Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL MINI RISET

‘’DEMOKRASI”

Disusun oleh :

Nama : Yuswida Yanti Hrp

Nim : 1191111023

Kelas : A Reguler Pgsd 2019

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia –Nya kami dapat melakukan Mini Riset Beserta menyusun laporan
Mini riset Kami yang berjudul “DEMOKRASI”.

Dan harapan kami semoga makalah yang kami susun ini dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan bagi pembaca sekaligus penyusun makalah ini. Untuk
kedepanya dapat memperbaiki dan menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami meyakini bahwa masih
banyak kekurangan dari makalah yang kami sajikan . Oleh karena itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk mengembangkan
makalah ini.

Medan, Mei 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Demokrasi adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
memerintah dengan perantaraan wakil-wakilnya atau pemerintahan rakyat. Demokrasi
juga dapat diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.
Inti dari demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.
Salah satu tonggak utama untuk mendukung sistem politik yang demokratis adalah
melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat
baik di tingkat pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah, serta untuk
membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat
dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan oleh
pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan umum dilaksanakan oleh negara Indonesia dalam rangka mewujudkan
kedaulatan rakyat sekaligus penerapan prinsip-prinsip atau nilai-nilai demokrasi,
meningkatkan kesadaran politik rakyat untuk berpartisipasi aktif dalam pemilihan
umum demi terwujudnya cita-cita masyarakat Indonesia yang demokratis. Rakyat
merupakan aktor politik aktif yang menentukan berhasil tidaknya proses pemilu.
Salah satunya yaitu pemilih pemula. Pemilih pemula adalah pemilih yang baru
pertama kali akan menggunakan hak pilihnya. Berdasarkan pasal 45 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.72 tahun 2005 tentang 2 Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) adalah “penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang pada hari
pemungutan suara pemilihan kepala desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau
sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih”. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa pemilih pemula adalah pemilih yang baru pertama kali akan
menggunakan hak pilihnya yang pada hari pemungutan suara telah berusia 17 tahun
dan terdaftar dalam daftar pemilih oleh penyelenggara Pemilu. Kelompok pemilih
pemula ini biasanya mereka yang berstatus pelajar, mahasiswa, dan pekerja muda.
Pemilih pemula sebagai target untuk dipengaruhi karena dianggap belum memiliki
pengalaman voting pada pemilu sebelumnya, jadi masih berada pada sikap dan pilihan
politik yang belum jelas. Pemilih pemula yang baru mamasuki usia hak pilih juga
belum memiliki jangkauan politik yang luas untuk menentukan ke mana mereka harus
memilih. Sehingga, terkadang apa yang mereka pilih tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Pemilih pemula yang baru pertama memiliki hak pilih dalam Pemilu,
sebelumnya telah ikut berpartisipasi politik untuk meningkatkan nilai-nilai demokrasi
di sekolah misalnya, pada rapat kelas, pemilihan ketua kelas, ketua OSIS, dan
sebaginya. Pendidikan politik yang diharapkan dapat mengembangkan nilai-nilai
demokrasi bagi pemilih pemula di sekolah pada pelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn) yang diajarkan oleh guru tentang demokrasi dan pemilihan
umum tidak secara spesifik dan mendetail dibahas oleh guru PPKn. Oleh karena
itulah, penting bagi pemilih pemula untuk mendapatkan pendidikan politik yang
secara spesifik ditujukan bagi pemilih pemula dalam kegiatan Pemilu di sekolah
maupun di masyarakat. Tujuannya agar pemilih 3 pemula pada umumnya ikut
berpartisipasi politik yang dapat mengembangkan kepribadian politik, kesadaran
politik, dan nilai-nilai demokrasi. Setelah memahami dan berpartisipasi dalam
kegiatan Pemilu diharapkan pemilih pemula menjadi pemilih yang cerdas yakni
pemilih yang sadar menggunakan hak pilihnya dan dapat memilih pemimpin yang
berkualitas demi perbaikan masa depan bangsa dan negara. Pengembangan dan etika
berdemokrasi pada pemilih pemula sangat diperlukan sepanjang mereka sebagai
warga negara dan generasi penerus bangsa untuk memajukan budaya politik yang
terpuji dengan terlibat langsung dalam aktivitas masyarakat sebagai pelaku dalam
berdemokrasi. Nilai-nilai demokrasi sebagai bagian dari materi pembelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Universitas Muhammadiyah
Surakarta (UMS) terkait dengan mata kuliah Negara Hukum dan Demokrasi (NHD),
DasarDasar Ilmu Politik, dan Ilmu Negara, memudahkan peneliti untuk mendapatkan
informasi mengenai nilai-nilai demokrasi dalam penelitian ini. Demokrasi
mengandung nilai-nilai yang diperlukan untuk menegakkan sebuah pemerintahan
yang demokratis. Nilai-nilai demokrasi yang dilaksanakan oleh warga negara
Indonesia sangat berpengaruh dalam kehidupan pemerintahan, khususnya oleh
pemilih pemula. Pemilih pemula memiliki peran penting dalam kehidupan demokrasi
sebagai generasi muda. Pemilih pemula yang belum memiliki pengalaman memilih
dalam Pemilu sebelumnya dianggap belum paham akan nilai-nilai demokrasi yang
seharusnya mereka laksanakan, seperti ikut berpartisipasi, berpendapat, berkelompok,
menghormati orang/kelompok lain, 4 kerjasama, kepercayaan, kesetaraan, dan
sebagainya. Kondisi tersebut apabila tidak dilaksanakan maka sebuah pemerintahan
yang demokratis sulit ditegakkan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti
mengambil judul “Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Pada Pemilih Pemula (Studi
Kasus Pada Pemilih Pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan
Kebakkramat Kabupaten Karanganyar Tahun 2013)”.

B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam penulisan
karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian harus mengetahui
terlebih dahulu permasalahan yang ada. Dengan adanya permasalahan yang jelas,
maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah nilai-nilai demokrasi pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013?
2. Bagaimanakah bentuk implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar tahun 2013?
3. Bagaimanakah partisipasi pemilih pemula dalam implementasi nilai-nilai
demokrasi di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan
sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini pun perlu adanya tujuan
yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga
peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada langkah
pemecahan masalahnya. Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai demokrasi
pada pemilih pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan
Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 2. Untuk mendeskripsikan bentuk
implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 3.
Untuk mendeskripsikan partisipasi pemilih pemula dalam implementasi nilainilai
demokrasi pada di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar tahun 2013.

D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian


1. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Teoritis a. Sebagai suatu karya ilmiah, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi sebagai perkembangan ilmu
pengetahuan pada khususnya, maupun bagi masyarakat pada umumnya. 6 b. Dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya tentang implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di Pemilu.
c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar serta pedoman untuk penelitian
berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat atau Kegunaan Penelitian Praktis a. Manfaat bagi peneliti 1) Untuk
menerapkan imu yang diperoleh di bangku kuliah dalam mempelajari nilai-nilai
demokrasi. 2) Sebagai calon pendidik, pengetahuan selama mengadakan penelitian ini
dapat ditransformasikam pada peserta didik khususnya dan masyarakat pada
umumnya. b. Manfaat bagi pemilih pemula 1) Agar para pemilih pemula sebagai
generasi muda mengetahui pentingnya implementasi nilai-nilai demokrasi dalam
Pemilu. 2) Melalui kegiatan penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
masukan dan kerangka acuan bagi para pengambil keputusan, terutama dalam
memberikan pengetahuan dan perhatian khusus bagi pemilih pemula.

D. Daftar Istilah
Daftar istilah menurut Maryadi dkk. (2010:11), adalah “suatu penjelasan istilah-istilah
yang terdapat dalam kata-kata kunci yang ada pada judul 7 penelitian”. Adapun
istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai Nilai
menurut Koyan (2000:11), adalah “segala sesuatu yang berharga”. 2. Demokrasi
Demokrasi menurut Budiardjo (2008:105), adalah “demokrasi yang menurut asal kata
berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani demos berarti
rakyat, cratos/kratein artinya kekuasan/berkuasa)”. 3. Nilai-Nilai Demokrasi Nilai-
nilai demokrasi menurut Chamim dkk., (2006:39), adalah “kebebasan (berpendapat,
berkelompok, berpartisipasi), menghormati orang/ kelompok lain, kesetaraan,
kerjasama, persaingan, dan kepercayaan”. 4. Pemilih Pemula Pemilih pemula adalah
warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17
tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin dan belum memiliki pengalaman
memilih sebelumya.’
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori Nilai Demokrasi

1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga ataupun sesuatu yang dianggap bermutu,
sehingga berguna bagi manusia. Nilai merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh
sekelompok orang yang mempercayainya. Sjarkawi (2006: 29) mengatakan bahwa
nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Objek kepentingan yang
dimaksudkan adalah hal yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang
membutuhkan nilai yang digunakan untuk mengatur kehidupan sehari-hari dalam
bertindak. Nilai sering disebut juga dengan aturan, di mana peraturan dibuat untuk
mengatur tindakan manusia agar tertib dan teratur. Peraturan digunakan untuk
mengatur tingkah laku seseorang agar tidak berperilaku sewenang-wenang dan
tanpa kendali, sehingga membuat perilaku masyarakat di daerah tertentu menjadi
lebih baik. Aturan berisi hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus
dihindari. Hal senada diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2007: 19) yang
mengemukakan bahwa nilai adalah pola keyakinan suatu masyarakat tentang hal
baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari dalam berperilaku.
Masyarakat harus mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai apa saja yang
digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku dan menjadi kebiasaan dalam
hidup bermasyarakat. 8 Segala sesuatu yang berharga dianggap nilai. Setiap yang
berharga akan dicari oleh manusia, seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno,
dkk (2006: 75) yang menyatakan bahwa nilai adalah hakikat sesuatu yang
menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia. Keinginan untuk hidup dalam
kedamaian dan keteraturan, manusia menjadikan nilai sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan. Nilai menjadi dasar dalam membuat tata aturan dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang ada di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain.
Nilai dalam suatu daerah dipengaruhi oleh norma, keyakinan dan kebudayaan
masing-masing meskipun untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu perdamaian
dan ketenteraman. Bertens (Paul Suparno, 2006: 76) menambahkan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan dan sesuatu yang baik. Nilai
membuat kehidupan manusia menjadi lebih teratur, hal ini disebabkan karena nilai
merupakan anugerah Tuhan yang artinya setiap manusia dianugerahi hal yang
sama pada waktu dilahirkan. Perkembangan aspek nilai selajutnya dipengaruhi
masyarakat di mana dia tinggal. Manusia hanya dapat menemukan, memahami,
menghayati, dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Nilai merupakan hal
yang melekat pada objek sehingga disukai dan dicari oleh banyak orang. Suatu
objek akan bernilai jika ada subjek yang memberikan penilaian terhadap objek
tersebut. Baik dan buruk penilaian yang diberikan pada suatu objek, tergantung
dari aturan yang berlaku di 9 masyarakat dan pengalaman orang yang memberikan
penilaian. Nilai dijadikan suatu pijakan dan dipegang teguh oleh masyarakat
menjadi suatu keyakinan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
nilai adalah suatu hal baik yang diinginkan oleh setiap orang dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan manusia. Nilai menjadi seperangkat aturan yang harus
dipatuhi demi kepentingan bersama yaitu kehidupan yang tertib dan nyaman. Nilai
dijadikan manusia sebagai faktor pendorong dan pedoman dalam mencapai tujuan
kehidupan. Oleh karena itu perlu melakukan pengajaran nilai sejak dini untuk
menjaga stabilitas kebudayaan dari generasi ke generasi.

2. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi sering digunakan dalam sistem pemerintahan. Negara yang
demokrasi merupakan negara yang meletakan kekuasaan tertinggi di tangan
rakyatnya. Rakyat dilibatkan dalam menentukan setiap kebijakan dalam
pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Abd. Rahman Assegaf (2004: 140)
yang mendefinisikan demokrasi dari asal usul kata yaitu berasal dari kata demos
yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Harris Soche (Winarno, 2010: 91), demokrasi adalah bentuk
pemerintahan rakyat, karena kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat.
Oleh karena itu, rakyat berhak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi
dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain. 10 Terdapat pengertian
mengenai demokrasi yang dianggap paling popular, yaitu pengertian demokrasi
dari Abraham Liconln (Winarno, 2010: 92) yang menyatakan bahwa demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of
people, by the people, and for the people). Pengertian pemerintahan dari rakyat,
suatu pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang mendapatkan pengakuan
dan dukungan mayoritas rakyat melalui demokrasi, pemilihan umum. Pengertian
pemerintahan oleh rakyat yaitu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas
nama rakyat, bukan dorongan pribadi. Roda pemerintahan berada pada
pengawasan rakyat baik secara langsung maupun perwakilan. Pengertian
pemerintahan untuk rakyat adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi yang
berkembang di Indonesia adalah demokrasi pancasila. Winarno (2007: 102)
mengungkapkan bahwa pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai
yang dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Pancasila menjadi
cita-cita masyarakat, sehingga dijadikan pedoman dalam membuat keputusan.
Selain itu, pancasila menjadi alat pemersatu yang mampu menjadi sumber nilai
bagi penyelesaian konflik yang dihadapi masyarakat. Nilai-nilai dalam setiap sila
pada pancasila memuat nilai demokrasi, sehingga dijadikan sumber untuk
menjalankan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan demokrasi adalah suatu sistem atau tatanan pemerintahan yang
memberikan kekuasaaan kepada 11 rakyat. Kekuasaan pemerintahan di tangan
rakyat, meliputi pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan
pemerintahan untuk rakyat. Demokrasi yang berjalan di Indonesia adalah
demokrasi pancasila di mana nilai-nilai dalam pancasila digunakan sebagai
sumber dalam menjalankan pemerintahan.

3. Nilai Demokrasi
Nilai-nilai demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka. Penanaman nilai
demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui kegiatan
saling menghargai satu sama lain. Negara yang demokrasi akan terwujud apabila
seluruh warga masyarakatnya mempunyai nilai-nilai demokrasi. Perilaku dan
budaya demokrasi juga harus dibangun dalam kehidupan bermasyarakat.
Membangun budaya demokrasi tidak cukup dengan membuat peraturan yang
harus dipatuhi masyarakat, akan tetapi juga perlu mengenalkan atau
mensosialisasikannya kepada masyarakat. Saiful Arif (2007, 58-59) mengatakan
bahwa demokrasi tidak sebatas sistem politik maupun aturan-aturan formal yang
terdapat dalam konstitusi saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi
itu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti,
penghormatan terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain
dan kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. Hal senada
dikemukakan oleh Paul Suparno (2004: 37) yang menyatakan bahwa nilai
demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif. Demokrasi
menjunjung tinggi kesamaan hak setiap orang, yang artinya hak 12 dirinya dan
orang lain sama. Demokrasi memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
warga negara dan bekerjasama dengan orang lain tanpa membeda-bedakan satu
sama lain. Setiap orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama di mata
negara tanpa menghiraukan latar belakang suku, ras, agama, tingkatan sosial, dan
gender. Demokrasi tidak memperbolehkan terjadinya penindasan baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok. Nilai demokrasi mengajarkan individu
untuk saling menghormati satu sama lain. Senada dengan pendapat Zamroni
(2001: 32) yang menyebutkan nilai demokrasi yaitu, a) toleransi, b) kebebasan
mengemukakan pendapat, c) menghormati perbedaan pendapat, d) memahami
keanekaragaman dalam masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung
nilai dan martabat kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada
orang lain, h) saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan
k) keseimbangan. Nilai demokrasi tidak secara langsung ditanamkan pada diri
seseorang, melainkan tahap demi tahap. Nilai demokrasi yang menjadi fokus
penelitian ini meliputi nilai berpartisipasi, toleransi dan saling menghargai. a.
Partisipasi Zamroni (2009: 55) menyatakan bahwa partisipasi menekankan bahwa
dalam masyarakat yang demokratis, setiap individu harus berpartispasi dalam
pengambilan keputusan. Setiap orang berhak dan wajib memberikan suara sebagai
perwujudan partisipasi dalam menentukan kebijakan. Partisipasi mencerminkan
kesadaran individu untuk melaksanakan kewajiban atas hak yang dimiliki. 13 b.
Toleransi Sri Narwanti (2011: 29) menyatakan bahwa toleransi adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Terdapat indikator sikap toleransi
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Pelayanan yang sama terhadap
siswa tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status
ekonomi. 2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. 3)
Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin,
agama, suku, dan tingkat kemampuan. 4) Tidak memaksakan pendapat/kehendak
kepada orang lain. 5) Hormat-menghormati. 6) Mempunyai perasaan malu jika
berbuat kesalahan, takut jika melanggar peraturan, senang jika berbuat kebaikan.
7) Basa-basi (ramah). 8) Sopan santu. 9) Bersuara sewajarnya dan tidak sombong.
c. Saling menghormati Nurul Zuriah (2007: 69) mengungkapkan bahwa saling
menghargai/menghormati adalah sikap dan perilaku untuk menghargai dalam
hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata cara yang
berlaku. Setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai satu sama lain
tanpa melihat dari latar belakang sosialnya. Rasa saling menghargai tergambar
dalam kehidupan sehari-hari seperti menyapa, senyum, memberikan kesempatan
orang lain untuk melakukan haknya, dan lain sebagainya. Menghormati perbedaan
pendapat merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Tidak memaksakan
pendapatnya 14 sendiri meskipun pendapat itu berbeda dengan orang lain. Jika
terdapat perbedaan, hendaknya diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat
tanpa merugikan salah satu pihak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa nilai demokrasi adalah suatu pola keyakinan atau hal baik yang dijadikan
pedoman hidup bagi masyarakat guna mewujudkan kehidupan yang demokrasi.
Nilai demokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada nilai partisipasi, toleransi dan
saling menghormati.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian tentang “pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA seKecamatan MEDAN ”
ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai November 2013. Tempat
penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas baik swasta maupun negeri
di Kecamatan MEDAN TIMUR.

B. Jenis dan Pendekatan


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian deskriptif ialah penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkap
gambaran objektif mengenai keadaan yang terdapat pada objek yang diteliti.
Adapun penelitian kualitatif ini merupakan metode penelitian yang digunakan
untuk mengkaji suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi dan
pengujian hipotesis(Andi Prastowo, 2012:24). Penelitian kualitatif dari sisi
definisi lainnya memaparkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian
yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan
pengertian atau pemahaman tentang fenomena dalam suatu latar yang
berkonteks khusus(Lexy J Moleong,2006:5). Dilihat dari jenis dan metode
penelitian tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
memaparkan proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan MEDAN.

C. Sumber Data/Subyek Penelitian


Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- 45 lain(Lexy J
Moleong,2006:157). Dalam penelitian ini kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data
dapat dicatat melalui catatan tertulis atau perekam video maupun pengambilan
foto. Pencatatan sumber data merupakan penggabungan dari mendengar,
melihat dan bertanya yang dilakukan oleh peneliti. Orang yang diamati atau
diwawancarai oleh peneliti ialah lima guru Pendidikan Kewarganegaraan dari
masingmasing sekolah di SMA Se-kecamatan medan. Teknik yang digunakan
peneliti dalam menentukan subyek penelitian dengan teknik purposive yakni
dengan memilih subyek berdasarkan pertimbangan, kriteria, ciri tertentu yang
ditentukan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Subyek penelitian ialah
orangorang yang dapat memberikan informasi dengan bertanggung jawab atas
apa yang dikatannya. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan dalam
menentukan subyek penelitian yakni : orang yang mempunyai pengetahuan
mengenai Demokrasi Pancasila, orang yang mempunyai pengalaman dan
berhubungan langsung dengan pengajaran Demokrasi Pancasila dalam
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Melihat kriteria di atas maka
yang merupakan subyek penelitian ialah guru-guru Pendidikan
Kewarganegaraan yang mengampu kelas XI dari masingmasing SMA di
Kecamatan Depok. Pengambilan kelas XI dikarenakan materi pada kelas
tersebut mengarah kepada nilai Demokrasi khususnya Demokrasi Pancasila.
46

D. Teknik Pengumpulan Data


Guna memperoleh data yang akan digunakan, maka peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data, yaitu : 1. Wawancara Terstruktur
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data sekunder apabila
peneliti telah melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal kecil
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil
(Sugiyono, 2012: 188). Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data
secara langsung dari narasumber (guru mapel PKn) tentang usaha yang
dilakukan agar nilai-nilai demokrasi dapat berkembang melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganeraan dari masing-msing sekolah 2. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan dokumendokumen atau
foto-foto serta catatan tertulis/lampiran yang berguna sebagai informasi dalam
penelitian ini. Dokumen-dokumen tertulis yang dapat digunakan sebagai alat
untuk memperkuat observasi dan wawancara ialah dokumen dari masing-
masing guru yang berupa Rencana Program Pembelajaran. Dokumentasi juga
dapat dijadikan sebagai bukti bahwa peneliti benar-benar melakukan
penelitian di tempat terkait. 47 3. Observasi Observasi merupakan suatu proses
yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan
psikologis. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati
terlalu besar (Sugiyono, 2012: 196). Penulis melakukan observasi terhadap
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas XI masing-masing sekolah
dalam proses pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila di SMA se-
kecamatan medan.

E. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat mendukung dalam
melaksanakan tehnik pengumpulan data, agar mendapatkan data yang sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
instrumen yaitu pedoman wawancara dan lembar observasi. Pedoman
wawancara merupakan instrumen dalam wawacara terstruktur yang berisi
daftar pertanyaan yang terinci secara tertulis dalam lembar pedoman
wawancara. Sedangkan lembar observasi ialah lembar yang berisi proses-
proses pembelajaran yang baik dalam melaksanakan pengamatan
pembelajaran di sekolah. lembar observasi yang akan digunakan dalam
penelitian adalah lembar observasi untuk mengumpulkan data mengenai
suasana demokrasi yang dibangun guru dan dapat diterima baik oleh anak
didik. 48 F. Teknik Pengujian Keabsahan Data Pengujian keabsahan data pada
dasarnya digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada
penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah. Peneliti yang
mengggunakan pengujian keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik
maka jelas penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari
segala segi(Lexy J Moleong,2006:320). Penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J Moleong,2006:330).
Penelitian ini membandingkan antara dokumen dari masing-masing guru yang
berupa RPP atau Rancangan Program Pembelajaran dengan cara saat guru
tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar serta tujuan yang ingin di capai.
G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data(Lexy J Moleong,2006:280). Langkahlangkah yang
dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : 49 1. Reduksi data
Reduksi data ialah identifikasi satuan(unit). Pada mulanya diidentifikasikan
adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki
makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi berfungsi
untuk menajamkan, menggolongkan, dan mengarahkan. Dalam penelitian ini
pemilihan, menggolongkan dan mengarahkan data agar mendapatkan data
yang relevan dan mendukung peneliti dalam permasalahan pengembangan
nilainilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok. 2. Kategorisasi data
Kategorisasi ialah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian
yang memiliki kesamaan(Lexy J Moleong,2006:288). Data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan dari dokumen-dokumen yang ada akan dipilah-pilah
sesuai dengan sifat masing-masing data. Tujuannya untuk memilih data yang
sifatnya penting dan data yang sifatnya pokok dan dapat mengarahkan pada
permasalahan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan medan. 50
3. Display Data Display data merupakan penyajian data ke dalam sejumlah
matriks yang sesuai. Tahap ini mempunyai tujuan untuk memberi kemudahan
dalam mengkonstruksikan, menginterprestasikan dan menyimpulkan data
yang telah dipilih. Bentuk penyajian laporannya adalah deskriptif analitik dan
logis karena penyajian laporan ini berusaha mengarah kepada suatu
kesimpulan. Data yang dihasilkan berbentuk narasi berupa informasi tentang
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Sekecamatan medan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi saat ini merupakan kaya yang senantiasa mengisi
perbincangan berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyrakat bahwa
masyarakat kelas elit seperti kalangan elit politik, birokrat, pemerintahan,
took masyarakat, aktivitas lembaga swadaya masyarakat, cendekiawan,
maha siswa dan kaum professional lainnya. Secara etimilogi demokrasi
terdiri daru dua kata yang berasal dari Yunani yaitu: “demos” yang berarti
rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan. Jadi :demos-cratos” atau “demos-cratos” (demokrasi)
adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat. Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:
1. Josefh A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan
komperatif atas suara rakyat. 2. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk
pemerintahab dimana keputusan-keputusan pemerintahan yang penting
secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. 3. Philippe C.
Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu system
pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka diwilayah public oleh warga Negara, yang
bertindak secara 3 tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama
dengan para wakil mereka yang telah terpilih. 1 Jadi demokrasi adalah
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.

B. Komponen Komponen Penegak Demokrasi


Tegaknya demokrasi sangat terkait dengan komponen-komponen yang
mengawantahkan tegaknya demokrasi antara lain: 1. Negara Hukum
Konsepsi Negara hukum mengandung pengertian bahwa Negara
memberikan perlindungan hukum bagi warga Negara melalui
pelembagaan peradilan yang bebas dan tidak memihak serta penjaminan
hak asasi manusia. Istilah hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam
penjelasan UUD 1945 bahwa “Negara Indonesia ialah Negara yang
berdasarkan atas hukum dan bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka”.
Adapun cirri-ciri sebagai berikut: a Adanya perlindungan HAM b
Adannya supremasi hukum dan penyelenggaraan pemerintah. c Adanya
pemisahan dan kekuasaan Negara. d Adanya lembaga peradilan yang
bebas dan mandiri. 2. Masyarakat Madani Masyarakat madani dengan
cirinya sebagai masyarakat terbuka, masyarakat yang bebas dari pengaruh
kekuasaan dan tekanan Negara, masrakat yang berpartisipasi aktif.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengertian demokrasi, secara etimologi terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu : “demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan
suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
“demos-cratos” atau demokrasi adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa,
pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.
Komponen Penegak Demokrasi
a. Negara Hukum b. Masyarakat Madani c. Infrastruktur Politik d. Pers
yang bebas dan bertanggungjawab.
Prinsip-prinsip Demokrasi a. Adanya pembagian kekuasaan b. Adanya
manajemen pemerintahan yang terbuka c. Adanya kebebasan Individu d.
Adanya peradilan yang bebas e. Adanya pengakuan hak minoritas f.
Adanya pemerintah yang berdasarkan huum g. Adanya pers yang bebas h.
Adanya multi partai politik i. Adanya musyawarah j. Adanya persetujuan
parlemen k. Adanya pemerintah yang constitutional l. Adanya ketentuan
pendukung tentang system demokrasi m. Adanya pengawasan terhadap
administrasi public 13
Perkembangan demokrasi di Indonesia, terdiri dari empat periode, yaitu :
a. Demokrasi periode 1946-1959 b. Demokrasi periode 1959-1965 c.
Demokrasi periode 1965-1998 d. Demokrasi 1998 - sekarang

B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan implementasi dan
pengaplikasian pengetahuan yang didapatkan pembaca dari hasil karya
penulis untuk kehidupan pembaca dalam ranah pendidikan yang semakin
berkembang saat ini dan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Penyusun PUSLIT IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pendidikan


Kewargaan Demokrasi, HAM & Masyrakat Madani, Jakarta : IAIN
Jakarta Press, 2000
I Putu Ari Astawa , Demokrasi Indonesia, Jakarta : Universitas Udayana
press, 2017
Nurtjahyo, Hendra, Filsafat Demokrasi, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006
Subiakto, Henry, Komunikasi Politik Media dan Demokrasi, Jakarta :
Kencana Prenada media grup , 2012
Lubis, Maulana Arafat, Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21 di
SD/MI), Yogyakarta: Samudra Biru, 2018
REKAYASA IDE PENDIDIKAN

PANCASILA

Disusun oleh :

Nama : Yuswida Yanti Hrp


Nim : 1191111023
Kelas : A Reguler Pgsd 2019

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


FAKULTAS PENDIDIKAN SEKOLAH
DASAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun
judul dari makalah ini adalah ”Rekayasa Ide”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberikan tugas terhadap
penyusun. Penyusun juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut
membantu dalam pembuatan makalah ini yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu.

Medan, Mei 2021

Yuswida Yanti Hrp


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…............................................................................................................i

DAFTAR ISI…..........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

Latar Belakang. .........................................................................................................................4

Perumusan Masalah. ..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

Kesimpulan

Saran
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Selain sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila juga merupakan sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia. Lahir dari akar sejarah budaya bangsa, Pancasila tak
dapat dipungkiri, mengandung nilai-nilai luhur universal yang menjadi pedoman bagi
kehidupan berbangsa. Nilai-nilai luhur lima sila Pancasila - Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia - ini tak sekedar dihafalkan, tetapi juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya, dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya dijadikan acuan seperti dilupakan.
Akibatnya, korupsi marak di mana-mana. Ironisnya, tindak korupsi itu dilakukan elite politik
yang seharusnya memberikan contoh dalam menjunjung moralitas. Terkuaknya kasus korupsi
di hampir semua lembaga atau departemen pemerintahan seakan meneguhkan bahwa
kekuasaan cenderung korup. Fenomena itu menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya
dijadikan slogan, tak dijiwai sebagai nilai luhur yang patut dijunjung tinggi.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais?
· 2.Apakah Pancasila masih ada dijiwa para penguasa?

·
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais?

Pancasila selalu menjadi rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia
seseorang. Ini wajar, sebab Pancasila diyakini sebagai sebuah formulasi dari nilai-nilai
kebaikan manusia. Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia Pancasila pasti
memiliki berbagai hal terpuji dan perlu dicontoh. Jika dalam dunia perkayuan sangat
gampang, yang dinamakan kayu yang baik adalah panjang, lurus, mulus, tidak ada matanya
dan sebagainya. Demikian juga dengan pakaian, pakaian yang baik bisa dilihat dari jenis
kainnya, kualitas jahitannya, keawetannya, dan lain-lain. Lalu bagaimana seseorang bisa
dikatakan sebagai manusia Pancasila? Indikator semacam apa yang bisa dijadikan ukuran?
Apakah manusia Pancasila cukup diukur dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari
Pancasila ataukah bisa dilihat dari orang yang selalu menyertakan nama Pancasila
dibelakangnya; Paijo Pancasila, mBah Darmo Pancasila, Ponikem Pancasila? Indikator
seseorang untuk memiliki label Pancasila di belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika
indikatornya hanya diukur dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila yang ada, itu
semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang yang sering melakukan korupsi
pun sangat banyak yang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila. Pemaknaan manusia
Pancasila lebih dari itu. Sayangnya, selama ini kita masih terjebak dalam kondisi dimana
Pancasila masih sebatas bahan perdebatan dan seminar saja. Orang-orang sering
mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan keutamaan Pancasila. Namun mereka lupa untuk
mengamalkan nilai-nilai tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi
dan koreksi diri, kemudian menjadi salah satu landasan untuk bertingkah laku yang baik, dan
pada akhirnya akan mendorong (memotivasi) orang lain berbuat yang lebih baik?

Seseorang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila jika mampu membawakan


dirinya pada posisi yang tepat, sesuai kewajiban dan haknya. Manusia Pancasila harus
mampu menempatkan dirinya menjadi rekan sesama manusia sekaligus menjadi hamba
Tuhan pada saat yang bersamaan. Dua sifat kemanusiaan dan ke Illahian ini harus di terapkan
secara bersama-sama, tidak terpisah. Ketika seseorang bekerja, maka dia harus sadar bahwa
dia tidak sekedar mencari uang. Akan tetapi dia seharusnya juga memiliki kesadaran bahwa
hasil pekerjaannya akan bermanfaat bagi orang lain dan tidak melanggar ketentuan Allah.
Karena esensi dari Pancasila adalah perpaduan antara nilai-nilai kemanusiaan dan sifat ke-
Tuhanan. Ada satu hal yang tidak boleh dilupakan, bahwa sifat Pancasila dari seseorang
adalah abadi (jangan dibaca kekal). Artinya seseorang tidak selamanya (kekal) menjadi
manusia Pancasila, sebaliknya dia juga tidak akan kekal menjadi pengkhianat Pancasila. Bisa
saja pada jam sembilan pagi dia adalah seorang Pancasila sejati, namun pada setengah jam
berikutnya dia akan berposisi sebagai penentang Pancasila nomor wahid. Begitu seterusnya,
antara jiwa pancasila dan jiwa penentangnya akan selalu hadir terus menerus (abadi). Seorang
yang di mata masyarakat dicap sebagai penjahat dan sampah masyarakat tiba-tiba berubah
menjadi seorang Pancasila. Pun, dengan orang-orang yang selama ini selalu mengagung-
agungkan dan menyebut-nyebut ”Pancasila...Pancasila...Pancasila..” bisa jadi dia menjadi
agen pemberontak Pancasila sejati.Ki Ageng Suryo Mentaram dalam Kawruh Begja
mengatakan bahwa kebahagiaan dan kesedihan itu abadi sifatnya. Ketika seseorang sedih
karena kematian kerabat dekatnya, tiba-tiba dia merasa bahagia karena kehadiran saudara lain
yang tidak pernah berkunjung ke rumahnya. Begitu juga ketika seseorang sedang bahagia
karena kehadiran sang buah hati mendadak hatinya sedih karena persediaan dananya tidak
mencukupi untuk biaya persalinan. Kebahagiaan – kesedihan datang silih berganti dan tidak
pernah berhenti (abadi). Begitu juga dengan jiwa Pancasila selalu timbul tenggelam bersama
jiwa pemberontak terhadap Pancasila. Pada saat tertentu sebagai pahlawan Pancasila dan
pada detik berikutnya menjadi pengkhianat Pancasila. Sebagai manusia, kita tidak mungkin
menghilangkan salah satu dari keduanya. Namun jangan khawatir Allah telah membekali hati
kepada setiap manusia untuk memilih jalan mana yang diinginkannya. Apakah memilih
berjiwa Pancasila ataukah menjadi pemberontak dan pengkhianat. Dan tentunya kita juga
tidak terlalu perlu menempatkan label Pancasila di belakang nama kita agar dihormati orang
lain. Yang penting dari yang terpenting adalah:
·
2. Apakah Pancasila masih ada dijiwa para penguasa?
Dalam perjuangan bangsa Indonesia Pancasila telah berperan amat besar dan bahkan
menentukan. Dampak utama Pancasila sebagai Dasar Negara RI adalah bahwa hingga
sekarang Republik Indonesia masih tetap berdiri meskipun selama 55 tahun harus mengalami
ancaman, tantangan dan gangguan yang bukan main banyaknya dan derajat bahayanya.
Pancasila telah menjadi pusat berkumpul (rallying point) bagi berbagai pendapat yang
berkembang di antara para pengikut Republik sehingga terjaga persatuan untuk menjamin
keberhasilan perjuangan. Pancasila juga memberikan pedoman yang jelas untuk menetapkan
arah perjuangan pada setiap saat, terutama apabila harus dihadapi ancaman yang gawat yang
datang dari luar. Pancasila juga telah menimbulkan motivasi yang kuat sehingga para
pengikut Republik terus menjalankan perjuangan sekalipun menghadapi tantangan dan
kesukaran yang bukan main beratnya. Dengan begitu Pancasila menjadi Identitas bangsa
Indonesia. Namun ada satu kekurangan penting yang terdapat pada Dasar Negara kita, yaitu
bahwa Pancasila belum menjadi kenyataan hidup dalam masyarakat Indonesia.
Adalah amat aneh dan tragis bahwa Bung Karno sebagai pencetus Pancasila dalam
menjalankan pemerintahannya malahan melanggar nilai-nilai Pancasila ketika menerapkan
Demokrasi Terpimpin serta berbagai pengaturan politik dan ekonominya. Akibatnya adalah
bahwa Bung Karno tidak berhasil menjadikan Pancasila sebagai kenyataan hidup dalam
masyarakat Indonesia.
Apalagi saat Orde Baru (Orba) Kekuasaan telah menjadikan Pancasila sebagai alat
legitimasi kekuasaan. Tafsir dan moralitas sosial banyak diambil alih elite dalam kerangka
politis.Pemerintah Orba betul-betul melakukan dominasi dan hegemoni atas pemaknaan
Pancasila, sehingga kebaikan Pancasila hanya dilihat dari sisi substansialnya, mirip rumah
kaca yang sangat indah dari luar.Tidak heran, meski gencar indoktrinasi P4 dan melahirkan
banyak orang cerdas dan penatar P4, tapi sikap dan moralitasnya tidak mencerminkan
Pancasilais sejati. Realitas tersebut kemudian melahirkan politik "balas dendam", khususnya
saat Orde Baru tumbang. Kemudian muncul euforia perlawanan atas berbagai hal yang
berbau Orba, termasuk mereka yang selama kejayaan Orba menikmati begitu banyak
keistimewaan. Pancasila kini tidak lagi menarik diperbincangkan. Lebih parah lagi, sebagian
kalangan ingin menggantinya dengan ideologi baru karena itu dianggap sudah tidak sesuai
dengan zaman.
Sejarah panjang Pancasila dan perspektif masa depan tidak akan berhenti dari
serbuan godaan, apalagi berkorelasi dengan penguatan demokrasi dan etika moral
kemanusiaan, segalanya masih perlu bukti riil. Pancasila disadari akan melahirkan
kebersamaan dalam pluralitas.
Namun Pancasila juga memungkinkan peluang bagi penguasa untuk melakukan
dominasi dan hegemoni sebagaimana di era orba. Pada aspek lain, serbuan ideologi neo-
liberalisme yang bertumpu pada pasar makin menggoyahkan nilai-nilai kehidupan yang
selama ini dianggap sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
Kecenderungan kuat "pasar" menjadikan orang bersifat konsumtif, segalanya diukur
berdasarkan materi dan kapital berubah menjadi dewa. Karakteristik tersebut mengikis habis
nilai-nilai Pancasila yang sarat dengan nilai- nilai sosial dan kemanusiaan.
Bagaimana pun kuatnya pengaruh dari luar maupun dari dalam, Pancasila sesungguhnya
dapat diandalkan dalam menghadapi berbagai tantangan. Tentu, Pancasila harus benar-benar
mampu diaplikasikan dengan baik oleh kita semua, khususnya para pemimpin. Sebagaimana
apa yang dikatakan oleh Roeslan Abdulgani (1986), Pancasila kita bukan sekadar berisikan
nilai-nilai statis, tetapi juga jiwa dinamis.

Pancasila Vs Korupsi
Kita masih ingat sebuah sejarah ”pengkhianatan” Pancasila yaitu Gerakan 30
September 1965. Dengan gagah perkasanya Pancasila menunjukkan ”kesaktian” nya hanya
dalam waktu satu hari saja yaitu 1 oktober 1965. Dan akhirnya kita ”sepakati” tanggal 1
Oktober adalah hari kesaktian Pancasila.
Dalam keberadaan reformasi ini sepertinya Pancasila sudah ”mati” dengan banyak bukti
tindakan korupsi para penyelenggara negara. Korupsi jelas anti Pancasila yang kemudian kita
tidak mampu lagi menunjukkan ”kesaktian” Pancasila.
Dengan Korupsi, Ketuhanan Yang Maha Esa jelas sudah dilanggar karena para pelaku
sudah mengingkari perintah Tuhan mereka yaiu Tidak Boleh Mencuri.Dalam Korupsi, maka
Kemanusiaan yang adil dan beradab jelas telah dilanggar karena manusia korupsi atau
koruptor hanya memikir diri sendiri dan kelompoknya dan melanggar hak keadilan manusia
lain.
Dalam Korupsi, maka Persatuan Indonesia juga terganggu karena terlibatnya para
politisi dalam korupsi mengakibatkan ”perseteruan” salaing menjatuhkan dan saling
melindungi pelaku korupsi.Dalam Korupsi, maka Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sangat terbukti telah dilanggar karena
alasan demokrasi maka keputusan politik dalam pemberantasan korupsi lebih mendasar pada
besarnya kekuatan dalam parlemen bukan berdasarkan sebuah kebijaksanaan untuk bangsa
dan negara.Dalam Korupsi, maka Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia jelas hanya
mimpi belaka karena alokasi anggaran untuk kesejateraan rakyat banyak diambil oleh mereka
yang tidak berhak yaitu politisi dan birokrasi.
BAB III
PENUTUP

- KESIMPULAN

Kekuasaan yang artinya sendiri itu memerintah jika tidak dilandasi ideologi akan
menimbulkan kejahatan-kejahatan seperti kasus-kasus korupsi,mafia
hukum dan pengelapan.Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh para penguasa atau
orang yang memiliki kekuasaan dapat pula meningkatkan angka statistik kejahatan yang
dialami korban.Kekuasaan pemerintahan yang sewenang-wenang melanggar HAM rakyat
masih banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan. Korban ini timbul bila
pejabat/penguasa dalam pelayanan terhadap masyarakat, baik sengaja atau kelalaian
menyebabkan kerugian material atau immaterial dan hak asasi dari rakyat yang
dilayaninya. Jadi, Asas keseimbangan pelayanan hukum terhadap korban dan penguasa perlu
dipelihara dengan baik melalui perlindungan hukum.

- SARAN
Upaya untuk menghindarkan diri jadi korban penyalahgunaan kekuasaan dapat
dilakukan melalui jalur legal (hukum) baik melalui KPK, SATGAS PEMBERANTASAN
MAFIA HUKUM, KOMNAS HAM, dan masyarakat seharusnyasemakin bisa
memperhatikan gerak gerik penguasa jangan sampai dibodohi ataupun dibohongin
dan sebaiknya bertindak bijak dengan berupaya mempelajari kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh penguasa, serta melakukan pembelaan diri secara langsung atau tidak
langsung dari kemungkinan timbulnya korban dari penyalahgunaan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai