Tugas MK Hukum Acara Pidana

Sejarah Hukum
Acara Pidana di
Indonesia (dalam 3 bahasa)
Dosen Pengampu : Dr. H. Syafrudin Makmur, S.H., M.H.

Nama : Alfan Salsabila Ahmad

NIM : 11170430000010
Kelas : Perbandingan Mazhab - B
 Bahasa Indonesia
Zaman Pendudukan Penjajahan Belanda:
1. Reglement op de Rechtterlijke Organisatie (Stbld. 1848 No.
57) yang memuat ketetapan-ketetapan mengenai organisasi dan
susunan peradilan (justitie) di Indonesia.
2. Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering (Stbld. 1849 No.
63) yang memuat hukum acara perdata bagi golongan penduduk
Eropa dan yang disamakan dengan mereka
3. Reglement op de Strafvordering (Stbld. 1849 No. 63) yang
memuat hukum acara pidana bagi golongan penduduk Eropa dan
yang disamakan dengan mereka.
4. Landgerechtsreglement (Stbld. 1914 No. 317) yang memuat
acara di muka pengadilan Landgerecht yang memutus perkara-
perkara kecil untuk segala bangsa, dan yang terpenting.
Zaman Pendudukan Penjajahan Belanda (Bagian
kedua):
• Inlandsch Reglement / IR (Stbld. 1848 No. 16) yang
memuat hukum acara perdata dan hukum acara pidana di
muka pengadilan Landraad bagi golongan penduduk
Indonesia dan Timur Asing, hanya berlaku di Jawa dan
Madura.
• Kemudian IR mengalami perubahan menjadi Herzein
Inlandsch Reglement / HIR (Stbld. 1941 No. 44).
• Namun dalam prakteknya, kedua-duanya masih tetap
diberlakukan, yaitu IR masih tetap berlaku di Jawa dan
Madura, sedangkan HIR berlaku di kota-kota lainnya,
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, dll.
Zaman Pendudukan Penjajahan Jepang:
• Tidak mengalami perubahan dan aturan yang berlaku tetap
yakni HIR / IR berdasarkan undang-undang (Osamu Serei)
No. 1 tahun 1942 yang menyatakan semua badan
pemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-
undangnya yang dulu tetap diakui sah asalkan tidak
bertentangan dengan peraturan pemerintah militer,
• Terdapat dua macam pengadilan sehari-hari untuk semua
orang (Landgerecht Reglement dan Rbg), kecuali orang
Jepang yakni Pengadilan Negeri (Tihoo Hooin) sebagai
kelanjutan dari Landraad dan Pengadilan Kepolisian
(Kuzai Hooin) sebagai kelanjutan dari Landgerecht.
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945:
• Berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 masih
diberlakukan hukum acara pidana Belanda.
• UU (Drt) No. 1 Tahun 1951 tentang tindakan-tindakan
sementara untuk menyelenggarakan kesatuan dalam
susunan kekuasaan dan acara pengadilan-pengadilan sipil di
Indonesia, maka terbentuklah pengadilan yang berlaku dan
menggunakan HIR, yakni : Pengadilan Negeri, Pengadilan
Tinggi, dan Mahkamah Agung.
• “Hukum acara pidana akan diatur dalam undang-undang
tersendiri” (Pasal 12 UU RI No. 14 Tahun 1970). Kemudian
pada 31 Desember 1981 lahirlah UU RI No. 8 Tahun 1981
tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Proses Penyusunan KUHAP:
• Diselenggarakan Seminar Hukum Nasional II di Semarang
tahun 1968 oleh Lembaga Pembinaan Hukum Nasional
(LPHN) yang menghasilkan naskah Rancangan Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (RKUHAP).
• Pada tahun 1973, Panitia Intern Departemen Kehakiman
kembali menyusun RKUHAP bersama-sama dengan
Kejaksaan Agung, Departemen Pertahanan dan Kehakiman
(HANKAM), Polri, dan Departemen Kehakiman.
• Pada tahun 1974 naskah RKUHAP telah disempurnakan
dan disampaikan oleh Menteri Kehakiman kepada
Sekretaris Negara, kemudian Mahkamah Agung, Kejaksaan
Agung, HANKAM, Polri dan Departemen Kehakiman.
Proses Penyusunan KUHAP (Bagian kedua):
• Kemudian pada 12 September 1979 dengan amanat Presiden
Soeharto, maka RKUHAP diserahkan kepada DPR untuk
dibicarakan dalam sidang DPR guna mendapatkan
persetujuan. Pembahasan RKUHAP ini memakan waktu
kurang lebih 2 tahun.
• Akhirnya pada 23 September 1981 dengan sidang paripurna
DPR telah menyetujui dan mensahkan RUU-HAP itu
menjadi undang-undang dengan nama “Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana” disingkat KUHAP.
• Kemudian pemerintah pada 31 Desember 1981 telah
mengundangkannya di dalam Lembaran Negara RI Tahun
1981 No. 76, dikenal dengan UU RI No. 8 Tahun 1981.
 English Language
Era Occupation Dutch Colonialism:
1. Reglement op de Rechtterlijke Organisatie (Stbld. 1848
No. 57) contain of provisions about organization and judicial
structure (justitie) in Indonesia.
2. Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering (Stbld.
1849 No. 63) contain of civil procedurel law for European
residents and which is equated with them.
3. Reglement op de Strafvordering (Stbld. 1849 No. 63)
contain of criminal procedural law for European residents
and which is equated with them.
4. Landgerechtsreglement (Stbld. 1914 No. 317) contain of
procedural law in court Landgerecht which deciding little
case for all nations and the most important.
Era Occupation Dutch Colonialism (the second part):
• Inlandsch Reglement / IR (Stbld. 1848 No. 16) contain of civil
procedural law and criminal procedural law in court
Landgerecht for Indonesian resident and foreign easterners,
only applies in Java and Madura.
• And then IR undergoing a change to Herzein Inlandsch
Reglement / HIR (Stbld. 1941 No. 44).
• But in practice, IR and HIR still enforced, that is IR still in
effect in Java and Madura, meanwhile HIR enforced in other
cities, specifically in Batavia, Bandung, Semarang, Surabaya,
and Malang.
Era Occupation Japanese Colonialism:
• Has not changed and applicable rules consistenly HIR / IR
based on law (Osamu Serei) No. 1 tahun 1942 that states all
government agencies and the old law still recognized as
legitimate, provided that not contradicting with military
government regulations.
• Be found two kind of court for everyone (Landgerecht
Reglement dan Rbg) except Japanese people, that is District
Court (Tihoo Hooin) as a continuation for Landraad and
Police Court (Kuzai Hooin) as a continuation for
Landgerecht.
After The Proclamation of Independence 17 August 1945:
• Based on Clause II Intermediate Rules UUD 1945 (Pasal II
Aturan Peralihan UUD 1945) still enforced by Dutch criminal
procedural law.
• UU (Drt) No. 1 Tahun 1951 explain about temporary measures
for organize unity in the power structure and civil court
procedural law in Indonesia, and then formed the applicable
court and using HIR, that is : District Court, High Court, and
Supreme Court.
• “Criminal procedural law will be regulated in its own law.”
(Pasal 12 UU RI No. 14 Tahun 1970). And then on December,
31 1981 created a law UU RI No. 8 Tahun 1981 explain about
The Criminal Procedure Code (KUHAP)
The Process of Drafting The Criminal Procedure Code
(KUHAP):
• Held a National Law Seminar II in Semarang in 1968 by
National Law Development Institution (LPHN) which produces a
Draft Criminal Procedural Law (RKUHAP).
• In 1973, the Internal Committee of The Department of Justice
re-drafted RKUHAP together with The Attorney General’s
Office, Departement of Defense and Justice (HANKAM), police
and Departement of Justice.
• In 1974, the RKUHAP manuscript has been perfected and
submitted by The Minister of Justice to The Secretary of State
and then with The Supreme Court, The Attorney General’s
Office, Departement of Defense and Justice (HANKAM), police
and Departement of Justice.
The Process of Drafting The Criminal Procedure Code
(KUHAP) The Second Part :
• Then on September 31, 1979 througt the mandate of President
Soeharto, then RKUHAP submitted on the DPR to be
discussed in the session (sidang) to get approval. The discusson
of KUHAP took approximately 2 years.
• Finally on September 23, 1981, througt the Plenary Session
(Sidang Paripurna) of The DPR has approved and ratified it
RUU-HAP into the law by name “Kitab Undang-undang
Hukum Acara Pidana” shortened to KUHAP.
• Then the gonverment on December 31, 1981 has enacted it in
the State Gazette of the Republic of Indonesia in 1981 No. 76,
or known as UU RI No. 8 Tahun 1981.
 ‫اللغة العربية‬
‫حقبة االحتالل االستعمار اهلولندي ‪:‬‬
‫‪Reglement op de Rechtterlijke Organisatie (Stbld. 1848 No.‬‬ ‫‪.1‬‬
‫)‪ 57‬الذي حيتوي على األحكام املتعلقة بتنظيم وهيكل القضاء )‪ (justitie‬يف‬
‫إندونيسيا‪.‬‬
‫‪Reglement op de Burgerlijke Rechtvordering (Stbld. 1849 No.‬‬ ‫‪.2‬‬
‫)‪ 63‬الذي حيتوي على قانون اإلجراءات املدنية للمقيمني يف أورواب و من يف حكمهم‪.‬‬
‫الذي حيتوي‬ ‫)‪Reglement op de Strafvordering (Stbld. 1849 No. 63‬‬ ‫‪.3‬‬
‫على قانون اإلجراءات اجلنائية للمقيمني يف أورواب و من يف حكمهم‪.‬‬
‫)‪ Landgerechtsreglement (Stbld. 1914 No. 317‬الذي على قانون‬ ‫‪.4‬‬
‫اإلجراءات يف احملكمة ‪ Landgerecht‬اليت تفصل يف القضااي الصغرية جلميع الدول‬
‫واألهم من ذلك‪.‬‬
 ‫حقبة االحتالل االستعمار اهلولندي (اجلزء الثين) ‪:‬‬
‫)‪ Inlandsch Reglement / IR (Stbld. 1848 No. 16‬الذي حيتوي على‬ ‫•‬

‫قانون اإلج راءات املدنية و قانون اإلجراءات اجلنائية يف احملكمة ‪Landraad‬‬

‫لسكان إندونيسيا و أجنيب شرقي‪ ,‬ينطبق فقط يف ‪ Java‬و ‪. Madura‬‬

‫‪Herzein Inlandsch Reglement / HIR‬‬ ‫خيضع لتغيري‬ ‫‪IR‬‬ ‫و من بعد‬ ‫•‬

‫‪. (Stbld. 1941 No. 44).‬‬

‫لكن يف املمارسة العملية‪ ,‬كالمها ال ي زال ساري املفعول‪ ,‬أي ‪ IR‬ينطبق يف ‪ Java‬و‬ ‫•‬
‫‪ , Madura‬يف حني ‪ HIR‬ينطبق يف مدن أخرى‪ ,‬مثل ‪Batavia, Bandung,‬‬
‫‪. Semarang, Surabaya, and Malang‬‬
 ‫حقبة االحتالل االستعمار الياابين ‪:‬‬
‫‪(Osamu‬‬ ‫مل يتغري و القواعد اليت تنطبق ال تزال يعين ‪ HIR / IR‬وفقا للقانون‬ ‫•‬
‫)‪ No. 1 Tahun 1942 Serei‬اليت تنص على مجيع اهليئات احلاكمة وصالحياهتا‬
‫وقوانينها والتشريعات السابقة ال ت زال معرتف هبا على أهنا شرعية شريطة أال يتعارض‬
‫مع لوائح احلكومة العسكرية‪.‬‬
‫)‪(Landgerecht Reglement dan Rbg‬‬ ‫هنك نوعان من احملاكم للجميع‬ ‫•‬
‫‪Landraad‬‬ ‫ابستثناء الياابنية يعين حمكمة املقاطعة )‪ (Tihoo Hooin‬كاستم رار‬
‫وحمكمة الشرطة )‪ (Kuzai Hooin‬كاستمرار ‪. Landgerecht‬‬
 ‫بعد إعالن اإلستقالل يف ‪ 17‬أغسطس ‪: 1945‬‬
‫‪(Pasal 2 Aturan UUD 1945‬‬ ‫على أساس املادة ‪ 2‬من القواعد اإلنتقالية‬ ‫•‬
‫)‪ Peralihan UUD 1945‬ال يزال قانون اإلجراءات اجلنائية اهلولندي‪.‬‬
‫‪ UU (Drt) No. 1 Tahun 1951‬شرح عنه تدابري مؤقتة لتأسيس الوحدة يف هيكل‬ ‫•‬

‫السلطة وقانون إجراءات احملاكم املدنية يف إندونيسيا‪ ,‬مث مت تشكيل حمكمة صاحلة‬
‫واستمرت يف استخدام ‪ HIR‬يعين‪ :‬حمكمة املقاطعة‪ ,‬حمكمة العليا‪ ,‬وحمكمة عليا‪.‬‬
‫‪(Pasal 12 UU RI‬‬ ‫"سيتم تنظيم قانون اإلجراءات اجلنائية يف قانون منفصل‪".‬‬ ‫•‬
‫)‪ . No. 14 Tahun 1970‬مث يف ‪ 31‬ديسمرب ‪ 1981‬خلق ‪UU RI No. 8 Tahun‬‬
‫‪ 1981‬حول قانون اإلج راءات اجلنائية ‪(Kitab Undang-undang Hukum‬‬
‫)‪Acara Pidana‬‬
 ‫عملية صياغة قانوان اإلجراءات اجلزائية )‪:(KUHAP‬‬
‫عقدت ندوة عن القانون الوطين ‪ 2‬يف ‪ Semarang‬عام ‪ 1968‬من قبل املعهد‬ ‫•‬
‫الوطين لتطوير القانون )‪ (LPHN‬اليت أنتجت مشروع قانون اإلجراءات اجلنائية‬
‫)‪. (RKUHAP‬‬

‫يف عام ‪ ,1973‬إعادة اللجنة الداخلية لدائرة العدل ‪ RKUHAP‬مع مكتب النائب‬ ‫•‬

‫العام و وزير الدفاع والعدل )‪ (HANKAM‬والشرطة وزير العدل‪.‬‬

‫يف عام ‪ , 1974‬املخطوطة ‪ RKUHAP‬اليت متمم مث قدمه وزير العدل إىل وزير‬ ‫•‬
‫اخلارجية مث إىل احملكمة العليا ومكتب النائب العام و وزير الدفاع والعدل‬
‫)‪ (HANKAM‬والشرطة و وزير العدل‪.‬‬
 ‫‪:‬‬ ‫اجلزء الثين‬ ‫)‪(KUHAP‬‬ ‫عملية صياغة قانوان اإلجراءات اجلزائية‬
‫مث يف ‪ 12‬سبتمرب ‪ 1979‬بتفويض من الرئيس ‪ Soeharto‬هكذا املخطوطة‬ ‫•‬
‫‪ RKUHAP‬قدم إىل ‪ DPR‬ملناقشتها يف جلسة للحصول على املوافقة‪ .‬مناقشة‬
‫املخطوطة ‪ RKUHAP‬ملدة عامني تقريبا‪.‬‬
‫‪RUU-‬‬ ‫وافق وصدق‬ ‫أخريا يف ‪ 23‬سبتمرب ‪ 1981‬من خالل اجللسة العامة‬
‫‪DPR‬‬ ‫•‬
‫‪ KUHAP‬يف القانون ابإلسم ‪“Kitab Undang-undang Hukum Acara‬‬
‫”‪ Pidana‬لتقصري ‪. KUHAP‬‬

‫سنه يف جريدة الرمسية جلمهورية إندونيسيا يف عام‬ ‫مث احلكومة يف ‪ 31‬ديسمرب‬

‫‪1981‬‬ ‫•‬
‫‪ 1981‬رقم ‪ 76‬يعرف ابسم ‪. UU RI No. 8 Tahun 1981‬‬
SEKIAN & TERIMAKASIH
SEKIAN & TERIMAKASIH

That’s All and Thank You

That’s all and thank you

‫هذا كل شئ وشكرا كثريا‬

‫هذا كل شئ وشكرا كثريا‬