‘’DEMOKRASI”
Disusun oleh :
Nim : 1191111023
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat dan karunia –Nya kami dapat melakukan Mini Riset Beserta menyusun laporan
Mini riset Kami yang berjudul “DEMOKRASI”.
Dan harapan kami semoga makalah yang kami susun ini dapat menambah
pengalaman dan pengetahuan bagi pembaca sekaligus penyusun makalah ini. Untuk
kedepanya dapat memperbaiki dan menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi .
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami meyakini bahwa masih
banyak kekurangan dari makalah yang kami sajikan . Oleh karena itu kami sangat
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk mengembangkan
makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam penulisan
karya ilmiah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian harus mengetahui
terlebih dahulu permasalahan yang ada. Dengan adanya permasalahan yang jelas,
maka proses pemecahannya akan terarah dan terfokus. Berdasarkan latar belakang
diatas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah nilai-nilai demokrasi pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013?
2. Bagaimanakah bentuk implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di
Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten
Karanganyar tahun 2013?
3. Bagaimanakah partisipasi pemilih pemula dalam implementasi nilai-nilai
demokrasi di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar tahun 2013?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan
sehingga dapat dirumuskan secara jelas. Dalam penelitian ini pun perlu adanya tujuan
yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga
peneliti dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada langkah
pemecahan masalahnya. Berdasarkan masalah yang dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai demokrasi
pada pemilih pemula di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan
Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 2. Untuk mendeskripsikan bentuk
implementasi nilai-nilai demokrasi pada pemilih pemula di Pemilihan Kepala Desa
(Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar tahun 2013. 3.
Untuk mendeskripsikan partisipasi pemilih pemula dalam implementasi nilainilai
demokrasi pada di Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) Kebak Kecamatan Kebakkramat
Kabupaten Karanganyar tahun 2013.
D. Daftar Istilah
Daftar istilah menurut Maryadi dkk. (2010:11), adalah “suatu penjelasan istilah-istilah
yang terdapat dalam kata-kata kunci yang ada pada judul 7 penelitian”. Adapun
istilah-istilah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Nilai Nilai
menurut Koyan (2000:11), adalah “segala sesuatu yang berharga”. 2. Demokrasi
Demokrasi menurut Budiardjo (2008:105), adalah “demokrasi yang menurut asal kata
berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata Yunani demos berarti
rakyat, cratos/kratein artinya kekuasan/berkuasa)”. 3. Nilai-Nilai Demokrasi Nilai-
nilai demokrasi menurut Chamim dkk., (2006:39), adalah “kebebasan (berpendapat,
berkelompok, berpartisipasi), menghormati orang/ kelompok lain, kesetaraan,
kerjasama, persaingan, dan kepercayaan”. 4. Pemilih Pemula Pemilih pemula adalah
warga negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara telah genap berumur 17
tahun dan atau lebih atau sudah/pernah kawin dan belum memiliki pengalaman
memilih sebelumya.’
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga ataupun sesuatu yang dianggap bermutu,
sehingga berguna bagi manusia. Nilai merupakan hal yang dijunjung tinggi oleh
sekelompok orang yang mempercayainya. Sjarkawi (2006: 29) mengatakan bahwa
nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan,
berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Objek kepentingan yang
dimaksudkan adalah hal yang dibutuhkan oleh setiap orang. Setiap orang
membutuhkan nilai yang digunakan untuk mengatur kehidupan sehari-hari dalam
bertindak. Nilai sering disebut juga dengan aturan, di mana peraturan dibuat untuk
mengatur tindakan manusia agar tertib dan teratur. Peraturan digunakan untuk
mengatur tingkah laku seseorang agar tidak berperilaku sewenang-wenang dan
tanpa kendali, sehingga membuat perilaku masyarakat di daerah tertentu menjadi
lebih baik. Aturan berisi hal baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus
dihindari. Hal senada diungkapkan oleh Nurul Zuriah (2007: 19) yang
mengemukakan bahwa nilai adalah pola keyakinan suatu masyarakat tentang hal
baik yang harus dilakukan dan hal buruk yang harus dihindari dalam berperilaku.
Masyarakat harus mengenali, memilih, dan menetapkan nilai-nilai apa saja yang
digunakan sebagai pedoman dalam berperilaku dan menjadi kebiasaan dalam
hidup bermasyarakat. 8 Segala sesuatu yang berharga dianggap nilai. Setiap yang
berharga akan dicari oleh manusia, seperti yang diungkapkan oleh Paul Suparno,
dkk (2006: 75) yang menyatakan bahwa nilai adalah hakikat sesuatu yang
menyebabkan hal itu pantas dikejar oleh manusia. Keinginan untuk hidup dalam
kedamaian dan keteraturan, manusia menjadikan nilai sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan. Nilai menjadi dasar dalam membuat tata aturan dalam
masyarakat. Nilai-nilai yang ada di satu daerah akan berbeda dengan daerah lain.
Nilai dalam suatu daerah dipengaruhi oleh norma, keyakinan dan kebudayaan
masing-masing meskipun untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu perdamaian
dan ketenteraman. Bertens (Paul Suparno, 2006: 76) menambahkan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang
menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan dan sesuatu yang baik. Nilai
membuat kehidupan manusia menjadi lebih teratur, hal ini disebabkan karena nilai
merupakan anugerah Tuhan yang artinya setiap manusia dianugerahi hal yang
sama pada waktu dilahirkan. Perkembangan aspek nilai selajutnya dipengaruhi
masyarakat di mana dia tinggal. Manusia hanya dapat menemukan, memahami,
menghayati, dan mewujudkannya dalam tindakan nyata. Nilai merupakan hal
yang melekat pada objek sehingga disukai dan dicari oleh banyak orang. Suatu
objek akan bernilai jika ada subjek yang memberikan penilaian terhadap objek
tersebut. Baik dan buruk penilaian yang diberikan pada suatu objek, tergantung
dari aturan yang berlaku di 9 masyarakat dan pengalaman orang yang memberikan
penilaian. Nilai dijadikan suatu pijakan dan dipegang teguh oleh masyarakat
menjadi suatu keyakinan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
nilai adalah suatu hal baik yang diinginkan oleh setiap orang dan dijadikan
pedoman dalam kehidupan manusia. Nilai menjadi seperangkat aturan yang harus
dipatuhi demi kepentingan bersama yaitu kehidupan yang tertib dan nyaman. Nilai
dijadikan manusia sebagai faktor pendorong dan pedoman dalam mencapai tujuan
kehidupan. Oleh karena itu perlu melakukan pengajaran nilai sejak dini untuk
menjaga stabilitas kebudayaan dari generasi ke generasi.
2. Pengertian Demokrasi
Istilah demokrasi sering digunakan dalam sistem pemerintahan. Negara yang
demokrasi merupakan negara yang meletakan kekuasaan tertinggi di tangan
rakyatnya. Rakyat dilibatkan dalam menentukan setiap kebijakan dalam
pemerintahan. Seperti yang dikemukakan oleh Abd. Rahman Assegaf (2004: 140)
yang mendefinisikan demokrasi dari asal usul kata yaitu berasal dari kata demos
yang artinya rakyat, dan kratos yang artinya kekuasaan. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Harris Soche (Winarno, 2010: 91), demokrasi adalah bentuk
pemerintahan rakyat, karena kekuasaan pemerintahan itu melekat pada diri rakyat.
Oleh karena itu, rakyat berhak untuk mengatur, mempertahankan, dan melindungi
dirinya dari paksaan dan pemerkosaan orang lain. 10 Terdapat pengertian
mengenai demokrasi yang dianggap paling popular, yaitu pengertian demokrasi
dari Abraham Liconln (Winarno, 2010: 92) yang menyatakan bahwa demokrasi
adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (government of
people, by the people, and for the people). Pengertian pemerintahan dari rakyat,
suatu pemerintahan yang sah adalah pemerintahan yang mendapatkan pengakuan
dan dukungan mayoritas rakyat melalui demokrasi, pemilihan umum. Pengertian
pemerintahan oleh rakyat yaitu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas
nama rakyat, bukan dorongan pribadi. Roda pemerintahan berada pada
pengawasan rakyat baik secara langsung maupun perwakilan. Pengertian
pemerintahan untuk rakyat adalah kekuasaan yang diberikan oleh rakyat kepada
pemerintah harus dijalankan untuk kepentingan rakyat. Demokrasi yang
berkembang di Indonesia adalah demokrasi pancasila. Winarno (2007: 102)
mengungkapkan bahwa pancasila adalah ideologi nasional, yaitu seperangkat nilai
yang dianggap baik, sesuai, adil, dan menguntungkan bangsa. Pancasila menjadi
cita-cita masyarakat, sehingga dijadikan pedoman dalam membuat keputusan.
Selain itu, pancasila menjadi alat pemersatu yang mampu menjadi sumber nilai
bagi penyelesaian konflik yang dihadapi masyarakat. Nilai-nilai dalam setiap sila
pada pancasila memuat nilai demokrasi, sehingga dijadikan sumber untuk
menjalankan demokrasi di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan demokrasi adalah suatu sistem atau tatanan pemerintahan yang
memberikan kekuasaaan kepada 11 rakyat. Kekuasaan pemerintahan di tangan
rakyat, meliputi pemerintahan dari rakyat, pemerintahan oleh rakyat, dan
pemerintahan untuk rakyat. Demokrasi yang berjalan di Indonesia adalah
demokrasi pancasila di mana nilai-nilai dalam pancasila digunakan sebagai
sumber dalam menjalankan pemerintahan.
3. Nilai Demokrasi
Nilai-nilai demokrasi telah ada sebelum Indonesia merdeka. Penanaman nilai
demokrasi pada masa sekarang ini bisa ditanamkan sejak dini melalui kegiatan
saling menghargai satu sama lain. Negara yang demokrasi akan terwujud apabila
seluruh warga masyarakatnya mempunyai nilai-nilai demokrasi. Perilaku dan
budaya demokrasi juga harus dibangun dalam kehidupan bermasyarakat.
Membangun budaya demokrasi tidak cukup dengan membuat peraturan yang
harus dipatuhi masyarakat, akan tetapi juga perlu mengenalkan atau
mensosialisasikannya kepada masyarakat. Saiful Arif (2007, 58-59) mengatakan
bahwa demokrasi tidak sebatas sistem politik maupun aturan-aturan formal yang
terdapat dalam konstitusi saja. Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi
itu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti,
penghormatan terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain
dan kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. Hal senada
dikemukakan oleh Paul Suparno (2004: 37) yang menyatakan bahwa nilai
demokrasi merupakan nilai yang membentuk sikap tidak diskriminatif. Demokrasi
menjunjung tinggi kesamaan hak setiap orang, yang artinya hak 12 dirinya dan
orang lain sama. Demokrasi memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
warga negara dan bekerjasama dengan orang lain tanpa membeda-bedakan satu
sama lain. Setiap orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama di mata
negara tanpa menghiraukan latar belakang suku, ras, agama, tingkatan sosial, dan
gender. Demokrasi tidak memperbolehkan terjadinya penindasan baik yang
bersifat perorangan maupun kelompok. Nilai demokrasi mengajarkan individu
untuk saling menghormati satu sama lain. Senada dengan pendapat Zamroni
(2001: 32) yang menyebutkan nilai demokrasi yaitu, a) toleransi, b) kebebasan
mengemukakan pendapat, c) menghormati perbedaan pendapat, d) memahami
keanekaragaman dalam masyarakat, e) terbuka dalam komunikasi, f) menjunjung
nilai dan martabat kemanusiaan, g) percaya diri atau tidak menggantungkan pada
orang lain, h) saling menghargai, i) mampu mengekang diri, j) kebersamaan, dan
k) keseimbangan. Nilai demokrasi tidak secara langsung ditanamkan pada diri
seseorang, melainkan tahap demi tahap. Nilai demokrasi yang menjadi fokus
penelitian ini meliputi nilai berpartisipasi, toleransi dan saling menghargai. a.
Partisipasi Zamroni (2009: 55) menyatakan bahwa partisipasi menekankan bahwa
dalam masyarakat yang demokratis, setiap individu harus berpartispasi dalam
pengambilan keputusan. Setiap orang berhak dan wajib memberikan suara sebagai
perwujudan partisipasi dalam menentukan kebijakan. Partisipasi mencerminkan
kesadaran individu untuk melaksanakan kewajiban atas hak yang dimiliki. 13 b.
Toleransi Sri Narwanti (2011: 29) menyatakan bahwa toleransi adalah sikap dan
tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Terdapat indikator sikap toleransi
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Pelayanan yang sama terhadap
siswa tanpa membedakan suku, ras, agama, golongan, status sosial dan status
ekonomi. 2) Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus. 3)
Bekerja dalam kelompok dengan teman-teman yang berbeda jenis kelamin,
agama, suku, dan tingkat kemampuan. 4) Tidak memaksakan pendapat/kehendak
kepada orang lain. 5) Hormat-menghormati. 6) Mempunyai perasaan malu jika
berbuat kesalahan, takut jika melanggar peraturan, senang jika berbuat kebaikan.
7) Basa-basi (ramah). 8) Sopan santu. 9) Bersuara sewajarnya dan tidak sombong.
c. Saling menghormati Nurul Zuriah (2007: 69) mengungkapkan bahwa saling
menghargai/menghormati adalah sikap dan perilaku untuk menghargai dalam
hubungan antar individu dan kelompok berdasarkan norma dan tata cara yang
berlaku. Setiap orang harus mempunyai rasa saling menghargai satu sama lain
tanpa melihat dari latar belakang sosialnya. Rasa saling menghargai tergambar
dalam kehidupan sehari-hari seperti menyapa, senyum, memberikan kesempatan
orang lain untuk melakukan haknya, dan lain sebagainya. Menghormati perbedaan
pendapat merupakan sikap dan perilaku seseorang dalam memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengungkapkan ide atau gagasannya. Tidak memaksakan
pendapatnya 14 sendiri meskipun pendapat itu berbeda dengan orang lain. Jika
terdapat perbedaan, hendaknya diputuskan dengan musyawarah untuk mufakat
tanpa merugikan salah satu pihak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa nilai demokrasi adalah suatu pola keyakinan atau hal baik yang dijadikan
pedoman hidup bagi masyarakat guna mewujudkan kehidupan yang demokrasi.
Nilai demokrasi dalam penelitian ini dibatasi pada nilai partisipasi, toleransi dan
saling menghormati.
BAB III
METODE PENELITIAN
E. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dapat mendukung dalam
melaksanakan tehnik pengumpulan data, agar mendapatkan data yang sesuai
dengan kebutuhan peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua
instrumen yaitu pedoman wawancara dan lembar observasi. Pedoman
wawancara merupakan instrumen dalam wawacara terstruktur yang berisi
daftar pertanyaan yang terinci secara tertulis dalam lembar pedoman
wawancara. Sedangkan lembar observasi ialah lembar yang berisi proses-
proses pembelajaran yang baik dalam melaksanakan pengamatan
pembelajaran di sekolah. lembar observasi yang akan digunakan dalam
penelitian adalah lembar observasi untuk mengumpulkan data mengenai
suasana demokrasi yang dibangun guru dan dapat diterima baik oleh anak
didik. 48 F. Teknik Pengujian Keabsahan Data Pengujian keabsahan data pada
dasarnya digunakan untuk menyanggah balik apa yang dituduhkan kepada
penelitian kualitatif yang mengatakan tidak ilmiah. Peneliti yang
mengggunakan pengujian keabsahan data secara cermat sesuai dengan teknik
maka jelas penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari
segala segi(Lexy J Moleong,2006:320). Penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu (Lexy J Moleong,2006:330).
Penelitian ini membandingkan antara dokumen dari masing-masing guru yang
berupa RPP atau Rancangan Program Pembelajaran dengan cara saat guru
tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar serta tujuan yang ingin di capai.
G. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses mengorganisasikan
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan oleh data(Lexy J Moleong,2006:280). Langkahlangkah yang
dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : 49 1. Reduksi data
Reduksi data ialah identifikasi satuan(unit). Pada mulanya diidentifikasikan
adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki
makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Reduksi berfungsi
untuk menajamkan, menggolongkan, dan mengarahkan. Dalam penelitian ini
pemilihan, menggolongkan dan mengarahkan data agar mendapatkan data
yang relevan dan mendukung peneliti dalam permasalahan pengembangan
nilainilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan Depok. 2. Kategorisasi data
Kategorisasi ialah upaya memilah-milah setiap satuan ke dalam bagian-bagian
yang memiliki kesamaan(Lexy J Moleong,2006:288). Data yang diperoleh
dari hasil wawancara dan dari dokumen-dokumen yang ada akan dipilah-pilah
sesuai dengan sifat masing-masing data. Tujuannya untuk memilih data yang
sifatnya penting dan data yang sifatnya pokok dan dapat mengarahkan pada
permasalahan pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Se-kecamatan medan. 50
3. Display Data Display data merupakan penyajian data ke dalam sejumlah
matriks yang sesuai. Tahap ini mempunyai tujuan untuk memberi kemudahan
dalam mengkonstruksikan, menginterprestasikan dan menyimpulkan data
yang telah dipilih. Bentuk penyajian laporannya adalah deskriptif analitik dan
logis karena penyajian laporan ini berusaha mengarah kepada suatu
kesimpulan. Data yang dihasilkan berbentuk narasi berupa informasi tentang
pengembangan nilai-nilai Demokrasi Pancasila melalui pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Sekecamatan medan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi saat ini merupakan kaya yang senantiasa mengisi
perbincangan berbagai lapisan masyarakat mulai dari masyrakat bahwa
masyarakat kelas elit seperti kalangan elit politik, birokrat, pemerintahan,
took masyarakat, aktivitas lembaga swadaya masyarakat, cendekiawan,
maha siswa dan kaum professional lainnya. Secara etimilogi demokrasi
terdiri daru dua kata yang berasal dari Yunani yaitu: “demos” yang berarti
rakyat atau kekuasaan suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan
atau kedaulatan. Jadi :demos-cratos” atau “demos-cratos” (demokrasi)
adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat, kekuasaan tertinggi berada
dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa, pemerintahan rakyat dan
kekuasaan oleh rakyat. Adapun pengertian demokrasi dari para ahli yaitu:
1. Josefh A. Schmeter, demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan cara perjuangan
komperatif atas suara rakyat. 2. Sidney Hook dekrasi adalah bentuk
pemerintahab dimana keputusan-keputusan pemerintahan yang penting
secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa. 3. Philippe C.
Schmitter dan Terry Lynn Karl demokrasi merupakan suatu system
pemerintahan dimana pemerintahan dimintai tanggung jawab atas
tindakan-tindakan mereka diwilayah public oleh warga Negara, yang
bertindak secara 3 tidak langsung melalui kompetisi dan kerja sama
dengan para wakil mereka yang telah terpilih. 1 Jadi demokrasi adalah
gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan persamaan hak dan
kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara.
A. Kesimpulan
Pengertian demokrasi, secara etimologi terdiri dari dua kata yang berasal
dari bahasa Yunani yaitu : “demos” yang berarti rakyat atau kekuasaan
suatu tempat dan “cratein” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi
“demos-cratos” atau demokrasi adalah kekuasaan atau kedaulatan rakyat,
kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan rakyat, rakyat yang berkuasa,
pemerintahan rakyat, dan kekuasaan oleh rakyat.
Komponen Penegak Demokrasi
a. Negara Hukum b. Masyarakat Madani c. Infrastruktur Politik d. Pers
yang bebas dan bertanggungjawab.
Prinsip-prinsip Demokrasi a. Adanya pembagian kekuasaan b. Adanya
manajemen pemerintahan yang terbuka c. Adanya kebebasan Individu d.
Adanya peradilan yang bebas e. Adanya pengakuan hak minoritas f.
Adanya pemerintah yang berdasarkan huum g. Adanya pers yang bebas h.
Adanya multi partai politik i. Adanya musyawarah j. Adanya persetujuan
parlemen k. Adanya pemerintah yang constitutional l. Adanya ketentuan
pendukung tentang system demokrasi m. Adanya pengawasan terhadap
administrasi public 13
Perkembangan demokrasi di Indonesia, terdiri dari empat periode, yaitu :
a. Demokrasi periode 1946-1959 b. Demokrasi periode 1959-1965 c.
Demokrasi periode 1965-1998 d. Demokrasi 1998 - sekarang
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis mengharapkan implementasi dan
pengaplikasian pengetahuan yang didapatkan pembaca dari hasil karya
penulis untuk kehidupan pembaca dalam ranah pendidikan yang semakin
berkembang saat ini dan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
PANCASILA
Disusun oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena atas rahmat
dan karunianya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.Adapun
judul dari makalah ini adalah ”Rekayasa Ide”. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila.
KATA PENGANTAR…............................................................................................................i
DAFTAR ISI…..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
Kesimpulan
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Selain sebagai ideologi dan dasar negara, Pancasila juga merupakan sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia. Lahir dari akar sejarah budaya bangsa, Pancasila tak
dapat dipungkiri, mengandung nilai-nilai luhur universal yang menjadi pedoman bagi
kehidupan berbangsa. Nilai-nilai luhur lima sila Pancasila - Ketuhanan yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia - ini tak sekedar dihafalkan, tetapi juga diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya, dalam kehidupan pribadi atau kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai luhur Pancasila yang seharusnya dijadikan acuan seperti dilupakan.
Akibatnya, korupsi marak di mana-mana. Ironisnya, tindak korupsi itu dilakukan elite politik
yang seharusnya memberikan contoh dalam menjunjung moralitas. Terkuaknya kasus korupsi
di hampir semua lembaga atau departemen pemerintahan seakan meneguhkan bahwa
kekuasaan cenderung korup. Fenomena itu menegaskan bahwa Pancasila selama ini hanya
dijadikan slogan, tak dijiwai sebagai nilai luhur yang patut dijunjung tinggi.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana Warga Negara Indonesia yang Pancasilais?
· 2.Apakah Pancasila masih ada dijiwa para penguasa?
·
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila selalu menjadi rujukan banyak pihak terhadap kepemilikan watak mulia
seseorang. Ini wajar, sebab Pancasila diyakini sebagai sebuah formulasi dari nilai-nilai
kebaikan manusia. Sehingga seseorang yang dikatakan sebagai manusia Pancasila pasti
memiliki berbagai hal terpuji dan perlu dicontoh. Jika dalam dunia perkayuan sangat
gampang, yang dinamakan kayu yang baik adalah panjang, lurus, mulus, tidak ada matanya
dan sebagainya. Demikian juga dengan pakaian, pakaian yang baik bisa dilihat dari jenis
kainnya, kualitas jahitannya, keawetannya, dan lain-lain. Lalu bagaimana seseorang bisa
dikatakan sebagai manusia Pancasila? Indikator semacam apa yang bisa dijadikan ukuran?
Apakah manusia Pancasila cukup diukur dengan melihat siapa yang hafal lima sila dari
Pancasila ataukah bisa dilihat dari orang yang selalu menyertakan nama Pancasila
dibelakangnya; Paijo Pancasila, mBah Darmo Pancasila, Ponikem Pancasila? Indikator
seseorang untuk memiliki label Pancasila di belakangnya sangat sulit dilakukan. Jika
indikatornya hanya diukur dari bagaimana dia mampu menghafalkan lima sila yang ada, itu
semua orang juga bisa disebut Pancasila. Bahkan orang-orang yang sering melakukan korupsi
pun sangat banyak yang bisa dikatakan sebagai manusia Pancasila. Pemaknaan manusia
Pancasila lebih dari itu. Sayangnya, selama ini kita masih terjebak dalam kondisi dimana
Pancasila masih sebatas bahan perdebatan dan seminar saja. Orang-orang sering
mendiskusikan panjang lebar nilai-nilai dan keutamaan Pancasila. Namun mereka lupa untuk
mengamalkan nilai-nilai tersebut. Bukankah seharusnya Pancasila dijadikan bahan refleksi
dan koreksi diri, kemudian menjadi salah satu landasan untuk bertingkah laku yang baik, dan
pada akhirnya akan mendorong (memotivasi) orang lain berbuat yang lebih baik?
Pancasila Vs Korupsi
Kita masih ingat sebuah sejarah ”pengkhianatan” Pancasila yaitu Gerakan 30
September 1965. Dengan gagah perkasanya Pancasila menunjukkan ”kesaktian” nya hanya
dalam waktu satu hari saja yaitu 1 oktober 1965. Dan akhirnya kita ”sepakati” tanggal 1
Oktober adalah hari kesaktian Pancasila.
Dalam keberadaan reformasi ini sepertinya Pancasila sudah ”mati” dengan banyak bukti
tindakan korupsi para penyelenggara negara. Korupsi jelas anti Pancasila yang kemudian kita
tidak mampu lagi menunjukkan ”kesaktian” Pancasila.
Dengan Korupsi, Ketuhanan Yang Maha Esa jelas sudah dilanggar karena para pelaku
sudah mengingkari perintah Tuhan mereka yaiu Tidak Boleh Mencuri.Dalam Korupsi, maka
Kemanusiaan yang adil dan beradab jelas telah dilanggar karena manusia korupsi atau
koruptor hanya memikir diri sendiri dan kelompoknya dan melanggar hak keadilan manusia
lain.
Dalam Korupsi, maka Persatuan Indonesia juga terganggu karena terlibatnya para
politisi dalam korupsi mengakibatkan ”perseteruan” salaing menjatuhkan dan saling
melindungi pelaku korupsi.Dalam Korupsi, maka Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan sangat terbukti telah dilanggar karena
alasan demokrasi maka keputusan politik dalam pemberantasan korupsi lebih mendasar pada
besarnya kekuatan dalam parlemen bukan berdasarkan sebuah kebijaksanaan untuk bangsa
dan negara.Dalam Korupsi, maka Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia jelas hanya
mimpi belaka karena alokasi anggaran untuk kesejateraan rakyat banyak diambil oleh mereka
yang tidak berhak yaitu politisi dan birokrasi.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Kekuasaan yang artinya sendiri itu memerintah jika tidak dilandasi ideologi akan
menimbulkan kejahatan-kejahatan seperti kasus-kasus korupsi,mafia
hukum dan pengelapan.Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh para penguasa atau
orang yang memiliki kekuasaan dapat pula meningkatkan angka statistik kejahatan yang
dialami korban.Kekuasaan pemerintahan yang sewenang-wenang melanggar HAM rakyat
masih banyak terjadi dalam kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan. Korban ini timbul bila
pejabat/penguasa dalam pelayanan terhadap masyarakat, baik sengaja atau kelalaian
menyebabkan kerugian material atau immaterial dan hak asasi dari rakyat yang
dilayaninya. Jadi, Asas keseimbangan pelayanan hukum terhadap korban dan penguasa perlu
dipelihara dengan baik melalui perlindungan hukum.
- SARAN
Upaya untuk menghindarkan diri jadi korban penyalahgunaan kekuasaan dapat
dilakukan melalui jalur legal (hukum) baik melalui KPK, SATGAS PEMBERANTASAN
MAFIA HUKUM, KOMNAS HAM, dan masyarakat seharusnyasemakin bisa
memperhatikan gerak gerik penguasa jangan sampai dibodohi ataupun dibohongin
dan sebaiknya bertindak bijak dengan berupaya mempelajari kesalahan-kesalahan yang
dilakukan oleh penguasa, serta melakukan pembelaan diri secara langsung atau tidak
langsung dari kemungkinan timbulnya korban dari penyalahgunaan kekuasaan.