JARINGAN SENSOR
NIRKABEL
Oleh:
RONALDO
1715031008
Wireless sensor network (WSN) memiliki peranan yang amat penting dalam berbagai
bidang kehidupan. WSN merupakan infrastruktur suatu jaringan yang terdiri dari
sekumpulan node sensor yang tersebar pada suatu area sensor. Data yang dikumpulkan
bisa berupa suhu, tekanan, pergerakan suatu objek atau kelembaban dan sebagainya.
WSN menggabungkan pengetahuan dan teknologi dari tiga bidang yang berbeda;
Komunikasi nirkabel, Jaringan dan Teori Sistem dan Kontrol. Untuk merealisasikan
aplikasi yang ada dan potensial untuk WSN, diperlukan protokol komunikasi yang
canggih dan sangat efisien [1].
Penelitian tentang WSN dewasa ini difokuskan untuk mengatasi kekurangan energi
selama jaringan aktif karena energi secara langsung berpengaruh terhadap masa aktif
suatu jaringan. Metode yang digunakan adalah dengan memperkirakan penggunaan
energi selama mengirim, menerima atau saat sensing. Karena energi adalah sesuatu yang
sangat terbatas, maka algoritma routing untuk menentukan route yang menggunakan
energi yang lebih efisien menjadi prioritas utama dalam mendesain WSN.
Berdasarkan pemakaian energi, lifetime sensor dapat ditingkatkan dengan dua cara, yakni
menambah suplai energi dan mengurangi konsumsi energi. Metode menambah suplai
energi dapat dilakukan dengan menambah kapasitas baterai node sensor. Sedangkan
metode mengurangi konsumsi energi dapat dilakukan dengan cara modifikasi rangkaian
sensor, menggunakan Operating System yang sederhana serta mendesain protokol dan
algoritma jaringan yang menggunakan energi lebih sedikit.
Coverage
Pada dasarnya, Sebuah area dikatakan tercover apabila setiap lokasi pada daerah
tertentu berada dalam jangkauan pengindraan setidaknya satu node sensor aktif.
Terdapat tiga jenis coverage pada WSN[2] yaitu :
Cakupan area
Dalam masalah cakupan wilayah, tujuannya adalah untuk mencakup seluruh
wilayah. tergantung pada persyaratan aplikasi, cakupan penuh parsial diperlukan.
namun, jika jumlah sensor tidak mencukupi, cakupan penuh tidak dapat dicapai
dan tujuannya menjadi memaksimalkan tingkat cakupan.
Titik cakupan
Dalam banyak aplikasi, pemantauan seluruh area mungkin tidak perlu, cukup
dengan hanya memantau beberapa titik tertentu. setiap titik tertentu harus
dicakup oleh setidaknya satu node sensor. akibatnya, pemantauan hanya pada
tempat menarik saja, ini akan meningkatkan kinerja penginderaan karena semua
sensor yang tersedia digunakan untuk memantau Point of Interest (POI),
memastikan cakupan yang lebih baik dari POI ini. Selanjutnya, biaya penyebaran
akan berkurang karena jumlah sensor yang digunakan lebih sedikit dibandingkan
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk mencakup seluruh area.
Cakupan pembatas
dalam beberapa aplikasi penting, sensor tidak dirancang untuk memantau
kejadian di dalam area yang dipertimbangkan tetapi untuk mendeteksi penyusup
yang mencoba menembus area ini. contoh aplikasi yang melibatkan deteksi
gerakan adalah penyebaran sensor di sepanjang perbatasan internasional untuk
mendeteksi intrusi ilegal, di sekitar hutan untuk mendeteksi penyebaran
kebakaran hutan, di sekitar pabrik kimia untuk mendeteksi penyebaran bahan
kimia mematikan, dan di kedua sisi gas pipa untuk mendeteksi potensi sabotase
Konektivitas
Dua node sensor dikatakan terhubung jika node-node tersebut dapat berkomunikasi
langsung (koneksi satu hop) atau secara tidak langsung (koneksi multi-hop). Dalam
wsn, jaringan dianggap terhubung jika ada setidaknya path antara sink dan setiap
sensor node pada daerah yang dipertimbangkan.
Untuk memantau area tertentu tidak cukup memastikan cakupannya dengan
mempertimbangkan konektivitas. ketika suatu peristiwa terdeteksi, itu harus
dilaporkan ke sink. akibatnya, perlu untuk memastikan konektivitas antara node
sensor dan sink untuk menjamin transfer informasi ke sink. Terdapat dua jenis
konektivitas jaringan :
Koneksi penuh
Karena konektivitas sangat penting untuk menjamin transfer informasi,
konektivitas tidak dapat diabaikan dan harus memiliki tingkat kepentingan yang
sama dengan cakupan. dengan demikian, untuk memantau area tertentu secara
efisien, banyak aplikasi tidak hanya memerlukan cakupan penuh tetapi juga
konektivitas penuh untuk mengumpulkan informasi dan melaporkannya.
Konektivitas intermiten
Pada beberapa aplikasi, tidak perlu memastikan konektivitas penuh di area yang
dipertimbangkan. cukup untuk menjamin konektivitas intermiten dengan
menggunakan sink seluler yang memindahkan dan mengumpulkan informasi dari
node yang terputus. ada beberapa jenis konektivitas intermiten: yang pertama
hanya menggunakan satu atau beberapa sink seluler dan yang kedua
menggunakan sink seluler serta beberapa kepala cluster.
3. Kontrol Daya
Dalam beberapa aplikasi pengisian sumber daya tidak memungkinkan untuk
dilakukan karena area yang tidak dapat diakses atau area yang terpolusi ketika node
sensor disebarkan, oleh karena itu masa pakai node sensor bergantung dari masa
pakai baterai. Energi komunikasi didefinisikan sebagai jumlah energi yang
dibutuhkan untuk mengirimkan data menggunakan radio, dan energi yang dibutukan
untuk pengolaan data (encoding dan decoding)
Jaringan sensor nirkabel harus beroperasi dengan energi sedikit mungkin untuk
meningkatkan masa pakai node sensor, memastikan konektivitas dan ketersediaan
jaringan. Untuk itu beberapa persyaratan arus dipenuhi: Komputasi sadar-daya dan
komponen komunikasi teknologi yang bersih, Infrastruktur perangkat lunak yang
sadar akan daya dan Pensinyalan berenergi rendah[3].
4. ` Protokol perutean
Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan
ke jaringan yang lain. Rute ini, disebut dengan route dan informasi route secara dinamis
dapat diberikan ke router yang lain ataupun dapat diberikan secara statis ke router lain.
Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan
router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router
menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya.[4]
Salah satu masalah yang paling penting dalam jaringan wireless sensor adalah penyediaan
layanan antara sensor dan sink. Meskipun sensor network dan mobile network ad hoc mirip
tapi keduanya secara radikal bebeda dalam banyak aspek. Sensor network memiliki banyak
fitur yang unik dan membutuhkan pengembangan lebih lanjut. Secara umum, Routing
protocol pada WSN dibagi menjadi dua katagori :
Indicator-based
Indicator-free
Pada indicator-based, selalu terdapat fase inisialisasi dimana sebuah indicator algoritma
tersebut digunakan. Berdasarkan algoritmanya, setiap node menyusun sebuah indicator
untuk membantu proses routing. Pada algoritma indicator-free, proses routing dibuat di
udara.
Satu set node monitor infrasonic, yang mengambil sinyal akustik dengan frekuensi rendah
(sampai 50 Hz). Node ini mengirimkan sinyal ke node aggregator, yang meneruskan sinyal
melalui jaringan nirkabel jarak jauh ke stasiun base berbasis kabel, laptop menjalankan
berbagai perangkat lunak untuk memvisualisasikan, menyimpan dan menganalisis sinyal
real-time dari susunan nirkabel[5].
Gambar 3 peralatan yang digunakan pada penelitian ini
Node monitor infrasonic menggunakan papan sensor yang terdiri dari amplifier dan
pengencang sirkuit yang terhubung ke Panasonic WM-034BY mikrofon kondensasi
elektronik (omnidirectional). Papan sensor memiliki pengaturan secara manual (1 – 20 kali)
menggunakana blok jumper. Node deprogram untuk smpel data secara terus menerus pada
102,4 Hz, sehingga memungkinkan sinyal hingga 51,2Hz.
Penyebaran
Penyebaran jaringan sensor dengan stasiun seismic kabel dan infrasonic yang digunakan
oleh para peneliti dari UNC dan IGEPN. Stasiun penyebaran ditempatkan melalui GPS di
78,46380°W, 1,43561°S pada pelembahan 2889m. Agregator utama memindahkan data
melalui modem gelombang bebas ke laptop yang berfungsi sebagai pangkalan yang terletak
d9km dari stasiun pemantauan. Sepasang antenna dBi 900MHz yagi digunakan untuk
mrnunjukkan konektivitas antara dua modul gelombang bebas. Alat penerima GPS dan
modemgelombang freeWave itu digerakkan oleh baterai mobil 12 V. Semua node lain
didukung oleh 2 baterai AA dan dioperasikan secara bersamaan selama 54 jam penyebaran.
Node aggregator, penerima GPS, modem freewave, antenna yagi dan baterai mobil
ditempatkkan di kaki pohon, slah satu node infrasonic ditempatkan sekitar 1 m diatas tanah
di pohon yang sama. Node lain ditempatkan 6,3 m di pohon kedua, sementara nodeus
ketika ditempatkan 10,7 m di tunggul pohon. Peletakan dipohon ini agar meningkatkan
penerimaan radio dan untuk meminimalkan perusakan leh binatang-binatang hutan.
Analisis Data
Tiga grafik teratas sehingga sinyal direkam oleh jaringan sensor infrasonik nirkabel kami
(21 Juli 2004 pukul 11:11:00 GMT). Bagian bawah membuat grafik sinyal infrasonik dan
seismik dari ledakan yang sama yang direkam oleh stasiun kabel yang ditempatkan.
Menurut standar maksimum gross rate adalah 250 kbits dengan jangkauan transmisi sekitar
150m
Dapat terbang dengan kecepatan 130km/jam selama kira-kira 15-20 menit bergantung
muatan. Jika uav mengikuti jalur yang direncanakan secara offline, kecepatan
maksimumnya adalah 40km/jam.
UAV mengelilingi daerah yang ditentukan, dengan ototmatis melacak beberapa titik-titik
GPS yang ditandai untuk mengevaluasi indeks vegetasi dan kelembapan tanah[6].
Analisis dataset
Gambar a Gambar b
Gambar 7 nilai relevan dari dataset yang dikoleksi pada saat pengukuran
Pengujian sensor dapat dilakukan dengan cara memberikan gerakan yang mana gerakan
tersebut dari anggota tubuh kita, seperti melambaikan tangan kita, agar sensor PIR dapat
mendeteksi adanya suatu gerakan yang mana nantinya buzzer akan berbunyi dan dapat di
katakan berfungsi.
Tabel Pengujian Jarak Sensor PIR
Gambar 9 Pengujian Ultrasonik
Pengujian sensor dapat dilakukan dengan memberikan gerakan atau benda yang mana
Gerakan atau benda tersebut lurus di depan sensor ultrasonik, karna sensor ultrasonik
mendeteksi sesuatu yang lurus di depannya dan akan mentransfer ke Buzzer yang mana
Buzzer tersebut akan berbunyi.
Tabel Pengujian Jarak Sensor PIR
Referensi
[1] Fischione C. An Introduction to Wireless Sensor Networks Draft, version 1.8. September
2014.
[2] Ines Khoufi, Pascale Minet, Anis Laouiti and Saoucene Mahufoudh. Survey of Deployment
Algorithms in Wireless Sensor Networks: Coverage and Connectivity Issues and Challenges,
HAL Id: hal-01095749 . 16 Desember 2016.
[3] Nikolas A. Pantazis and Dimitrios D. Vergados. A Survey On Pwoer Control Issues In
Wireless Sensor Networks. Volume 9, No. 4. IEEE .2007.
[4] Kemal Akkaya and Moamed Younis. A survey on routing protocol for wireless sensor
network. Eelsevier. Ad Hoc Network 3 2005.
[5] Geoffrey Werner-Allen, Jeff Johnson, Mario Ruiz, Jonathan Lees and Matt Welsh .
Monitoring Volcanic Eruption a Wireless Sensor Networks.
[6] Manilo Bacco Andrea Berton, Alberto Gotta and Luca Caviglione. Air-Ground UAV
Communications In Smart Farming Scenarios. IEEE 802.15.4
[7] Hafidzur Rohman, Miftahul Walid, Anwari. Rancang Bangun Sistem Security Kandang
Ternak Menggunakan Arduino Nano. Seminar Nasional Humaniora & Aplikasi Teknologi
Informasi 2018