Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK I

ANASTIA PUTRI

AYU MAHFUL

ADITYA MUJARAHA

MITA LESTARI R. PANU

SRI FAHRIN KATILI

WARDIANTO POLAPA

ZENAB DJAUHARI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-
Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Tuberkulosis atau biasa disebut
dengan TBC mata kuliah kmb dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak
kekurangan dalam penyusunan Makalah ini. Hal ini tidak lain karena keterbatasan
kemampuan yang kami miliki, dan kiranya dapatmenjadi pelajaran bagi kami agar dapat lebih
baik lagi. Kemudian segala kritik dansaran akan kami terima dengan senang hati yang
nantinya akan menjadi pembelajaran bagi kami untuk pembuatan makalah-makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi yang
membacanya.

Telaga biru, 19 November 21


DAFTAR ISI

Kata pengantar..............................................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar belakang ....................................................................................................


2. Rumusan masalah................................................................................................
3. Tujuan penulisan..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Definisi tuberculosis.............................................................................................
2. Etiologi tuberculosis.............................................................................................
3. Patofisiologi tuberculosis......................................................................................
4. Faktor yang mempengaruhi penyakit tuberculosis...................................................
5. Cara penularan penyakit tuberculosis....................................................................
6. Gejala penyakit tuberculosis..................................................................................
7. Diagnosa penyakit tuberculosis.............................................................................
8. Pencegahan penyakit tuberculosis..........................................................................
9. Pengobatan penyakit tuberculosis............................................................................

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................................................
2. Saran ......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik
dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun
diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati
urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan
masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun
dengan 262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk.
Kematian akibat Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap
tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini & mendapatkan
informasi lengkap tentang penyakit TBC.

2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi tuberculosis?
2. Apa etiologi tuberculosis?
3. Bagaimana patofisiologi tuberculosis?
4. Apa faktor yg mempengaruhi penyakit tuberculosis?
5. Bagaimanaara cara penularan penyakit tuberculosis?
6. Apa saja gejala penyakit tuberculosis?
7. Bagaimana diagnosa penyakit tuberculosis?
8. Bagaimana upaya pencegahan penyakit tuberculosis?
9. Bagaimana cara pengobatan penyakit tuberculosis?
3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi,etiologi, dan patofisiologi tbc
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit tbc
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan penyakit tbc
4. Untuk mengetahui gejala penyakit tbc
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosa penyakit tbc
6. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyakit tbc
7. Untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit tbc
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi TBC

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi kronis dengan karakteristik terbentuknya


tuberkel granuloma pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Kuman
batang tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit.Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 µm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah.

B. Etiologi TBC

Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu mycobacterium tuberkulosis


dengan ukuran panjang 1-4 um dan tebal 1.3-0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram
positif serta tahan asam atau Basil Tahan Asam (BTA).

C. Patofisiologi TBC

Penularan terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi droflet
nuklei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam,
tergantung ada atau tidaknya sinar ultra violet, dan ventilasi yang baik dan kelembaban.
Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai berhari-hari bahkan
berbulan, bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang yang sehat akan menempel pada alveoli
kemudian partikel ini akan berkembang bisa sampai puncak apeks paru sebelah kanan atau
kiri dan dapat pula keduanya dengan melewati pembuluh linfe, basil berpindah kebagian paru
paru yang lain atau jaringan tubuh yang lain.
Setelah itu infeksi akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
limfokinase, yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang macrofage, berkurang
tidaknya jumlah kuman tergantung pada jumlah macrofage. Karena fungsinya adalah
membunuh kuman / basil apabila proses ini berhasil & macrofage lebih banyak maka klien
akan sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat.
Tetapi apabila kekebalan tubuhnya menurun maka kuman tadi akan bersarang
didalam jaringan paru-paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum).
Tuberkel lama kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadisatu dan lama-lama
timbul perkejuan ditempat tersebut apabila jaringan yang nekrosis dikeluarkan saat penderita
batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka klien akan batuk darah (hemaptoe).
D. Faktor yang mempengaruhi penyakit tuberculosis
Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial
ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita jelaskan seperti
uraian dibawah ini:
1.  Faktor Sosial Ekonomi.
           Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian, lingkungan
perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC.
Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena pendapatan yang kecil
membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2.  Status Gizi.
           Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga sehingga
rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor penting yang
berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.
3.  Umur.
          Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif (15 –
50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia harapan hidup
lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunologis seseorang
menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit, termasuk penyakit TB-Paru.
4.  Jenis Kelamin.
         Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan
perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun ada sekitar 1 juta
perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan
lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB-Paru dibandingkan dengan akibat
proses kehamilan dan persalinan.
          Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan
minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah
terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.

E. Cara penularan penyakit tuberculosis


 Cara penularan tuberkulosis paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan
adalah penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk
atau bersin. Droplet yang mengandung kuman TB dapat bertahan di udara selama beberapa
jam, sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak. Umumnya penularan
terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.

Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat
membunuh kuman, percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap
dan lembab.Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran
pernafasan. Setelah kuman TB masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman
TB tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahaknya maka
makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahaknya negatif maka penderita
tersebut dianggap tidak menular.
F.  Gejala Penyakit Tuberculosis
 Batuk : Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Dimulai dari batuk kering 
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan 
sputum). Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah 
yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
 Sesak nafas (Dyspnea) : Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut
dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
 Nyeri dada :   Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan
pleuritis)
 Demam : Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi
oleh daya  tahan tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman yang masuk. 
 Malaise (keadaan lesu) :  Dapat berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), berat
badan menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam.

G. Diagnosa Penyakit Tuberculosis


             Yang menjadi petunjuk awal dari tuberkulosis adalah foto rontgen dada. Penyakit ini
tampak sebagai daerah putih yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam.
Rontgen juga bisa menunjukkan efusi pleura atau pembesaran jantung (perikarditis).
Pemeriksaan diagnostik untuk tuberkulosis adalah:
             Tes kulit tuberkulin, disuntikkan sejumlah kecil protein yang berasal dari bakteri
tuberkulosis ke dalam lapisan kulit (biasanya di lengan). 2 hari kemudian dilakukan
pengamatan pada daerah suntikan, jika terjadi pembengkakand an kemerahan, maka hasilnya
adalah positif.
            Pemeriksaan dahak, cairan tubuh atau jaringan yang terinfeksi. Dengan ebuah jarum
diambil contoh cairan dari dada, perut, sendi atau sekitar jantung. Mungkin perlu dilakukan
biopsi untuk memperoleh contoh jaringan yang terinfeksi.
            Untuk memastikan diagnosis meningitis tuberkulosis, dilakukan pemeriksaan reaksi
rantai polimerase (PCR) terhadap cairan serebrospinalis.Untuk memastikan tuberkulosis
ginjal, bisa dilakukan pemeriksaan PCR terhadap air kemih penderita atau pemeriksaan
rontgen dengan zat warna khusus untuk menggambarkan adanya massa atau rongga abnormal
yang disebabkan oleh tuberkulosis. Kadang perlu dilakukan pengambilan contoh massa
tersebut untuk membedakan antara kanker dan tuberkulosis.
          Untuk memastikan diagnosis tuberkulosis pada organ reproduksi wanita, dilakukan
pemeriksaan panggul melalui laparoskopi. Pada kasus-kasus tertentu perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap contoh jaringan hati, kelenjar getah bening atau sumsum tulang.

H. Pencegahan Penyakit Tuberculosis


          Sebenarnya seseorang bisa terhindar dari penyakit TBCdengan berpola hidup yang
sehat dan teratur. Dengan system pola hidup seperti itu diharapkan daya tubuh seseorang
akan cukup kuat untuk membersihkan perlindungan terhadap berbagai macam penyakit.
Orang yang benar-benar sehat meskipun ia diserang kuman TBC, diperkirakan tidak akan
mempan dan tidak akan menimbulkan gejala TBC.
           Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi penyakit tuberkulosis,
mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi yang cukup, minum susu yang  telah
dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan
pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
infeksi oleh basil tuberkulosis virulen
I. Pengobatan Penyakit Tuberculosis
Jenis dan dosis OAT (Obat Anti Tuberculosis) :
a. Isoniazid (H)
           Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman dalam
keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin
timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam Bila terjadi ikterus, pengobatan dapat
dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat
berupa kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat diteruskan
sesuai dosis.
b. Rifampisin (R)
         Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten). Efek samping
rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam, trombositopenia. Rifampisin dapat
menyebabkan warnam merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus
diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut
terjadi karena proses metabolism obat dan tidak berbahaya.
c. Pirazinamid (P)
          Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia, hepatitis, atralgia.
d. Streptomisin (S)
          Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah nefrotoksik dan kerusakan
nervus kranialis VIII yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran.
e. Ethambutol (E)
           Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium tuberculosis.penyebab Tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis
menyebabkan sejumlah penyakit berat pada manusia dan penyebab terjadinya infeksi
tersering. Mycobacterium tuberculosis hidup baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi
tidak tahan terhadap sinar matahari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Tuberculosis Untuk terpapar
penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status sosial
ekonomi, status gizi, umur, jenis kelamin, dan  faktor  toksis. Cara penularan  tuberkulosis
paru melalui percikan dahak (droplet) sumber penularan adalah penderita tuberkulosis paru
BTA(+), pada waktu penderita tuberkulosis paru batuk atau bersin.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Pengobatan penyakit Tuberculosis. Terdapat 5 jenis antibotik yang dapat
digunakan yaitu Antibiotik yang paling sering digunakan adalah Isoniazid (H), Rifampicin
(R), Pirazinamid (P), Streptomisin (S) dan Etambutol (E).
Jika penderita benar-benar mengikuti pengobatan dengan teratur, maka tidak perlu
dilakukan pembedahan untuk mengangkat sebagian paru-paru. Kadang pembedahan
dilakukan untuk membuang nanah atau memperbaiki kelainan bentuk tulang belakang akibat
tuberkulosis.

Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan adalah dengan kita telah mengetahui apa itu penyakit
Tuberculosis, kita dapat lebih menjaga lagi kesehatan kita yaitu dengan selalu menjaga
lingkungan dan kesehatan diri kita sendiri supaya tetap bersih, mengingat bahwa penyakit ini
adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematiannya cukup tinggi. 

 
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)    
Bandung
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
http://fildza.wordpress.com/2008/04/24/penyakit-tuberkulosis/
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
http://jundul.wordpress.com/2008/09/14/penularan-tbc/
http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html
http://www.totalkesehatananda.com/tuberculosis6.html
http://www.scribd.com/doc/32087430/makalah-TBC
http://nawrihaysnainohdamor.blogspot.com/2013/03/makalah-tuberculosis.html

Anda mungkin juga menyukai