Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1951140013
Email: nurulfitry010@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendekripsikan bagaimana citra seorang perempuan
malam (pelacur) yang gambarkan oleh pengarang terhadap tokoh utama dalam novel Risa.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam tulisan ini yaitu dengan membaca
buku-buku ataupun artikel yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data yang digunakan
adalah novel chick lit Risa karya Queen Elenora dan buku-buku ataupun artikel yang mengacu
pada penelitian. Teknik pengumpulan data pada novel dengan teknik baca dan catat. Teknik ini
digunakan untuk mendeskripsikan tokoh utama dalam novel dilakukan dengan cara
mendeskripsikan teks-teks yang menyangkut tokoh dalam novel. Dan teknik yang digunakan
dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi dengan menggunakan
pendekatan feminisme. Dan hasil yang didapatkan dalam penelitian ini ialah bahwa terdapat
beberapa citra perempuan yang digambarkan oleh pengarang pada tokoh Risa dalam Novel Risa
diantaranya citra sosial dan citra diri. Dan citra diri dan citra sosial yang yang pengagrang
tuangkan dalam novelnya berdasarkan prespektifkanya akan seotang perempuan malam (pelacur)
memang akan sangat berpengaruh dalam proses perjalanan dalam cerita di novel tersebut. Kita
juga bisa mengetahui bagaimana citra seorang perempuan malam (pelacur) dari prespektif
pengarang yang ia tuangkan dalam novelnya.
PENDAHULUAN
Sastra populer adalah sastra yang sangat terkenal atau sangat populer pada zamannya,
banyak yang membaca atau melihat karya sastra tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Umar
Kayam (dalam, (Yusanta & Wati, 2020) bahwa kata pop erat diasosiasikan dengan kata populer,
karena novel-novel itu sengaja ditulis untuk selera populer yang kemudian dikenal sebagai
bacaan populer. Jadilah istilah “pop” itu sebagai istilah baru dalam dunia sastra (pada
zamannya). Sebutan novel popular atau sastra ditujukan terhadap terhadap novel-novel yang
diasosiasikan sebagai novel hiburan sehingga melahirkan kategori oposisional, yaitu novel
populer dan novel serius (Adji, 2017).
Menurut Waluyo, novel serius adalah novel yang dipandang bernilai sastra (tinggi),
sedangkan novel populer adalah novel yang nilai sastranya diragukan (rendah) karena tidak ada
unsur kreativitasnya. Dari paparan Waluyo di atas dapat disimpulkan bahwa kategorisasi tersebut
muncul karena novel populer secara kualitas estetik dianggap rendah dan tidak sebanding dengan
novel serius. Novel populer dianggap sebagai sebuah fenomena budaya temporer yang bersifat
seragam sehingga kajian ilmiah terhadap novel populer tidak menjadi perhatian utama (Adji,
2017). Hal ini juga selaas dengan yang dikatakan oleh Williams bahwa sastra populer adalah
sastra yang disukai banyak orang, jenis kerja rendahan, bersifat mengibur dan budaya yang
dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Populer atau tidaknya sebuah karya sastra ditentukan
oleh masyarakat. Selain itu, ciri-ciri sastra populer lebih kepada mencari keuntungan atau
finansial, mengikuti selera masyarakat, mempunyai alur yang menarik dan sederhana yang
mudah dipahami oleh pembaca dan masyarakat dan cenderung bersifat happy ending atau
kebahagian/kemenangan pada tokoh cerita (Yusanta & Wati, 2020).
Dan dalam perkembangan sastra popular terdapat beberapa genre salah satunya chick lit.
Menurut Oxford English Dictionary, chick-lit berarti “bacaan yang memiliki daya tarik tinggi
bagi wanita”. Genre ini biasanya menyuguhkan kisah sang tokoh utama yang mengalami
perubahan fisik dalam pencariannya terhadap cinta, kesuksesan, dan kebahagiaan. Novel ini
ditujukan untuk wanita di usia 20 an dan juga wanita karir kebanyakan. Chicklit ini jauh berbeda
dengan teenlit dari berbagai aspek. Mulai gaya bahasa, tema dan juga sasaran pembaca. Teenlit
menghadirkan gaya bahasa gaul yang lebih remaja, sedangkan chicklit lebih dewasa. Tokoh
perempuan dalam chick lit juga tidak digambarkan secara ideal, tidak terlalu cantik, bukan gadis
suci, menyukai kemewahan dan uang. Mereka memiliki pekerjaan (meskipun tidak terlalu sukses
tapi mendambakan kesuksesan) dan memiliki satu „kelemahan fatal‟ yang menyebabkan masalah
menjadi berlarut-larut (Intan et al., 2019).
Menurut Kurnia (2018: 211), yang dikutip dari (Intan et al., 2019) pembahasan tentang
tokoh perempuan dalam karya sastra [maupun novel populer seperti metropop] merupakan hal
yang mulai kerap dilakukan terutama dengan pendekatan kajian gender dan feminis. feminisme
dapat dikatakan sebagai gerakan perempuan untuk menuntut hak persamaan antara laki-laki dan
perempuan. Gerakan perempuan ini juga salah satu bentuk yang dibangun untuk terciptanya
memperoleh suatu keadilan. Reaksi ini diwujudkan perempuan dalam bentuk aksi dan juga
bentuk tulisan. Gerakan feminisme sendiri ialah sebuah bentuk perlawanan yang beranggapan
laki-laki mempunyai derajat yang lebih tinggi. Jadi gerakan feminisme bertujuan untuk membuat
suatu perubahan ketidakadilan, bahwa perempuan sejatinya mempunyai hak yang sama dengan
laki-laki (Bendar, dalam Nazila et al., 2021).
Selain dari itu, citra perempuan cukup mengambil dalih bagaimana permpuan dalam
kajian feminism. Menurut Sugihastuti dan Suharto Citra perempuan dibedakan menjadi dua,yaitu
citra diri perempuan dan citra sosial perempuan. Citra diri perempuan merupakan dunia yang
typis, yang khas dengan segala macam tingkah lakunya. Citra diri perempuan merupakan
keadaan dan pandangan perempuan yang berasal dari dalam dirinya sendiri, yang meliputi aspek
fisik dan aspek psikis (Juanda & Azis, 2018). Sedangkan Citra sosial perempuan merupakan citra
perempuan yang erat hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu
kelompok masyarakat, tempat perempuan sebagai bagian dan berhasrat mengadakan hubungan
antarmanusia (Martha, dalam (Juanda & Azis, 2018)).
Maka dari itu tulisan ini akan mendeskripsikan bagaiamana citra perempuan, khususnya
perempuan malam dari perspektif pengarang.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan data berupa paragraph
yang terdapat dalam novel. Metode yang digunakan adalah metode kepustakaan, yaitu
mengumpulkan data dengan membaca buku-buku ataupun artikel yang relevan dengan
penelitian ini. Sumber data yang digunakan adalah novel chick lit Risa karya Queen Elenora dan
buku-buku ataupun artikel yang mengacu pada penelitian. Teknik pengumpulan data pada novel
dengan teknik baca dan catat. Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan tokoh utama dalam
novel dilakukan dengan cara mendeskripsikan teks-teks yang menyangkut tokoh dalam novel.
Dan teknik yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis isi
dengan menggunakan pendekatan feminisme.
Dari uraian di atas akan citra perempuan dalam kajian feminism maka berikut adalah
hasil analisis citra perempuan malam berdasarkan perspektif pengarang dalam menggambarkan
tokoh utama, yaitu Risa.
1. Citra diri
Citra diri adalah sosok perempuan dengan semua tingkah laku yang terdapat pada alur
cerita karya fiksi. Berikut ini dipaparkan citra diri meliputi aspek fisik yang terdapat di
novel Risa karya Queen Elenora.
a. Aspek Fisik
Aspek fisik adalah suatu gambaran seorang perempuan dewasa yang dapat dilihat
melalu bentuk fisik. Sosok perempuan yang bisa dilihat dari sudut pandang ciri muka,
jenis kelamin, keadaan tubuh ataupun usia.
2. Citra Sosial
Citra sosial perempuan tidak dapat dilepaskan dan berkelindan secara erat dengan
norma dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat, termasuk di dalamnya lingkungan
keluarga dan masyarakat luas. Dalam konteks keluarga, menurut Sugihastuti, citra
sosial pada perempuan berhubungan dengan perannya, baik sebagai ibu, istri, anak,
dan anggota keluarga yang seluruhnya menimbulkan konsekuensi. Citra sosial juga
terbentuk pengalaman pribadi, pengalaman budaya, dan pengalaman sosial (Intan et
al., 2019).
Karena tokoh utama Risa digambarkan sebagai seorang pelacur maka citra yang
dimunculkan oleh pengarang dalam novel ini ialah kelakuan seorang permpuan yang
cukup menyimpang dari norma yang ada, seperti merokok untuk mengilangkan stress.
Perilaku tersebut pengarang gambarkan dalam tokoh Risa yang juga merokok karena
pergaulan ataupun gaya hidupnya. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut.
Risa membuka bungkus rook yang tadi diambilnya dari tasnya, mengeluarkan
sebatang sebelum menyalakan dan menyesapinya.
……..
Risa menyesapnya lagi dan lagi, hingga batang pertama habis, ……. Menjadi
simpanan pria kaya raya, uang mengalir deras ke rekeningnnya membuatnya
jauh dari kata stress dan juga rokok. Kini, rntah kenapa ia ingin melakukannya.
Merokok lagi, padahal Risa tahu ia tidak sedang stress. (hal 91)
Selain itu, citra akan seorang pelacur juga digambarkan oleg pengarang yang
memperlihatkan bahwa uang adalah segala-galanya bagi seorang perempuan malam
(pelacur) hal ini juga termasuk dalam sebuah feminism patriarki. Bahwa seorang
perempuan memanglah harus menurut terhadap laki-laki (kaum maskulitas). Hal ini
terlihat pada kutipan berikut.
“Aku gak bisa. Kalau istri kamu adalah perempuan yang hobby belanja,
menghabiskan yang, suka main seorang, dan sejenisnya, aku mau menjadi wanita
simpananmu. Tapi jika wanita itu seperti Tessa, maka maaf, aku tak bisa.”
“Apa yang membedakan Tessa dengan perempuan-perempuan yang kau sebutkan
tadi?”
“Kamu nggak bisa liat? Dia tulus mencintaimu. Mana ada perempuan yang mau
membagi suamnya di dunia ini?”
………
“Aku akan naikkan tarifnya.”
Risa memejamkan matanya frustasi. “Astaga. Apa aku masih terlihat memikirkan
uang?”
“perempuan sepertimu tentu lebih berfikir realistis, dan kupikir uang ada di
urutan terepan bagiu.” Ucapan Akira penuh tekanan.
Itu adalah kalimat penghinaan, tapi Risa tidak ambil pusing,…… (hal 35-36)
Dan juga akan kebutuhan untuk bertahan hidup membuat seorang mengubah
pekerjaan mereka menjadi sebuah gaya hidup. Hal ini terlihat pada kutipan berikut.
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa terdapat beberapa citra
perempuan yang digambarkan oleh pengarang pada tokoh Risa dalam Novel Risa diantaranya
citra sosial dan citra diri. Dan citra diri dan citra sosial yang yang pengagrang tuangkan dalam
novelnya berdasarkan prespektifkanya akan seotang perempuan malam (pelacur) memang akan
sangat berpengaruh dalam proses perjalanan dalam cerita di novel tersebut. Kita juga bisa
mengetahui bagaimana citra seorang perempuan malam (pelacur) dari prespektif pengarang yang
ia tuangkan dalam novelnya.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, M. (2017). Budaya Anak Muda Pada Sastra Populer. In D. Suganda (Ed.), UNPAD Press
(1st ed.). UNPAD Press.
Tim penulis Fimela. (2014). Novel Chick lit Ternyata Bisa Membuat Wanita Tidak Percaya Diri
Dengan Bentuk Tubuhnya. URL https://www.fimela.com/lifestyle/read/3733017/novel-
chicklit-ternyata-bisa-membuat-wanita-tak-percaya-diri-dengan-bentuk-tubuhnya
Gora, R. (2015). Representasi Feminisme Dalam Karya Sastra (Kajian Semiotika Sosial Novel
“Eks Parasit Lajang” Karya Ayu Utami). Jurnal Humaniora, 15(2).
Intan, T., Tri Handayani, V., & Sundasari Som, W. (2019). Citra Perempuan dalam Novel
Metropop “Tetralogi Empat Musim” Karya Ilana Tan. Nusa: Jurnal Ilmu Bahasa Dan
Sastra, 14(4), 583–598. https://doi.org/10.14710/NUSA.14.4.583-598
Juanda, J., & Azis, A. (2018). Penyingkapan Citra Perempuan Cerpen Media Indonesia: Kajian
Feminisme. LINGUA: Journal of Language, Literature and Teaching, 15(2), 71–82.
https://doi.org/10.30957/lingua.v15i2.478
Nazila, R. G., Sudiatmi, T., & Muryati, S. (2021). Citra Perempuan Dalam Novel Surga yang
Tak Dirindukan 2 Karya Asma Nadia. ALFABETA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan
Pembelajarannya, 4(2), 11–22. https://doi.org/10.33503/ALFABETA.V4I2.1459
Queen Elenora. (2019). Risa. Venom Publisher.
Yusanta, F. B., & Wati, R. (2020). Eksistensi Sastra Cyber: Webtoon Dan Wattpad Menjadi
Sastra Populer Dan Lahan Publikasi Bagi Pengarang. Jurnal LITERASI, 4(1), 1–7.