Anda di halaman 1dari 4

Nama : Alfina Rahma Dewi

NIM : 18040284031

Kelas : 2018A

TEORI PERSEBARAN KEBUDAYAAN

Pengertian Teori Difusi Kebudayaan. Teori difusi kebudayaan merupakan salah satu dari sekian banyak
teori yang dikenal dalam Antropologi. Obyek studi ilmu antropologi adalah manusia. Manusia adalah
makhluk sosial, yang selalu berinteraksi dengan manusia yang lain. Untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya terkadang manusia atau sekelompok manusia harus berpindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Perpindahan yang dilakukan oleh manusia atau sekelompok manusia tersebut meliputi juga
kebudayaannya.

Teori difusi kebudayaan diartikan sebagai penyebaran kebudayaan yang disebabkan adanya migrasi
manusia. Adanya penyebaran mengakibatkan peleburan. Peleburan tersebut terjadi pada saat suatu
kebudayaan beradaptasi dengan kebudayaan lain sehingga akan mengalami penyebar-luasan atau
bahkan memunculkan suatu kebudayaan baru. Difusi kebudayaan terjadi karena migrasi, berarti bahwa
kebudayaan imigran melebur di daerah imigrasi, yang terjadi dalam beberapa bentuk, seperti :

 adanya individu tertentu yang membawa unsur kebudayaan ke tempat yang jauh.
 disebarkan oleh individu dalam suatu kelompok dengan pertemuan individu kelompok lain,
mereka saling mempelajari dan memahami kebudayaan mereka masing-masing.
 adanya hubungan perdagangan, di mana pedagang masuk ke dalam suatu wilayah dan unsur-
unsur budaya tersebut masuk dalam kebudayaan penerima tanpa disengaja.

Perkembangan Teori Difusi Kebudayaan. Pernyataan tentang perkembangan unsur-unsur kebudayaan


manusia diawali oleh F. Ratzel (1844 - 1904), seorang ahli ilmu hayat dan ilmu geologi. F. Ratzel
beranggapan bahwa :

kebudayaan manusia itu pangkalnya satu, dan di satu tempat yang tertentu, yaitu pada waktu manusia
baru saja muncul di dunia ini. Kemudian, budaya induk tersebut berkembang, menyebar, dan pecah ke
dalam banyak kebudayaan baru, karena pengaruh keadaan lingkungan dan waktu. Dalam proses
pemecahan itu bangsa-bangsa pemangku kebudayaan-kebudayaan baru tersebut tidak tetap tinggal
terpisah, mereka selalu berpindah dan gerakan perpindahan bangsa-bangsa tersebut akan saling
pengaruh mempengaruhi.

Selanjutnya teori difusi kebudayaan semakin berkembang dengan kemunculan beberapa mazhab atau
teori tentang difusi kebudayaan, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Mazhab Schmidt.
W. Schmidt, dalam dunia antropologi ia dikenal sebagai seorang yang telah mengembangkan lebih lanjut
mengenai metode klasifikasi kebudayaan-kebudayaan di dunia dalam kulturkreise, yang bertujuan untuk
dapat melihat sejarah persebaran dan perkembangan kebudayaan atau kulturhistorie dari seluruh umat
manusia di muka bumi. W Schmidt dikenal juga dengan pendiriannya bahwa keyakinan adanya satu
Tuhan bukanlah suatu perkembangan yang termuda dalam sejarah kebudayaan manusia. Religi yang
bersifat monotheisme tersebut sudah ada dalam bentuk yang sangat amat tua.

2. Teori Difusi W.H.R. Rivers.

W.H.R. Rivers (1864 - 1922) mengembangkan suatu metode wawancara baru, sehingga ia behasil
mengumpulkan banyak bahan, terutama mengenai sistem kemasyarakatan suku bangsa-suku bangsa
yang tinggal di daerah penelitian yang dilakukannya yaitu masyarakat sekitar selat Torres, yang meliputi
data-data mengenai asal usul individu dengan mengajukan pertanyaan tentang kerabat dan nenek
moyang sebagai pangkalnya. Metode wawancaranya yang dikenal dengan genealogical method atau
metode genealogi tersebut merupakan alat utama bagi tiap peneliti antropologi yang akan melakukan
field work (studi lapangan) di suatu daerah, yang diuraikan dalam bukunya yang berjudul 'A
Genealogical Method of Anthropological Inquiry'.

3. Teori Difusi Kebudayaan G. Elliot Smith dan W.J. Perry.

Teori difusi kebudayaan dimaksudkan untuk meneliti dan mengungkap segala bentuk kontak dan
persebaran budaya sampai ke wilayah yang paling kecil dari persebaran budaya tersebut. Teori difusi
kebudayaan dari G. Elliot Smithdan W.J. Perry bertitik tolak dari :

kontribusi pengkajian difusi terhadap kebudayaan manusia bukan terletak pada aspek historis budaya
tersebut, tetapi terletak pada aspek letak geografi budaya dalam kewilayahan dunia.

Ide awal adanya teori difusi kebudayaan ini pertema kali dikemukakan oleh G. Elliot Smith (1871 - 1937)
dan W.J. Perry (1887 - 1949), dua orang ahli antropologi dari Inggris. Keduanya mengajukan sebuah teori
yang mereka namakan "Heliolithic Theory". Teori tersebut menyebutkan bahwa :

peradaban-peradaban besar yang pernah ada di masa lampau merupakan hasil persebaran yang berasal
dari Mesir. Hal ini karena berdasarkan kajian keduanya, pernah terjadi suatu peristiwa difusi yang sangat
besar di masa lampau yang berpusat di Mesir. Persebaran dari titik utama di Mesir ini kemudian
bergerak ke arah timur yang meliputi daerah-daerah terjauh seperti India, Indonesia, Polinesia, hingga
mencapai Amerika. Orang-orang Mesir tersebut melakukan perpindahan dengan cara menyebar ke
berbagai tempat dalam usahanya untuk mencari logam mulia dan batu mulia seperti emas, perak, dan
permata.

Sebagai teori yang datang setelah teori evolusi kebudayaan, teori difusi kebudayaan pada awalnya tidak
dipertentangkan dengan teori evolusi kebudayaan. Hal tersebut dikarenakan para tokoh teori evolusi
kebudayaan, tidak menafikan adanya kenyataan bahwa kebudayaan manusia tersebut dapat menyebar
dan dapat menyebabkan beragam perubahan akibat penyebaran tersebut.
4. Teori Difusi Kebudayaan Franz Boaz.

Pertentangan antara teori evolusi kebudayaan dan teori difusi kebudayaan mulai mengemuka setelah
Franz Boaz (1858 - 1942), seorang ahli geografi sekaligus seorang ahli antropologi dari Jerman yang
menyatakan bahwa :

penelitian difusi kebudayaan harus diarahkan hanya pada daerah-daerah tertentu saja dan apa yang
mengemuka dalam komunitas kebudayaan tertentu tersebut harus diperhatikan secara seksama dan
seteliti mungkin.

Pernyataan Franz Boas itu dilakukan setelah ia banyak melakukan ekspedisi ke wilayah-wilayah
pedalaman Amerika untuk mengumpulkan bahan-bahan etnografi yang digunakannya untuk menyusun
beragam karangannya mengenai kebudayaan.

Model penelitian Franz Boas tersebut selanjutnya dikenal dengan nama "partikularisme historis", di
mana di dalamnya melahirkan konsep-konsep baru mengenai kajian kebudayaan, seperti kulturkreis
atau daerah (lingkungan) dan kulturschichten atau lapisan kebudayaan. Dalam kajian kebudayaannya
tersebut, Franz Boas sangat memperhatikan dan mencermati unsur-unsur persamaan yang dimiliki oleh
suatu kebudayaan, untuk kemudian dimasukkan ke dalam sebuah kategori yang disebutkannya sebagai
kulturkreis dan kulturschichten tersebut. Dengan cara seperti itu, maka akan diketahui unsur-unsur yang
ada dalam beragam kebudayaan dunia.

5. Teori Difusi Kebudayaan Clark Wissler.

Teori difusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Franz Boas tersebut selanjutnya diteruskan oleh
muridnya yang bernama Clark Wissler (1870 - 1947), seorang ahli psikologi yang bekerja di Museum of
Natural History Amerika. Clark Wissler mengajukan suatu teori baru sebagai kelanjutan dan
pengembangan dari pemikiran Franz Boaz mengenai difusi kebudayaan. Teori dari Clark Wissler tersebut
adalah "culture area", yang merupakan pembagian dari kebudayaan-kebudayaan Indian di Amerika ke
dalam daerah-daerah yang merupakan kesatuan mengenai corak kebudayaan-kebudayaan di dalamnya.
Hal tersebut dilakukan karena Clark Wissler ingin mengklasifikasikan beragam peninggalan budaya dari
aneka ragam suku yang ada di pedalaman Amerika sebagai hasil dari perjalanan antropologis yang
dilakukannya. Dengan menerapkan dan mengimplementasikan teorinya tersebut, Clark Wissler berhasil
menggolongkan puluhan kebudayaan yang berbeda-beda ke dalam satu golongan berdasarkan
berdasarkan pada persamaan sejumlah ciri-ciri yang sangat mencolok dalam kebudayaan-kebudayaan
tersebut.

6. Teori Difusi Kebudayaan A.L. Kroeber.

Penerus dari teori difusi kebudayaan yang dikemukakan oleh Franz Boas yang lain adalah A.L. Kroeber
(1876 - 1960). Seperti halnya Franz Boas, A.L. Kroeber juga sangat mementingkan penelitian lapangan
secara komprehensif yang berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Hal tersebut terapkannya juga
kepada murid-muridnya dengan mewajibkan mereka untuk melakukan penelitian lapangan dan
diharuskan mengetahui dan memahami apa yang ada dalam masyarakat tempat mereka melakukan
penelitian, diantaranya mampu menggunakan bahasa yang masyarakat tersebut gunakan serta
mengumpulkan berbagai bahan yang berhubungan dengan masyarakat tersebut.

Pendapat/Komentar :

Menurut saya persebaran kebudayaan dilakukan oleh manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi
yang dapat terus berkembang. Sebaran budaya ini juga dipengaruhi oleh lingkungan dan sistem sosial
masyarakat. Karena pada awalnya manusia hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain
yang pastinya membawa budaya dari tempat asal yang kemudian disebarkan ke tempat lainnya.
Persebaran budaya ini tidak dapat berjalan tanpa adanya interaksi sosial. Adapun unsur kebudayaan
sendiri ada 7 jenis yaitu sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem
teknologi, sistem ekonomi, sistem religi, dan sistem kesenian

Referensi :

https://legalstudies71.blogspot.com/2018/11/teori-difusi-kebudayaan.html#:~:text=Teori%20difusi
%20kebudayaan%20diartikan%20sebagai,Adanya%20penyebaran%20mengakibatkan
%20peleburan.&text=adanya%20hubungan%20perdagangan%2C%20di%20mana,dalam%20kebudayaan
%20penerima%20tanpa%20disengaja.

Anda mungkin juga menyukai