Anda di halaman 1dari 3

Nama : APRIANI

Nim : DAB 117 078


Tugas : Mencari dan Menganalisis Proyek yang Memiliki AMDAL Bermasalah
Mata Kuliah : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Hari/Tanggal : Sabtu ,30 November 2019
Dosen : Dr. FATMA SARIE ,S.T.,M.T.
TTD :

ANALISIS PROYEK :
1) PROYEK REKLAMASI TELUK JAKARTA
Permasalahan Proyek Dari Pilitik Hingga Kasus Suap
Reklamasi atau perluasan lahan dengan menguruk tanah di laut memiliki sejarah
yang cukup panjang. Ide ini kali pertama muncul pada 1995, di mana kala itu muncul
wacana memperluas wilayah ibu kota karena lahan yang ada sudah tidak lagi
memungkinkan untuk pengembangan lebih lanjut.
1. Awal mula permasalahan
Isu perihal Reklamasi Teluk Jakarta sebenarnya telah lama bergulir yakni
sudah mulai dilakukan sejak 1980 an, hal itu dimaksudkan untuk meningkatkan
manfaat sumber daya lahan dengan pengurukan dan pengeringan lahan atau
drainase. Upaya tersebut dipilih dengan tujuan untuk menambah luas daratan ibu
kota negara.
Prosesnya diawali dengan kelahiran Keputusan Presiden (Kepres) No 52/1995
tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta. Aturan ini diturunkan ke Peraturan Daerah
(Perda) No 8/1995. Di bagian konsideran (menimbang) Keppres No 52/1995,
disebutkan bahwa untuk mewujudkan fungsi kawasan Pantai Utara Jakarta sebagai
Kawasan Andalan, diperlukan upaya penataan dan pengembangan Kawasan Pantai
Utara melalui reklamasi pantai utara dan sekaligus menata ruang daratan pantai
yang ada secara terarah dan terpadu. Ini adalah titik mula rencana reklamasi di
wilayah tersebut, Namun program ini hilang akibat krisis ekonomi 1997-1998 .
2. Permasalahan Muncul lagi pada 2003 karena Amdal Bermasalah
Reklamasi Teluk Jakarta baru muncul lagi pada 2003. Adalah Kementerian
Lingkungan Hidup yang menerbitkan aturan yang menolak proyek ini. Melalui
Surat Keputusan (SK) Menteri Negara Lingkungan Hidup No 14/2003,
kementerian mengambil keputusan tersebut setelah melakukan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (Amdal) atas proyek reklamasi.
Beberapa dampak negatifnya antara lain kerusakan ekosistem laut sampai
gangguan terhadap pembangkit listrik di daerah Muara Karang. Terjadi saling
gugat antara pengembang dan Kementerian Lingkungan Hidup pada waktu itu
Namun pada 2009, Mahkamah Agung memenangkan kasasi yang diajukan
kementerian sehingga reklamasi dinyatakan tidak sah.
3. Disahkan kembali pada tahun 2011
Mahakamah Agung (MA) pada 2011 kembali menyatakan reklamasi Teluk
Jakarta sah dengan syarat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta harus memperbaiki
proposal yang dibuat pada 2003. Kemudian pada 2012, terbitlah Peraturan
Presiden (Perpres) No 122/2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-
pulau Kecil. Aturan ini menjadi dasar dimulainya kembali proyek reklamasi
Jakarta. 
4. Reklamasi dipermasalahkan Kembali Oleh Gubernur DKI Jakarta
Pada 2016, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
menerbitkan Peraturan Gubernur No 206/201 tentang Panduan Rancang Kota
Pulau C, Pulau D, dan Pulau E Hasil Reklamasi Kawasan Strategis Pantai Utara
Jawa. Dalam peraturan tersebut, pengembang mendapat jatah 35% dari total
wilayah reklamasi yang sekitar 872 hektar.
Isu reklamasi sempat menjadi komoditas politik saat Pilkada DKI Jakarta
2017. Kala itu, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Salahuddin Uno menyatakan
menolak reklamasi. Menurut Anies (saat itu), reklamasi hanya menguntungkan
masyarakat kaya, tidak berpihak kepada rakyat kecil. Namun Waktu berlalu, Anies
pun menjadi pengganti Ahok di Balai Kota. Kontroversi reklamasi berlanjut karena
pemerintahan Anies menerbitkan IMB bagi para pengembang untuk membangun
pulau-pulau hasil reklamasi.
Anies menilai proyek reklamasi sudah diputuskan sejak lama, dan dia hanya
melanjutkan kebijakan yang sudah ada. Sebab apabila Pergub tidak dijalankan,
maka pemerintah kan kehilangan kepercayaan dari dunia usaha.

Permasalahan Proyek Dari Kasus Suap


Selain jadi komoditas politik, lahan reklamasi Jakarta juga makan tumbal. Kasus
hukum suap sempat mewarnai proyek ini. Terjadi kasus suap yang melibatkan anggota
DPRD DKI Jakarta dan pengembang lahan reklamasi. Kasus suap berkaitan dengan
pembahasan Raperda Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara (RTRKSP)
Jakarta di Balegda DPRD DKI. Melalui berbagai perdebatan dan kontroversi, yang
jelas bangunan di pulau reklamasi sudah berdiri. Sekarang pekerjaan yang tersisa
adalah bagaimana memanfaatkan wilayah baru itu untuk kepentingan publik.

2) PROYEK REKLAMASI TELUK BALI

Anda mungkin juga menyukai