Anda di halaman 1dari 4

MENGENAL LCA (Life Cycle Assessment) SEBAGAI BAGIAN PENELITIAN

01 Desember 2016, 11:09 WIB | Diupload oleh Dede Rustandi

Gambar 1.Tiga aspek penting dalam isu keberlanjutan (Sustainibility Domain)

(Sumber : Manik, 2015)

(FOKUS P3HH)BOGOR -Anda pernah mendengar kata LCA? Atau pernah menemukan
akronim ini di beberapa bacaan atau literatur yang pernah anda baca? Ya, LCA adalah
singkatan dari Life Cycle Assessment. Sebuah perangkat atau mekanisme untuk meneliti
siklus hidup dari sebuah proses, aktivitas atau kegiatan untuk menghasilkan sesuatu (produk)
yang dikaitkan dengan dampaknya bagi lingkungan (environmentally impact). LCA dapat
dinilai darilam indickator tertentu. Indikatornya bisas dari jumlah konsumsi energi, jumlah
emisi gas rumah kaca yang dihasilkan (carbon footprint), konsumsi air (water footprint),
jumlah limbah atau sampah yang dihasilkan. Di Indonesia, LCA belum banyak dikaji sebagai
salah satu bagian penting untuk menilai apakah sebuah proses atau kegiatan telah sejalan
dengan ide keberlanjutan (sustainability).

Seperti yang dikatakan oleh Prof. Emil Salim, pembangunan yang berkelanjutan harus
memenuhi keberlanjutan dalam 3 aspek, yaitu . Ketiga aspek itu antara lain aspek sosial,
lingkungan dan ekonomi (societal, environmental, economis) (Salim, 2014). LCA mendorong
keberlanjutan aspek lingkungan dengan memperhatikan indikator seperti: jumlah emisi
karbon dari mulai pengambilan/ekstraksi bahan baku, transportasi, proses
produksi/pengolahan, limbah produksi/pengolahan, hingga life time produk yang dihasilkan.
Hasil LCA akan berkaitan dengan efisien atau tidaknya sebuah proses dijalankan, dan ini
akan terkait dengan keberlanjutan secara ekonomi. Efisiensi juga akan berkaitan dengan
ketersediaan bahan baku dari alam untuk jangka panjang, dan ini akan berkaitan dengan
aspek sosial. Keberlanjutan ketiga aspek ini juga disejajarkan dengan 3Ps (People, Profit,
Planet) seperti yang disampaikan oleh Dr. Yosef Manik, Dekan Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Del dalam acara Workshop Lifecycle Assessment Research in Indonesia
yang pertama di Serpong tahun 2015 setahun lalu (Manik, 2015).

Dalam sebuah kegiatan penelitian, LCA dapat menjadi nilai tambah untuk memberikan
informasi dampak lingkungan yang dihasilkan dari proses penelitian hingga menghasilkan
produk (result) dari penelitian itu sendiri. Studi mengenai LCA dapat membantu justifikasi
hasil penelitian agar dapat dikatakan sebagai green products atau eco-friendly products.

Publikasi mengenai LCA di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya seperti Thailand dan Malaysia (Wiloso et al., 2015). Hal ini didukung oleh
fakta bahwa Indonesia belum masuk dalam peta UNEC-SETAP global life cycle initiative.

Gambar 2. Peta UNEC-SETAP Gglobal Llife Ccycle Iinitiative


(Sumber: Wiloso et al., 2015)

Penerapan LCA atau penilaian siklus hidup sebuah proses atau produk saat ini juga telah
ditampilkan dalam kemasan produk dengan menuliskan carbon footprint. Umumnya pada
kemasan akan tertera jumlah emisi karbon per satuan tertentu yang menunjukkan besaran
emisi yang dihasilkan untuk menghasilkan produk tersebut. Disamping carbon footprint,
skema penilaian dampak lingkungan yang menjadi bagian dari LCA adalah water footprint.
Skema ini menggambarkan besaran konsumsi air dalam sebuah aktivitas atau produksi
barang tertentu.
Gambar 3.Contoh carbon footprint produk minuman (Sumber: Wiloso et al., 2015)

Beberapa hasil penelitian mengenai LCA menunjukkan beberapa informasi yang cukup
menarik untuk diperhatikan. Hasil penelitian (Daylan & dan Ciliz, (2016) menganalisis LCA
penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternativef dalam jarak kemudi 1 km. Hasil
analisis menunjukkan bahwa penggunaan bahan bakar campuran bioetanol dan bensin
sebesar 10% dan 85% dapat mengurangi emisi masing-masing sebanyak 12,8 g CO2 eq dan
130,5 g CO2 eq jika dibandingkan dengan penggunaan gasoline konvensional. Studi analisis
dampak lingkungan yang dilakukan oleh (Deac, Fechete-Tutunaru dan Gaspar, (2016)
menunjukkan bahwa penggunaan briket dari 3 jenis serbuk gergajian kayu sebagai bahan
bakar memberikan dampak lingkungan berupa emisi gas NO. Briket yang dibuat dari serbuk
gergaji kayu cemara, kayu beech (genus Nothofagus) dan kayu campuran dengan panjang
briket masing-masing 30 mm, 50 mm, dan 70 mm menghasilkan emisi gas NO yang berbeda-
beda. Hasil analisis menunjukkan bahwa briket yang berasal dari serbuk gergaji kayu cemara
menghasilkan emisi paling besar dibandingkan kedua jenis briket lainnya pada berbagai
ukuran briket.

Dengan diketahuinya dampak lingkungan dari penelitian pembuatan/pengolahan suatu


produk dan/atau proses penelitian yang kita kerjakan, maka kita akan mendapatkan informasi
yang lebih utuh. Informasi ini kemudian akan memberikan kita sebuah justifikasi lebih ilmiah
mengenai apakah penelitian kita mendukung program low environmentally impact untuk
menjaga keberlangsungan hidup manusia (sustainable development).

Saat ini di Indonesia telah ada komunitas resmi yang fokus pada kajian LCA melalui
Indonesia Life Cycle Assetment Network (ILCAN). Anggota ILCAN terdiri para akademisi,
peneliti dan praktisi LCA dari berbagai universitas, kementerian dan lembaga riset di
Indonesia. ILCAN telah mempunyai jaringan nasiona seperti LIPI, Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (Pustanling), Universitas Andalas, Universitas Syah Kuala, Universitas
Jember, Universitas Lampung, Universitas Pelita Harapan. Jaringan internasional ILCAN
juga dibentuk dengan UNEP SETAC Life Cycle Initiative, CIRAD Perancis, ASEAN Center
For Energy, LCA Italy dan FSLCI Berlin. Untuk menghitung LCA juga telah dikembangkan
beberapa software seperti Simapro 8. Tertarik untuk mengenal lebih jauh tentang LCA? Atau
ingin berkolaborasi dengan ILCAN member untuk mengetahui aspek LCA penelitian kita?
Jangan lewatkan event tahunannya dan Anda bisa menghubungi sekretariat ILCAN dengan
mengunjungi situs www.ilcan.or.id

ReferensiPustaka
Daylan, B., & Ciliz, N. (2016). Life cycle assessment and environmental life cycle costing
analysis of lignocellulosic bioethanol as an alternative transportation fuel. Renewable Energy,
89, 578–587. http://doi.org/10.1016/j.renene.2015.11.059

Deac, T., Fechete-Tutunaru, L., & Gaspar, F. (2016). Environmental Impact of Sawdust
Briquettes Use - Experimental Approach. Energy Procedia, 85(November 2015), 178–183.
http://doi.org/10.1016/j.egypro.2015.12.324

Manik, Y. (2015). Analyzing Policy Alternatives for Sustainability of Biofuel through Agent
Based Model : A Case Study in Palm Oil Biodiesel.

Salim, E. (2014). Menuju Pembangunan Berkelanjutan. Bahan Presentasi di Kementerian


Bappenas.

Wiloso, E. I., Nazir, N., Siregar, K., Harsono, S. S., Sahirman, S., Hasanudin, U., … Sari, A.
A. (2015). LCA research in Indonesia and ILCAN ( Indonesian Life Cycle Assessment
Network ).

Penulis: Novitri Hastuti, M.Sc

Editor: Dr. Krisdianto

http://pustekolah.org/index.php/detail/1067/mengenal-lca-life-cycle-assessment-sebagai-bagian-
penelitian#.WdxqIrW_OUk

Anda mungkin juga menyukai