DI KOTA SAMARINDA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2007
TENTANG PENATAAN RUANG
Tri wahyudi
Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang ketentuan Penyediaan Ruang Terbuka
Hijau berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang di wilayah
Kota Samarinda yang dilakukan oleh pemerintah kota dan kendala-kendala yang dihadapi pemerintah
kota, serta solusinya.
Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat disimpulkan bahwa ketentuan penyediaan ruang
terbuka hijau berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang di
Kota Samarinda yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Samarinda yaitu dengan penyusunan Peraturan
Daerah RTRW Kota Samarinda sebagai petunjuk pelaksanaan pengganti Peraturan Daerah RUTRK Kota
Samarinda yang sudah tidak relevan saat ini sesuai perkembangan Pembangunan Nasional .
Adapun wujud dari koordinasi penyelenggaraan penataan ruang demi mendapatkan nilai minimal
proporsi ruang terbuka hijau sebesar 30 persen dari total wilayah Kota yaitu berupa perencanaan,
pemanfaatan serta pengendalian ruang kota. Hal tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama baik dari
Pemerintah Kota, Masyarakat, pihak Swasta, dan bersama Organisasi non pemerintah.
ABSTRACT
The purpose of this study was to know about the Green Open Space Provision pursuant to Article
29 of Act No. 26 of 2007 on the arrangement of space in the city of Samarinda undertaken by the
municipality and the constraints faced by the city government, as well as the solution.
Based on the results of the study authors concluded that the provision of green open space
provision under Section 29 of Act No. 26 of 2007 on the arrangement of space in Samarinda undertaken
by the Government of Samarinda is the preparation of the Regional Spatial Regulation of Samarinda as a
substitute for local regulation implementation guide RUTRK City Samarinda which is not relevant at this
time with the development of National Development.
As a form of coordination of spatial planning in order to obtain a minimal proportion of the value
of green space by 30 percent of the total area of the city in the form of planning, utilization and control of
urban space. This can be achieved with good cooperation from the City Government, Public, Private
parties, and with non-governmental organizations.
PENDAHULUAN
A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
2
) Daud Silalahi, 1996. Pengaturan Hukum
1
) Mochtar Kusumatmadja, 1976. Masyarakat Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di
dan Pembina Hukum Nasional. Bina Cipta. Bandung,
hal 15. Indonesia, Bandung hal 35
kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas lingkungan alam, lingkungan sosial,
hidup yang layak.3 lingkungan buatan yang secara hirarkis
Selanjutnya, dalam Keputusan berhubungan satu dengan yang lainnya.
Menteri Pemukiman dan Prasarana Sedang yang dimaksud dengan pola
Wilayah No. 327/KPTS/2002 tentang pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi,
Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan sebaran permukiman, tempat kerja, industri,
Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah: pertanian, serta pola penggunaan tanah
"Wadah yang meliputi ruang daratan, ruang perkotaan dan pedesaan, di mana tata ruang
lautan, ruang udara sebagai suatu kesatuan tersebut adalah tata ruang yang
wilayah tempat manusia dan makhluk hidup direncanakan, sedangkan tata ruang yang
lainnya hidup clan melakukan kegiatan serta tidak direncanakan adalah tata ruang yang
memelihara kelangsungan hidupnya." terbentuk secara alami, seperti aliran sungai,
Seperti yang telah diuraikan dalam gua, gunung dan lain-lain.
Pasal 1 Undang-Undang No. 26 Tahun Selanjutnya masih dalam peraturan
2007, yang menyatakan bahwa ruang terbagi tersebut, yaitu Pasal 1 angka 5 yang
ke dalam beberapa kategori, yang di dimaksud dengan penataan ruang adalah
antaranya adalah: "suatu sistem proses perencanaan tata ruang,
a. Ruang Daratan adalah ruang yang pemanfaatan ruang dan pengendalian
terletak di atas dan dibawah pemanfaatan ruang".
permukaan daratan, termasuk
permukaan perairan darat dan sisi 3. Rencana Tata Ruang
darat dari garis laut terendah. Perencanaan atau planning
b. Ruang Lautan adalah ruang yang merupakan suatu proses, sedangkan
terletak di atas dan di bawah hasilnya berupa "rencana" (plan), dapat
permukaan laut dimulai dari sisi laut dipandang sebagai suatu bagian dari
dari sisi garis laut terendah termasuk setiap kegiatan yang lebih sekedar refleks
dasar laut dan bagian bumi di yang berdasarkan perasaan semata.
bawahnya, di mana negara Indonesia Tetapi yang penting, perencanaan
memiliki hak yuridiksinya. merupakan suatu komponen yang penting
c. Ruang Udara adalah ruang yang dalam setiap keputusan sosial, setiap unit
terletak di atas ruang daratan dan atau keluarga, kelompok, masyarakat, maupun
ruang lautan sekitar wilayah Negara pemerintah terlibat dalam perencanaan
dan melekat pada bumi, di mana pada saat membuat keputusan atau
Negara Indonesia memiliki hak kebijaksanaan kebijaksanaan untuk
yuridiksinya. mengubah sesuatu dalam dirinya atau
lingkungannya.
2. Tata Ruang Pada negara hukum dewasa ini,
suatu rencana tidak dapat dihilangkan
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No. 26
dari hukum administrasi. Rencana dapat
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
dijumpai pada berbagai bidang kegiatan
menjelaskan yang dimaksud dengan tata
pemerintahan, misalnya dalam
ruang adalah "wujud struktural ruang dan
pengaturan tata ruang. Rencana
pola ruang". Adapun yang dimaksud dengan
merupakan keseluruhan tindakan yang
wujud struktural pemanfaatan ruang adalah
saling berkaitan dari tata usaha negara
susunan unsur-unsur pembentuk rona
yang mengupayakan terlaksananya
3
) D.A Tisnaamidjaja, 1997. Pranata keadaan tertentu yang tertib (teratur).
Pembangunan. Bandung, Universitas Parahyangan.
Rencana yang demikian itu dapat a. Pengertian Ruang Lingkup RTH dan
dihubungkan dengan stelsel perizinan Ketentuan Hukum Ruang Terbuka
(misalkan suatu perizinan pembangunan Hijau
akan ditolak oleh karena tidak sesuai Sebagai salah satu unsur kota yang
dengan rencana peruntukan). penting khususnya dilihat dari fungsi
Perencanaan adalah suatu bentuk ekologis, maka betapa sempit atau kecilnya
kebijaksanaan, sehingga dapat dikatakan ukuran RTH Kota (Urban Green Open
bahwa perencanaan adalah sebuah Space) yang ada, termasuk halaman
species dari genus kebijaksanaan. rumah/bangunan pribadi, seyogyanya
Masalah perencanaan berkaitan erat dapat dimanfaatkan sebagai ruang hijau
dengan perihal pengambilan keputusan yang ditanami tumbuhan. Dari berbagai
serta pelaksanaannya. Perencanaan dapat referensi dan pengertian tentang eksistensi
dikatakan pula sebagai pemecahan nyata sehari-hari, maka RTH dapat
masalah secara saling terkait serta dijabarkan dalam pengertian, sebagai:
berpedoman kepada masa depan. Pengertian RTH, (1) adalah suatu
Keputusan Menteri Pemukiman dan lapang yang ditumbuhi berbagai
Prasarana Wilayah No. 327/KPTS/2002 tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai
tentang Penetapan Enam Pedoman dari penutup tanah, semak, perdu dan
Bidang Penataan Ruang yang dimaksud pohon (tanaman tinggi berkayu); (2)
dengan Rencana Tata Ruang adalah “Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan
"hasil perencanaan struktur dan pola yang mempunyai ukuran, bentuk dan batas
pemanfaatan ruang". geografis tertentu dengan status
Maksud diadakannya perencanaan penguasaan apapun, yang di dalamnya
tata ruang adalah untuk menyerasikan terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan
berbagai kegiatan sektor pembangunan tahunan (perennial woody plants), dengan
sehingga dalam memanfaatkan lahan dan pepohonan sebagai tumbuhan penciri
ruang dapat dilakukan secara optimal, utama dan tumbuhan lainnya (perdu,
efisien, dan serasi. Sedangkan tujuan semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup
diadakan adanya suatu perencanaan tata tanah lainnya), sebagai tumbuhan
ruang adalah untuk mengarahkan struktur pelengkap, serta benda-benda lain yang
dan lokasi beserta hubungan juga sebagai pelengkap dan penunjang
fungsionalnya yang serasi dan seimbang fungsi RTH yang bersangkutan.
dalam rangka pemanfaatan sumber daya Berdasarkan UUPR pengaturan
manusia, sehingga tercapainya hasil tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH)
pembangunan yang optimal dan efisien ditegaskan dalam Pasal 29 berikut ini :
bagi peningkatan kualitas manusia dan a. Ruang terbuka hijau sebagaimana
kualitas lingkungan hidup secara dimaksud dalam Pasal 28 huruf a
berkelanjutan. terdiri dari ruang terbuka hijau
Penataan ruang sebagai suatu proses publik dan ruang terbuka hijau
perencanaan tata ruang, pemanfaatan privat.
ruang, dan pengendalian pemanfaatan b. Proporsi ruang terbuka hijau pada
ruang merupakan suatu kesatuan sistem wilayah kota paling sedikit 30 (tiga
yang tidak dapat terpisahkan satu sama puluh) persen dari luas wilayah
lainnya. kota.
3. Tinjauan Umum Tentang Ruang c. Proporsi ruang terbuka hijau publik
Terbuka Hijau pada wilayah kota paling sedikit 20
(dua puluh) persen dari luas wilayah dengan memperhatikan rencana struktur dan
kota. pola ruang”.
Ditegaskan pula dalam penjelasan Pasal 29 :
Ayat (1) HASIL PENELITIAN DAN
Ruang terbuka hijau publik PEMBAHASAN
merupakan ruang terbuka hijau yang A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah 1. Letak dan Luas Wilayah
kota yang digunakan untuk kepentingan Kota Samarinda sebagai ibu kota
masyarakat secara umum. Yang termasuk Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)
ruang terbuka hijau publik, antara lain, memiliki luasan wilayah sebesar 71.800
adalah taman kota, taman pemakaman Ha (sama dengan 718 km2). Kota
umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, Samarinda merupakan salah satu diantara
sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang 14 kabupaten/kota yang berada dalam
terbuka hijau privat, antara lain, adalah wilayah Provinsi Kaltim serta berbatasan
kebun atau halaman rumah/gedung milik langsung dengan Kabupaten Kutai
masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Kartanegara. Kota Samarinda dilalui oleh
Ayat (2) sungai Mahakam yang merupakan sungai
Proporsi 30 (tiga puluh) persen terpanjang di Kaltim dengan lebar antara
merupakan ukuran minimal untuk menjamin 300-500 meter dan panjang mencapai 920
keseimbangan ekosistem kota, baik km.
keseimbangan sistem hidrologi dan sistem
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain,
yang selanjutnya akan meningkatkan
ketersediaan udara bersih yang diperlukan
masyarakat, serta sekaligus dapat
meningkatkan nilai estetika kota. Untuk
lebih meningkatkan fungsi dan proporsi
ruang terbuka hijau di kota, pemerintah,
masyarakat, dan swasta didorong untuk
menanam tumbuhan di atas bangunan
gedung miliknya.
Ayat (3)
Proporsi ruang terbuka hijau publik
seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang
disediakan oleh pemerintah daerah kota
dimaksudkan agar proporsi ruang terbuka
hijau minimal dapat lebih dijamin
pencapaiannya sehingga memungkinkan
pemanfaatannya secara luas oleh
masyarakat. Ketentuan tentang
Ruang Terbuka Hijau Publik dan
distribusinya ditegaskan dalam Pasal 30
berikut ini. “Distribusi ruang terbuka hijau
publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal Secara astronomis, Kota Samarinda
29 ayat (1) dan ayat (3) disesuaikan dengan terletak pada posisi antara 117003’00”–
sebaran penduduk dan hierarki pelayanan 117018’14” Bujur Timur dan 00019’02”
– 00042’34” Lintang Selatan. Padatahun jumlah Kecamatan dalam wilayah Kota
2011, suhu di Kota Samarinda berkisar Samarinda dimekarkan menjadi 10
antara 22,20C sampai 34,80C dengan (sepuluh) Kecamatan seiring dengan
kelembaban udara berada pada 75% penetapan Kecamatan Sambutan,
sampai 94%. Curah hujan pada tahun Kecamatan Samarinda Kota, Kecamatan
2011 tergolong tinggi, curah hujan Sungai Pinang, dan Kecamatan Loa
tertinggi berada pada bulan Mei sebesar Janan Ilir dalam Peraturan Daerah Nomor
388,6 mm dan terendah berada pada 02 Tahun 2010. Sampai Tahun 2012,
bulan Juni sebesar 95,2 mm. Kota Samarinda terdiri atas 10 (sepuluh)
Kota Samarinda beriklim Tropica Kecamatan dengan 53 (lima puluh tiga)
Humida yaitu memiliki iklim musim Kelurahan (perhatikan table pada
penghujan dan musim kemarau. Namun halaman berikut)
pada tahun-tahun terakhir ini, keadaan
musim tidak menentu, pada bulan-bulan
yang seharusnya turun hujan dalam
kenyataanya tidak ada hujan sama sekali
ataupun sebaliknya.
Pada Peraturan Daerah Kotamadya
Daerah Tingkat II Samarinda Nomor 1
Tahun 1988, dalam pasal 1 disebutkan
bahwa Hari Jadi Kota Samarinda
ditetapkan pada tanggal 21 Januari 1668
Masehi, bertepatan dengan tanggal
5Sya’ban 1078 Hijriyah. Penetapan ini
dilaksanakan bertepatan dengan
peringatan hari jadi Kota Samarinda ke
320 pada tanggal 21 Januari 1988.
Selanjutnya pembentukan Pemerintah
Kota Samarinda didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959.
Berdasarkan pada PP Nomor 21
Tahun 1987, Kota Samarinda terbagi
menjadi 4 (empat) kecamatan dan pada
tahun 1997 dimekarkan menjadi 6 (enam)
kecamatan dengan 42 (empat puluh dua)
kelurahan. Selanjutnya dalam Peraturan
Daerah Kota Samarinda Nomor 01
Tahun 2006 tentang pembentukan
kelurahan dalam wilayah Kota Samarinda
dan mengacu pada Peraturan Walikota
(Perwali) Samarinda Nomor 10 Tahun
2006 tentang penetapan 11(sebelas)
kelurahan baru hasil dari pemekaran,
maka jumlah kelurahan dalam wilayah LUAS KECAMATAN DAN
Kota Samarinda menjadi 53(lima puluh KELURAHAN DI KOTASAMARINDA
tiga) Kelurahan. Pada Tahun 2010,
Sum
ber
Data
BPS
Kota
Samarinda
Website
Lab. Perencanaan Lanskap Departemen
Arsitektur Lanskap Fakultas
Pertanian IPB. Dep PU/RTH
Wilayah Perkotaan/LPL-
301105.
Makalah Lokakarya Pengembangan
Sistim RTH di Perkotaan
Dalam rangkaian acara Hari
Bakti Pekerjaan Umum ke 60
Direktorat Jenderal Penataan
Ruang Departemen Pekerjaan
Umum.