
• Aktivitas yang berat dengan gerakan yang cepat pula dapat menjadi risiko
penyebab cedera pada otot dan tulang.
• Daya tekan pada saat berolah raga seperti hentakan, loncatan atau
benturan dapat menyebabkan cedera dan jika hentakan atau benturan yang
timbul cukup besar maka dapat mengarah pada fraktur.

Massa Tulang
• Massa tulang yang rendah akan cenderung mengalami fraktur daripada
tulang yang padat. Dengan sedikit benturan dapat langsung menyebabkan
patah tulang karena massa tulang yeng rendah tidak mampu menahan daya
dari benturan tersebut.
• Massa tulang berhubungan dengan gizi tubuh seseorang.
Pemeriksaan diagnostik
• Anamnesa
• Pemeriksaan fisik: pemeriksaan umum, status
lokalis
• Pemeriksaan radiologis
Anamnesa
• Trauma KLL/Non KLL
• Mekanisme trauma
• Anamnesa harus menduga adanya politrauma, fraktur
multiple, fraktur tempat tertentu
• Nyeri
• Gangguan fungsi
Pemeriksaan umum
• Advance Trauma Live Support (ATLS)
• ABCD C-Spine
• Periksa kepala, thoraks, abdomen
• Periksa kemungkinan multiple trauma
• Shock
Pemeriksaan status lokalis
Look
 Penonjolan abnormal, angulasi, rotasi dan diskrepensi pada
deformitas.
 Hilangnya Fungsi (fungsilaesa).

Feel
 Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu

Move
 Krepitasi
 Nyeri gerak
 ROM dan kekuatan
 Abnormal movement.
radiologi
• Fraktur dengan tanda klasik diagnosis klinik bisa
ditegakkan.
• Fraktur dengan tanda non klasik, perlu pemeriksaan
radiologis.
• Minimal 2 proyeksi AP/Lateral Axial, alar dan obturator
• Anak2 perlu sisi lain.
• Meliputi 2 sendi.
Fraktur ulna
Proses penyembuhan fraktur
Pembentukan hematom
• Fraktur merobek pembuluh darah dalam medulla, korteks dan periosteum
sehingga timbul hematom.

Organisasi
• Dalam 24 jam, kapiler dan fibroblas mulai tumbuh ke dalam hematom
disertai dengan infiltrasi sel–sel peradangan. Dengan demikian, daerah
bekuan darah diubah menjadi jaringan granulasi fibroblastik vaskular.

Kalus sementara
• Pada sekitar hari ketujuh, timbul pulau–pulau kartilago dan jaringan
osteoid dalam jaringan granulasi ini. Tulang baru yang tidak teratur ini
terbentuk dengan cepat dan kalus sementara sebagian besar lengkap pada
sekitar hari kedua puluh lima.
Lanjutan...
Kalus definitif
• Kalus sementara yang tak teratur secara bertahap akan diganti oleh
tulang yang teratur dengan susunan havers–kalus definitif.

Remodeling
• Kontur normal dari tulang disusun kembali melalui proses
remodeling akibat pembentukan tulang osteoblastik maupun
resorpsi osteoklastik.
• Keadaaan terjadi secara relatif lambat dalam periode waktu yang
berbeda tetapi akhirnya semua kalus yang berlebihan dipindahkan,
dan gambaran serta struktur semula dari tulang tersusun kembali.
Kelainan penyembuhan fraktur
Tulang memperlihatkan kemudahan penyembuhan yang besar tetapi dapat terjadi
sejumlah penyulit atau terdapat kelainan dalam proses penyembuhan.

Malunion
• Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk menimbulkan
deformitas, angulasi atau pergeseran.

Penyatuan tertunda
• Keadaan ini umum terjadi dan disebabkan oleh banyak faktor, pada umumnya
banyak diantaranya mempunyai gambaran hiperemia dan dekalsifikasi yang terus
menerus.
• Faktor yang menyebabkan penyatuan tulang tertunda antara lain karena infeksi,
terdapat benda asing, fragmen tulang mati, imobilisasi yang tidak adekuat, distraksi,
avaskularitas, fraktur patologik, gangguan gizi dan metabolik.
Lanjutan...
Non union (tak menyatu)
• Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan
fibrosa. Kadang-kadang dapat terbentuk sendi palsu
pada tempat ini.

• Faktor–faktor yang dapat menyebabkan non union


adalah tidak adanya imobilisasi, interposisi jaringan
lunak, pemisahan lebar dari fragmen contohnya patella
dan fraktur yang bersifat patologis.
Komplikasi fraktur
Sindrom Emboli Lemak
• Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan
kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung–gelembung lemak
terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak.

• Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat


menyebabkan oklusi pada pembuluh–pembuluh darah pulmonary
yang menyebabkan sukar bernafas.

• Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan


dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor),
tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.
Lanjutan...
Sindrom Kompartemen
• Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang
tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan
berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot.

• Gejala–gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada


luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan
pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot
yang terlibat, dan paresthesia.

• Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan
tulang hasta (radius atau ulna).
Lanjutan...
Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)
• Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang
baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu
kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan
menghalangi suplai darah.

• Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode


waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya
sampai dia keluar dari rumah sakit.

• Edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus


memotivasi pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten
atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.
Lanjutan...
Osteomyelitis
• Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar
tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh).

• Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus,


atau selama operasi.

• Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat


tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur-fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko
osteomyelitis yang lebih besar.
Lanjutan...
Gangren Gas
• Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium
saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium
welchii atau clostridium perfringens.

• Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang


mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika
kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung–
gelembung gas pada tempat luka.

• Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal.

Anda mungkin juga menyukai