Kinerja
Mulyadi (2007) dalam (Supit, Tinangon and Sabijono, 2014) yang mengatakan bahwa:
kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit organisasi dalam mewujudkan sasaran
strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang diharapkan.
non keuangan
Ukuran kinerja non financial merupakan respons terhadap masalah – masalah tersebut
dengan cara menggunakan data fisik sederhana dan bukannya data akuntansi yang telah
dialokasikan tidak terhubung dengan sistem akuntansi keuangan umum, dipilih untuk
mengukur satu aspek spesifik dari kinerja dan bukan menjadi segalanya untuk semua
tujuan, atau mengkombinasikan faktor–faktor tersebut (Supit, Tinangon and Sabijono, 2014).
1. Kehadiran Pegawai
2. Prestasi Kerja
3. Kualitas Produk
4. Perkembangan Perusahaan
5. Lingkungan Kerja
Dengan adanya tata Kelola perusahaan yang baik, di harapkan dapat membuat kehadiran
pegawai menjadi baik, prestasi kerja karyawan meningkat, kualitas produk, perkembangan
perusahaan meningkat dan terciptanya lingkungan yang baik.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Al-Beshtawi, Zraqat and Al –Hiyasat (2014),
Studi ini mendukung peran corporate governance dalam memantau kinerja non-keuangan
departemen bank komersial dan Islam di Yordania pada keputusan berikut:
1. Berurusan dengan pelanggan secara transparan dan mudah untuk menemukan saluran
komunikasi dengan mereka dan bekerja untuk menenangkan mereka dan untuk
memenuhi keinginan mereka.
2. Keputusan tentang lingkungan dan konservasi.
3. Meningkatkan loyalitas staf melalui perlindungan nilai-nilai moral dan sosial dan
kesejahteraan, dan keterlibatan mereka dalam banyak keputusan administratif.
4. menyediakan sarana dan prosedur penerapan teknologi terpenting dalam kinerja
layanan.
5. Pengungkapan transparansi keuangan dan non keuangan dan tepat waktu.
6. Berhubungan dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan bank dan mudah
menemukan saluran komunikasi dengan mereka secara berkala.
Dan pada intinya dengan tata Kelola perusahaan yang menyebabkan kinerja yang baik.
Seperti kata didalam buku (Steger and Amann, 2018) bahwa tata kelola perusahaan
menetapkan struktur yang jelas mengenai akuntabilitas, tanggung jawab, dan transparansi di
kepala perusahaan, dan mendefinisikan peran dewan dan manajemen.
tata kelola mungkin paling penting bagi perusahaan yang mengalami krisis atau perlu
membuat keputusan penting seperti perubahan dalam manajemen senior. Dalam hal ini, tata
kelola mungkin lebih penting untuk menerapkan disiplin dan memberikan kepemimpinan
baru Ketika korporasi berkinerja buruk daripada dalam peristiwa biasa.
Untuk menyelidiki kemungkinan ini, Bhagat dan Bolton (2008) dalam buku H. Kent Baker
(2018) menguji dampak pada pergantian manajemen setelah kinerja buruk dari indeks tata
kelola akademik dan atribut tata kelola dewan tunggal. Dan hasil temuannya temuannya jika
kinerja industri sebelumnya baik, kemungkinan pergantian CEO disiplin meningkat, terlepas
dari kinerja perusahaan tertentu. Demikian pula, jika kinerja industri sebelumnya buruk,
kemungkinan pergantian CEO disipliner menurun, terlepas dari kinerja perusahaan tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Supit, A. A. N., Tinangon, J. J. and Sabijono, H. (2014) ‘Analisis Kinerja Non Keuangan PT.
Otsuka Indonesia Cabang Mando’, Universitas Sam Ratulangi Manado, 2(2), pp. 1607–1616.