Anda di halaman 1dari 2

Ibuku Adalah Pahlawanku

Suatu hari saat aku sedang minum teh di meja makan bersama kedua orangtuaku, aku
mendapat informasi Olimpiade Matematika SMP Nusantara di HPku. Aku senang melihat
informasi ini karena Olimpiade Matematika tersebut hadiahnya sejumlah uang Rp.
10.000.000,00 bagi juara 1. Lalu aku diskusikan ini kepada kedua orangtuaku, dan mereka
menyetujuinya juga menyemangatiku. Kemudian aku mendaftarkan diri di tautan Olimpiade
Matematika tersebut.
Sebelum hari menjelang Olimpiade, aku terus belajar matematika hampir setiap hari.
Aku pun terus mencoba soal yang susah agar aku terbiasa untuk mengerjakan soalnya. Dari
pagi hingga siang aku tidak makan sama sekali, aku sibuk dengan belajar matematika.
Kemudian ibuku membawa makanan dan minuman untukku dan berkata. “Nak, kamu dari
pagi sampai siang belum makan, kalau kamu tidak makan nanti kamu sakit, besoknya kamu
tidak ikut Olimpiade, makan ya nak,”. Lalu aku pun makan makanan yang Ibuku berikan.
“Ibu salut sama kamu nak mau ikut Olimpiade ini padahal yang ikut lebih pintar dari kamu
nak, ibu berharap semoga kamu bisa meraih juara ya nak, jangan lupa kerja keras dan doa itu
kuncinya nak.”, Ujar ibuku dengan penuh lembut. Karena nasihat dari ibuku aku menjadi
semangat untuk belajar.
Sehari sebelum Olimpiade, aku menjadi ragu untuk ikut, karena yang mengikuti
Olimpiade ini adalah anak-anak dari SMP unggulan dan rata-rata anak-anaknya lebih pintar
dariku. Benar kata ibuku saingan aku bukan main-main. Tapi aku tidak akan menyerah.
Dengan berusaha belajar dan terus belajar juga tidak lupa untuk doa. Tidak lupa dengan
nasihat ibuku yang selalu menyemangatiku. Aku tidak mau bikin ibuku sedih, aku akan
membuat ia bangga denganku bahwa aku bisa mengikuti Olimpiade Matematika besok.
Keesokan harinya, Olimpiade Matematika sudah dimulai. Aku sudah siap mentalku
untuk mengikuti Olimpiade ini. Lalu ibuku berpesan kepadaku. “Nak, tidak apa-apa kalau
nilaimu tidak bagus, yang penting kamu mengerjakannya dengan jujur ya, nak.”. Lalu aku
menganggukkan kepalaku. “Kriiiiiiiiiiing.....” Bunyi bel berbunyi, menandakan bahwa siswa-
siswi yang mengikuti Olimpiade segera masuk ke ruangannya masing-masing.
Pada saat aku masuk ke salah satu ruangan, tempatku untuk mengikuti Olimpiade ini,
banyak anak-anak dari SMP unggulan. Tempat duduknya terpisah agar tidak menyontek pada
saat Olimpiade berlangsung. Lalu, ada salah satu anak yang memperkenalkan diri kepadaku.
“Halo namaku Syifa, aku dari SMP 1 Cendikiawan, salam kenal.”. Kelihatan anak ini dari
SMP unggulan dan dia juga pintar. Ia berkata bahwa ia sering mengikuti Olimpiade seperti
ini tapi belum mendapatkan juara, karena saingannya yang melebihi kepintaran Alber
Einstein. Dan aku tertawa mendengarnya. Kemudian pengawas Olimpiade datang dan
memberikan peraturan saat Olimpiade berlangsung. Lalu Olimpiade dimulai.
Setelah selesai Olimpiade, aku langsung memberikan soal dan jawabanku ke meja
pengawas dan meninggalkan ruangan. Aku langsung menemui ibuku dan aku langsung
memeluknya. Perasaan bangga dan bahagia terus berada dibenakku. Lalu aku dan ibuku
pulang dan menunggu hasilnya.
Setelah keluar hasilnya, aku mendapatkan juara 1. Aku sangat bangga sekali karena
usaha yang kulakukan tidak sia-sia. Aku bangga dengan ibuku, karena semangat dan nasihat
yang ibuku berikan, aku bisa menjadi seperti ini. Karena perjuangan dan doa yang ia berikan
aku bisa berhasil juara 1 dan mendapatkan uang Rp. 10.000.000,00 untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Aku bangga dengan ibuku. Suatu saat aku ingin menjadi seperti ibuku
yang selalu menyemangati anaknya dan tidak pernah mengeluh untuk doa demi kesuksesan
anaknya.

Anda mungkin juga menyukai