Ec090 MS05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Ec090 MS05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
TAHUN 2016
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Kesesuaian Lahan sebagai Materi Substansi
dalam Diklat Perencanaan Teknis Rawa Lebak. Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air (SDA).
Modul Kesesuaian Lahan Rawa Lebak disusun dalam (enam) bab yang terbagi
atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
Kesesuaian Lahan Rawa Lebak. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul
ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang
senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi,
kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat
memberikan manfaat bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.
DAFTAR ISI
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar IV. 1 - Pengeboran tanah (kiri) dan pengamatan profil (kanan) ........... IV-3
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vii
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Deskripsi
Modul Kesesuaian Lahan Rawa Lebak ini terdiri dari dua kegiatan belajar
mengajar. Sub kegiatan belajar pertama membahas tentang survei tanah
pertanian yang berisikan tentang survei yang dibutuhkan untuk pertanian.
Kemudian sub kegiatan belajar kedua membahas tentang kesesuaian lahan
rawa lebak. Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara
yang berurutan. Di akhir pembelajaran dapat dilengkapi dengan latihan soal
yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta diklat setelah mempelajari
seluruh materi Diklat ini.
Persyaratan
Dalam mempelajari modul pembelajaran dasar ini peserta diklat diharapkan
dapat menyimak dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat
memahami dengan baik materi yang merupakan dasar dari Kesesuaian
Lahan. Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca
terlebih dahulu Modul Pengembangan Irigasi Rawa dan Modul Hidrologi-
Hidrometri Irigasi Rawa Lebak agar memudahkan peserta dalam menyerap
materi Kesesuaian lahan Rawa Lebak.
Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah
dengan kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Widyaiswara/Fasilitator,
adanya kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi
Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran, antara lain: LCD/projector, Laptop, white board/
flip chart dengan spidol dan penghapusnya, modul dan bahan tayang.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi viii
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat
memahami Tanah dan Potensi rawa lebak, serta dapat memahami faktor-
faktor yang perludipertimbangkan dalam menentukan kelas kesesuaian lahan
rawa lebak.
BAB I
PENDAHULUAN
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-2
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi I-3
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
BAB II
KARAKTERISTIK LAHAN RAWA LEBAK
Setelah mengikuti Pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
karaketeristik lahan rawa
2.1. Iklim
Pada umumnya rawa lebak di Indonesia beriklim tropika basah dengan
temperatur, kelembaban udara dan curah hujan yang tinggi. Temperatur
harian rata-rata pada rawa lebak berkisar antara 24-32 oC. Kelembaban
udara pada umumnya di atas 80% sesuai dengan karakteristik umum pada
daerah dengan iklim tropika basah. Referensi evapotranspirasi bervariasi
antara 3,5 mm/hari dan 4,5 mm/hari. Curah hujan tahunan rata-rata pada
sebagian besar daerah rawa berkisar antara 2.000 mm sampai 3.000 mm.
Daerah yang memiliki curah hujan kurang dari 2.000 mm terdapat di bagian
selatan Papua, sedangkan yang memiliki curah hujan lebih dari 3.000 mm
ditemukan di Kalimantan Barat dan sebagian Papua.
Pengaruh iklim sangat kuat terjadi pada musim kemarau, hal ini dikarenakan
daerah rawa lebak merupakan wilayah terbuka yang penguapannya cukup
tinggi dengan suhu mencapai 35-400 C. Walaupun demikian, pengaruh iklim
terhadap produktivitas pertanian di lahan rawa lebak menunjukan
keunggulan, karena dengan pengelolaan yang tepat produksi pertanian yang
dihasilkan akan cukup besar. Pengelolaan air, termasuk penyesuaian waktu
tanam dan penataan lahan, budi daya pertanian yang spesifik, dan pemilihan
macam dan jenis tanaman serta pola tanam yang tepat merupakan kunci
dalam pengembangan pertanian di lahan rawa lebak.
2.2. Hidrotopografi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
dapat terjadi akibat perubahan elevasi muka air yang menjadi elevasi
referensi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-2
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pada daerah rawa lebak yang memiliki golongan rawa lebak pematang, rawa
lebak tengahan dan rawa lebak dalam pada satu kesatuan. Dan pada salah
satu golongan rawa lebak tersebut ada yang dijadikan daerah konservasi.
Maka kegiatan operasi yang dilakukan harus meminimalisir golongan rawa
lebak yang dijadikan sebagai daerah konservasi.
Ilustrasi hidrotopografi pada daerah rawa lebak ini sendiri dapat dilihat pada
Gambar II1. Dan untuk klasifikasi hidrotopografi rawa lebak berdasarkan
waktu genangan nya dapat dilihat pada Gambar II.2
.
Gambar II. 2 - Klasifikasi hidrotopografi rawa lebak berdasarkan waktu
genangan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-3
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
1) Pola dendritik
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-4
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pola pinnate merupakan sistem pola pengaliran sungai dalam suatu DAS
dimana anak-anak sungai yang bermuara ke sungai utamanya membentuk
sudut lancip. Pola pengaliran semacam ini banyak dijumpai di daerah-daerah
yang memiliki kemiringan lereng tinggi atau curam.
Pola aliran pinnate ini merupakan pola aliran yang paling sering dijumpai
pada daerah rawa lebak. Contoh daerah rawa lebak yang menggunakan pola
aliran pinnate ini adalah daerah rawa lebak tinondo dan alabio. Bentuk dan
arah pengaliran dari pola pinnate ini dapat dilihat pada Gambar II.4.
Pola trellis yaitu sistem pola pengaliran sungai yang relatif sejajar
dengan anak-anak sungai membentuk sudut hampir tegak lurus
terhadap sungai utama. Pola trellis banyak dijumpai di daerah kompleks
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-5
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-6
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
4) Pola radial
a) Pola sentripetal
b) Pola annular
Dari ketujuh pola aliran sungai diatas, pola aliran pinnate dan
trellis adalah pola aliran yang sering dijumpai pada daerah
pengelolaan rawa lebak.
2.4.2. Debit
Debit sungai merupakan laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-7
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Akan tetapi hal ini akan bercerita lain jika tubuh sungai tersebut
menerima pasokan material sedimen hasil longsoran dalam jumlah
yang sangat banyak dan terjadi secara tiba-tiba. Akibat dari material
longsoran ini bisa jadi debit sungai akan mengalami penurunan karena
lajunya terhambat oleh material longsoran.
b) Curah hujan
Hujan yang terjadi dalam waktu cukup lama dan dalam jumlah yang
cukup banyak menimbulkan penambahan suplai air yang cukup banyak
pula pada sungai-sungai yang menampung dan mengalirkan air hujan
tersebut untuk dapat kembali lagi ke lautan. Dengan bertambahnya
suplai air yang masuk, mengisi dan menekan laju air sungai hal ini akan
mengakibatkan debit sungai bertambah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-8
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
c) Bentuk sungai
d) Kelerengan (Topografi)
Air akan mengalir lebih kencang pada media yang memiliki kelerengan
yang besar dari pada di media dengan kelerengan yang rendah.
Demikian pula halnya pada debit sungai, kelerengan akan memberi
pengaruh pada kecepatan aliran air. Semakin besar kelerengan suatu
sungai maka semakin besar pula debit sungai tersebut (jika
diasumsikan luas penampangnya sama).
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-9
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
a) Pluvial lands
b) Phreatic lands
Merupakan wilayah yang sumber airnya tidak hanya dari curah hujan
tetapi juga dari air bawah tanah yang agak dangkal. Hampir setara
dengan rawa lebak tengahan.
c) Fluxial lands
Muka air banjir maksimum dari satu tempat ke tempat lain di sepanjang
sungai menentukan kebutuhan pengamanan banjir. Pada ruas sungai yang
tidak dipengaruhi pasang surut (dataran banjir sungai), banjir ditentukan oleh
aliran sungai dan muka air sungai. Walaupun sudah dilengkapi dengan
tanggul pelindung banjir yang memadai, muka air banjir sungai tersebut
dapat menghambat aliran air drainase dari lahan dan daerah tertentu.
Berdasarkan ada atau tidaknya pengaruh sungai, rawa lebak dibagi dalam
tiga tipologi, yaitu lebak sungai, lebak terkurung, dan lebak setengah
terkurung. Batasan dan klasifikasi lebak menurut ada atau tidaknya pengaruh
sungai adalah sebagai berikut :
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-10
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
a) Lebak sungai
b) Lebak terkurung
c) Lebak setengah
a) Tipe jaringan irigasi rawa lebak berdasarkan tata pengaturan air dan
konstruksi bangunannya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-11
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-12
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-13
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
2.6. Rangkuman
Berdasarkan tingkat ketinggian hidrotopografinya, lahan rawa lebak memiliki
perbedaan tingkat kepekaan terhadap resiko genangan air. Berikut ini
merupakan pembagian lahan rawa lebak berdasarkan hidrotopografinya:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-14
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi II-15
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
BAB III
JENIS TANAH DAN KESESUAIAN LAHAN RAWA LEBAK
Setelah mengikuti Pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
jenis tanah dan kesesuaian lahan rawa lebak
3.1. Tanah Rawa Lebak
Rawa lebak terbentuk sebagai akibat dari banjir tahunan pada wilayah yang
letaknya rendah, yaitu pada wilayah peralihan antara lahan darat (uplands)
dan sungai-sungai besar. Penyebarannya secara khusus terdapat di dataran
banjir (floodplains), dataran meander (sungai berkelok-kelok), dan bekas
aliran sungai tua (oxbow) dari sungai-sungai besar dan anak-anak sungai
utamanya.
Ada dua kelompok tanah pada lahan lebak, yaitu tanah gambut, dengan
ketebalan lapisan gambut > 50 cm, dan tanah mineral, dengan ketebalan
lapisan gambut di permukaan 0-50 cm. Tanah mineral yang mempunyai
lapisan gambut di permukaan antara 20-50 cm disebut Tanah mineral
bergambut, sedangkan tanah mineral murni hanya memiliki lapisan gambut
di permukaan tanah setebal < 20 cm.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
gambut. Warna tanah tersebut coklat gelap atau hitam dan reaksi gambut di
lapang termasuk masam - sangat masam (pH 4,5-6,0). Kandungan basa
(hara) rendah (total kation: 1-6 me/100 g tanah), dan kejenuhan basanya
juga rendah (KB: 3-10%). Dalam klasifikasi Taksonomi Tanah (Soil Survey
Staff, 1999), tanah-tanah tersebut masuk dalam ordo Histosols, dalam
tingkat (subgrup) Typic/Hemic Haplosaprists, Terric Haplosaprists, dan Terric
Haplohemists. Tanah gambut umumnya lebih banyak ditemukan di bagian
lebak dalam.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-2
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
mineral atau hara-hara tanah yang hilang sehingga tertinggal dalam jumlah
kecil. Tanah gambut sangat rentan terhadap leaching ini karena daya retensi
gambut terhadap hara sangat rendah, kecuali apabila di wilayah hulu
didapati pegunungan vulkanik sehingga setiap luapan banjir terjadi
pengayaan hara yang menyebabkan kesuburannya selalu terbarukan. Sifat
fisik dan kimia utama tanah ini sendiri secara umum dapat dilihat pada Tabel
3.1.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-3
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Sawah timur pada musim hujan tergenang sehingga hanya ditanami pada
musim kemarau. Sawah timur ini umumnya ditanami padi rintak, yaitu padi
sawah irigasi yang berumur pendek (high yielding variety) seperti varietas IR
42, IR 64, IR 66, cisokan, ciherang, cisanggarung, mekonggadengan hasil
rata-rata 4-5 ton per hektar.
Sawah lebak yang termasuk lebak tengahan dan lebak dalam, pada musim
hujan tergenang cukup tinggi (> 100 cm) sehingga disebut juga sawah barat.
Apabila dimanfaatkan untuk tanam padi surung maka persiapan dimulai
selagi masih kering (macak-macak), yaitu sekitar bulan September-Oktober
dan panen pada bulan Januari-Februari pada saat air tergenang cukup tinggi
(1,0-1,5 m). Jenis padi rintak pada dasarnya adalah padi sawah yang
dipersiapkan pada bulan April, tergantung keadaan genangan.
Sawah barat ini umumnya ditanami sawah padi surung (deep water rice)
yang waktu tanamnya sampai akhir musim kemarau dan panen saat air
tinggi (1,0-1,5 m) pada musim hujan. Padi surung atau padi air dalam ini
mempunyai sifat khusus, yaitu dapat memanjang (elogante) mengikuti
kenaikan genangan air. Kemampuan memanjang ini karena pertumbuhan
akar yang terus-menerus yang pada padi sawah umumnya tidak ditemukan.
Padi yang tergolong jenis padi surung ini antara lain varietas alabio, tapus,
nagara, termasuk yang dikenal dengan padi hiyang.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-4
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Lahan rawa lebak dangkal dapat ditanami dua kali setahun dengan pola
tanam padi surung (umur 180 hari) tanam pertama dan padi rintak (padi
unggul: berumur 11-115 hari) untuk tanam kedua. Tanam pertama
dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember dan panen pada bulan April,
sedangkan tanam kedua antara bulan Mei-Juni dan panen pada kemarau
Agustus-Oktober.
Pada musim kemarau panjang, semua daerah rawa lebak terutama rawa
lebak dangkal dan rawa lebak tengahan menjadi hamparan tanaman sayuran
dan buah-buahan. Untuk lebak dalam ditanami hanya pada saat musim
kemarau panjang (apabila 4-5 bulan kering), selebihnya digunakan sebagai
lahan perikanan. Akan tetapi, budidaya padi di lahan rawa lebak Sumatra
justru berkembang pada musim hujan, karena sebagian lahan rawa lebak
sudah mempunyai sistem pengatusan yang baik. Berbeda dengan di
Kalimantan, khususnya di Kaimantan Selatan, sebagian lahan rawa lebak
pada musim hujan menggenang berbulan-bulan. Namun demikian, sebagian
rawa lebak dangkal sampai tengahan seperti di lahan rawa lebak Babirik,
Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah sejak tahun 1980-an dapat
melaksanakan pola tanam padi dua kali setahun dengan pola tanam padi
varietas lokal-varietas unggul di lahan tabukan dan ubi alabio di lahan surjan.
Tanam pertama padi varietas lokal (umur 180 hari) dilakukan pada bulan
Oktober-November dan panen dilaksanakan bulan April. Kemudian tanam
kedua padi varietas unggul (umur 110 hari) bulan Mei-Juni dan panen bulan
Agustus-Oktober.
Selain padi, lahan rawa lebak juga juga umum ditanami palawija, sayur, dan
buah-buahan. Pola tanam atau tumpang antara tanaman palawija, sayuran,
atau buah-buahan umum dilakukan petani pada lahan lebak dangkal dan
tengahan dengan sistem surjan. Pada sistem surjan tanaman palawija
(jagung, kedelai, kacang nagara, dan atau umbi-umbian), sayuran (tomat,
cabai, kacang panjang), atau buah-buahan (semangka, labu kuning, ubi jalar,
ubi alabio, mangga rawa) ditanam di atas surjan (tembokan), sedangkan padi
bagian tabukan (ledokan) ditanami padi. Beberapa wilayah lahan rawa lebak
belakangan ini mulai dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-5
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Potensi pertanian di lahan rawa lebak cukup luas dan beragam. Watak dan
ekologi masing-masing lokasi dan tipologi lahan rawa lebak merupakan
faktor penentu dalam penyusunan pola tanam dan jenis komoditas yang
dibudidayakan. Pola tanam dan jenis komoditas yang dikembangkan di lahan
rawa lebak dapat didasarkan pada tipologi lahan.
Sawah timur pada musim hujan tergenang sehingga hanya ditanami pada
musim kemarau. Sawah timur ini umumnya ditanami padi rintak, yaitu padi
sawah irigasi yang berumur pendek (high yielding variety) seperti varietas IR
42, IR 64, IR 66, cisokan, ciherang, cisanggarung, mekonggadengan hasil
rata-rata 4-5 ton per hektar.
Sawah lebak yang termasuk lebak tengahan dan lebak dalam, pada musim
hujan tergenang cukup tinggi (> 100 cm) sehingga disebut juga sawah barat.
Apabila dimanfaatkan untuk tanam padi surung maka persiapan dimulai
selagi masih kering (macak-macak), yaitu sekitar bulan September-Oktober
dan panen pada bulan Januari-Februari pada saat air tergenang cukup tinggi
(1,0-1,5 m). Jenis padi rintak pada dasarnya adalah padi sawah yang
dipersiapkan pada bulan April, tergantung keadaan genangan.
Sawah barat ini umumnya ditanami sawah padi surung (deep water rice)
yang waktu tanamnya sampai akhir musim kemarau dan panen saat air
tinggi (1,0-1,5 m) pada musim hujan. Padi surung atau padi air dalam ini
mempunyai sifat khusus, yaitu dapat memanjang (elogante) mengikuti
kenaikan genangan air. Kemampuan memanjang ini karena pertumbuhan
akar yang terus-menerus yang pada padi sawah umumnya tidak ditemukan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-6
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Padi yang tergolong jenis padi surung ini antara lain varietas alabio, tapus,
nagara, termasuk yang dikenal dengan padi hiyang.
Lahan rawa lebak dangkal dapat ditanami dua kali setahun dengan pola
tanam padi surung (umur 180 hari) tanam pertama dan padi rintak (padi
unggul: berumur 11-115 hari) untuk tanam kedua. Tanam pertama
dilaksanakan pada bulan Oktober-Desember dan panen pada bulan April,
sedangkan tanam kedua antara bulan Mei-Juni dan panen pada kemarau
Agustus-Oktober.
Pada musim kemarau panjang, semua daerah rawa lebak terutama rawa
lebak dangkal dan rawa lebak tengahan menjadi hamparan tanaman sayuran
dan buah-buahan. Untuk lebak dalam ditanami hanya pada saat musim
kemarau panjang (apabila 4-5 bulan kering), selebihnya digunakan sebagai
lahan perikanan. Akan tetapi, budidaya padi di lahan rawa lebak Sumatra
justru berkembang pada musim hujan, karena sebagian lahan rawa lebak
sudah mempunyai sistem pengatusan yang baik. Berbeda dengan di
Kalimantan, khususnya di Kaimantan Selatan, sebagian lahan rawa lebak
pada musim hujan menggenang berbulan-bulan. Namun demikian, sebagian
rawa lebak dangkal sampai tengahan seperti di lahan rawa lebak Babirik,
Kabupaten Hulu Sungai Utara sudah sejak tahun 1980-an dapat
melaksanakan pola tanam padi dua kali setahun dengan pola tanam padi
varietas lokal-varietas unggul di lahan tabukan dan ubi alabio di lahan surjan.
Tanam pertama padi varietas lokal (umur 180 hari) dilakukan pada bulan
Oktober-November dan panen dilaksanakan bulan April. Kemudian tanam
kedua padi varietas unggul (umur 110 hari) bulan Mei-Juni dan panen bulan
Agustus-Oktober.
Selain padi, lahan rawa lebak juga juga umum ditanami palawija, sayur, dan
buah-buahan. Pola tanam atau tumpang antara tanaman palawija, sayuran,
atau buah-buahan umum dilakukan petani pada lahan lebak dangkal dan
tengahan dengan sistem surjan. Pada sistem surjan tanaman palawija
(jagung, kedelai, kacang nagara, dan atau umbi-umbian), sayuran (tomat,
cabai, kacang panjang), atau buah-buahan (semangka, labu kuning, ubi jalar,
ubi alabio, mangga rawa) ditanam di atas surjan (tembokan), sedangkan padi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-7
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
bagian tabukan (ledokan) ditanami padi. Beberapa wilayah lahan rawa lebak
belakangan ini mulai dikembangkan untuk tanaman perkebunan seperti
kelapa sawit dan karet. Pengembangan perkebunan ini memerlukan
pembuatan saluran-saluran pengaturan (drainage) dan pintu-pintu air untuk
pengendalian muka air tanah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-8
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-9
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-10
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
3.4. Rangkuman
Rawa lebak terbentuk sebagai akibat dari banjir tahunan pada wilayah yang
letaknya rendah, yaitu pada wilayah peralihan antara lahan darat (uplands)
dan sungai-sungai besar. Penyebarannya secara khusus terdapat di dataran
banjir (floodplains), dataran meander (sungai berkelok-kelok), dan bekas
aliran sungai tua (oxbow) dari sungai-sungai besar dan anak-anak sungai
utamanya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi III-11
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
BAB IV
SURVEI TANAH
Setelah mengikuti Pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
survei tanah
4.1. Umum
Survei tanah rawa lebak secara prinsip sama dengan survei tanah rawa
pasang surut, yang ditujukan untuk mengetahui jenis tanah yang akan
dievaluasi kelas kesesuaian lahannya. Adapun kebutuhan minimum survei
tanah untuk kesesuaian lahan pertanian dan survei lingkungan yang
dibutuhkan dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4. 1 - Kebutuhan Survei Tanah
Skala Survei
Jenis Survei
Tinjau Desain detil
Survei Tanah Pertanian
Pengeboran tanah sampai 1.20 m 1 per 250 ha 1 per 1 to 25 ha
Profil Tanah 1 per 2500 ha 1 per 10 bor
Contoh Tanah untuk analisis Lab 4 sampel per profil 4 samples per profil
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-2
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-3
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
melakukan pengelolaan tanah dan air dengan baik, efek negatif terhadap
kondisi tanah dan air akan terjadi.
4.4. Survei Penggunaan Lahan
Survei penggunaan lahan bertujuan untuk menginventarisir penggunaan
lahan aktual di sekitar pengamatan tanah. Survei ini bertujuan untuk
mengetahui apakah vegetasi budidaya yang sudah diusahakan dilokasi dan
bagaimana pertumbuhan dan produktivitasnya dihubungkan dengan hasil
survei tanah. Adapun beberapa ha; yang diamati antara lain:
1) Untuk areal alami tipe vegetasi dan spesies dominan dicatat
2) Untuk areal pengembangan klasifikasi penggunaan lahan disarankan
sbb :
a) Sawah
b) Kebun tanaman keras (jenis)
c) Sawah/kebun (campur)
d) Lahan Pekarangan
e) Semak/Rumput (tinggi < 2 m)
f) Belukar (tinggi > 2 m)
g) Lain-lain
4.5. Survei Sosial Ekonomi
Assesmen dilakukan dari data statistik dan dari wawancara dan nara sumber
atau oranglokal. Untuk areal yang baru dikembangkan difokuskan pada
ketersediaan lahan utnuk mengetahui nilai ekonomi dan aktivitas yang
dibutuhkan. Untuk jaringan eksisting, survei bertujuan utk mengetahui
kegiatan pertanian saat ini dan crop budget dan perubahan yang terjadi sejak
penempatan dan alasannya.
a) Pengumpulan data statistik tentang pupulasi, penggunaan lahandan
fasilitas dan lain-lain (BPS, PODES)
b) Verifikasi nama, lokasi, batas dan ukuran lahan baik utk transmigran
maupun lokal
c) Wawancara dengan pemda, kepala desa dan sumber lainnya. Utk
survei detil sampel acak sekitar 3% dari total populasi dari area yang
disurvei.
d) Inventarisasi kegiatan ekonomi dengan costs and benefits.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-4
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
4.6.1. Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap studi pustaka, yaitu meneliti dan
mengkaji pustaka yang telah ada tentang keadaan tanah didaerah tersebut,
dengan demikiana gambaran kasar tentang daerah yang akan diteliti telah
di dapat. Dalam tahapan ini berbagai data perlu diteliti terutama:
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-5
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-6
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-7
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Cara sistematis dapat dilakukan oleh pemeta tanah yang belum banyak
berpengalaman dalam survai tanah, sedang cara taktis dapat memberi hasil
baik dan lebih cepat bila dilakukan oleh pemeta tanah yan mampu
menafsirkan hubungan sifat-sifat tanah dengan faktor lingkungan di daerah
tersebut.
Lain daripada itu grid sistem lebih cocok untuk daerah-daerah dengan
bentuk wilayah datar, sedang untuk daerah bergelombang dapat memberi
hasil yang salah. Sebagai contoh pemboran setiap jarak 500 m di daerah
bergelombang ada kemungkinan akan terus menerus, membor di lembah-
lembah yang datar sehingga bila hanya didasarkan atas pemboran saja
maka hanya tanah-tanah di daerah lembah saja yang teramati.
Perlu diketahui bahwa penyebaran tanah di suatu daerah tidaklah terjadi
secara acak atau random, tetapi lebih sistematis, yaitu dipengaruhi oleh
bahan induk, relief atau bentuk wilayah, vegetasi atau organisme, iklim, dan
umur batuan. Oleh karena itu dalam menentukan batas-batas satuan peta
tanah, di samping hasil pengamatan di lapang dapat pula dibantu dengan
memperhatikan faktor-faktor pembentuk tanah tersebut. Dalam hal ini
dapat diadakan penggabungan dari kedua cara tersebut, karena pada
kenyataannya banyak batas-batas tanah yang berimpit dengan batas-batas
lereng, bentuk wilayah, fisiografi dan sebaginya.
Pemboran dilakukan berulang kali, sampai mencapai kedalaman 120 cm
atau sampai bahan induk. Untuk tanah Histosol pemboran dilakukan
hingga mencapai lapisan bukan bahan organik/gambut). Pada setiap
pemboran yang umumnya mencapai ketebalan 10 – 50 cm diamati
kematangann bahan organik, keberadaan/kedalaman pirit, pH tanah, dan
lain-lain.
Kegiatan survai tanah pertanian adalah komponen dari Pekerjaan Detail
Desain Daerah Rawa dan SID Daerah Rawa. Survai dimaksudkan untuk
memperoleh deskripsi penyebaran, sifat-sifat, maupun kendala dan
masalah tanah di lokasi, sehingga dapat dievaluasi potensi kesesuaiannya
untuk pengembangan pertanian. Disamping itu, hasil survai diharapkan
dapat menjadi masukan bagi kegiatan perencanaan jaringan pengairan dan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-8
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-9
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-10
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-11
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-12
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-13
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Dari Tabel 4.3 tersebut terlihat bahwa peta tanah tidak hanya mencantumkan
nama-nama tanah yang terdapat didaerah tersebut tetapi juga beberapa sifat
penting dari tanah tersebut. Disamping itu dicantumkan pula faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi potensi penggunaan dari tanah
tersebut seperti curamnya lereng,bentuk wilayah dan sebagainya yang
dalam hal ini disebut phase tanah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-14
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-15
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-16
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-17
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
tiap-tiap seri tanah. Sebagai peta dasar digunakan potret udara dan peta
topografi.
Satuan Peta : Sebagai satuan peta untuk peta tanah detil digunakan seri
tanah. Seri tanah adalah segolongan tanah berasal dari bahan induk yang
sama dan mempunyai susunan dan sifat-sifat horizon yang serupa, kecuali
tekstur horizon lapisan yang paling atas. Penentuan seri didasarkan atas 3
unsur yang disusun menurut cara berikut:
Macam Tanah – Klas Tekstur (Kematangan Bahan Organik)– Klas
Drainase
4.8. Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat!
1. Sebutkan dan jelaskan dengan ringkas kebutuhan survei tanah pertanian
dilahan rawa lebak?
4.9. Rangkuman
Kebutuhan survei Tanah pertanian yang dilakukan dilahan rawa lebak terdiri
dari : survei tanah, survei penggunaan lahan dan sumberdaya
alam/lingkungan dan survei sosial ekonomi pertanian. Laporan survei tanah
pertanian berisi tentang maksud dan tujuan survai, kondisi lingkungan
daerah survai, metode pelaksanaan survai lapangan, uraian mengenai sifat
dan jenis tanah serta penyebarannya, permasalahan dan kemungkinan
penanganannya, kesesuaian lahan dan rekomendasi yang perlu diajukan
untuk memperbaiki kondisi sekarang, khususnya berkaitan dengan perbaikan
jaringan tata air yang akan dilakukan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi IV-18
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
BAB V
SOSIO AGRO EKONOMI
Setelah mengikuti Pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan dapat menjelaskan
sosio agro ekonomi
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-2
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-3
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-4
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Suhu dan panjang penyinaran matahari di lahan rawa (di Indonesia) tak
terlalu menjadi masalah, karena selalu cocok untuk tanaman daerah tropika
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-5
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
1) Sawah
2) Ladang
3) Pekarangan
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-6
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
4) Lahan Kering
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-7
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Dilihat dari bahan organik yang terdapat di dasar rawa, ada rawa yang
memiliki bahan organik yang sangat banyak (tebal) berupa gambut, dengan
ketebalan beberapa puluh cm sampai beberapa meter. Bila tetap berupa
rawa seperti semula, rawa ini akan berair masam (mutu aimya untuk
pertanian tidak layak). Demikian pula ada rawa yang tidak banyak memiliki
lapisan organik, melainkan endapan lumpur saja, umumnya pada rawa
sungai. Rawa pasang surut umumnya memiliki lapisan gambut.
Lapisan tanah dasar rawa juga berbeda untuk satu kawasan dengan yang
lain. Lahan rawa dengan lapisan tanah lempung (lahan rawa pasang surut
di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah) dan lapisan tanah berupa
pasir (rawa pasang surut di Kalimantan Barat). Untuk ini menjadikan
perlunya kehati-hatian dalam melakukan pengolahan tanah.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-8
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Dari hasil Penelitian, justru lahan gambut, pada awalnya masih memerlukan
pupuk nitrogen (sedikit) untuk membantu penguraian gambut, setelah itu
banyak digunakan pupuk fosfat. Pada dasarnya gambut adalah bahan baku
kompos, yang perlu penguraian lebih lanjut, yang memerlukan kondisi yang
lebih baik (pH air).
Hama penyakit, pada lahan rawa, cukup banyak karena ekologi kawasan
yang lembab dan hangat, memungkinkan hama dan penyakit berkembang
pesat. Contoh hama tanaman padi: wereng, penggerek batang, ulat daun,
burung, dan tikus, sedangkan penyakit tanaman padi salah satunya adalah
bercak daun.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-9
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-10
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-11
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-12
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-13
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-14
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-15
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-16
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-17
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
PENYULUH
REFERENS
2 Merumuskan masalah
PETANI/ 3 Mengidenifikasi
KELOMPOK masalah
TANI 4 Memecahkan maslah
Better forming –
Better business – PERILAKU SIKAP
Better community –
Better environment –
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-18
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
FORMULATOR
DISTRIBUTOR
Pinjaman modal
KELOMPOK TANI/ Pemasaran
PETANI Informasi pasar
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-19
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi V-20
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
BAB VI
PENUTUP
6.1. Simpulan
Lahan Rawa lebak merupakan lahan yang pada periode tertentu (minimal
satu bulan) tergenang air dan rejim airnya dipengaruhi oleh hujan, baik
yang turun setempat maupun di daerah sekitarnya. Berdasarkan tinggi dan
lama genangan airnya, lahan rawa lebak dikelompokkan menjadi lebak
dangkal, lebak tengahan dan lebak dalam.
1) Lahan lebak pematang adalah lahan lebak yang tinggi genangan
airnya kurang dari 50 cm selama kurang dari 3 bulan.
2) Lahan lebak tengahan adalah lahan lebak yang tinggi genangan
airnya 50-100 cm selama 3-6 bulan.
3) Lahan lebak dalam adalah lahan lebak yang tinggi genangan airnya
lebih dari 100 cm selama lebih dari 6 bulan
Tidak seperti lahan rawa pasang surut yang sudah banyak di lakukan
kegiatan dan penelitian, lahan rawa lebak relatif lebih sedikit kegiatan dan
penelitian yang dilakukan. Pada dasarnya kesesuaian lahan rawa lebak
bersifat mengacu pengelolaan yang adaptif, yang sebagian besar sangat
tergantung pada kelas hidrotopografinya.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi VI-1
Modul 05 Kesesuaian Lahan Rawa Lebak
DAFTAR PUSTAKA
Rahmadi, 2006. Laporan Akhir GIS. Land and Water Management Tidal Lowlands.
Palembang.
Rahmadi, Suryadi, F.X and Eelaart, Ad.vd., 2006. Land Unit And Water
Management Zone In Tidal Lowlands. Paper presented in Seminar Rawa.
Ministry of Public Works. Jakarta.
GLOSARIUM
rawa
wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang
secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
datar atau cekung dengan endapan mineral atau gambut, dan ditumbuhi vegetasi,
yang merupakan suatu ekosistem
rawa lebak
jenis rawa yang terletak jauh dari pantai dan tergenangi air akibat luapan arus
sungai dan/atau air hujan yang menggenang secara periodik atau menerus
hidrotopografi
gambaran elevasi relatif suatu lahan terhadap elevasi muka air yang berfungsi
sebagai elevasi muka air referensi
suplesi
upaya memasukan air yang diperlukan ke dalam jaringan irigasi rawa lebak
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi xii