A. Pengertian Aggaran
Ada beberapa pengertian anggaran yang telah dikemukakan oleh beberapa orang
antara lain:
Menurut Julita (2012), Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan
suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan
umumnya dinyatakan dalam satuan uang, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan
barang.
Mardiasmo (2009: 61), Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam
ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran.
Pengertian anggaran yaitu "Budget” (anggaran) ialah suatu rencana yang disusun
secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan. Yang dinyatakan
dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tentu yang
akan datang.
Menurut Halim dan Kusufi (2012: 48), anggaran adalah dokumen yang berisi
estimasi kerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam
ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan
data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.
Sasongko dan Parulian (2015: 2), berpendapat bahwa “Anggaran adalah
rencana kegiatan yang akan dijalankan oleh manajemen dalam satu periode yang
tertuang secara kuantitatif. Informasi yang dapat diperoleh dari anggaran di
antaranya jumlah produk dan harga jualnya untuk tahun depan”.
Purbadharmaja (2007) mendefinisikan bahwa anggaran merupakan suatu alat
perencanaan mengenai pengeluaran dan pendapatan pada masa yang akan datang
umumnya disusun untuk masa satu tahun. Anggaran juga berfungsi sebagai alat
kontrol atau pengawasan, baik terhadap pendapatan maupun pengeluaran pada masa
yang akan datang.
Menurut Bragg (2014: 1), Anggaran (Budget) adalah dokumen tentang
ramalan hasil dan posisi keuangan perusahaan bisnis tertentu, untuk satu atau
lebih periode. Paling tidak, anggaran berisi estimasi laporan laba rugi yang
menggambarkan hasil keuangan yang diantisipasi. Anggaran yang kompleks juga
berisi estimasi neraca, yang berisi posisi asset, liabilitas, dan ekuitas yang
diantisipasi pada berbagai titik waktu di masa mendatang.
Penyusunan APB merupakan proses penganggaran daerah dimana secara konseptual
terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation) dan
perencanaan operasional anggaran (budget operasional planning) (Darise, 2008).
c) Merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis investasi dana, sehingga
dapat mempermudah pengawasan.
d) Merasionalkan jumlah dan investasi dana agar dapat mencapai hasil yang
maksimal.
e) Menyempurnakan rencana yang telah disusun agar anggaran menjadi lebih
jelas dan nyata terlihat. Menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap
usulan yang berkaitan dengan keuangan.
C. Fungsi Anggaran
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan apa yang akan
dilakukan oleh sektor publik dari belanja perusahaan tersebut.
b) Anggaran sebagai alat pengendalian (Control Tool)
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer dan stafnya
agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam mencapai target dan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Agar dapat memenuhi fungsi-fungsi tersebut, seluruh pemimpin dan para
stafnya terutama yang terkait dalam penyusunan anggaran harus memiliki kualifikasi
yang memadai dan memiliki pengetahuan, keterampilan serta pola pikir yang
mendukung penerapan anggaran yang sesuai dengan target kinerja yang ditetapkan.
Hal ini dikarenakan salah satu tujuan penyusunan anggaran adalah untuk
mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait sehingga
anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan. Salah satu langkahnya adalah
negosiasi pihak-pihak yang terkait mengenai angka anggaran.
PENDANAAN
Dalam Ketentuan Umum, dan pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan dijelaskan bahwa dana
pendidikan adalah sumber daya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan
mengelola pendidikan. Sedangkan pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya
keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan. Dana
pendidikan yang dimiliki lembaga pendidikan haruslah dapat dikelola sesuai dengan
kebutuhannya. Seringkali dana yang dimiliki lembaga pendidikan terbatas atau kurang,
sehingga lembaga pendidikan harus membuat daftar anggaran pengeluaran sesuai dengan
prioritas kebutuhan lembaga pendidikan. Terkait dengan pendanaan pendidikan paying
hukumnya adalah Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dalam Pasal 46 menyatakan bahwa pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab
bersama Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Selanjutnya pada Pasal 47
dinyatakan bahwa sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip-prinsip
keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan. Maksud prinsip keadilan di sini adalah sumber
pendanaan ditentukan berdasarkan kemampuan masyarakat daerah yang bersangkutan,
pemerintah daerah, Pemerintah, dan sumber lain biaya penyelenggaraan pendidikan. Begitu
juga prinsip kecukupan adalah bahwa dana penyelenggaraan pendidikan mencukupi untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sebagaimana ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005). Sedangkan
prinsip keberlanjutan di sini adalah bahwa dana pendidikan dialokasikan minimal 20% dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan juga mewajibkan
pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota juga menganggarkan dana pendidikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (lihat UU-SPN Nomor
20/2003).
Pendanaan yang berasal dari pemerintah jika dilihat dari jumlah APBN dan APBD
masing-masing pemerintah daerah tentunya potensi yang sangat besar, perlu dikelola dengan
baik dan professional sehingga memiliki nilai manfaat yang sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional. Menurut Nanang Fattah (2006) dalam Nurteti (2008), pengelolaan dana pendidikan
di lembaga pendidikan mencakup 2 (dua) aspek, yakni: 1) dimensi penerimaan atau sumber
dana; dan 2) dimensi pengeluaran atau alokasi dana. Dimensi penerimaan, antara lain
bersumber dari: penerimaan umum pemerintah, penerimaan khusus pemerintah yang
diperuntukkan bagi pendidikan, iuran sekolah, dan sumbangansumbangan masyarakat,
sedangkan dimensi pengeluaran mencakup pengeluaran modal atau anggaran pembangunan
(capital outlay/ expenditure). Selanjutnya dalam Nurteti (2008), menjelaskan bahwa
keberhasilan pengelolaan atasdanapendidikan ituakanmenimbulkanberbagaimanfaatdi
antaranya: 1) memungkinkan penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara efisien artinya
dengan dana tertentu diperoleh hasil yang maksimal atau dengan dana minimal tercapai
sebuah tujuan tertentu; 2) memungkinkan tercapainya kelangsungan hidup lembaga
pendidikan sebagai salah satu tujuan didirikannya lembaga tersebut (terutama bagi lembaga
pendidikan swasta dan lembaga penyedia jasa kursus); dan 3) dapat mencegah adanya
kekeliruan, kebocoran atau adanya -penyimpangan penggunaan dana dari rencana awal.
PERBELANJAAN
PERBEDAAN BIAYA KULIAH DI PTN DAN PTS
Seperti yang Kamu tahu, PTN dan PTS adalah perguruan tinggi yang berbeda. Tak hanya dari
akreditasinya saja, bahkan dari segi biaya, cara belajar, maupun lingkungan kampusnya pun
juga berbeda. Kali ini kita akan membahas mengenai perbedaan biaya PTN dan PTS yang
ada di Indonesia.
Perbedaan biaya antara PTN dan PTS tentu akan sangat berpengaruh loh kepada mahasiswa
dan mahasiswinya. Perbedaan biaya ini juga akan berpengaruh terhadap pilihan calon
mahasiswa. Banyak dari mereka yang memilih mundur dari suatu Universitas karena
biayanya yang cukup mahal.
Biaya PTN jauh lebih murah daripada PTS. Loh, kenapa begitu? Ini semua karena PTS
diadakan oleh swasta, yang artinya semua pembiayaannya secara mandiri alias nggak ada
campur tangan dari pemerintah. Lalu darimana sumber pemasukan PTS?
Salah satu sumber utama pemasukan PTS berasal dari biaya yang mahasiswa itu bayarkan.
Meski begitu, masih banyak kok PTS dengan biaya yang cukup terjangkau.
Perbedaan biaya PTN dan PTS selanjutnya adalah biaya kuliah di PTN kini sudah
menggunakan sistem UKT atau Uang Kuliah Tunggal. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No 55 Tahun 2013 tentang Biaya Kuliah Tunggal (BKT) dan
Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada PTN di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai berikut.
Biaya Kuliah Tunggal yaitu keseluruhan biaya operasional per mahasiswa tiap
semester
Biaya Kuliah Tunggal digunakan untuk penetapan biaya yang dibebankan kepada
mahasiswa
Uang Kuliah Tunggal merupakan sebagian biaya kuliah tunggal setiap mahasiswa
yang ditanggung berdasarkan kemampuan ekonominya
Uang Kuliah Tunggal ditetapkan dari Biaya Kuliah Tunggal dikurangi biaya yang
ditanggung oleh pemerintah
Uang Kuliah Tunggal dikelompokkan berdasarkan kelompok ekonomi masyarakat
Itulah peraturan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait biaya kuliah di PTN.
Peraturan di atas berlaku untuk jalur seleksi masuk PTN yang melalui jalur nasional seperti
SNMPTN dan SBMPTN. Untuk jalur mandiri dan lain sebagainya memiliki biaya kuliah
yang diatur sendiri oleh masing-masing PTN.
Alasan banyak calon mahasiswa yang berjuang keras untuk bisa lolos seleksi PTN melalui
jalur nasional. Banyak dari mereka yang tidak pantang menyerah. Tidak lolos SNMPTN,
masih bisa mencoba SBMPTN. Tentu dengan persiapan yang sangat matang.
Sedangkan biaya kuliah di PTS diatur sendiri oleh pimpinan masing-masing perguruan tinggi.
Berikut beberapa biaya yang harus Kamu bayarkan jika Kamu masuk ke Perguruan Tinggi
Swasta.
Biaya Pendaftaran
Biaya Registrasi Ulang
Biaya SPP per Semester
Uang Sumbangan Institusi
Biaya SKS per Mata Kuliah
Biaya UTS dan UAS
Biaya Bimbingan Skripsi, Wisuda, dan Ijazah
Biaya KKN, PKL, PPL, Toefl, KKL, Biaya Praktikum, dan lain sebagainya
Biaya di atas ada yang harus dibayarkan secara langsung dan ada juga yang boleh diangsur.
Ada yang tiap semester dan ada juga yang cuma dibayarkan sekali.
Kesimpulan
Perbedaan biaya PTN dan PTS menjadi salah satu pertimbangan dalam memilih perguruan
tinggi oleh sebagian orang. Pasalnya, biaya kuliah PTS yang jauh lebih mahal dari PTN
membuat sebagian orang menjadikan PTS sebagai pilihan ke sekian. Padahal banyak PTS
dengan kualitas yang tak kalah dari PTN.
Masalah biaya Kamu bisa mulai mencari tahu tentang beasiswa dari sekarang. Banyak
PTS yang menyediakan beasiswa untuk para calon mahasiswanya. Kamu bisa bergabung di
Universitas123 untuk mendapatkan seputar beasiswa terupdate di dalam dan luar negeri.
SUMBER PENDAPATAN PERGURUAN TINGGI
Pembiayaan Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia
a. Sumber-sumber pendapatan PT
Pendapatan dibutuhkan oleh PT untuk melaksanakan misinya yaitu pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Pendapatan PT adalah income dari sumber
apapun (Bowen, 1981). Di Indonesia pendapatan PT dapat bersumber dari pemerintah
dan juga masyarakat (UU SPN 20/2003 Ps. 46: 1). Menyangkut sumber pendapatan PT,
pasal sebelumnya yaitu pasal 24 ayat 3 menyebutkan bahwa PT dapat memperoleh dana
dari masyarakat yang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip akuntabilitas
publik. Lebih Ianjut PP Nomor 60 tahun 1999, pasal 114 menyebutkan bahwa dana
yang berasal dari masyarakat dapat diperoleh dari 1 ) sumbangan pembinaan
pendidikan (SPP); 2) biaya seleksi ujian masuk perguruan tinggi; 3) hasil kontrak kerja
yang sesuai dengan peran dan fungsi perguruan tinggi; 4) hasil penjualan produk yang
diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan tinggi; 5) sumbangan dan hibah dari
perorangan, lembaga pemerintah, atau lembaga non pemerintah; dan 6) penerimaan dari
masyarakat lainnya. Berdasarkan pada peraturan tersebut, PT memiliki kewenangan
untuk mengembangkan sumber-sumber pendapatannya dengan cara pengelolaan aset
dan juga kerjasama dengan masyarakat.
b. Alokasi biaya atau pengeluaran PT
Pengeluaran PT adalah semua biaya-biaya yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan PT berkaitan dengan misinya. Besarnya pengeluaran PT ini
dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga bersifat elastis. John, Morphet, dan Alexander
(1983:66) mengatakan bahwa jumlah siswa yang dididik, daya beli dolar, pendapatan
negara, kuantitas dan kualitas layanan pendidikan serta tuntutan akan pendidikan
berpengaruh pada besarnya pengeluaran pendidikan.
Adapun berbagai alokasi biaya atau pengeluaran PT menurut Bowen (1980: 131 ) yaitu:
a. Alokasi fungsi yaitu alokasi pengeluaran rutin atau sekarang (current expenditure) untuk
beragam fungsi seperti pengajaran, layanan siswa, dukungan akademik, dan lain-lain;
b. Alokasi penerima yaitu pengeluaran dengan fokus pada berbagai kategori penerima: staf
dan siswa. Alokasi ini merupakan alokasi pengeluaran rutin untuk a) kompensasi (gaji
dan manfaat tambahan) yang dibayarkan kepada staf dengan beragam kategori, b)
pembelian barang dan jasa seperti bensin, alat tulis, buku dan alat-alat kimia dari luar
insitusi, dan c) beasiswa dan fellowship;
c. Alokasi modal yaitu alokasi sumberdaya untuk modal seperti bangunan fisik dan dana
abadi pendidikan (endowment);
Kondisi pembiayaan PT di Indonesia menunjukkan bahwa ketersediaan dana PT belum
memadai untuk membiayai berbagai jenis pengeluaran PT. Salah satu sebabnya adalah
alokasi anggaran pemerintah untuk PT yang masih rendah disebabkan oleh masih rendahnya
anggaran pendidikan yang belum mencapai 20% hingga saat ini sebagaimana diamanatkan
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bahkan, seandainya anggaran
pendidikan benar-benar mencapai 20% di tahun 2006, dana dari pemerintah untuk
membiayai PT juga tetap belum memadai. Sofian dalam http://www.bernas.co.id/index.
menjelaskan jika anggaran bisa mencapai angka 20 persen, diprediksikan anggaran
pendidikan tahun 2006 berkisar Rp 120 triliun dari total APBN sebesar Rp 600 triliun.
Pendidikan tinggi mendapat 20 persen dari jumlah tersebut, yakni sekitar Rp 24 triliun. Dana
tersebut tidak cukup untuk membiayai pengeluaran PTN dan PTS yang jumlah
mahasiswanya sekitar 4 juta. Mengacu pada standar nasional, idealnya biaya per mahasiswa
SI per tahun sebesar Rp 18,1 juta. Bila ditotalkan untuk semua mahasiswa menjadi Rp 72
triliun per tahun. Jumlah ini, jika dibandingkan dengan dengan negara tetangga masih kecil
dan jauh tertinggal. Misalnya, Malaysia dan Singapura yang memberikan anggaran untuk
per mahasiswa sebesar Rp 114 juta dan Rp 200 juta.
Kondisi tersebut diperburuk dengan kesenjangan pengalokasian anggaran PT dari
pemerintah yaitu 95% untuk 47 PTN, dan 5% untuk 1.631 PTS. Padahal, dari keseluruhan
jumlah mahasiswa Indonesia yaitu sekitar 2,5 juta orang, hampir 65% berada di PTS-PTS.
Sisanya yaitu sekitar 35% di PTN (www.pikiran rakyat.com/cetak/0804/16/1102.htm).
Sebagaimanajuga dilaporkan oleh Clark, dkk (1998) bahwa di tahun 1995-1996, 67%
pembiayaan pendidikan di PTN mayoritas bersumber dari dana pemerintah. Sedangkan di
PTS, pembiayaan pendidikan yang bersumber dari pemerintah hanya sebesar 2%. Agar lebih
jelas, hasil penelitian tersebut disajikan dalam tabel 2 sebagai berikut.
PTN PTS
Sumber perolehan dana
Besarnya Besarnya
Pemerintah
- Rutin 611.700
- pembangunan 758.630 59.337
Total 1.397.330 59.337
% 67% 2%
Institusi – Sendiri
- spp 237.369 13.718
- Sumber 461 .000 3.039.000
lain