Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020 p-ISSN 2715-6443

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah e-ISSN 2721-9429

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN


IBU PREMENOPAUSE DALAM MENGHADAPI MASA MENOPAUSE
Velga Yazia*, Delvi Hamdayani
Prodi S1 Keperawatan, STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang, Surau Gadang, Kec. Nanggalo, Kota Padang,
Sumatera Barat, Indonesia 25173
*eghayazia@gmail.com

ABSTRAK
Pramenopause adalah fase antara 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Sindroma premenopause dan
menopause dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh dunia. 90% wanita menopause mengeluh mudah
tersinggung, berasa takut, gelisah, dan mudah marah. kecemasan wanita memasuki masa premenopause
meningkat tinggi yaitu 71,4%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kecemasan ibu premenopause menghadapi masa menopause. Penelitian ini menggunakan rancangan
survey analitik cross sectional. Pengumpulan data dilakukan di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas
Nanggalo Padang dengan jumlah populasi 152 orang. Jumlah sampel pada penelitian ini 60 orang dan sampel
diambil dengan propersional random sampling dengan cara wawancara terpimpin dengan menggunakan
kuesioner, data diolah secara univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan secara Bivariat dengan
menggunakan uji chi square. Data diolah dengan sistem komputerisasi menggunakan program SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara konsep diri (p = 0,000), tingkat pendidikan
(p = 0,000), sosial ekonomi (p = 0,000) dan dukungan suami (p = 0,003) dengan tingkat kecemasan pada ibu
dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Kata kunci: dukungan suami; kecemasan, konsep diri, premenopause; sosial ekonomi; tingkat pendidikan

FACTORS RELATED TO THE LEVEL OF PREMENOPAUSE ANXIETY IN FACING


THE MENOPAUSE

ABSTRACT
Preliminary. Premenopause is the phase between 40 years and the onset of the climacteric phase.
Premenopausal syndrome and menopause are experienced by many women almost all over the world. 90% of
menopausal women complain of irritability, fear, anxiety, and irritability. The anxiety of women entering
premenopause increased significantly, namely 71.4%. The purpose of this study was to determine the factors
related to the anxiety of premenopausal mothers facing menopause. Methods: This study used a cross sectional
analytic survey design. Data collection was carried out in RW 3, Gurun Laweh Village, Puskesmas Nanggalo
Padang with a population of 152 people. The number of samples in this study was 60 people and the sample was
taken by proportional random sampling by means of guided interviews using a questionnaire, the data were
processed univariately using a frequency distribution and bivariate by using the chi square test. The data were
processed using a computerized system using the SPSS program. The results showed that there was a significant
relationship between self-concept (p = 0,000), education level (p = 0,000), socioeconomic (p = 0,000) and
husband's support (p = 0.003) with the level of anxiety in mothers in facing menopause at RW 3 Kelurahan
Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang. It is hoped that the leadership of the Puskesmas Nanggalo Padang
will make a counseling program for premenopausal mothers about menopause.

Keywords:anxiety, husband's support; level of education; premenopause; self-concept, socioeconomic

PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan dengan meningkatkan status kesehatan dan
gizi masyarakat akan mempengaruhi peningkatan usia harapan hidup (life expectancy) dari
tahun ketahun, sehingga semakin banyak pula perempuan yang memasuki kehidupan lansia,
yang berakibat perempuan makin banyak yang akan melalui masa pascareproduksi atau
menopause1 Meskipun peningkatan usia harapan hidup merupakan bentuk keberhasilan
pembangunan kesehatan, namun disisi lain wanita akan melewati usia tua dengan berbagai
macam masalah kesehatan, terutama masalah yang di akibatkan dari penurunan hormon
estrogen bagi wanita2.

53
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Pramenopause adalah fase antara 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik3. Menopause
alamiah (Natural menopause) adalah berhentinya menstruasi secara permanen sebagai akibat
hilangnya aktivitas ovarium,1 Menopause adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan
wanita yang ditandai dengan ovarium berhenti menghasilkan sel telur, menstruasi berkurang
hingga berhenti serta berkurangnya hormon estrogen dan progesterone.4

Menopause adalah titik dimana menstruasi berhenti, usia rata-rata menopause adalah 51.4,
tetapi 10% wanita berhenti menstruasi sampai usia 60 tahun5. Usia seorang perempuan
memasuki masa premenopause antara 40-49 tahun6. Diperkirakan rata-rata umur
premenopause adalah 40-48 tahun sedangkan, rata-rata umur menopause di Indonesia adalah
50-52 tahun7. Umumnya perempuan Indonesia mulai mengalami masa premenopause pada usia
40-50 tahun6. Menopause rata-rata terjadi pada usia 50 tahun, tetapi bisa terjadi normal pada
wanita yang berusia 40 tahun.4

Sindroma premenopause dan menopause dialami oleh banyak perempuan hampir di seluruh
dunia, sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan
10% di Jepang dan Indonesia7. Berdasarkan jumlah penduduk dan derajat kesehatan
masyarakat Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk di Indonesia mencapai 203,46 juta
orang dengan 101,81 juta penduduk wanita, sekitar 25% atau sekitar 15,5 juta jiwa dari
penduduk wanita Indonesia akan mencapai usia menopause. Jumlah tersebut meningkat
menjadi 11% pada tahun 2005. Pada tahun 2008 sekitar 5.320.000 wanita memasuki usia
menopause. Pada tahun 2015 diperkirakan jumlah tersebut akan bertambah sebesar 14%.
Tahun 2020 diperkirakan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta
orang4.

Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2012 jumlah
wanita usia 45-59 mencapai 9.700 orang dan meningkat ditahun berikutnya, yakni pada tahun
2013 jumlah wanita usia 45-59 tahun mencapai 12.979 orang. Begitu pula yang terjadi di
Kecamatan Nanggalo pada bulan Mei 2013 jumlah wanita usia 45-59 sebanyak 116 orang dan
meningkat 6 bulan berikutnya yakni pada bulan November 2013 jumlah wanita usia 45-59
sebanyak 838 orang. Menopause merupakan proses alamiah yang dialami oleh seorang
wanita. Bagi sebagian wanita, menopause adalah hal yang sangat menyedihkan. dalam
beberapa penelitian menunjukan bahwa 75% wanita yang mengalami menopause merasakan
menopause sebagai masalah atau gangguan, sedangkan 25% lainnya tidak
mempermasalahkannya2.

Penelitian tentang Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa


Menopause di Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang
Sragen dengan jumlah subjek 56 orang didapatkan responden mempunyai tingkat kecemasan
ringan 24 orang (43%), tingkat kecemasan sedang 18 orang (32%), tidak ada kecemasan 11
orang (20%), tingkat kecemasan berat 3 orang (5%) dan tidak ada yang mengalami
kecemasan sampai tingkat panik13. Banyak wanita yang mengeluh bahwa dengan datangnya
menopause wanita akan menjadi cemas, kecemasan yang muncul pada wanita menopause
sering dihubungankan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi suatu situasi yang
sebelumnya tidak pernah di khawatirkan. Sebagian besar wanita mulai mengalami gejala
menopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun. Kebanyakan
mengalami gejala kurang dari lima tahun dan sekitar 25% lebih dari 5 tahun26. Gejala yang
timbul pada wanita menopause yaitu perubahan psikis dan perubahan fisik11.

Perubahan psikis yang dialami seorang wanita menjelang menopause meliputi merasa tua,

54
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

tidak menarik lagi, rasa tertekan karena takut menjadi tua, lebih sensitif dan emosional
(marah, cemas, depresi), takut tidak dapat melayani suami dengan baik11. Wanita
perimenopause maupun premenopause secara emosional lebih labil, gugup atau gelisah,
terjadi perubahan mood, iritabilitas, ansietas dan depresi5. Lebih kurang 70% wanita
menopause mengalami keluhan vasomotorik, depresi, dan keluhan psikis dan somatik lainnya
dan 90% wanita menopause mengeluh mudah tersinggung, berasa takut, gelisah, dan mudah
marah4.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Department of Public Health Sciences, University


of California Davis School of Medicine menunjukkan bahwa kecemasan wanita sebelum
memasuki masa menopause (premenopause) meningkat tinggi yaitu 71,4% dari 2.956 orang
sampel6. Kecemasan ibu premenopause memasuki masa menopause ini sangat dirasakan
sebagian responden 4-5 tahun sebelum memasuki masa menopause, namun kecemasan akan
semakin berkurang setelah memasuki masa menopause dan pascamenopause. Penelitian juga
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kecemasan ibu premenopause
menghadapi masa menopause. Kecemasan ibu premenopouse (53,7%) lebih tinggi
dibandingkan dengan kejadian depresi ibu premenopause (36,8%) dalam menghadapi masa
menopouse21.

Perubahan fisik seorang wanita menjelang menopause diantaranya kulit menipis, keriput,
timbul pigmentasi pada kulit, kuku rapuh dan berwarna kuning, mulut kering serta lidah
seperti terbakar, mata kering, rambut menipis, vagina kering, tulang menjadi keropos dan
mudah patah11. Penelitian di kota Solok, Sumatera barat menyatakan semua subjek penelitian
berjumlah 54 orang menunjukan sebesar 0,161 yang berarti 16,1 % wanita mengalami
kecemasan dalam mengahadapi masa menopause karna dipengaruhi oleh citra tubuh.

Kecemasan yang dirasakan ibu premenopause umumnya dikarenakan berakhirnya masa


reproduksi yang berarti berhentinya nafsu seksual, apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua,
yang berarti kecantikannya akan memudar25. Seiring dengan hal itu, vitalitas dan fungsi organ-
organ tubuh juga akan menurun. Hal ini tentu akan menghilangkan kebanggaannya sebagai
wanita, dan keadaan ini dikhawatirkan akan mempengaruhi hubungannya dengan suami maupun
lingkungan sosial. Selain itu usia yang semakin menua sering dikaitkan dengan usia rentan akan
penyakit, jika kondisi ini tidak cepat diatasi maka akan mengakibatkan stres atau bahkan depresi.
Dari hasil penelitian di Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu, didapatkan 32,182%
mengalami depresi pada wanita yang memasuki periode menopause 3. Wanita yang
mengalami depresi pada saat memasuki periode menopause secara teoritis disebabkan karena
persepsinya yang negatif pada menopause. Persepsi tersebut disebabkan karena kurangnya
informasi dan mitos-mitos yang berkembang di kalangan kaum wanita seperti munculnya
gejala rasa takut, tegang, sedih, lekas marah, mudah tersinggung, gugup, stres dan depresi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi
masa menopause diantaranya yaitu pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi
dan gaya hidup2. Factor yang mempengaruhi kecemasan mengahadapi menopause adalah
pikiran, kesalahan proses kognisi sehingga timbul rasa takut akan tua dan tidak menarik lagi 26.
Penyebab kecemasan adalah keluarga, lingkungan sosial, bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga, dan perubahan kebiasaan26. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan
kondisi mental wanita premenopause mengahadapi menopause di antaranya perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan saraf
panca indra (kebutaan dan ketulian), gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,
kehilangan teman, kehilangan keluarga, kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan

55
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

terhadap gambaran diri dan konsep diri14. Factor yang paling berpengaruh terhadap
kecemasan wanita dalam menghadapi menopause adalah dukungan suami1.

Penelitian di Desa Gonggang Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan dengan jumlah subyek
63 orang menunjukkan sikap ibu terhadap masa premenopause secara keseluruhan adalah
bersikap negatif18. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di kelurahan Woloan 1, Kecamatan
Tomohon Barat, Kota Tomohon yaitu 20 ibu premenopause (46,5%) mempunyai sikap
negatif, dan 23 ibu premenopause (53,5%) yang mempunyai sikap positif. Hasil penelitian
bahwa adanya hubungan sikap ibu premenopause dengan perubahan menjelang masa
menopause di kelurahan Woloan 1, Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon37.

Tingkat pengetahuan wanita premenopause tentang menopause masih bervariasi, terbukti dari
hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden yang berpengetahuan kurang
mengalami kecemasan berat sebesar 53,85% dan hanya 15,38% yang mengalami kecemasan
ringan2. Sebaliknya, sebagian besar responden yang berpengetahuan cukup mengalami
kecemasan ringan sebesar 43,64% dan sebagian besar responden yang berpengetahuan baik
mengalami kecemasan ringan sebesar 84,38% dan tidak ada yang mengalami kecemasan
berat.

Dukungan suami juga berperan penting terhadap tingkat kecemasan ibu premenopause
menghadapi masa menopause, hasil penelitian di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri
dengan jumlah subjek 31 orang diperoleh kategori dukungan suami sebagian besar tinggi, 28
orang (90,32%)23. Pada tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause sebagian besar rendah
terdapat 26 orang responden (83,87%). Artinya ada hubungan yang signifikan antara
dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi menopause, yang berarti semakin
tinggi dukungan suami maka tingkat kecemasan ibu semakin rendah

Penelitian di Pedukuhan Dampulan Caturharjo Pandak Bantul dengan jumlah subjek 62 orang
didapatkan mayoritas responden berumur 49-50 tahun (38,7%), berpendidikan menengah
(62,9%), memiliki tingkat ekonomi sedang (56,5%), memiliki pengetahuan dalam kategori
cukup (53,2%) dan memiliki kecemasan ringan (53,2%)25. Hasil penelitian menunjukan Ada
hubungan pendidikan, sosial ekonomi dan pengetahuan dengan kecemasan ibu premenopause
dalam menghadapi menopause25.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh


Kecamatan Nanggalo Kota Padang dengan wawancara terhadap 8 orang wanita. Didapatkan
bahwa sebanyak 5 orang (62,5%) wanita yang diwawancarai mengenai menopause memasuki
usia menopause yaitu rentang usia 40-50 tahun dengan tingkat pendidikan menengah. 62,5%
wanita mengatakan bahwa dirinya merasa cemas menghadapi masa menopause, dan takut
terjadi penurunan derajat kesehatan serta memiliki konsep diri negatif dimana mereka merasa
takut tidak dapat berperan sebagai istri dan ibu dalam keluarga dengan baik. Sedangkan
37,5% orang lainnya tidak merasakan kecemasan. Berdasarkan fenomena yang terjadi dan
data yang didapatkan tentang klien yang memasuki masa menopause di wilayah kerja
Puskesmas Nanggalo Padang, peneliti tertarik untuk mengetahui “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi masa menopause di
RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang”.

METODE
Jenis penelitian ini adalah korelasi, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu
variabel (independen) yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu

56
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

premenopause menghadapi menopause dengan variabel lain (dependen) yaitu kecemasan ibu
premenopause. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik cross sectional,
dimana variabel independen dan variabel dependen diobservasi sekaligus pada waktu yang
sama (Notoatmodjo, 2012).

Penelitian ini telah dilakukan dari Februari sampai Juli 2019. Pengumpulan data telah
dilakukan di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang pada tanggal 11 -
20 Mei 2019 Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah ibu prememenopause (40–50
tahun) di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang sebanyak 60 dengan
teknik pengambilan sampel proporsional random sampling,. Kriteria inklusi adalah Bersedia
menjadi responden, Sehat jasmani dan rohani, Responden bisa membaca dan menulis dan
Mempunyai suami.

Instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan klien dengan menggunakan
Skala HARS Menurut Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang dikutip dari Hawari
(2009). Instrumen yang digunakan untuk mengukur konsep diri adalah kuesioner yang dibuat
berdasarkan konsep diri positif dan konsep diri negatif. Kuesioner ini terdiri dari 20
pertanyaan, 4 pernyataan gambaran diri, 4 pernyataan ideal diri, 4 pernyataan harga diri, 4
pernyataan peran dan 4 pernyataan identitas diri.

Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner dengan cara wawancara terpimpin untuk
melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan ibu premenopause
menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo
Padang. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan analisa bivariat.

HASIL
Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari separoh 43 (71.1%) ibu premenopause memiliki
tingkat kecemasan sedang dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.
Tabel 1.
Tingkat Kecemasan Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Tingkat Kecemasan f %
Sedang 43 71.7
Ringan 17 28.3

Tabel 2.
Konsep Diri Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Konsep Diri f %
Negatif 29 48.3
Positif 31 52.7

Tabel 2 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 29 (48.3%) ibu premenopause memiliki
konsep diri negatif dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh
Puskesmas Nanggalo Padang.

Tabel 3.
Tingkat Pendidikan Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Pendidikan f %
Rendah 25 41.7
Tinggi 35 58.3

57
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Tabel 3 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 25 (41.7%) ibu premenopause memiliki
tingkat pendidikan rendah dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Tabel 4
Tingkat Sosial Ekonomi Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Sosial Ekonomi f %
Rendah 37 61.7
Tinggi 23 38.3

Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari separoh 37 (61.7%) ibu premenopause memiliki
tingkat sosial ekonomi rendah dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Tabel 5.
Dukungan Suami Ibu Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Dukungan Suami f %
Kurang 10 16.7
Sedang 21 35.0
Baik 29 48.3

Tabel 5 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 29 (48.3%) ibu premenopause memiliki
dukungan suami baik dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh
Puskesmas Nanggalo Padang.

Tabel 6.
Hubungan Konsep Diri dengan Tingkat Kecemasan Ibu premenopause dalam menghadapi
masa menopause (n=60)
Tingkat Kecemasan Total
Konsep Diri Sedang Ringan Value
f % f % f %
Negatif 27 93.1 2 6.9 29 100 0,000
Positif 16 51.6 15 48.4 31 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan hasil lebih banyak pada konsep diri negatif yaitu 27 orang (93.1%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki konsep diri positif yaitu 16 orang (51.6%). Hasil uji statistic
(chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara konsep diri dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam
menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo
Padang.
Tabel 7
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan Ibu premenopause dalam
Menghadapi Masa Menopause (n=60)
Tingkat Kecemasan Total
Tingkat Pendidikan Sedang Ringan Value
f f f % f %
Rendah 24 96 1 4.0 25 100 0,000
Tinggi 19 54.3 16 45.7 35 100

58
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan 24 orang (96.0%) yang memiliki tingkat pendidikan rendah lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu 19 orang
(54.3%). Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan
tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Tabel 8.
Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kecemasan Ibu premenopause dalam
menghadapi masa menopause (n=60)
Tingkat Kecemasan
Tingkat Sosial Total
Sedang Ringan Value
Ekonomi
f % f % f %
Rendah 33 86.2 4 10.8 37 100 0,000
Tinggi 10 43.5 13 56.5 23 100

Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 43 responden didapatkan hasil responden yang memiliki
tingkat kecemasan sedang lebih banyak pada tingkat sosial ekonomi rendah yaitu 32 orang
(86.5%) dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi yaitu
10 orang (43.5%). Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat sosial
ekonomi dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause di RW 3
Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang

Tabel 9.
Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan Ibu premenopause dalam
menghadapi masa menopause (n=60)
Tingkat Kecemasan
Dukungan Total
Sedang Ringan Value
Suami
f % f % f %
Kurang 8 80.0 2 20.0 10 100 0,003
Sedang 20 95.2 1 4.8 21 100
Baik 15 51.7 14 48.3 29 100

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan hasil 20 orang (95.2%) memiliki dukungan suami sedang dan hanya 15 orang
(51.7%) yang memiliki dukungan suami baik. Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p
= 0,003 berarti nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa
menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang

PEMBAHASAN
Tingkat Kecemasan
Tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari separoh 43 (71.1%) ibu premenopause memiliki
tingkat kecemasan sedang dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
tentang Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause di
Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk Kecamatan Karang Malang Sragen dengan
jumlah subjek 56 orang, didapatkan hasil sebagian besar tingkat kecemasan responden dalam

59
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

kategori ringan13. Penelitian lain yang dilakukan di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri
dengan jumlah subjek 31 orang, menunjukkan bahwa tingkat kecemasan ibu menghadapi
menopause sebagian besar rendah23.

Hasil penelitian lebih dari separoh mengalami tingkat kecemasan sedang, hal ini dikarenakan
sebagian besar responden memiliki pendidikan rendah sehingga responden tidak dapat
mengantisipasi gejala yang dapat terjadi pada masa menopause. Pendidikan yang baik akan
berdampak pada semakin baiknya pengetahuan yang dimiliki seseorang, hal ini disebabkan
karena seseorang yang berpengetahuan baik umumnya akan mudah memproses penerimaan
informasi, dengan begitu, responden yang memiliki banyak informasi akan mempunyai
banyak cara untuk mengatasi masalah yang dialaminya, termasuk masalah kecemasan
menjelang menopause. Sesuai dengan pendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang semakin tinggi pula tingkat intelektualnya sehingga dapat mempengaruhi seseorang
untuk bertindak dan mencari solusi dalam hidupnya25.

Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik dialami dan dikomunikasikan
secara interpersonal13. Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
objek yang spesifik, ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
interpersonal33. Pendapat lain bahwa kecemasan (ansietas) adalah perasaan takut yang tidak
jelas dan tidak didukung oleh situasi38. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman
atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan yang dirasakan ibu
premenopause umumnya dikarenakan berakhirnya masa reproduksi yang berarti berhentinya
nafsu seksual, apalagi menyadari dirinya akan menjadi tua, yang berarti kecantikannya akan
memudar25.

Terjadinya kecemasan ini dapat disebabkan karena banyak faktor seperti, sebagaimana
disampaikan oleh beberapa teori yaitu bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi masa menopause diantaranya yaitu
pengetahuan, sikap, dukungan keluarga, kondisi ekonomi dan gaya hidup 2. Pendapat lain
bahwa faktor yang mempengaruhi kecemasan mengahadapi menopause adalah pikiran,
kesalahan proses kognisi sehingga timbul rasa takut akan tua dan tidak menarik lagi26.

Penyebab kecemasan adalah keluarga, lingkungan sosial, bertambah atau berkurangnya


anggota keluarga, dan perubahan kebiasaan26. Factor-faktor yang mempengaruhi perubahan
kondisi mental wanita premenopause mengahadapi menopause di antaranya perubahan fisik,
kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), lingkungan, gangguan saraf
panca indra (kebutaan dan ketulian), gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan,
kehilangan teman, kehilangan keluarga, kehilangan kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan
terhadap gambaran diri dan konsep diri14. Factor yang paling berpengaruh terhadap kecemasan
wanita dalam menghadapi menopause adalah dukungan suami1.

Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah ditemukan
cukup banyaknya ibu yang mengalami kecemasan. Kondisi kecemasan ini perlu segera diatasi
karena akan mempengaruhi terhadap pemikiran dan emosi ibu tersebut sehingga dapat
menjadikan proses kehidupan mereka terganggu, dimana ibu tersebut merasa tidak nyaman
atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka, bahkan akan
mengakibatkan stres atau bahkan depresi. Dalam hal ini perlu adanya peran dari petugas
kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang menopause dan

60
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kecemasan menjelang menopause,
seperti melakukan penguatan keagamaan sehingga ibu bisa menerima kondisi diri mereka
dengan ikhlas dan mencari alternatif kegiatan positif untuk penguatan diri mereka tersebut

Konsep Diri
Tabel 2 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 29 (48.3%) ibu premenopause memiliki
konsep diri negatif dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh
Puskesmas Nanggalo Padang. Penelitian ini mendukung penelitian di Dusun Mbanaran Desa
Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madium dengan hasil penelitian dari 39 responden pada
gambaran diri (body image) wanita menopause bahwa 59% (23 responden) memiliki
gambaran diri Terganggu, dan sebagian kecil 41% (16 responden) memiliki Gambaran Diri
Tidak Terganggu30.

Konsep diri akan mempengaruhi terhadap tingkat kecemasan ibu premenopause, dimana jika
ibu mempunyai konsep diri negatif maka ibu akan berpikiran negatif sehingga akan ada
kecenderungan ibu akan mengalami kecemasan. Sebaliknya jika ibu mempunyai konsep diri
positif maka ibu akan berpikiran positif dan bisa menerima kondisi diri mereka sehingga ibu
menganggap bahwa itu adalah bagian dari alur hidup mereka dan harus dijalani sehingga
tingkat kecemasan ibu pun berkurang

Tingkat Pendidikan
Tabel 3 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 25 (41.7%) ibu premenopause memiliki
tingkat pendidikan rendah dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian di
Pedukuhan Dampulan Caturharjo Pandak Bantul dengan jumlah subjek 62 orang. Hasil
penelitian pada pendidikan responden menunjukkan 62,9% atau sejumlah 39 orang responden
memiliki latar belakang pendidikan SMA sederajat, dan mayoritas memiliki kecemasan
ringan (38,7%), dengan demikian mayoritas pendidikan responden dapat dikatakan cukup
baik25.

Pendidikan yang baik akan berdampak pada semakin baiknya pengetahuan seseorang, hal ini
disebabkan karena seseorang yang berpengetahuan baik umumnya akan mudah penerimaan
informasi, dengan begitu, responden yang memiliki banyak informasi akan mempunyai
banyak cara untuk mengatasi masalah yang dialaminya, termasuk masalah kecemasan
menjelang menopause, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang berpengetahuan baik
cenderung hanya akan mengalami kecemasan ringan

Tingkat Sosial Ekonomi


Tabel 4 menunjukkan bahwa lebih dari separoh 37 (61.7%) ibu premenopause memiliki
tingkat sosial ekonomi rendah dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
Pedukuhan Dampulan Caturharjo Pandak Bantul dengan jumlah subjek 62 orang25. Sebagian
besar ibu yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada tingkat sosial ekonomi
yang sedang yaitu ada 35 orang atau 56,5%. Kecemasan ringan dan sedang yang dialami
responden pada status sosial ekonomi sedang dapat terjadi karena mayoritas responden dapat
memenuhi berbagai kebutuhannya, termasuk kebutuhanya menjangkau pelayanan kesehatan,
dengan terjangkaunya fasilitas kesehatan maka ibu akan lebih mudah mengatasi gejala
kecemasan yang dialaminya sejak dini, sehingga kecemasan yang dialaminya dapat
diminimalisir dengan baik

61
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Dukungan Suami
Tabel 5 menunjukkan bahwa kurang dari separoh 29 (48.3%) ibu premenopause memiliki
dukungan suami baik dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh
Puskesmas Nanggalo Padang. Hasil penelitian ini mendukung penelitian di perumahan Griya
Cipta Laras Wonogiri dengan jumlah subjek 31 orang diperoleh kategori dukungan suami
sebagian besar tinggi, 28 orang (90,32%)23. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu
premenopause dalam menghadapi masa menopause tersebut mendapatkan dukungan suami
yang baik pula.

Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan suami kepada ibu saat menghadapi masa
menjelang menopause. Dukungan dan peran positif dari suami sebagai pasangan hidup dapat
memberikan bantuan yang sangat besar dalam mengatasi kecemasan. Dengan adanya
dukungan suami maka ibu akan merasa lebih dibutuhkan sehingga tidak lagi menimbulkan
kecemasan pada ibu.

Hubungan Konsep Diri dengan Tingkat Kecemasan


Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan hasil lebih banyak pada konsep diri negatif yaitu 27 orang (93.1%) dibandingkan
dengan responden yang memiliki konsep diri positif yaitu 16 orang (51.6%). Hasil uji statistic
(chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara konsep diri dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam
menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo
Padang. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian tentang hubungan penerimaan diri
dengan kecemasan ibu pada masa premenopause di RW IV Desa Mulur, Kecamatan
Bendosari, Kabupaten Sukoharjo41. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada ibu premenopause.

Konsep diri (self-concept) merupakan kesadaran seseorang mengenai siapa dirinya. Konsep
diri adalah sekumpulan keyakinan dan perasaan seseorang mengenai dirinya 42. Keyakinan
seseorang mengenai dirinya bisa berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan, penampilan
fisik dan lain sebagiannya29. Konsep diri dapat digambarkan dalam istilah rentang dari kuat
sampai lemah atau positif sampai negatif, bergantung pada kekuatan individu dari keempat
komponen konsep diri yaitu identitas, citra tubuh, harga diri dan peran22. Konsep diri
merupakan semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
siapa dirinya dan memengaruhi hubungannya dengan orang lain34.

Terbukti pada penelitian bahwa konsep diri akan mempengaruhi terhadap tingkat kecemasan
ibu premenopause, dimana jika ibu mempunyai konsep diri negatif maka ibu akan berpikiran
negatif sehingga akan ada kecenderungan ibu akan mengalami kecemasan. Sebaliknya jika
ibu mempunyai konsep diri positif maka ibu akan berpikiran positif dan bisa menerima
kondisi diri mereka sehingga ibu menganggap bahwa itu adalah bagian dari alur hidup mereka
dan harus dijalani sehingga tingkat kecemasan ibu pun berkurang. Berdasarkan hal ini maka
menurut analisa peneliti terhadap penelitia ini adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan
ibu dalam menghadapi fase menopause maka perlu adanya pembentukkan konsep diri yang
positif pada ibu tersebut. Dalam hal ini perlu adanya penguatan keagamaan dan adanya
aktivitas positif yang dilakukan oleh ibu-ibu, seperti mengikuti majelis taklim, posyandu
lansia dan lain sebagainya

62
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kecemasan


Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan 24 orang (96.0%) yang memiliki tingkat pendidikan rendah lebih banyak
dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu 19 orang
(54.3%). Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p < 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan
tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun
Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian di Pedukuhan Dampulan Caturharjo Pandak Bantul
dengan jumlah subjek 62 orang25. Hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan
pendidikan dengan kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi menopause. Ada
pengaruh pendidikan terhadap kecemasan ibu dalam menghadapi masa menopause, hal ini
menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin banyak pengetahuan
yang dimiliki dan akan mudah menerima informasi sehingga kecemasan menghadapi menopause
dapat diatasi dengan baik23

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau usaha manusia meningkatkan kepribadian atau proses
perubahan perilaku menuju tercapainya kedewasaan serta penyempurnaan kehidupan manusia
dengan jalan membina dan mengembangkan potensi pribadinya, yang berupa rohani (cipta, rasa,
karsa) dan jasman16. Terbukti pada penelitian ini bahwa tingkat pendidikan akan
mempengaruhi terhadap kecemasan ibu premenompause. Hal ini dapat disebabkan dengan
tingginya pendidikan ibu maka akan semakin luas wawasan ibu tersebut sehingga dapat
mencari alternatif solusi dari masalah yang dihadapi dan pengontrolan emosi juga akan lebih
baik. Dengan adanya kontrol emosi yang baik maka tingkat kecemasan ibu pun akan
berkurang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin tinggi pula tingkat intelektualnya.
Dengan demikian pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan
mencari solusi dalam hidupnya26.

Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti bahwa
tingkat pendidikan ibu merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi terhadap tingkat
kecemasan ibu terhadap menopuase dengan berbekal pengetahuan yang cukup, seorang ibu
akan lebih banyak memperoleh informasi yang dibutuhkan, dengan demikian mereka dapat
memilih serta menentukan alternatif yang terbaik untuk masalah yang dihadapinya. Orang yang
mempunyai pendidikan yang lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional, sehingga akan
lebih mudah untuk menerima gagasan baru. Hal ini berarti dengan pendidikan yang tinggi seseorang
akan mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih baik, termasuk bagaimana mengatasi
kecemasan saat mengalami menopause

Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Tingkat Kecemasan


Tabel 8 menunjukkan bahwa dari 43 responden didapatkan hasil responden yang memiliki
tingkat kecemasan sedang lebih banyak pada tingkat sosial ekonomi rendah yaitu 32 orang
(86.5%) dibandingkan dengan responden yang memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi yaitu
10 orang (43.5%). Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p = 0,000 berarti nilai p <
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat sosial
ekonomi dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause di RW 3
Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang

Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya di Pedukuhan Dampulan


Caturharjo Pandak Bantul dengan jumlah subjek 62 orang26. Hasil penelitian menunjukkan

63
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

bahwa ada hubungan sosial ekonomi dengan kecemasan ibu premenopause dalam
menghadapi menopause. Terbukti bahwa sosial ekonomi akan mempengaruhi terhadap
tingkat kecemasan ibu premenopause dalam menghadapi menopause. Hal ini dapat
disebabkan dengan sosial ekonomi yang lebih baik maka ibu prememopause akan
mempunyai alternatif aktivitas positif dalam kehidupannya dan tidak terlalu mencemaskan
kondisi keuangannnya sehingga bisa lebih membawa kenyamanan pada ibu tersebut
dibandingakan dengan ibu dengan sosial ekonomi rendah. Pendapat yang berbeda bahwa
keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan, dan pendidikan. Wanita yang
berasal dari golongan ekonomi rendah cenderung pasrah dan mampu beradaptasi dengan baik
saat mengalami menopause10.

Masalah ekonomi yang dialami wanita memasuki menopause adalah tentang pemenuhan
kebutuhan hidup sehari-hari seperti kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kesehatan,
rekreasi dan sosial1. Dengan kondisi fisik dan psikis yang menurun menyebabkan mereka
kurang mampu menghasilkan pekerjaan yang produktif. Pendapat lain untuk mencari
pendapatan dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dapat menjadi tolak ukur untuk melihat
keterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan. Apabila pelayanan kesehatan tersebut
terjangkau maka masalah kesehatan yang akan muncul di kemudian hari dapat ditangani
sedini mungkin sebagai upaya preventif2.

Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti
bahwa sosial ekonomi akan mempengaruhi terhadap kecemasan ibu premenopause, dimana
dengan baiknya sosial ekonomi ibu tersebut maka masalah kesehatan ibu bisa ditangani secara
dini dibandingkan ibu dengan sosial ekonomi yang lebih rendah sehingga tingkat kecemasan
ibu akan lebih rendah. Untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu premenopause terhadap
menopuase maka perlu kegiatan positif terhadap ibu yang bisa menghasilkan pendapatan
sehingga sosial ekonomi bisa lebih meningkat

Hubungan Dukungan Suami dengan Tingkat Kecemasan


Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 43 responden yang memiliki tingkat kecemasan sedang
didapatkan hasil 20 orang (95.2%) memiliki dukungan suami sedang dan hanya 15 orang
(51.7%) yang memiliki dukungan suami baik. Hasil uji statistic (chi square) diperoleh nilai p
= 0,003 berarti nilai p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna
antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa
menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di Perumahan Griya Cipta Laras
Wonogiri dengan jumlah subjek 31 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu menghadapi
menopause. Terbukti bahwa dukungan suami akan mempengaruhi kecemasan 23. Hal ini dapat
disebabkan dengan adanya dukungan yang positif dari suami maka akan memberikan arti
tersendiri bahwa peran wanita sebagai seorang istri masih diperlukan dalam kehidupan rumah
tangga sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu tersebut dalam menghadapi menopause.
Sesuai dengan pendapat bahwa dalam sebuah keluarga kecemasan akan selalu ada dalam
berbagai bentuk dan sifatnya heterogen1. Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan
suami kepada ibu saat menghadapi masa menjelang menopause. Dukungan dan peran positif
dari suami sebagai pasangan hidup dapat memberikan bantuan yang sangat besar dalam
mengatasi kecemasan. Hal ini memberikan arti tersendiri bahwa peran wanita sebagai seorang
istri masih diperlukan dalam kehidupan rumah tangga1.

64
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Peran suami dalam menghidupan kasih sayang dan harga diri pada ibu dapat dicurahkan
melalui sikap perhatian serta pemberian dukungan kepada ibu. Dukungan suami dapat
diungkapkan dengan penghargaan terhadap ibu melalui rasa simpati, berminat terhadap ibu,
bersikap toleran terhadap kelemahan-kelamahan ibu, menunjukan kehangatan dan juga
mencoba untuk membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan. Bagi ibu, dukungan
suami terhadap ibu merupakan sikap yang harus dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu
selalu dibayang-bayangi oleh kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap
mendapatkan kasih sayang atau dicintai25.

Berdasarkan hal ini maka menurut analisa peneliti terhadap penelitian ini adalah terbukti
bahwa dukungan suami akan mempengaruhi terhadap tingkat kecemasan ibu premenopause
terhadap menopause. Dimana dengan adanya dukungan suami maka ibu akan merasa lebih
dibutuhkan sehingga tidak lagi menimbulkan kecemasan pada ibu. Sebaliknya bagi ibu yang
tidak mendapatkan dukungan suami merasa dirinya tidak berharga lagi setelah menopause
sehingga akan dapat meningkatkan kecemasan pada ibu. Dengan demikian untuk mengurangi
tingkat kecemasan pada ibu perlu adanya dukungan suami yang baik pada ibu tersebut. Dalam
hal ini perlu adanya peran petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan di masyarakat
tentang menopuase dan perlu adanya dukungan dari pihak keluarga terhadap ibu yang
mengalami menopause sehingga ibu tidak merasa rendah diri dan bisa mengurangi kecemasan
ibu premenopause

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut Lebih
dari separoh (70.0%) ibu memiliki tingkat kecemasan sedang dalam menghadapi masa
menopause, Lebih dari separoh (61.7%) ibu memiliki konsep diri negatif dalam menghadapi
masa menopause, Kurang dari separoh (48.3%) ibu mendapatkan dukungan yang baik dari
suami dalam menghadapi masa menopause, Terdapat hubungan bermakna antara konsep diri
dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause, Terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi
masa menopause, Terdapat hubungan bermakna antara sosial ekonomi dengan tingkat
kecemasan pada ibu dalam menghadapi masa menopause, Terdapat hubungan bermakna
antara dukungan suami bermakna dengan tingkat kecemasan pada ibu dalam menghadapi
masa menopause di RW 3 Kelurahan Gurun Laweh Puskesmas Nanggalo Padang.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Yayasan MERCUBAKTIJAYA Padang, STIKES
MERCUBAKTIJAYA Padang dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang serta semua pihak yang telah berkontribusi
dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. Martaadisoebrata, dkk. (2011). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Edisi 1.
Cetakan 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

2. Aprillia, N. I., & Puspitasari, N. (2007). Faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan
pada wanita perimenopause. The Indonesian Journal of Public Health, 4(1).

3. Baziat, Ali. (2003). Menopause dan Andropause. Edisi 1. Volume 1. Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

65
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

4. Nugroho, dkk. (2014). Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Nuha Medika:


Yogyakarta.

5. Bobak, dkk. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. EGC: Jakarta.

6. Rambulangi, J. (2006). Tantangan, Harapan dan Pengobatan Alternatif dalam


Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Hidup Wanita Menopause. Indonesian Journal
of Obstetrics and Gynecology.

7. Ismiyati, A. (2010). Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan kesiapan


menghadapi menopause pada ibu premenopause di Perumahan Sewon Asri Yogyakarta.

8. Anggraini, P. D. (2014). Wanita dalam menghadapi menopause di Wilayah RW 03


Desa Bantarsoka Purwokerto.

9. Astutik, Y., & Hadi, S. (2011). Pengaruh menopause terhadap kecenderungan depresi
ibu-ibu PKK Desa Sidomulyo Kecamatan Batu Kota Batu. Jurnal Psikologi: Jurnal
Ilmiah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan, 1(1), 24-34.

10. Bromberger, dkk. (2013). Does Risk for Anxiety Increase During the Menopausal
Transition, Study of Women's Health Across the Nation (SWAN). National Institutes of
Health, 20(5): 488–495

11. Hatake, Kavepi. (2013). Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Menopause. STIKes
Dharma Husada: Bandung.

12. Hawari, Dadang. (2006). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Gaya Baru: Jakarta.

13. .(2009). Psikometri Alat Ukur (Skala) Kesehatan Jiwa. Balai Penerbit FKUI:
Jakarta.

14. Marmi. (2013). Kesehatan Reproduksi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

15. Maysarah, Novita. (2012). Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause dalam


Menghadapi Masa Menopause di Dusun Kedung Ringin Desa Kedung Waduk
Kecamatan Karang Malang Sragen. STIKes Kusuma Husada: Surakarta, (online),
http://digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/3/01-gdl-novitafitr-101-1-novitaf-
i.pdf, diakses 8 September 2020.

16. Mubarak, dkk. (2012). Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Salemba
Medika: Jakarta.

17. Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

18. . (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.

19. Nurdono, D. A. (2013). Gambaran Sikap Ibu Terhadap Masa Premenopause pada Ibu-
Ibu. Cognicia, 1(2).

20. Pieter, dkk. (2010). Pengantar Psikologi untuk Kebidanan. Kencana: Jakarta.

21. Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Trans Info Media:

66
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Jakarta.

22. Polisseni, dkk. (2009). Depression and Anxiety in Menopausal Women: Associated
Factors. Rev Bras Ginecol Obstet, 31(1):28-34.

23. Potter, dkk. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC: Jakarta.

24. Prabandani, D. (2009). Hubungan dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu
menghadapi menopause di perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri.

25. Risqiaty, Dwi. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Ibu
Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause di Pedukuhan Dampulan
Caturharjo Pandak Bantul. Akbid Yogyakarta: Yogyakarta.

26. Rostiana, dkk. (2009). Kecemasan pada Wanita yang Menghadapi Menopause.
Universitas Gunadarma: Depok.

27. Saputra, Lyndon. (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara:
Jakarta.

28. Sarwono, dkk. (2011). Psikologi Sosial. Salemba Humanika: Jakarta.

29. Sastroasmoro, dkk. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 4. Sagung
Seto: Jakarta.

30. Selfian, Erisa S. (2012). Gambaran Diri (Body Image) Wanita Menopause Di Dusun
Mbanaran Desa Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

31. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu: Yogyakarta.

32. Sibagariang, dkk. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Trans Info Media: Jakarta.

33. Stuart, G.W. (2006). Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.

34. Stuart, Gail W. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. EGC: Jakarta.

35. Sunaryo. (2013). Psikologi Untuk Keperawatan. Edisi 2. EGC: Jakarta.

36. Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatrik. Edisi 1. EGC: Jakarta.

37. Tulung, O., Kundre, R., & Silolonga, W. (2014). Hubungan Sikap Ibu Premenopause
dengan Perubahan yang Terjadi Menjelang Masa Menopause di Kelurahan Woloan 1,
Kecamatan Tomohon Barat, Kota Tomohon. Jurnal Keperawatan, 2(2).

38. Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

39. Wirakusumah, Emma S. (2003). Tips dan Solusi Agar Tetap Sehat, Cantik dan Bahagia
di Masa Menopause dengan Terapi Estrogen Alami. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.

40. Pemerintah kota padang, (online), www.sumbarprov.com, diakses 27 Agustus 2020 jam
14.00 WIB.

67
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 2, Hal 53 - 68, Agustus 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

41. Nuralita, A. Y. (2013). Hubungan penerimaan diri dengan kecemasan ibu pada masa
premenopause di RW IV Desa Mulur, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

42. Deaux, K., Wrightsman, L. S., & Dane, F. C. (1993). Social Psychology in the'90s.
Thomson Brooks/Cole.

43. Purbadewi, L., & Ulvie, Y. N. S. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang
Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi, 2(1).

68

Anda mungkin juga menyukai